Flashcards for:
Sejarah dan Kepercayaan Sunda Wiwitan

Tantangan utama termasuk konflik dengan agama lain, tekanan sosial, dan perlunya pengakuan administratif.

Penganut Sunda Wiwitan umumnya ditemukan di desa-desa di Banten dan Jawa Barat, seperti Kanakes dan Cipta Gelar.

Toleransi diperlukan untuk memastikan keberlanjutan dan penghormatan bagi kepercayaan Sunda Wiwitan dalam masyarakat yang beragam.

Kitab ini berisi ajaran keagamaan dan moral dari zaman Kerajaan Sunda yang menjadi panduan bagi penganut Sunda Wiwitan.

Upacara susukuran panen padi dilaksanakan sebagai bentuk syukur atas hasil panen dan memohon keberkahan bagi kehidupan masyarakat.

Aliran Keranggan terpengaruh oleh unsur-unsur dari agama Hindu, Buddha, dan Islam, menciptakan pembauran kepercayaan yang unik.

Prinsip dasar dalam 'Cara Ciri Manusia' mencakup welas asih, tata krama, dan nilai-nilai lain yang mendasari kehidupan manusia.

Ketiga macam alam adalah Buana Nyungcung (kediaman Sang Hyang Kersa), Buana Panca Tengah (tempat manusia dan makhluk lainnya), dan Buana Larang (konsep neraka).

Putusan Mahkamah Konstitusi mendukung pencantuman aliran kepercayaan seperti Sunda Wiwitan di KTP dan KK, memberikan pengakuan administratif yang lebih baik.

'Cara Ciri Manusia' fokus pada prinsip kehidupan individu, sedangkan 'Cara Ciri Bangsa' menyoroti perbedaan aspek kultural dan sosial antar kelompok manusia.

Tujuh Batara adalah turunan dari Sang Hyang Kersa dan dianggap sebagai leluhur orang Kanekes.

Penyegelan terjadi terkait dengan masalah administratif, yaitu pengajuan Izin Mendirikan Bangunan (IMB).

Sunda Wiwitan memiliki hubungan historis dengan aliran kapitayan di Jawa, terutama dalam konsep teisme purba.

Sang Hyang Kersa adalah Tuhan tertinggi dalam Sunda Wiwitan, juga dikenal sebagai Batara Tunggal.

Madra'is adalah aliran kepercayaan baru yang sering diidentifikasi sebagai bagian dari atau terkait dengan Sunda Wiwitan.