Selamat pagi Prof. Selamat pagi Safira, gimana kabarmu? Baik Prof, Prof sendiri bagaimana kabarnya? Baik, sehat-sehat, bekerja dari rumah.
Baik, pertama-tama saya ingin mengucapkan terima kasih Prof karena sudah diberikan kesempatan untuk bertanya-tanya mengenai online evaluation. Ya, sama-sama belajar kita. Iya, Prof. Iya, gimana?
Nah, baik. Prof, jadi saya ingin bertanya Mengenai online evaluation ini sendiri Prof, mengapa online evaluation ini Sangat penting untuk diterapkan saat ini? Ya, kan Safira tahu Dalam masa pandemi ini Semua belajar secara jarak jauh Kita tidak bisa lagi Berada di ruang kelas Ruang kelas sama-sama Kita tidak bisa Dulu kalau dalam model Pembelajaran Model pembelajaran masa lalu kan, atau menerima pelajaran normal, kan kadang-kadang guru nanya ke siswa untuk memastikan dia ngerti apa enggak, betul kan?
Iya, betul sekali, Prof. Kadang-kadang ada quiz, ulangan mendadak, begitu kan ya? Iya, Prof. Betul sekali. Dan pasti anak-anak gak mungkin akan kerjasama, karena kan diawasi oleh gurunya.
Iya. Atau dosennya kalau di kampus. Nah, dalam kondisi sekarang, kan gurunya dengan siswanya atau dosennya dengan mahasiswanya kan berada di lokasi yang berbeda, kan? Iya, betul.
Tersebar semuanya. Nah, setelah guru-guru, para pendidik, dosen-dosen memberikan proses pembelajaran jarak jauh, dia ingin tahu apakah anak-anak semua itu, peserta didik semua, sudah berhasil mencapai tujuan pembelajaran yang ditetapkan sebelumnya. Itu di situ dilakukan yang namanya proses evaluasi. Tapi evaluasinya secara online.
Karena tidak bisa bertemu di satu tentap secara fisik. Jadi lewat media elektronik atau melalui media digital. Begitu, Safira. Baik, Prof. Untuk online evaluation ini sendiri itu ada berapa jenis ya, Prof? Jadi, kalau evaluasi biasa ya, itu kan ada katanya evaluasi formatif dan evaluasi sumatif.
Iya, betul sekali Pak. Evaluasi formatif itu kan, tujuan evaluasi formatif itu sebenarnya untuk memperbaiki strategi dan proses pembelajaran itu sendiri. Sementara evaluasi sumatif untuk melihat apakah seluruh proses pembelajaran yang sudah dilaksanakan mencapai hasil yang diinginkan atau tidak.
Dengan cara ngetes atau mengevaluasi kemampuan peserta didiknya. Betul ya? Nah, online sama.
Online sama. Ada evaluasi yang bersifat formatif. Dan ada yang bersifat somatif. Nah, itu yang dilakukan.
Jadi kalau misalnya Safira melihat anak-anak SD, SMP, SMA sekarang. Kadang-kadang di rumah, di kamar. Itu sudah ngerjain sesuatu. Itu biasanya lagi dikasih tugas sama gurunya. Iya.
Itu salah satu bentuk evaluasi. Atau nanti ada akhir semester, ada ujian khusus juga semuanya dilakukan secara online. Nah, itulah bentuk-bentuk evaluasi. Seperti itu, Safira. Baik, Prof. Untuk dari beberapa jenis online evaluation ini sendiri ya, Prof, yang paling sering diterapkan atau yang paling dikenal itu yang mana ya, Prof?
Nah, Yang paling banyak saya lihat sekarang ini memang berbeda-beda ya. Jadi karena dulu offline harus online ya. Ada sekolah yang strateginya begini.
Tidak mungkin kita bertemu siswa sesering dulu. Betul ya? Betul. Sehingga mereka evaluasinya bentuknya tugas yang harus dikerjakan dalam waktu tertentu. Ada yang tugasnya sedikit tapi dikasih waktu.
lebih lama karena tugasnya itu memerlukan proses pembelajaran yang cukup lama. Jadi tugasnya sedikit tapi waktunya lama. Tapi ada yang isinya adalah kuis-kuis sederhana, kuis-kuis mendadak gitu ya. Sering kuis-kuisnya gitu.
Mungkin, saya tahu Safira pernah memakai nggak itu kuis yang namanya Kahut. Ada namanya aplikasi Kahut. Saya tahunya kuisnya sih. Atau quiz, bisa juga ya.
Quiz, kahut. Itu kayak dulu waktu saya masih... Bapak masih muda itu ada di TV itu siapa berani ya kan? Iya Yang si Helmi Yahya sama Alia Rohali itu kan ya soal-soalnya Sama modelnya Siapa yang jawab duluan dan jawabannya benar nilainya lebih tinggi Nah itu contoh-contoh online evaluation Pakai kuisis, pakai kahut Kuisis dan kahut kan juga ada yang dilakukan secara sinkronos Sinkronos itu artinya Langsung sekarang dikasih soalnya, detiknya jalan, harus dijawab sekarang juga.
Tapi kuisis kan juga bisa diset parameternya menjadi homework atau menjadi PR. Silakan kerjakan kapan saja, yang penting sebelum tanggal sekian, jam sekian. Jadi setiap sekolah, setiap satuan pendidikan, itu beda-beda strategi evaluasinya, Safira.
Tidak bisa disamakan. Tahu nggak kenapa tidak bisa sama? Kenapa tuh, Prof? Karena setiap peserta didik dalam lingkungan online kan berbeda-beda.
Rumahnya kan beda, kan? Oh iya, bener, Prof. Kemampuan internetnya beda, kan? Iya, karena kan juga koneksi sangat berpengaruh ya, Prof. Iya, kualitas juga berbeda.
Jadi, seorang guru harus paham mengenai kondisi atau karakteristik siswa yang berbeda-beda tersebut. sehingga waktu memberikan soal-soal untuk evaluasi secara online bisa efektif. Gitu. Iya. Yang harus diperhatikan oleh para guru.
Karena banyak guru yang berpikiran bahwa semua anak-anak punya apa? Punya alat seperti yang dia punya. Iya, betul. Nah, terus dia bikin evaluasi misalnya pakai kuisis.
Dulu saya pasti yakin waktu kamu pakai kuisis pertama kali, Banyak yang kesulitan mau open quizzes-nya. Iya. Terus nanya, ini kodenya di mana nih? Kodenya di mana?
Gitu kan? Iya, betul. Terus ada yang bilang, waktunya kurang.
Ada yang bilang, enggak, enggak kurang. Malah waktunya kelebihan. Nah, itu untuk memperlihatkan bahwa peserta didik itu karakteristiknya kondisinya berbeda-beda.
Iya. Seperti itu. Jadi guru-guru itu waktu menilanggarakan evaluasi harus tahu persis kondisinya seperti apa.
Agar waktu setting, waktu pengerjaannya juga benar dan sesuai dengan situasi. Harus empati lah dengan para peserta didiknya yang terpencar di seluruh tempat. Iya, betul sekali.
Safira, saya boleh tanya gantian dong. Oke, Prof. Saya mau tanya Safira dulu, gantian. Oh, oke. Saya kan sering pernah pakai kuisis ya. Dulu, Apa mata kuliah apa tuh Pake Quizzes dulu Sebelumnya saya belum pernah pake Quizzes sih Prof Cuman pernah liat doang di Google Oh pernah liat Di mana?
Di Google kan kadang suka ada Quizzes.com gitu Oh pernah datang gitu Saya pernah liat aja sih Prof Belum pernah coba Tapi keliatannya sih efektif ya Prof Soalnya banyak quiz-quiznya Banyak pelajarannya juga Iya Menyenangkan Iya menyenangkan Bahkan di luar itu coba kasih tau saya Quiz-quiz di TV yang Safira masih inget apa aja Yang selain siapa berani deh Ingat gak? Apa ya Prof? Itu ya apa?
Who wants to be billionaire itu ya? Oh iya bener Prof Soalnya makin lama makin susah gitu ya Oh iya sama juga Prof Kayak kalau gak salah ranking 1 ya Prof Itu juga Ya Ranking 1 betul. Ada juga tuh yang roda diputer tuh apa, Wheel of Fortune atau apa itu. Yang dapat nilai-nilai uang itu dah.
Iya betul banget. Di negara India, di negara India itu. Mereka membuat evaluasi modelnya seperti itu Safira. Jadi dia pakai, dia pakai kayak Ranking 1. Dia pakai kayak Wheel of Fortune. Dia pakai kayak Who Wants To Be A Billionaire.
Dia pakai kayak di Amerika ada game. favorit namanya Jauh Perdi, cuma soal-soalnya bukan pengetahuan umum, tapi disesuaikan dengan topik pembahasan. Jadi sangat menarik ya, Prof. Jadi, kalau di dalam saya pasti yakin waktu dulu atau sekarang lagi kuliah, pasti kan paling males kalau tiba-tiba ada kuis mendadak, kan?
Iya, betul banget, Prof. Nah, ketika kuisnya dibikin model permainan begini, anak-anak milenial senang. Iya, betul. Merasa kayak main game, malah minta lagi, minta lagi, minta lagi.
Eh, Pak, lagi dong Pak, quiz lagi, quiz lagi. Nah, jadi itu sisi baiknya, sisi positifnya dengan... aplikasi-aplikasi yang banyak dipakai untuk online evaluation.
Sangat menarik ya, Prof. Untuk online evaluation ini sendiri itu selain itu, kelebihannya apa lagi ya, Prof? Apakah bisa bikin soal sendiri? Kelebihannya satu lagi. Kalau kita pakai online evaluation atau yang berbasis aplikasi, itu semua yang terjadi tercatat secara detail, Safira.
Jadi misalnya nih, ada 20 soal gitu ya. Nanti setelah soal itu usai, saya bisa tahu Safira itu jawab masing-masing soal itu berapa detik. Saya bisa tahu apakah tadinya Safira jawab A. Terus ragu-ragu, ganti C, A. Saya bisa tahu, karena itu terekam.
Kemudian saya tidak perlu lagi repot-repot membuat laporan. Nilai gitu kan. Biasanya kan guru atau dosen habis waktunya untuk bikin administrasi tuh.
Iya, betul. Ini sudah dibantu, dicatatkan semua oleh aplikasi. Jadi saya selain sudah tidak lagi harus sulit-sulit bikin laporan administrasi, saya bisa menilai. Ini Safira kuatnya di mana, lemahnya di mana. Peserta didik lain kuatnya di mana, lemahnya di mana.
Kalau saya lihat misalnya Safira di jawab pertanyaan nomor 1, 2, 3 tuh cepat sekali. Di bawah 5 detik jawab dan benar. Wow, berarti memang Anda sudah menguasai topik-topik itu. Betul ya?
Tapi kalau ada satu pertanyaan, itu kelihatan. Tadinya jawab A, habis itu jawab C, habis itu jawab B. Nah, saya bisa melihat nih. Kelihatan ragunya ya profilnya.
Ragu-ragu. Nah, di situ saya bisa membantu Safira. Jadi guru itu bisa melihat profil dari setiap siswa.
Dan dia akan membantu di mana kelemahan siswanya. Nah. Kalau manual kan sulit kan kelihatannya?
Iya. Paling kelihatannya kalau pakai pensil bekas penghapusnya gitu kan. Kayak jadi ah, kayak jadi ah, kayak jadi ah. Tapi saya nggak tahu pindah-pindahnya setelah berapa detik dan lain sebagainya.
Dan dengan online saya juga bisa tahu apakah Safira ngerjainnya nomor 1, 2, 3, 4, 5 atau awalnya nomor 8 dulu, abis itu nomor 2, abis itu nomor 10. Itu semua nanti sebagai pendidik kalau saya analisa. itu menjadi data yang luar biasa bermanfaatnya untuk pendidikan. Jadi lebih mempermudah guru juga ya, Prof?
Iya, lebih mudah guru dalam memahami kesulitan yang dialami setiap peserta didik di dalam kelas. Kalau mengenai penilaiannya sendiri, Prof, itu bagaimana kalau di online evaluation? Oke. Penilaian ini suatu hal tersendiri.
Kebanyakan orang itu berpikir kalau online evaluation, kalau mau cepat, semua pakai multiple choice. Kita harus memahami bahwa cara mendesain evaluasi dan model penilaiannya itu harus disesuaikan dengan tujuan pembelajarannya itu apa. Kalau tujuannya tadi adalah tujuannya itu lebih banyak pemahaman secara otak, pengertian secara rasional, maka pertanyaan-pertanyaan yang bersifat rasionalitas lah yang akan ditanya. Tapi kalau tujuan pembelajarnya lebih pada kemampuan, kemampuan itu kan bisa melakukan, begitu ya.
Mungkin pertanyaan multiple choice kurang tepat, tapi diberikan tugas-tugas. Misalnya dalam bahasa Indonesia. Saya ingin agar di akhir pembelajaran nanti, anak-anak didik saya bisa membuat kalimat panjang tapi efektif.
Ceritanya seperti itu. Maka tentu saja tugasnya adalah saya memberikan keleluasaan peserta didik saya untuk membuat karya tulisan yang setiap kalimatnya harus panjang, misalnya. Seperti itu.
Cara menilainya ya dilihat dari... Apakah susunan kalimat majemuk yang tersebut benar atau tidak, tanda bacanya benar atau tidak, komanya benar atau tidak, pilihan kata benar atau tidak, dan lain sebagainya. Jadi penilaiannya tergantung dari tujuan pembelajarannya seperti apa.
Jadi kalau tujuannya sudah jelas, berarti ini yang harus saya nilai. Kalau ini yang harus saya nilai, berarti cara mengevaluasinya adalah seperti ini. Begitu Safira. Bukannya asal, pokoknya semua multiple choice.
Atau semuanya esay. Atau semuanya tugas. Nah, kebanyakan saya melihat guru-guru sekarang tidak melalui proses itu, tapi langsung aja kasih tugas. Pokoknya biar anak-anak sibuk di rumah. Iya, betul.
Ini yang tidak boleh dilakukan oleh seorang pendidik. Dia harus tahu tujuan sesi pembelajaran apa, sehingga evaluasinya disesuaikan dengan untuk mengukur tujuannya tercapai atau tidak. Itu untuk yang evaluasi sumatif. Kalau evaluasi formatif adalah untuk melihat apakah efektif belajar online-nya ini tepat atau tidak. Apakah peserta didiknya paham yang dijelaskan?
Bisa tidak melakukan sebagaimana yang diinginkan? Dan lain sebagainya. Begitu. Jadi harapannya nanti guru-guru, para dosen setelah melihat video kita ini, Safira, mulai memikirkan itu.
Tidak sembarang memberikan tugas. Kalau untuk SI sendiri, Prof, kan biasanya kalau di sistem itu langsung dideteksi sama sistemnya, kan ya, Prof. Sedangkan kalau murid kan memiliki Pemikiran yang berbeda-beda Ada yang jawabannya beda itu bagaimana Pak? Oke, nah Jadi ada banyak cara menilai esay gitu ya Yang saya pernah lihat nih ya, yang online ya Yang pakai aplikasi ada yang begini Ese itu kan masalahnya satu Apa?
Gurunya nilainya lama ya? Iya, betul Kadang-kadang siswa tuh gak sabar Dan namanya Pembelajaran tuh semakin cepat feedbacknya Kan semakin cepat kita memperbaiki diri kita kan? Iya, betul. Kalau soalnya esai, nunggunya dua minggu, sebulan, kadang-kadang kita udah lupa.
Dan kalau udah dibalikin, udah lupa ilmunya. Nah, aplikasi juga kadang-kadang memberikan bantuan. Misalnya apa?
Misalnya saya lagi belajar mengenai sejarah Indonesia, begitu ya. Terus Anda disuruh buat ringkasan esai. Dapet tuh saya satu anak, bisa lima sampai sepuluh halaman.
Bagaimana cara saya memeriksanya atau menilainya? Biasanya ada aplikasi yang begini Saya sebagai guru, sebagai pendidik Yang penting bagi saya Apapun tulisan teman-teman Atau anak-anak didik saya Itu harus ada 10 kata kunci 10 kata kunci misalnya Proklamasi Kemudian penjajahan Kemudian pahlawan Misalnya seperti itu Nanti aplikasi akan Melihat dulu Terus gurunya dikasih teat. Punyanya Safira, dari 10, 8 kata kunci masuk.
Nah, disitu nanti saya waktu lihat punya Safira, saya baca cepat. Karena 8 kata kunci itu udah bagus. Dari 10 kata kunci.
Artinya Anda berada di track yang benar. Tapi ketika saya lihat laporan, belum saya baca nih, saya lihat laporan, hanya 1 kata kunci. Waduh, kok dari 10 cuma 1 kata kunci yang disebutkan oleh dia, gitu ya.
Baru itu saya baca benar-benar untuk melihat, jangan-jangan dia salah maksud, salah arti dari pertanyaan yang diberikan. Itu cara aplikasi membantu dengan kata kunci. Nah, itu di level-level SD, SMP, SMA, itu biasanya pakai kata-kata kunci, Safira.
Tapi ada juga yang level SMA ke atas, terutama di perguruan tinggi, bukan dengan menggunakan kata kunci, tetapi soal esay yang diketik itu, Ditukar ke siswa yang lain tanpa mereka tahu lagi mereksa punya siapa Safira. Jadi misalnya di kelas ada 30 orang nih. Terus Safira tiba-tiba dapet 3 punya orang lain yang Safira harus periksa. Jadi temennya Safira, tapi temennya Safira gak tahu karena namanya tidak dikasih tahu.
Untuk mencegah supaya tidak subjektif-subjektif amat memberi nilainya. Dikasih panduan, itu namanya rubrik. Jadi misalnya, satu, bahasanya bagus sekali, bagus, sedang, biasa, kurang baik. Nah, terus kita centang, gitu istilahnya.
Jadi, gurunya santai kan kalau begitu kan? Karena sudah dibantu, diperiksa oleh pihak lain. Itu namanya peer review. Diperiksa oleh siswa sejawat, kurang lebih. Nah, itu lebih mempercepat.
4, umpan baliknya. Kampus-kampus terkemuka dunia melakukan hal yang sekolah-sekolah juga seperti itu. Jadi guru bisa pakai berbagai model.
Itu baru 2 model. Nanti model-model lain akan saya ceritakan dalam kesempatan yang berbeda. Baik, Prof. Begitu kurang lebih.
Ada gambaran nggak nih? Sudah. Sudah ada gambaran sih, Prof. Jadi emang lebih mudah ya, Prof, dengan sistem itu. Iya, betul. Terima kasih Nah, kalau untuk perbedaan antara online evaluation dengan offline itu apa Pak?
Ya, perbedaannya sebenarnya adalah, pertama ya, Anda tahu ya kalau offline itu kan artinya kita tidak menggunakan jaringan internet sama sekali, tidak menggunakan sistem di lambungan infrastruktur. Sementara kalau online kan kita saling terhubung ya, secara online. Nah, bedanya adalah sebenarnya itu tadi, modenya berbeda, modusnya berbeda. Satu dengan cara tidak berhubungan secara...
dengan media elektronik. Yang satu, memakai hubungan elektronik. Itu pertama.
Kedua, biasanya yang offline itu bisa ada dua nih. Gurunya berada di tempat yang sama atau berada di tempat yang lain. Contohnya berada di tempat yang sama, misalnya saya tongkrongin Fira waktu ngerjain tugasnya. Itu namanya sinkronus, bareng. Tapi bisa juga saya bilang, silakan.
Kerjakan di ruangan sebelah. Saya tidak bersama Anda. Nanti siang-siang dikumpulkan.
Tapi handphonenya saya pegang. Komputernya saya tidak boleh terhubung dengan komputer. Itu kan offline juga ya?
Iya, betul. Bisa tidak cara berikutnya apa? Silakan kerjakan di rumah.
Tapi tidak boleh pakai internet. Itu offline juga. Cuma nanti ngawasinnya kan susah kalau di rumah.
Iya, susah. Sementara karena online, bisa saja berada di satu tempat tapi terkoneksi. Di kelas sama-sama online internet bisa.
Bisa juga tidak dalam satu tempat. Atau tidak dalam satu waktu yang sama. Yang terpenting terhubung internet.
Atau terhubung secara online. Nah yang orang suka keliru adalah, online itu kan kita selalu mengatakan online. Artinya we are on the line, di dalam sebuah jaringan elektronik.
Betul ya? Sekarang kalau saya tanya Safira, kalau saya pakai komputer, tapi komputernya tidak terhubung ke internet, istilahnya stand alone, itu offline atau online ya? Itu termasuk offline ya Prof. Betul, itu termasuk offline. Karena dia tidak terhubung ke line atau yang dianggap sebagai jaringan komunikasi itu tadi.
Makanya zaman-zaman dulu sebelum ada internet kan sering kan ada belajar bahasa Inggris di lab bahasa Inggris pakai komputer kan? Iya, Prof. Itu offline istilahnya. Sebaliknya, kalau ada komputer tidak terhubung ke internet, tetapi terhubung dengan komputer-komputer lain yang ada di sekitar situ, dihubungkan lewat kabel, itu offline atau online ya?
Offline ya. Nah. Itu setengah online katanya. Oh, setengah. Karena dia bisa, kalau online itu sebenarnya, dia bisa melakukan akses terhadap internet.
Sumber yang lain. Tidak selalu harus internet. Jadi jaringan aja nih. Kayak misalnya main PlayStation, tapi cuma berlima aja di satu rumah.
PlayStation-nya ada lima. Atau tempat main game itu ya. Dia saling main tuh di situ. Tapi tidak terhubung ke internet, hanya jaringan lokal saja. Nah, itu ada yang bilang semi-online.
Oh, semi-online. Ya, tapi Anda bisa tahu yang dimaksud off dengan on itu seperti apa. Nah, dengan sendirinya nanti strateginya juga pasti beda dong, ya kan? Kalau sudah online, jarak jauh, di mana nggak bisa diawasi, pasti saya akan bikin soal yang berbeda. Tapi kalau offline, saya bisa ngawasi, saya bisa lihat, pasti soalnya lain lagi.
Karena banyak juga guru yang Ngasih soalnya sama, offline, online sama Ya seneng lah anak-anaknya pas online Dia browsing jawabannya, bener gak Amira? Bener Pernah kamu lakukan gak gitu? Pasti, baik itu ada yang browsing Sejujurnya pernah sih Memang begitu Dan itu memang harus begitu Namanya juga online Berarti kan kita terhubung dengan yang lain Secara rasional, jadi biasanya Strateginya ya, kalau itu adalah online, pasti model tugas atau evaluasi yang diberikan gurunya yang jawabannya nggak ada di internet.
Benar nggak? Iya, betul. Sementara kalau offline, jawabannya mungkin ada di internet.
Tapi kan Anda tidak bisa terhubung, nggak bisa ngecek. Iya. Nah, itu perbedaan-perbedaannya kalau kita lihat seperti itu.
Gitu, Safira. Nanti contoh-contoh lain dalam video berikutnya saya sampaikan dan juga... Strateginya seperti apa Baik, terima kasih ya Prof Terima kasih banyak Samira Sehat semua keluarga ya Terima kasih Prof Terima kasih