Revolusi hijau adalah upaya dan cikal bakal kemajuan teknologi pertanian untuk meningkatkan produktivitas hasil pangan. Tujuannya adalah mengubah penggunaan teknologi tradisional pada sektor pertanian dengan menerapkan teknologi modern. untuk hasil yang optimal. Indonesia sebelumnya sudah dikenal sebagai negara yang kaya hasil pertanian dan perkebunan, misal padi, jagung, kedelai, ubi, teh, dan kopi. Revolusi hijau berpengaruh besar pada produktivitas kedua sektor Untuk mencukupi kebutuhan penduduk Indonesia Revolusi hijau dilakukan dengan beberapa cara Misal, meneliti dan percobaan bibit unggul Gagasan revolusi hijau berawal dari hasil penelitian yang dikerjakan oleh Thomas Robert Malthus Lewat tulisannya, Malthus mengatakan kemiskinan dan kemelaratan Timbul dari pertumbuhan penduduk yang tidak seimbang dengan produksi pangan.
Masyarakat tumbuh lebih cepat dari peningkatan produksi pertanian. Penelitiannya membuat beberapa lembaga seperti Ford Foundation dan Rockefeller Foundation melakukan penelitian lebih mendalam. Proses revolusi hijau pada negara-negara berkembang diawali dengan menanam gandum di Meksiko pada tahun 1950 dan Filipina pada tahun 1960 setelah Perang Dunia I usai. Ada juga sosok yang kini dikenal sebagai Bapak Revolusi Hijau adalah Norman Ernest Burlaug, seorang agronomis yang berhasil meraih Anugerah Penghargaan Perdamaian Nobel tahun 1970. Dia berjasa besar dalam berupaya meningkatkan produksi pangan dan menumpas masalah kelaparan penduduk dunia. Sementara di Indonesia, revolusi hijau mulai diupayakan di zaman Orde Baru pada program pembangunan.
Saat itu Kabinet Ampera diberikan tugas memperbaiki kehidupan rakyat, baik itu pada kebutuhan pangan maupun sandang. Berbagai upaya dilakukan untuk meningkatkan pasokan pangan dengan revolusi hijau yang membuahkan hasil berupa suasembada beras untuk 5 tahun, yaitu pada tahun 1984 hingga 1989. Meski suasembada ini tidak berlangsung dalam waktu yang panjang. Proses revolusi hijau di Indonesia menerapkan 4 hal yang berbeda. yang penting, yaitu sistem irigasi untuk penyedia air, penggunaan pupuk secara optimal, penggunaan pesticida, berdasarkan tingkat serangan hama, dan penggunaan bahan tanam berkualitas seperti varietas unggul. Cara pemerintah Indonesia mendorong revolusi hijau yang pertama adalah intensifikasi pertanian, yaitu cara yang dilakukan dengan memilih bibit unggul, mengolah tanah, irigasi, pemupukan, dan pemberantasan hama.
Cara pertama ini disebut juga dengan panca usaha tani. Yang kedua adalah ekstensifikasi pertanian, yaitu usaha untuk memperluas lahan tani dengan membuka lahan baru. Yang ketiga adalah diversifikasi pertanian, yaitu upaya membuat suatu lahan berisi beragam jenis tanaman lewat sistem tumpang sari. Cara ini dapat mencegah gagal panen pokok.
Yang terakhir adalah rehabilitasi pertanian, yaitu upaya pemulihan produktivitas yang dapat membahayakan kondisi lingkungan. Fokus revolusi hijau adalah meningkatkan pemenuhan pangan pokok, khususnya serealia, untuk kebutuhan karbohidrat. Di masa pemerintahan Soeharto, Indonesia sempat menjadi negara suasembada pangan besar di dunia di tahun 1980-an.
Dampak positif revolusi hijau antara lain, kesejahteraan petani meningkat, ekonomi pedesaan menguat, ketahanan pangan nasional meningkat, kesadaran masyarakat pedesaan terhadap pentingnya adaptasi teknologi terbuka. Selain manfaat dari revolusi hijau, ada dampak negatif, yaitu petani ketergantungan dengan pupuk kimia dan pesticida yang tidak ramah lingkungan. Kemunculan kapitalisme di sektor pertanian, teknologi modern belum merata, sehingga ada kesenjangan.
Sejak saat itu, masyarakat menyadari keberhasilan di bidang pertanian tak cukup dengan revolusi hijau saja, namun perlu ada pembangunan pada lingkungan pertanian berkelanjutan.