Sekarang saya persilakan Pak Ahmad Sunjayadi untuk menyiapkan paparannya. Silakan Pak Ahmad, waktu Bapak 20-30 menit ya, tapi kalau lebih nggak apa-apa Pak Ahmad. Pak Ahmad ini ceritanya banyak sekali dan menarik sekali.
Silakan Pak Ahmad. Terima kasih Ibu Kristina. Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh. Selamat sore Ibu Bapak, teman-teman semua.
mungkin dari Sabang sampai Merauke kalau tersambung salam sejahtera salam sehat selalu semoga kita dalam kondisi sehat mohon izin saya mau membagi tayangan sudah tampak? sudah Pak Ahmad ya Seperti yang tadi sudah disampaikan oleh Ibu Elisa, salah satu fungsi dari bahasa Belanda adalah sebagai bahasa sumber. Dan di sini saya akan membahas bahasa Belanda sebagai sumber untuk penulisan sejarah Indonesia. Saya kira Bapak-Bapak atau Ibu-ibu yang berkecimpung di dunia sejarah, khususnya sejarah Indonesia, pasti mengetahui bahwa salah satu sumber.
primer, sumber penting, apabila kita membahas Indonesia terutama pada masa VOC, itu masa polonial, itu akan berhubungan dengan sumber-sumber berbahasa Belanda. Oke, ini ancangan yang akan saya sampaikan. Jadi, saya akan mulai dengan karya-karya sejarah Indonesia yang menggunakan sumber-sumber berbahasa Belanda, kemudian sumber bahasa Belanda, sumber dalam penulisan sejarah Indonesia, mungkin tips ya terkait dengan bahasa Belanda sumber khususnya untuk sumber sejarah.
Oke, saya mulai dengan beberapa karya penting. Ini pertama ini dari Prof. Sartono Kartudirjo, beliau menulis desertasi yang sangat menarik terkait dengan pemerintahan petani Banten pada abad 19. Beliau promosi di Amsterdam, di Uva. Kemudian ada Prof. Lapian.
dan juga tidak kalah menariknya membahas tentang Laut Sulawesi, jadi orang laut, pajak laut, raja laut, yang juga mengambil latar tahun atau abad ke-19. Kemudian ada Prof. Verisa, ini guru besar di UI, beliau juga membahas pada perhidupan yang berhubungan dengan perhidupan kolonial, beliau membahas Halmahera Timur dan Raja Jailolo. Kemudian ada... Pak Ong, ini beliau membuat disertasi di Yale University, dan ini baru saja diterjemahkan, disertasi beliau, yang membahas Madiun pada abad ke-19. Kemudian Prof. Susanto Zuhdi, juga mengambil periode masa VOC, beliau membahas sejarah Buton.
Di sini ada sebelah kanan ada karya dari Mas Bondan, beliau menyelesaikan disertasi di Leiden. Ini periodenya masa VOC. Kemudian juga FIB pernah menerbitkan buku yang terkait dengan situasi sekarang, wabah pandemi.
Ada satu buku menarik terkait dengan pandemi influenza pada tahun 1918 di India Belanda. Dan di sini tentunya menggunakan sumber-sumber berbahasa Belanda, pasti-pasti berbahasa Belanda. Dan yang sebelah kanan ini karya terbaru. Ini disertasi yang juga diselesaikan di FIB mengenai wabah penyakit dan penanganan di Cirebon. Kalau kita lihat dari tahunya, itu juga menggunakan sumber-sumber berbahasa Belanda tentunya.
Dan tentunya saya sendiri kalau saya bicara tapi tidak membuktikan bahwa saya juga menggunakan sumber-sumber berbahasa Belanda, ya sama saja bohong. Yang sebelah kanan itu disertasi saya sudah diterbitkan. Ini membahas tentang pariwisata di India Belanda, tentunya pada masa kolonial.
Kemudian yang sebelah kiri ini ya ada beberapa juga yang saya ambil dari sumber-sumber primer. Karena ketika kita mencari sumber atau mencari data, kalau dalam E2D itu ada namanya proses kritik sumber. Nah ini tentunya tidak semua data itu bisa kita gunakan untuk penelitian, untuk disertasi. Nah biasanya itu kan kita sisihkan.
Di sini saya tidak membuang data tersebut, saya simpan, saya kumpulkan. Kemudian... Saya buat tulisan-tulisan ringan sehingga jadilah itu yang sebelah kiri, bukan tabu di Nusantara.
Jadi ada data-data yang istilahnya tidak bisa dimaksudkan dalam penelitian disertasi, itu saya akribitkan dalam... bentuk buku yang boleh dinyatakan seni populer. Selain data-data sifatnya arsip, kita juga bisa melihat bahwa sebenarnya dalam bahasa Belanda pun juga ada data-data yang dari, misalnya di sini Pak Neli Suratminto, beliau membuat presentasi tentang makna sosial historis waktu Nisan V.O.C. di Batavia. Jadi beliau selain menggunakan arsip, juga menggunakan data-data dari deskripsi Nisan.
yang ada di Batavia. Saya kira ini juga salah satu hal yang menarik, tidak hanya sekedar arsip dokumen yang tertulis, tapi juga berupa inskripsi. Dan saya kira masih banyak, tidak hanya di Batavia, ada hampir di semua tempat di Jawa, atau mungkin di Maluku, yang juga ada nisan-nisan dari Mas Afi Ossin. Dan saya dengar Pak Lili juga sedang menyesuaikan buku tentang... Batu Nisan, mungkin di seluruh Indonesia.
Selain karya ilmiah atau pentadala non-fiksi, ternyata juga sumber-sumber dalam bahasa Belanda ini bisa dimanfaatkan untuk karya fiksi. Nah, yang sebelah kiri adalah karya dari Arthur Yapeng. Ini The Smart and the Mighty Peter Hart sudah dicemakan dalam bahasa Inggris.
Ini terbit tahun 1997. Ini mengenai ada dua tokoh putra Afrika, tepatnya Ghana. Yang satu adalah Kwasi Bwaki. Ini studi di Delft, di Belanda, kemudian ditugaskan di India Belanda. Nah, Bwaki ini menghabiskan masa hidupnya di Bogor, Bogor Timur, di daerah Bantar Petek. Tahun akhir abad ke-19.
Dan ketika... Arturyapen datang ke Indonesia itu tahun 2004, saya sempat bertanya bagaimana dengan data-data yang digunakan. Ternyata Arturyapen menggunakan data-data arsip.
Nah ini saya kira menarik. Dan memang di arsip nasional itu ada arsip khusus menenai buah ki ini. Dan saya kira ini menjadi tantangan juga terkait dengan tokoh orang Afrika yang datang ke India Belanda.
Yang sebelah kanan, ini karya dari Mas Iksaka Banu bersama Mas Kurnia Effendi. Ini novel pangeran dari timur yang menceritakan tentang Raden Saleh. Nah ini di dalam buku Arti Yaping juga muncul Tok Raden Saleh yang mengomentari Bu Haki ini. Ketika Bu Haki ini minta dilukis, Raden Saleh berkomentar, Anda terlalu hitam, terlalu gelap.
Jadi kalau misalnya dilukis itu tidak akan muncul dalam lukisan. Ini anekdot dari Raden Saleh. Dan...
Mas Iksaka Banu dan Mas Purnia Fendi ini berkolaborasi dan ini merupakan karya yang boleh dikatakan menggunakan data-data riset, menggunakan sumber-sumber yang menggunakan bahasa Belanda. Bahkan Mas Iksaka Banu dan Mas Purnia Fendi datang ke Belanda sengaja untuk melihat seberapa dekat data yang mereka peroleh dengan data yang sebenarnya, jadi semacam studi lapangan. Ini karya yang sangat panjang. dimulai tahun 1999 dan selesai 2019. Jadi bisa kita katakan bahwa tidak hanya untuk penulisan sejarah, tapi juga bisa untuk penulisan fiksi. Nah dari contoh karya-karya yang tadi sudah saya sampaikan, kita bisa melihat bahwa tentang data yang digunakan atau perilihan yang digunakan, ini mulai dari masa VOC, kemudian masa Hindia Belanda, bahkan sampai masa Republik Indonesia.
Ini masih ada data-data yang menggunakan bahasa Belanda. Dan beberapa tahun lalu, mahasiswa saya ini membuat skripsi terkait dengan bahasa Belanda di Indonesia tahun 50-an. Dan mereka menggunakan data-data dari aksip nasional, terutama ada juga yang menggunakan bahasa Belanda.
Dan tahun ini saya bekerjasama dengan Mas Bondan, riset kolaborasi, membahas tentang... penyakit pada tahun 50-an di Indonesia. Dan di sini saya menggunakan banyak data dalam rasa Belanda.
Nah, terkait dengan arsip, dokumen yang digunakan dalam penulisan sejarah Indonesia, ini terhentang untuk periodenya dari abad 17, abad 18, abad 19, sampai abad 20. Tadi sudah saya singgung, dan masing-masing itu punya ciri dan karakteristiknya. Jadi sehingga kalau kita misalnya langsung terjun masuk ke abad 17 tentunya itu perlu modal. Tidak modal lekat saja, tapi juga modal keterampilan dan pengetahuan. Seperti yang dikatakan oleh Ibu Elisa, bahwa untuk bisa memahami sumber terutama dalam bahasa Belanda ini tidak hanya mengandalkan Google Translate saja.
Jadi butuh modal terkait dengan pengetahuan struktur bahasa Belanda modern. Nah, untuk inskripsi ini hampir sama. Jadi tadi saya katakan Pak Lili Suratminto meneliti tentang batu-batu nisan, tulisan dalam nisan yang terkait pada masa EOC. Jadi ada dari abad 17, kemudian abad 18, abad 19, hingga ke abad 20. Dan untuk jenis arsip sendiri, macam-macam, mungkin Bapak Ibu yang berkecimpung di arsip atau mungkin sejarawan mengetahui bahwa pada... Masa VOC, misalnya ada Gach Register, ada MISIF, kemudian untuk berita berikutnya ada BUSLIGHT, ada BUSLIGHT, BUSLIGHT itu adalah surat keputusan, BUSLIGHT ini laporan, ada STATSBLAD, semacam kumpulan dari BUSLIGHT.
Jadi ini macam-macam, jadi kalau misalnya Bapak Ibu menggunakan arsip ya tergantung ini, apa namanya, apa yang akan digunakan, sejauh mana arsip-arsip ini. bisa bermanfaat untuk pemerintahan ibu bapak dan teman-teman sekalian. Karena bisa saja dari tumpukan arsip yang bapak ibu gunakan, itu mungkin hanya selambar dua lembar saja yang bisa digunakan.
Karena kan selebihnya juga macam-macam informasi yang ada di dalam arsip tersebut. Nah ini contoh arsip dari abad 17, 1684. Kalau kita lihat dari jenis tulisannya, ini kalau misalnya yang tidak. terbiasa sudah pusing pusing berbi misalnya goyang-goyang kepala tanpa henti karena memang butuh keterampilannya, jadi ini sudah masuk keterampilan yang lain, paleografi bagaimana kita mengenali jenis tulisan jenis kata dan juga mungkin bagaimana strukturnya, kemudian berikutnya masih abad 17 memang tulisannya sangat indah sangat rapi, tapi kalau misalnya kita tidak bisa membacanya, ya percuma diketiri Ini contoh bagaimana variasi arsip pada abad ke-17. Berikutnya ini abad ke-18.
Ini kita lihat juga masih konsisten. Karena menggunakan tulisan tangan. Dan kalau kita lihat sekilas ini masih bisa terbaca.
Kalau misalnya Anda sudah terbiasa dengan tulisan tangan seperti ini. Karena semakin lama juga ada yang tulisannya sudah tidak terbaca lagi. Ini rup.
huruf O atau huruf A, ini huruf E atau mungkin huruf yang lain, karena memang boleh dilatakan mirip satu sama lain. Nah untuk paleografi, ini kita bisa diskusikan yang kedepan, karena saya bersama Pak Lili Surahmintol itu akan membahas tentang paleografi. Nah ini abad ke-19, ini diambil dari Bundel Yogyakarta, ini merupakan daftar senjata Pangeran Dipundegoro yang diserahkan kepada pemerintah Hindia Belanda. Jadi sebelum Panggangan Dipeneguri itu dibuang ke Manado, ini data persenjataannya yang dipumpulkan ini. Untuk berikutnya, ini masih abad 19, kalau kita lihat juga ada kombinasi menggunakan cetakan dan juga menggunakan tulisan tangan.
Jadi ini semacam... surat keputusan dari pemerintah Hindia Belanda. Nah untuk abad 20 ini ada yang memang masih tulisan tangan, tapi juga ada yang sudah diketik. Nah untuk yang ini saya kira tidak masalah, karena kita bisa membacanya dengan jelas, hanya persoalannya mungkin terkait dengan struktur atau mungkin pengenalan terhadap kata-kata yang ada di dalam maksib ini. Karena selebihnya kalau misalnya Anda terbiasa dengan bentuk-bentuk surat, untuk memutuskan keputusan, saya kira tidak begitu masalah.
Karena pada prinsipnya, katakanlah misalnya akte notaris pun juga kan ada template-nya, jadi apa yang harus dimasukkan dalam dokumen tersebut. Mungkin hanya perbedaannya nama, tempat, yang tahun, peristiwa yang ada di dalam. Oke, ini contoh Statsblad.
Jadi ini sudah dicetak dari bentuk tulisan tangan, ini biasanya dalam bentuk penjualan tentu, jadi memudahkan juga bagi kita untuk bisa mendapatkan informasi. Oke, selain arsip-arsip resmi dari lembaga-lembaga tertentu, ada juga arsip pribadi, disini adalah contoh surat dari Muhammad Hatta, Pakil Presiden Indonesia. yang ketika itu dibuang ke bandar Neira, dan beliau mengirim surat untuk sahabatnya yang ada di Belanda, yaitu Johannes Post, kalau kita lihat di bagian atas surat ini. Dan Hata dan Johannes Post ini memang bersahabat akrab. Selain dengan Johannes Post, juga dengan Henry Trulland Holtz, ini tokoh sosialis Belanda.
Jadi kita bisa melihat atau bisa mengetahui bagaimana hubungan Hata ketika dibuang di Pulau Banda dengan teman-temannya yang ada di Belanda. Ini kebetulan kalau kita lihat, ini menggunakan sintik. Jadi kita masih bisa... atau karena membaca, karena tidak ada kesulitan.
Berikutnya ini tulisan tangan dari Muhammad Hatta. Beliau memang sangat trafis sekali, kita bisa lihat bagaimana konsisten beliau ketika membuat surat. Dan ini juga ada tujukan untuk rekannya tadi, Yohanes Os. Dan macam-macam, ini dia macam-macam yang diceritakan mengenai situasi ketika di pembuangan atau mungkin juga terkait dengan... menanyakan kabar di Belanda, bahkan ada juga yang meminta dikirimkan buku.
Ini terkait dengan kegemaran dari Bung Hatta pada buku. Jadi beliau juga meminta buku pada temannya yang ada di Belanda. Nah ini termasuk juga kalau kita kaitkan ini bukan arsip, tapi ini adalah surat kabar yang juga tidak kalah pentingnya.
Saya kira ini sekarang ada tersedia. digital, jadi kita bisa mengakses, kita bisa gunakan masalahnya adalah bagaimana cara masuknya ada semacam pintu masuknya, jadi kata kuncinya apa, jadi ini bisa macam-macam apa namanya, berbagai hal yang mungkin menarik, atau mungkin yang pernah terjadi pada abad 20 awal ini bisa kita ketahui, misalnya ini ini dari The Lokomotif ada... tanggal 30 Oktober 1918, ini mengenai flu Spanyol yang merebak di Surabaya dan di wilayah timur Jawa.
Kalau kita lihat di sini banyak sekali informasi yang bisa kita peroleh dari artikel di Surat Kabar. Kemudian ini mungkin untuk teman-teman arkeologi, ini ada Candi Asu, yang mungkin bisa... tahun ini, asu itu artinya apa, saya tidak perlu sebutkan.
Yang jelas ini adalah informasi mengenai candi yang ditemukan. Ini diambil dari Verhanderingen, ditulis oleh Verbeek. Ini 1891. Dan saya kira ini juga tidak hanya sejarah, arkeologi juga memanfaatkan sumber-sumber berbahasa Belanda, karena banyak peneliti atau banyak pakar arkeolog dari Belanda pada masa awal, itu banyak sekali. penelitian tentang Indonesia, tentang masa Indonesia masa kuno, dan ini tentunya masih bisa atau dapat dimanfaatkan oleh teman-teman yang berkimpung di arkeologi nah kemudian terkait dengan inskripsi seperti tadi yang sudah saya sampaikan, ini juga bermanfaat juga karena memuat informasi misalnya disini adalah monumen dari Peter Erbufeld ini dihukum pada... abad 18 ya, 1722, karena dianggap membantu pemberontakan di Batavia.
Ini Peter Eberfeld adalah orang Indo, Indo-Siam, dan untuk mengingatkan orang lain supaya tidak memberontak. Itu tengkorak dari Eberfeld ini dipajang dan dijadikan sebagai monumen. Kemudian ini wisan dari Baron van Imhof.
Saya kira mungkin depan Pak Lili akan banyak bercerita tentang inskripsi di Nissan. Dan yang berikutnya, ini Nissan dari PYB di Paris. Ini kalau dilihat dari namanya bukan orang Belanda, karena memang ini orang Perancis yang bertugas untuk pemerintah India-Belanda. Dia bernyabat sebagai Wakil Ketua Dewan India, kemudian menjadi Gubernur di Solosi, dan ikut ekspedisi.
Bone, di Sulawesi. Di perjalanan, Peres ini sakit, dia meninggal dunia, dan pesannya, sebenarnya dia berpesan, kalau dia meninggal itu minta dimakamkan di Surabaya. Nah, ketika itu dia meninggal bukan di Surabaya, tapi meninggal di perjalanan di daerah Wajo.
Dan tidak ada peti, karena memang tidak disiapkan untuk Peres ini meninggal. Sehingga anak buahnya itu terpaksa membongkar peti yang berisi anggur, wine, dan dikeluarkan dan dimasukkan jasad dari Peres ini untuk dibawa ke Surabaya. Ini saya kira juga menjadi hal yang menarik kalau kita tahu bagaimana tokoh Peres ini tidak hanya sekedar informasi yang ada di batu nisan ini.
Kalau bisa kita katakan bahwa ketika kita menganalisis sumber-sumber berbahasa Belanda, terutamanya abad 17, 18, 19, di sini kita juga memerlukan keterampilan yang lain, filografi, kemudian epigrafi, terkait membaca tulisan atau inskripsi di anisan. Kemudian juga kamus berbahasa Belanda abad 17, mungkin dalam bentuk glosarium. Saya kira pihak arsip nasional itu menerbitkan ini, bekerjasama dengan pihak Belanda. Dan juga yang tidak kalah penting adalah pengetahuan dasar lanjut mengenai tata bahasa-bahasa Belanda.
Saya kira ini sangat penting sekali, karena walaupun tadi Ibu Elisa sudah mengatakan ada Google Translate, tapi kalau kita tidak tahu strukturnya, itu akan kemana-mana. Belum lagi kalau misalnya terkait dengan kata-kata yang sudah tidak digunakan lagi. Ini seringkali biasanya kalau saya tugas mahasiswa, biarkan saja pakai Google Translate.
Tapi pasti hasilnya kemana-mana. Dari situ kita belajar. bahwa tidak hanya sekedar kita memanfaatkan teknologi, tapi juga memiliki dasar pengetahuan untuk menggunakan teknologi.
Nah ini saran yang saya berikan untuk teman-teman di S1 dan di S2 yang mempelajari bahasa Belanda sebagai bahasa sumber. Dan untuk mahasiswa sejarah ini khususnya, karena mereka juga perlu juga diberikan... pengetahuan dasar tentang bahasa Belanda. Jadi kompetensinya itu adalah jika mereka ini diberikan teks bahasa Belanda sederhana, mereka bisa memahami dan juga bisa menjawab pertanyaannya berhubungan dengan teks.
Jadi tepat sekali yang dikatakan oleh Ibu Elisa bahwa berbeda dengan bahasa Belanda komunikatif. Ketika komunikatif, hal-hal yang praktis dalam percakapan, sehari-hari bagaimana, tapi khusus untuk bahasa Belanda adalah Untuk mahasiswa sejarah misalnya, kita tidak berhubungan atau katakanlah mempelajari yang berhubungan dengan bahasa Belanda komunikatif. Kita banyak di sini menggunakan atau memberikan bahasa Belanda, tetap bahasa Belanda, terutama bahasa Belanda dasar, dan alfala apa saja yang perlu diketahui ketika mempelajari bahasa Belanda sebagai bahasa Belanda sumber.
Nah ini, misalnya... Saya memberikan tips, coba perhatikan kata-kata yang tidak berubah, tidak dapat berubah, maksudnya tetap. Misalnya sini artikel, itu kan tidak berubah sama sekali.
Kemudian kata sambung, kemudian keterangan, adverb, kemudian juga preposisi, angka, numeral, kemudian juga kata ganti orang, tidak berubah. Jadi mereka cukup tahu bahwa ini adalah kata-kata yang tidak berubah. Dan fokusnya adalah... kata-kata yang berubah. Misalnya di sini kata kerja, first.
Kemudian kata benda atau kata sifat. Ini mengalami perubahan. Dan mereka setidaknya tahu bahwa kata-kata ini berubah, tapi bukan sifatnya produktif. Mereka menghasilkan satu kalimat, tapi setidaknya tahu bahwa kata-kata ini berubah asalnya dari mana. Nah, ini yang kami berikan di kuliah Bahasa Belanda Dasar.
mahasiswa sejarah, jadi fokusnya pada struktur utama struktur yang sangat sederhana, misalnya seperti ini jadi dalam bahasa Belanda sederhana ya, strukturnya ada subjek, ada verba atau ada kata kerja, ada res, res ini sisanya itu, dan disini contohnya misalnya subjeknya hei kemudian verbanya les les itu membaca Kemudian vendah, vendah ini adalah keterangan waktu. Nah, kata ini adalah, struktur ini adalah struktur biasa dalam bahasa Belanda. Dan ini bisa berpuluh ke tempat, namanya nanti inversi.
Dimana di bagian awal, itu bukan subjek, tapi restnya ke depan. Ini keterangan waktunya, di depan, di awal kalimat. Jadi vendah, les, hey. Nah ini yang saya tekankan, jadi mereka mengetahui dulu, mana verbanya, ini saya kira, Apa namanya, berulang kali kalau kita latihan, mana firbahnya, mana firbahnya, sampai akhirnya mereka bisa mengetahui dengan cepat mana firbah dari kalimat tersebut.
Karena pada umumnya ya, struktur kalimat dalam bahasa Belanda kuno, bahasa Belanda abad 18-19 itu panjang-panjang. Jadi mungkin satu kalimat satu paragraf. Jadi mereka harus tahu kalimat intinya yang mana. Ini memang perlu latihan berulang-ulang.
Dan di sini memang buat yang cepat bosan dengan ilmu bahasa itu akan bosan sekali. Karena itu kita sering menggunakan cara-cara semacam permainan atau kuis untuk bisa melatih mereka. Jadi restnya tadi ini macam-macam. Untuk memudahkannya kita buat singkatan T-O-P.
T itu. Tahit atau time, waktu. O itu object. P itu place.
Jadi, suruh-suruh ini kalau misalnya lengkap, itu urutannya waktu, object, kemudian tempat. Jadi, misalnya ini jenis yang aku buat kalimat dari kalimat yang sebelumnya tadi. Ini lengkap. Ada T, ada O, ada P.
Jadi, kalau misalnya tidak lengkap, ya mana itu? Ini. kalau lengkap, rutan seperti ini. T, O, atau P.
Karena kan kalau dalam bahasa Belanda, heles saja sudah jadi kalimat. Heles van dag, sudah jadi kalimat. Dia tambahkan lagi misalnya, heles van dag het boek.
Sampai akhirnya ada keterangan apa namanya untuk tempat. Nah, ini contoh sederhana ketika kita mengajarkan atau memberikan pelajaran mengenai bahasa Belanda dasar untuk mahasiswa sejarah. Oke, sekarang kita latihan coba.
Ini dari teks koran tadi ya. In the surabaya subladen, lezenvel. Mana verbanya?
Mana? Bladen atau lezen? Nah, kalau kita lihat di sini, verbanya adalah lezen.
Kemudian mana kata bendanya? Kata bendanya ya, kita lihat di sini. Mana yang kata benda?
Ini kan macam-macam ya. Kata bendanya ya, di sini ada bladen. Dan ini kalau kita lihat subjeknya, mana subjeknya? Yang kanan, kami atau kita. Jadi kalau kita lanjut ke sini, ini strukturnya yang mana?
Subjek, verbal rest, atau rest verbal subject. Tentunya kalau tadi sudah ketahuan bahwa subjeknya ada di sebelah kanan, maka ini jawabannya adalah yang B. Dan itu saya sering, apa namanya, kita mengingat apa? untuk supaya mereka mudah, sama seperti kita menyebrang, kita tengok kanan, tengok kiri, mana verbanya sudah dapat, sudah dari verbanya kita bisa tengok kanan, tengok kiri.
Kalau misalnya subjeknya ada di sebelah kiri, berarti ini kalimat biasa. Tapi kalau misalnya subjeknya ada di sebelah kanan, ini inversi. Sekarang itu apa namanya yang bisa kita berikan, maksudnya yang simple, yang sederhana mereka supaya bisa cepat.
mengerti. Dan sebagai penutup, tantangannya ketika kita mempelajari atau mungkin membaca teks-teks dalam bahasa Belanda, pertama spelling. Tadi juga Iza mengatakan ejaan mengalami perubahan, walaupun tidak terlalu klasis, tapi setidaknya kita tahu ejaan itu mengalami perubahan.
Kemudian strukturnya, atau bahasannya. Kemudian makna dari kata. Ini seringkali juga makna kata-kata yang muncul pada abad 17, itu berbeda maknanya dengan kata-kata pada abad 18, 19, dan berikutnya. Dan yang terakhir adalah konteks sejarahnya. Saya kira ini membantu sekali, karena misalnya nanti ada teks yang terkait dengan suatu peristiwa lokal, misalnya kita harus tahu konteksnya.
Karena mungkin ada kata-kata atau kata-kata istilah yang digunakan dalam peristiwa tersebut dari bahasa lokal. Demikian kira-kira yang bisa saya sampaikan. Terima kasih. Jangan ke-well. Kita akan mungkin bisa lebih lanjut di diskusi.
Terima kasih. Saya kembalikan ke Bu Christina. Terima kasih Pak Ahmad untuk paparan yang sungguh mengayakan pengetahuan saya pribadi dan saya kira juga teman-teman.