Kia Malik Madani itu Dulu sering ngomeli dalam tanda kutip kalau bsul Masail santri-santri yang tekstualis kitabnya begini lah ini nih Katanya kata k Malik Madani ulama Nusantara itu dulu katanyaal Ul yang al punya dua keistimewaan pertama punya kemampuan kafaah dalam penguasaan turas ulama-ulama dulu tuh luar biasa penguasaan turasnya kedua ulama-ulama nusantara pada masa lalu itu terkenal dengan kemampuannya dalam mengkontekstualisasi teks-teks Qur an hadis maupun alkutub atau alaqwal almuktabarah jadi tidak tekstualis ulama dulu itu lah kemampuan ini sesungguhnya menjadi tradisi yang mahal kalau sekarang masih ada karena bayangkan ulama zaman dulu itu tidak kuliah tapi cara berpikirnya hebat-hebat apalagi kalau kita tarik pada masa Imam Syafi'i penulis Arrisalah itu yang sampai-sampai dikatakan Imam Syafi'i dalam Ushul fikih seperti Aristoteles dalam dalam filsafat Bagaimana beliau luar biasa kemampuannya lah belakangan kita harus akui santri-santri pesantren dan termasuk kiai-kiai Pesantren ini yang ansih di pesantren tidak pernah bersentuhan dengan dunia akademik kadang-kadang karena tidak pernah kuliah itu tidak diajari yang namanya at-tahlil al-ijtimai analisa sosial analisa metodologi dan lain sebagainya termasuk saya ini kan enggak pernah kulihat Saya cuman untungnya saya kumpul di PBNU di PBNU dulu kumpul ngaji sama orang-orang hebat seperti yang tadi salamnya dikutip itu matat Katib am kita siapa namanya ya ya Dr k. H Malik Madani itu beliau galak karena galak itu sering dipleseti Malik madeni gu ka galak itu katanya pada luar biasa Kiai Malik Madani itu Kiai Malik Madani itu Dulu sering ngomeli dalam tata kutip kalau basul Masail santri-santri yang tekstualis kitabnya begini kat lah ini nih Katanya kata Ki Malik Madani kalau model santri kita semacam ini dia tidak mengikuti perkembangan zaman apa yang ada kitab yang itu terjadi 300 500 700 tahun yang lalu kemudian tidak dikontekstualisasikan dengan kondisi sekarang ya jadinya begini repot cara memahami hukum beliau mengutip pandangan Imam al-qarafi dalam al-furuq ahlunqil ulama wasil Madin kalau orang hanya jumud jumud tekstual ya Alal manquulat atas apa-apa yang dinukil dibaca Kitab yang ditulis 700 tahun lalu 1000 tahun lalu ya akan begini mereka akan kaku dalam memahami hukum padahal sekelas Syekh Nawawi tadi disebut namanya itu adalah ulama yang tadi mampu mengkontekstualisasikan apa yang ada dalam kitab-kitab klasik itu oleh Beliau dikontekstualisasikan yang diikuti ulama dulu itu manhajnya Bukan akwalnya semata sebab akwal harus bisa berubah tapi kalau Manhaj kan tidak kuat dalam kitab nihayatuz Zain misalnya Syekh Nawawi albantani mengikuti gurunya Imam albajuri dalam hukum membagikan zakat Apakah wajib rata kepada delapan asnaf takmim al-asnaf atamaniah kata Imam atau Syekh Nawawi albantani tabaan lyaikhihil Bajuri mengikuti gurunya Imam Bajuri beliau Katakan tidak tiga asnaf cukup loh pertanyaannya kemudian ketika beliau dikejar kalau ada orang bertanya padahal dulu Imam Syafi'i mewajibkan meratakan membagikan zakat takmimul asnafisamaniah pada Del asnaf Kenapa beliau berani mengatakan cukup tiga karena kata Imam atau Syekh Nawawi Imam albajuri begitu juga Imam Ibnu ujail alyamani kondisi sudah berbeda kondisi zaman sudah berbeda dulu mencari asnaf samaniah mudah Sekarang sulit oleh karenanya tiga cukup bahkan kalimat beliau yang menarik Lau Syafii yuhayyan andai kata sekarang Imam Syafi'i dibangkitkan dan hidup lagi La AFTA bidalik pasti fatwanya sama dengan fatwa saya Nah inilah Bagaimana hebatnya ulama-ulama tadi yang disebut Jawi atau nusantara dalam dua kemampuan ini foreign