Transcript for:
Tata Kelola yang Baik dan Etika

Governance yang baik itu, tata kelola yang baik itu adalah apa? Akuntabel, harus bisa dipertanggungjawabkan. By many ways.

Gak bisa kalah-kalahan, begini segala macam, apalagi yang kerja di tambang segala. Ya kalau tambangnya itu bagus ya, itu even the government itu pasti respect. Gak mungkin gak respect. Tapi kalau anda acak-acakan, governmentnya juga gak respect. Itu, yang penting itu.

dan transparent, terbuka. Di UT enggak ada, berusaha mengurangi pajak, enggak ada. Ini saya ingetin lagi, anda nanti jadi pemimpin jangan berubah. Kalau mau kawin lima kali terserah urusanmu, tapi yang ini jangan. Dan responsiveness, responsiveness itu begini, mau berubah mengikuti perkembangan zaman.

Itu good governance, tata kelola yang baik. Kalau enggak, pak saya maunya manual aja pak, digitalisasi saya enggak mau. Ini juga enggak good governance juga, you don't follow the trend.

Harus bisa. Next, yang kedua good governance requires strong institutions and competent leadership. Anda ini beruntung bekerja di institusi yang sudah kuat. Nah, competent leadership makanya Anda di training.

menjadi kompeten leadership. Tapi strong institution, loh zamannya Pak Edi, UTI, zamannya beliau masih sederhana coba tanya. Betul ya Pak?

Betul ya Pak? Tradisional masih? Betul. yang bagian sales itu masih ngecekin, tanya, telpon di gudang ada spare part ini, betul kan Pak?

Nah sekarang sudah enggak, makanya ini institusinya udah kuat. So, competent leadership Anda itu di training itu sebenarnya apa? Mengharapkan. Pak Edi itu mengharapkan apa? Kalau nanti Anda itu gantikan beliau, Anda itu akan jauh lebih baik dari beliau.

Pasti begitu, betul kan Pak? Jangan lebih jelek. Saya waktu di kereta HP ya, institusinya tua, tapi enggak strong.

Very, apa namanya, very historic, tapi tidak strong. Saya bikin satu ini, dan saya bikin ini. Kenapa? Saya bilang gini ya, saya bilang, saya bilang, saya ingin kalau saya pergi dari sini pengganti-pengganti saya itu akan jauh lebih baik dari saya. Ternyata jauh lebih baik kan, jauh lebih baik.

Sekarang improvementnya terus dan bukan hanya di kereta api, banyak. Orang kereta api yang akhirnya menjadi direktur di banyak BUMN lain, banyak sekali. Banyak sekali sampai direktur di perum navigasi udara yang ngurusin towernya penerbangan segala macam.

Banyak kok, ada yang ke Pelni, ada yang kemana dan sebagainya. Banyak sih, banyak sekali. Jadi ini yang sama, UT juga ingin berharap Anda itu mungkin satu hari, ya mungkin satu hari kalau bisa orang yang karir dari UT jadi CEO-nya Astra Internasional, betul kan Pak?

Kan harapannya begitu, harapannya begitu. So, ini good governance require strong institutions that you have, dan kompetensi leadership. Kompetensi ini dari waktu ke waktu harus terus di improve, harus, nggak bisa berhenti, dunianya nggak mau berhenti kok. Next. Udah fokus sekarang yang operator.

Good governance is based on ethical leadership and effective decision making. Basis dari good governance itu adalah kepemimpinan yang beretika. Kalau Anda mau menerapkan aturan good governance yang baik itu, tapi anda sendiri tidak beretika, saya kira anak buah anda gak mau ikut.

Apalagi kalau generasi yang lebih muda, pasti gak mau ikut. Lowong sekarang, tadi kan Pak Edi juga, saya juga kalau saya ngasih tahu anak saya, mbak Anta pak, emang kenapa? Oh jaman saya begini-begini, itu jaman dulu, udah root lagi ini kan, reboot gitu. Nah ini, so you harus punya ethics.

Ethic itu apa? Etika itu kalau menurut saya sebesar sederhana apa? Etika itu di atas peraturan dan perundangan.

Itu etika. Kalau yang diatur peraturan perundangan, ya itu aturan. Tapi etika itu di atas itu.

Etika itu di atas itu. Coba dikembalikan ke diri masing-masing. Kalau you mau jadi pemimpin yang baik, saran saya, etika itu harus dipegang. Etika itu harus dipegang.

Etika itu di atasnya kewenangan. Memang punya kewenangan, tapi dikembalikan ke hatinya. Pantes enggak? secara etik, makanya saya selalu ngomong dengan anak buah saya, dengan anak-anak saya juga saya bilang, silahkan berbuat apa saja selama tidak melanggar peraturan dan tidak melanggar etika. Ini penting loh, misalnya.

Boleh gak saya diundang Pak Eji sekarang di sini pakai kaos you can see? Kan enggak apa-apa, tapi menurut saya enggak etis lah. Ya, gitu. Ini contohnya, contoh. Ini enggak ngomongin pakaian sih.

effective decision making. Yang istilahnya Pak Edi tadi itu tidak punya agenda apa-apa. Itu yang istilahnya orang Barat itu, effective decision making. Jadi kalau membuat keputusan itu dipikir manfaat, mudarat, masalah, challenge, dan sebagainya itu sudah matang diputusin. Tapi tidak menempatkan kepentingan diri sendirinya di situ.

Kalau enggak, enggak efektif pasti, muter-muter kan. Nah, itu. Next. Ini yang dikatakan Narendra Modi.

Pertama, Perdana Menteri India. Beliau mengatakan good governance cannot remain merely a philosophy. Concrete steps have to be taken for realizing its goals.

Jadi kalau menerapkan good governance ya harus ada stepnya, concrete. Enggak bisa cuma ngomong-ngomong aja, apa sekarang, omon-omon ya, enggak bisa. Nah kita kebanyakan itu sukanya cuma ngomong aja, oh begini, yang bahaya, generasi lebih muda, itu enggak bisa diterima. Kalau saya cuma diomongin, nurut aja kita. Zaman yang lebih muda gak terima, dia lihat.

You sendiri berbuat apa? Nah ini kan calon pemimpin, coba lihat nanti anak buahnya. Kalau dia lihat anak, orang ini ngelarang saya ngerokok, dia ngerokok. Pasti gak mau dia.

Kalau perlu ribut pasti dan sebagainya. Betul kan? Ini penting loh. Chapter ketiga ini, value creation for customer satisfaction. Ini penting sekali.

You kalau sekarang bisnis, kita ini ya kalau sekarang bisnis ya, penumpang. customer itu harus merasa kalau menggunakan jasa Anda baik barang Anda atau servis Anda, dia melihat ada manfaatnya untuk customer satisfaction. Harus. Makanya tadi saya kasih contoh kereta api. Hari ini kereta api setelah saya ngomong 15 tahun kereta api di jarak yang sama bisa harga tiketnya lebih mahal dari pesawat.

Nah, buktinya orang naik. Kalau Anda bilang, tapi enggak laku, coba saja beli mendadak kalau dapat. gak mungkin dapat. Ini fakta.

Kenapa? Karena customer-nya happy, dia merasakan ada manfaat. Kalau jualan traktor paling besar pun harganya sama dengan satu pesawat terbang ya gak mungkin.

You have to create the value, karena kompetisi Anda di kemudian hari belum tentu linear. Misalnya Anda UT gini kan pertanyaannya, UT ini bisnisnya apa? Kan bukan jualan traktor sudah Pak. Bukan kan? Nah bisnisnya solution, kalau solution kompetisinya makin lama makin banyak gak?

Makin banyak, gak mungkin gak makin banyak. Kalau teknologi pertambangan itu satu hari itu berubah, kemungkinan dia gak pakai excavator. Bisa, banyak yang gak dipakai itu bisa aja.

Kalau satu hari teknologi pertambangan itu berubah, mungkin juga tidak pakai truk yang besar-besar lagi. Bisa aja dengan cara lain. You are selling solution, ini harus dipikir fokusnya itu customer membutuhkan apa Bukan kita bisa jualan apa, beda loh Kalau zaman dulu orang buka warung jualan gado-gado, memang dia bisa hanya buat gado-gado Kadang-kadang beruntung laris, kadang-kadang enggak Sekarang tergantung, customer-nya butuhnya apa Paham ya ini ya, sampai sini ya Kalau naik kereta api sekarang kan kalau mau makan minum bisa pesen kan Bisa kan, dan udah rapi kan ya pilihannya enggak banyak. Orang kadang ngomong sama saya, Pak sekarang pilihannya kok enggak banyak Pak?

Kalau mau banyak ke mal. Sampai ini naik kereta api atau ke mal ini? Bisa enggak? Pilihannya sama dengan di mal? Enggak mungkin.

Nanti gerbong makanannya mau berapa? Mau lima gitu. Kan enggak mungkin.

Oke, tapi gini nih saya cerita. Waktu saya masuk kereta api ini, semua teman-teman saya yang ngurusi restorasi kereta api itu anak perusahaan. Begini ngomong begini selera penumpang gini.

Saya tanya, penjualannya setahun berapa? 25 miliar Oke, kok kecil sekali ya saya bilang Ya enggak tahu governance-nya Enggak bagus lah Pak, harganya Saya waktu pergi dari kereta api Restorasi kereta api itu penjualannya berapa Pak? 500 miliar Sekarang 1T lebih Pak Iya Pak Buktinya bisa Tapi saya bilang, fokusnya Tanya ke customer maunya apa