Transcript for:
Cinta Ilmu dengan Sepenuh Hati

In tansur Allah yansurkum wa yuthabbit akudamakum Alhamdulillah, Rabbil Alamin, wassalatu wassalamu ala nabiyyina wa sayyidina Muhammadin wa ala alihi wa sahbihi ajma'in. Amma ba'd, nuwasil ayuhal ikhwah, kiraatana min kitabihi khulasati fa'adhimil ilmi, isyikh salih ibn abdillah, isyikh salih ibn abdillah al-wasaymi habidahu Allah ta'ala, wasanakara Di hadis ini, Al-Maqidah At-Tasiyah Asyar Hari ini kita akan membaca Prinsip yang ke-19 Yang punya kitab, silahkan dibuka halaman 136 Bagaimana kira? Fadl? Fadl? Bismillahirrahmanirrahim Kala al-mu'alif al-sheikh Salihul abdillahil'usaymi Hafizullah ta'ala Al-ma'qidu tasi'a asyar Syagafu al-qalbi bil'ilmi Wa ghalabatuhu alaih Al-ma'qidu tasi'a asyar Syagafu al-qalbi Bil'ilmi Wa ghalabatuhu alaih Prinsip yang ke-19 Adalah mencintai ilmu Sepenuh hati hati mencintai ilmu sepenuh hati inilah tema yang diletakkan pembahasannya oleh penulis di akhir-akhir kitabnya karena pembahasan terakhir adalah prinsip yang ke-20 inilah prinsip yang sebelum terakhir jadi untuk sampai Ke level ini Mencintai ilmu sepenuh hati Itu berarti melalui proses Ya melalui proses Makanya pembahasan tentang ini tidak ditaruh di awal Tapi ditaruh di menjelang akhir Agar kita mengerti bahwa Untuk sampai kepada tingkatan mencintai ilmu apalagi sepenuh hati itu tidak seperti membalik telapak tangan namun membutuhkan perjuangan yang panjang jatuh bangun, pengorbanan, dan menjalani prinsip-prinsip yang sudah kita sebutkan sebelumnya.

    1. Beliau mengawali pembahasan tentang prinsip yang ke-19 ini dengan mengatakan fasiruqut talabilahu yujibu mahabbatahu wa ta'alluqal qalbibih Keseriusan dalam belajar ilmu, agama akan berkonsekuensi pada kecintaan dan ketergantungan hati kepadanya. Jadi kalau orang betul-betul serius dalam belajar, maka dia akan cinta. Dia akan kepikiran terus Ta'allukul qalbibihi Hatinya kepikiran terus Ketika lepas sebentar Dia merindukan untuk kembali lagi Sehingga Santri yang sudah sampai level ini Dia Bukan nunggu kapan libur Tapi dia nunggu kapan?

Masuk Ketika ustadznya tidak bisa mengajar karena ada halangan Dia bukan senang Tapi dia sedih Dia tidak suka ketika liburnya terlalu lama Dia pengennya liburnya sebentar saja Itulah ta'alluqul qalbibih Hatinya itu Teringat terus dengan ilmu Karena teringat terus dengan ilmu Maka Dia pun akan berusaha untuk tidak terlambat Bahkan dia berusaha untuk datang Sebelum waktunya Karena kerinduan dia Coba perhatikan orang-orang yang maniak bola. Orang-orang yang maniak bola. Ketika klub favoritnya itu main dan dia punya duit untuk menyaksikan langsung di stadion. Ketika sudah ditentukan permainannya akan dimulai jam 4 sore misalnya. Dia akan datang kapan?

Sebelum dulu Dia gak pengen ketinggalan Itu kalau orang sudah Suka, sudah maniak Sayangnya Maniaknya bola Mestinya kita para santri Harus lebih mencintai ilmu dibandingkan para fans bola mencintai bola Kalau betul-betul cinta, kenapa telat-telat terus? Mestinya kalau betul-betul cinta, sebelum pelajar di mulus sudah datang, sudah nunggu وَلَا يَنَالُ الْعَبْدُ دَرَجَةَ الْعِلْمِ حَتَّى تَكُونَ لَذَّتُهُ الْكُبْرَ فِيهِ Seorang tidak akan mencapai derajat ilmu yang tinggi kecuali manakala kenikmatan terbesarnya adalah saat mempelajari ilmu Jadi orang tidak akan bisa sampai level derajat tinggi dalam keilmuan Tidak akan sampai menjadi ulama Apalagi ulama yang mumpuni sampai belajar adalah kenikmatan terbesar dia. Jadi bukan hanya sekedar menikmati belajar, bukan.

Tapi sampai level bahwa ketika belajar itulah kenikmatan terbesarnya. Mengalahkan kenikmatan-kenikmatan yang lainnya. Makan nekmat betul, bermain nekmat, berkumpul dengan teman nekmat.

Tapi orang yang betul-betul cinta kepada ilmu, maka belajar itu mengalahkan kenekmatan semuanya. Sehingga dia tidak suka ketika aktivitas belajarnya itu terganggu dengan hal-hal lain. Karena dia sedang asyik Sebagaimana orang yang suka banget dengan game Dia marah ketika sedang asyik-asyik main game terus apa? Diganggu, dia marah Sayangnya dia asyiknya main game Harusnya kita itu Kalau betul-betul cinta kepada ilmu ketika sedang asyik-asyiknya belajar Kita gak suka diganggu dengan hal-hal lain Diajak ngobrol sama teman misalnya Kalau memang waktunya sedang belajar Diajak main Kalau memang waktunya sedang belajar Sehingga betul-betul fokus Seperti teman-teman yang mungkin masih belajar online, dia nggak suka untuk buka-buka aplikasi yang lain, bukain WA atau bukain Instagram atau bukain Facebook, ketika lagi ikut daurah kayak gini. Karena hal-hal itu akan mengganggu sebagaimana orang yang suka banget game.

Terganggu ketika dia dipanggil oleh ibunya untuk sekedar beli garam di warung sebelah. Dia merasa terganggu. Padahal itu adalah ibadah. Terus bagaimana supaya kita bisa sampai level itu? Bisa sampai level mencintai ilmu sepenuh hati.

وَإِنَّمَا تُنَالُ لَذَّةُ الْعِلْمِ بِثَلَاثَةِ أُمُورٍ ذَكَرَهَا أَبُوْ عَبْدِ اللَّهِ إِبْنُ الْقَيِّمِ رَحِمَهُ اللَّهُ Ibnul Qayyim, rahimahullah, menyebutkan ada tiga hal yang akan memunculkan kenikmatan dalam belajar. Ini penting. Jadi, ketika kita masih dalam taraf menjadikan belajar itu sebagai beban, Menjadikan belajar itu sebagai beban Yang memberatkan, yang membosankan, yang menjemukan Agar kita bisa meninggalkan perasaan itu maka Perlu kita ikuti tiga langkah yang disebutkan oleh Ibnul Qayyim ini Ahadihah yang pertama Badhlul wus'i wal jahdi Yang pertama adalah mengerahkan segenap usaha dan tenaga Ini yang pertama Jadi agar kita menikmati ilmu itu adalah Seluruh potensi yang kita miliki kita kerahkan Potensi harta Potensi tenaga Potensi pikiran, potensi kecerdasan, potensi waktu. Apapun potensi yang kita miliki, semuanya kita korbankan untuk belajar ilmu agama. Ini langkah yang pertama.

Orang bisa menikmati melihat sunset atau sunrise di puncak gunung. Setelah apa? Setelah dia seharian capek mendaki Potensi tenaganya dia kerahkan Baru dia merasakan kenikmatan Sayangnya hanya sekedar untuk menikmati sunrise sunset yang cuma beberapa menit saja Ilmu Memerlukan pengorbanan yang lebih dari itu Karena ilmu itu akan kita nikmati bukan beberapa menit Sebagaimana kita menikmati sunrise dan sunset Tapi ilmu itu akan kita nikmati seumur hidup kita Bahkan setelah kita nanti mati Sehingga ilmu itu layak Ilmu itu pantes Untuk kita kerahkan seluruh potensi yang kita miliki Potensi waktu kita, potensi pikiran kita, potensi tenaga kita, potensi suara kita Ketika mau rejahkan, mau gak mau harus apa?

Meruahkan suara, sampai serak, gak apa-apa Gak ada masalah Ulama kita, ya Bukan hanya serak suaranya, sampai ulama kita kehilangan pengelihatannya sampai buta salah satu yang seingat saya kalau gak salah kalau gak salah Imam Ibn Qasir kalau tidak salah, rahimahullah, di akhir hidupnya ada beberapa ulama disebutkan kayak gitu, di akhir hidupnya sampai kehilangan penglihatan sampai buta apa pasalnya Karena keterbatasan pencahayaan. Jadi malam-malam belum ada listrik saat itu. Adanya apa?

Tap lock, sentir lampu dari api yang redup tentunya, redup. Gak terang, kemudian kena angin, ya goyang-goyang, itu kan berpengaruh. Sampai seperti itu. Mereka berkorban untuk belajar Untuk mempelajari agama Allah SWT Tenaganya mereka kerahkan Hartanya kita sudah dengar Imam Malik Sampai jual apa kemarin? Atap rumahnya Ada yang sampai jual perkakas milik ibunya Panci dijual Ada yang jual baju Itu baru menikmati belajar itu kalau udah seperti itu Kalau sudah habis-habisan itu baru menikmati Tapi kalau masih manja Masih lebih sayang kecet Sebenarnya bisa pakai HP yang 200 ribuan atau 300 ribuan.

Sekedar untuk menghubungi keluarga. Tapi dia sayang. Ini ada HP yang smartphone. Sebenarnya bisa dijual.

Lumayan bisa buat beli kitab gitu. Dia masih sayang dengan gadgetnya ini. Dia belum akan merasakan kenikmatan belajar. Wah nanti kalau HP-nya HP jadul nanti nggak bisa buka ini, nggak bisa buka ini, nggak bisa internet kan.

Belum akan bisa menikmati, belum. Sebagaimana yang disebutkan dalam beberapa literatur sejarah, ada sebagian ulama sampai jual rumah. Jual rumah supaya bisa beli kitab, supaya bisa beli kitab.

Jadi kalau Allah takdirkan antum itu punya kelebihan rizki Membeli kitab itu salah satu alokasi dana Yang itu akan menjadi harta karun Dulu anak ketiga dan beda dana seperti itu Kalau ada beasiswa Otomatis sepertiga dari beasiswa itu Anak alokasikan untuk itu Sepertiganya untuk hidup Untuk makan minum disana Sepertiganya untuk dikirimkan ke istri Buat nafkah Sepertiganya untuk Beli kitab Alhamdulillah Sebagaimana yang untuk Lihat Harta karun Jadi ini yang pertama, potensi kita kerahkan semuanya, itu baru kita merasakan nekmat belajar. Termasuk juga potensi istirahat kita, sehingga anak sering sampaikan, bangun, santri itu bangunnya yang gasik. Jangan kelamaan tidurnya.

Habis isya' segera tidur, bangun nanti jam 1, jam 2, paling lambat. Setelah itu belajar, belajar, belajar, ibadah, ibadah, baca Quran. Itu sebenarnya ngantuk, ngantuk. Itu awal-awal aja, hanya awal-awal saja.

Tapi nanti kalau ritme tubuh kita sudah terbiasa. Itu tidak akan terlalu mengganggu Para ulama kita tidak sedikit Bahkan ulama yang kontemporer Sheikh Ibrahim bin Amir Rahili Habibullah Cerita ke anak Beliau tidurnya paling sehari semalam paling cuma 4 jam Cuma 4 jam Mana tanya Gak sakit, gak sehat Ya kadang-kadang kalau kecapean ya tertidur di atas meja sambil pegang kitab gitu. Kenapa? Karena sudah nikmat banget. Sudah nikmat banget dengan ilmu gitu.

Anak tidak minta antum langsung drastis, enggak. Tapi latihan ngurangi tidur, ngurangi tidur. Siang oke tidur lah, tidur siang.

Malam, jangan kebanyakan. Misalnya antum saat ini terbiasa tidur 8 jam, kurangi pelan-pelan 7 jam, kurangi lagi jadi 6 jam, gitu bertahap. Ngantuk, ya ngantuk memang, tapi perlu dilawan, nanti lama-lama akan menikmati.

Ini yang pertama. Wa thaniha sirkut talab. Yang kedua serius dalam belajar.

Apa? Serius. Betul-betul menyimak ketika lagi hadir pelajaran Pikirannya bukan kemana-mana Butuhkan ketika ikut pelajaran, ikut kajian itu adalah kehadiran fisik dan kehadiran otak. Ada sebagian orang cuma hadir apanya?

Fisiknya, otaknya entah kemana. Ada juga yang fisiknya gak hadir, otaknya apalagi. Dua-duanya enggak. perlu dua-duanya, serius itu adalah memperhatikan ketika sedang mengikuti pelajaran bahkan sebelum pelajaran dia sudah menyiapkan itu namanya serius jadinya sebenarnya gak suka ketika ada santri sudah tahu nih, besok jadwalnya setoran besok jadwalnya setoran hafalan, kok gak selesai setorannya, gak suka itu berarti gak serius Harusnya itu kalau sudah tahu besok jurnal setoran sudah disiapkan Tidak usah banyak alasan, ini alasan ini bukan ini Salah satu cara supaya paham pelajaran itu dibaca sebelum guru mengajarkan Alhamdulillah orang yang belajar pakai kitab, dia sudah bisa memperkirakan besok pelajarannya apa.

Karena pelajaran kemarin berhenti di halaman berapa, berarti setelah itu pelajaran berikutnya tinggal dibaca. Misalnya kayak gini nih, harusnya Antum itu kalau serius mengikuti daurah ini, sebelum masuk pelajaran sore ini, Antum sudah baca. Al-Ma'qir at-tasya'asyar.

Baca dulu. Sehingga punya background, punya bahan untuk memahami apa yang akan disampaikan kemudian. Jadi bukan modalnya itu sekedar datang baru baca saat dibaca oleh koreknya. Bukan seperti itu belajar. Serius itu bukan seperti itu.

Dulu yang kami praktekan di Madinah pun juga sama seperti itu. Jadi besok pelajarannya apa? Malamnya sudah dibaca semuanya, yang besok akan diajarkan oleh guru dibaca semuanya. Sehingga ketika masuk kelas, nyantol, punya modal.

Kalau orang sudah pernah baca sesuatu kemudian dijelaskan, itu akan lebih mudah untuk memahami dibandingkan datang-datang blank, kosongan sama sekali, nggak punya background apa-apa. Serius ketika ikut pelajaran, termasuk serius ketika meroja. Sudah tahu misalnya EQ kita pas-pasan.

Baca sekali gak cukup, untuk menghafal gak cukup. Ya berarti kita harus serius diulang-ulang. Ketika kita serius, saat itulah kita akan merasakan nikmatnya belajar.

Wa thalifiha, yang ketiga kata beliau, sihatun niyati wal ikhlas. Yang ketiga adalah niat yang lurus dan ikhlas. Ini adalah upaya batiniyah Kalau tadi upaya lahiriah Ikhlas Belajar untuk apa?

Untuk mengenal Allah Belajar untuk apa? Untuk mendekatkan diri kita kepada Allah Kan kita sudah kemarin dengarkan Al-ilmun nafi' Ilmu yang bermanfaat apa? Ilmu yang mendekatkan kita kepada Allah Jadi kita belajarnya adalah untuk mendekatkan diri kita kepada Allah Supaya kita bisa mengerti cara beribadah yang benar kepada Allah seperti apa Supaya kita bisa mengerti bagaimana cara meraih kecintaan Allah Supaya kita bisa mengerti apa saja yang mesti kita hindari Agar Allah tidak marah kepada kita Apa saja yang mesti kita kerjakan supaya Allah cinta kepada kita, itu tujuannya belajar. Jadi bukan untuk mengejar secarik ijazah, atau bukan untuk mengejar pujian dari orang, oh Masya Allah, santri itu nasilmu, muridnya Ustadz Anu. Bukan, bukan seperti itu belajar.

Atau supaya, wah sudah khatam. Kitab Anu, belajar sama Ustadz Siapa. Bukan. Betul-betul murni ingin mengharapkan rida dari Allah SWT. Itu baru merasakan nematnya belajar.

Kemudian, Tiga hal di atas, tiga poin tadi itu, tidak akan tercapai. Kecuali apabila ia menyingkirkan. Kecuali apabila dia menyingkirkan segala urusan yang bisa menyibukkan hati.

Menyingkirkan segala urusan yang bisa menyebubkan hati alias fokus Jadi kalau antum mengetahui Apa sih yang membuat saya tidak fokus ketika belajar? Singkirkan Itu maksudnya Mau lagi belajar online, di depannya ada TV. Ya tidak mungkin, TV-nya nyala, bukan TV mati.

TV-nya nyala. Acaranya main bola, ya tidak mungkin, fokus. Singkirkan.

Atau antum yang menyingkirkan diri antum. Tak bisa, hal-hal yang akan mengganggu belajar singkirkan Makanya banyak diantara para ulama seperti Sheikh Masyur Hasan Salman yang salah satu murid senior Sheikh Al-Albani Rahimahullah itu beliau, dia taunya cuma rumah, perpus, masjid rumah, perpus, masjid rumah, perpus, masjid itu aja taunya Hai beliau sudah nggak mikirin yang lain-lain sudah itu aja Hai gak pernah beliau ke pasar udah berdah Hai ya Alhamdulillah beliau dikarenakan Allah Rizki sudah ada yang ngurusi ke pasar siapa gitu udah beliau cuma itu aja ilmu aja ya Jadi hal-hal yang bisa mengganggu, singkirkan. Nah, hal yang paling mengganggu itu maksiat. Hal yang paling mengganggu proses antum belajar itu maksiat.

Maksiat HP. Sehingga, pernah Hana sampaikan, Kok bisa ya santri itu sempat-sempatnya main game? Kok bisa ya sempat-sempatnya ada waktu main game?

Itu termasuk yang mengganggu. Jadi bukan refreshing itu. Refreshing Fresh itu kan segar, menyegarkan Bukan, itu membutakan Mengeruhkan Bukan menyegarkan Lo berarti gak ada hiburannya? Ya ada. Aktivitas yang lebih bermanfaat banyak.

Olahraga? Oke silahkan olahraga. Baca buku sejarah, buku cerita para ulama? Silahkan. Ngobrol sebentar sama teman gak apa-apa.

Hubungi keluarga? Gak masalah. Tapi sampai main game, bahkan ada waktu khusus main game itu.

Itu termasuk yang Menyibukkan hati Main game itu kan Mesti kan ketagihan Rata-rata orang main game itu ketagihan Level 1 nanti apa? Level 2 nanti level 3 Setelah sampai level paling tinggi Nanti cari game yang lainnya Pasti kayak gitu, itu menyibukkan Makanya Susah fokus Untuk menghafal, untuk meroncah, mesti, itu pasti. Tapi susah-susah ditinggalin, iya susah itu bukan mustahil Bedakan antara apa? Susah dengan mustahil, bisa tapi susah Berarti kan bisa Bukan sesuatu yang mustahil Harus ada perlawanan, harus ada perjuangan Untuk melawan keinginan itu, harus disitulah nikmatnya belajar itu disitu kalau kita sudah berkorban mengorbankan hobi kita yang gak benar tadi hobi kita yang gak ada manfaatnya tadi ketika kita sudah korbankan itu baru menikmati belajar 6 Inna ladhata al-ilmi fawqa ladhati as-sultani wal-khukmi allati tatatallahu ilaihi wa nufusun kathirah wa tubzalu li ajliha amwalun wafirah Ini kayaknya waknya fawqa ladhati as-sultani allati tatatallahu ilaihi Waknya gak perlu Tatatallahu ilaihi Langsung apa? Nufusun Inna ladhata al-ilmi faqa ladhati as-sultani wal-hukmi al-latihi tatatallahu ilaihi nufusun kathira wa tubthalu li ajiliha amwalu wafira wa tusfaku dimauun ghazira wa li hadha wa yasukul ahadithal musnadah enam beliau menyampaikan disini inna ladzatal ilmi fawqa ladzati fawqa ladzati sultan kenikmatan ilmu itu jauh melebihi kenikmatan jabatan kenikmatan ilmu jauh melebihi kenikmatan apa?

jabatan Jadi jangan dipikir para ulama itu tidak bahagia karena dia tidak duduk di kursi yang empuk, tidak makan makanan yang enak, tidak punya kendaraan yang mewah. Jangan dipikir seperti itu. Justru, Nikmatnya ilmu itu lebih tinggi dibandingkan nikmatnya jabatan Padahal Al-lati ta'tatalla'u ilaihi nufusun kathira wa tubzalu li ajrihi amwalun wa firotus fakuh lima'un ghazira Padahal Jabatan itu Banyak dikejar oleh, sering atau selalu dikejar oleh banyak orang Dengan menghamburkan banyak uang bahkan menumpahkan darah manusia Coba untuk perhatikan Pilkada Mulai dari yang paling bawah, pilihan apa?

Pilkades Pilihan kepala desa Kemudian Pilihan bupati Pilihan gubernur Pilihan presiden Berapa duit yang dikeluarkan Anda Bilkades Itu ngeluarin duit untuk modal Sampai 1 miliar Untuk jadi apa Lurah 1 miliar dihamburkan duit sedemikian banyak apa orang itu pernah mengeluarkan duit 100 juta untuk belajar gak ada seper sepuluhnya dari 1 miliar atau seper sepuluhnya bahkan sampai level itu desa loh bagaimana dengan bagaimana dengan yang diatasnya triliunan dikeluarin hanya untuk duduk di sebuah kursi Pernah ada yang ditanya Pernah ada yang ditanya Kamu ngeluarin duit 1M Kayak gitu, emang Selama masa menjabat 5 tahun Atau 6 tahun Itu, atau kalau Bisa dapat jabatan Periode berikutnya Sampai 10 tahun, emang Balik modal Apa? Balik modal Hai dari gajimu itu loh Emang balik modal enggak enggak balik modal walaupun akan dikorupsi seluruh bansos itu akan balik modal Hai itu kenapa kok mau ngeluarin duit sedemikian banyak padahal udah tahu nggak balik modal Oh ya aku pengen dipanggil Pak Lurah Hai jadi ada apa Ada sensasi. Sensasi. Tersendiri ketika dipanggil Pak.

Pak Lurah. Ya gak semua orang kayak gitu. Gak semua orang. Tujuannya itu. Ada yang memang betul-betul.

Tujuannya ingin membangun desanya. Ada. Kita tidak pungkir itu. Jadi apa yang anak sampaikan disini itu bukan berarti kaum muslim itu tidak peduli dengan jabatan, bukan. Tapi yang disampaikan disini adalah melakukan perbandingan.

Bagaimana orang mengorbankan begitu banyak harta untuk mengejar jabatan tapi tidak mau berkorban untuk mengejar apa? Ilmu, itu maksudnya. Bahkan sampai Tusfakudima Unukazir, banyak nyawa yang melayang.

Coba ketika pilpres yang sebelumnya, berapa ratus saksi yang meninggal. Nyawa. Belum lagi yang tawuran antara simpatisan Partai Anu dengan Partai Anu.

Untuk apa? Untuk mencari sebuah kursi. Apakah setelah duduk di situ ni'mat?

Ini kita akan lihat. وَلِهَذَا كَانَتِ الْمُلُكُ تَتُوقُ إِلَى لَذَّةِ الْعِلْمِ وَتُحِسُ فَقْدَهَا وَتَطْلُبُ تَحْسِلَهَا Ternyata para raja, mereka itu merasakan kehempaan. Mereka merindukan kenikmatan ilmu dan berupaya untuk meraihnya Jadi jangan dipikir Para raja, para penguasa, para pejabat itu tidak iri Dengan kenikmatan yang dirasakan oleh para santri, oleh para ulama Jadi jangan antum pikir bahwa orang yang naik kendaraan mewah Kemudian sibuk di perusahaan ini, perusahaan itu Jangan antum pikir mereka pasti lebih bahagia dibandingkan antum yang makanya cuma kerupuk sama apa Jangan selawi Jangan sawi, sayur sawi Antum yang duduknya di atas lantai Mereka yang duduknya di sofa yang sangat empuk Antum yang tinggal di kamar Gak ada AC-nya Sumo yang itu tinggal di kamar full AC Jangan antum pikir mereka itu Mesti lebih bahagia dibandingkan antum Kenapa banyak orang-orang itu datang akhirnya ke pesantren? Mereka itu merindukan duduk-duduk seperti Antum sekarang.

Duduk seperti kita itu mereka pengen. Mungkin ada dari Antum yang enak banget ya punya kendaraan mewah kayak gitu. Kemana-mana dibukain mobilnya.

Justru mereka itu pengen kayak Antum. Malah Antum pengen kayak dia. Dan ini bukan... ilusi bukan, ini nyata fakta sejarah membuktikan itu Qilali Abi Ja'far Al-Mansur Abu Ja'far Al-Mansur siapa beliau? Al-Khalifatul Abbasi Al-Mashhur seorang khalifah daulah Abasiah yang terkenal Abu Ja'far Al-Mansur salah satu raja Dalam daulah Abbasiyah.

Alladhi kanat mamaliku hutam la'usharqawal gharb. Yang kekuasaannya terbentang dari timur dunia sampai barat. Jadi masa beliau.

Kerajaan itu sangat luas sekali. Dari timur sampai barat. Itu salah satu masa-masa keemasan luasnya wilayah kerajaan Islam di saat itu.

Ditanya beliau, هَلْ بَقِيَ مِنْ لَذَّاتِ الدُّنْيَا شَيْءٌ لَمْ تَنَلْهُ Apakah masih ada kenikmatan dunia yang belum engkau rasakan, yang belum engkau dapatkan? Ditanya. Semuanya sudah beliau dapatkan, lahiriahnya sudah didapatkan, makanan enak, pelayan, minuman enak, kursi yang empuk, tempat tidur yang nyaman, kendaraan yang mewah, sudah didapatkan semuanya, harta, emas, sudah didapatkan, istri yang cantik.

Tapi ditanya, masih ada enggak kenikmatan yang belum engkorai dari dunia ini? faqala wa huwa mustawin ala kursiyihi wa sariri mulkihi maka beliau menjawab sambil duduk diatas singgah sana mewahnya ditanya beliau sedang duduk diatas singgah sananya masih ada? yang belum engkau rasakan? beliau menjawab bakiat khaslah ada satu Tersisa satu keinginanku yang belum tercapai Al-Quran Al-Muqtab Satu keinginanku yang belum tercapai dan aku impikan adalah ketika aku duduk di atas kursi. Di selilingku para santri.

Kemudian dikatakan kepadaku Rahimahkallah semoga Allah merahmatimu Apalagi hadis yang akan engkau sampaikan Maksudnya beliau pengen duduk di kursi ulama ngajar hadis Yang diinginkan Dan itu belum tercapai Jadi beda Antara ulama dikelilingi para santri Dengan raja dikelilingi para bawahan Itu beda Beliau Ketika duduk di atas singgah sana Ada gak orang-orang yang berkeliling mengelilingi beliau Ada gak? Ada? Sama berarti Ulama duduk dikelilingi oleh orang-orang santri-santri Raja duduk dikelilingi oleh bawahan-bawahan Sama toh Lahirinnya sama Tapi motivasinya beda Banyak diantara para pejabat-pejabat dikelilingi oleh orang-orang Yang cuma numpang anget aja Deket Yang dicari Adalah Proyek-proyeknya, duit-duitnya, itu yang dicari.

Dan itu tentu berbeda ketika yang duduk ulama dikelilingi oleh para santri, itu beda. Apa kepentingan mereka duduk? Bagi-bagi duit, mungkin saja tidak punya duit.

Yang dicari ilmu, sehingga duduknya itu tulus. Apakah orang-orang yang dekat-dekat dengan pejabat itu akan tetap dekat dengan pejabat itu ketika pejabat itu sudah tidak menjabat? Di situ akan ketahuan.

Duduknya mereka dengan para pejabat itu tulus atau bulus. Tulus atau nyarifulus. Dan itu tidak menciptakan ketenangan. Dikelilingi oleh para penjilat itu tidak menciptakan ketenangan Ketenangan itu didapatkan ketika orang duduk dengan teman-temannya Dengan rekan-rekannya, dengan santri-santrinya yang tulus Itu baru tenang Dan itu yang diinginkan oleh Abu Ja'far Al-Mansur Dan itu sampai Dan beliau katakan belum dapatkan Ini yang pernah Anak sampaikan Apakah para ulama dahulu mereka Ketika ada yang maaf Bencing darah Ya ketika ada yang Jalan ribuan apa Kilometer ketika ada yang berhari-hari Tidak bisa makan Apa mereka menderita Masih ingat? Apa?

Ya mungkin Fisiknya menderita Tapi Penderitaan fisik itu Kalah Dengan kenikmatan ilmu Ini yang Yang disampaikan oleh beliau Wometa umir al-qalbu biladdatil ilmi Saqatat laddatil adat Ketika hati sudah dipenuhi kenikmatan ilmu, maka akan lenyap kenikmatan urusan duniawi dan bahkan terlupakan. وَذَهَلَتْ نَفْسُ أَنْهَا Bahkan sampai level ya sebagian ulama itu, sampai nggak sempat nikah. Sampai apa? Nggak sempat nikah. Ada beberapa ulama, Syekhulislam termasuk Kenapa?

Karena sibuk banget dengan ilmu, sampai gak kepikir nikah Ya antum ya Nikah lah Iya, karena mereka sudah fokus banget sudah Bukan karena Mereka menganggap nikah itu Gak perlu, mereka gak perlu Tapi mereka merasa Waktunya sudah habis untuk ilmu Jadi jangan juga mengatakan, Ustadz Anu tidak poligami, kalah sama Ustadz Anu yang poligami. Ada sebagian Ustadz itu, tidak ada waktu untuk berpoligami. Mengurusi istri satu saja sudah repot. Mengurusi anak, mengurusi istri.

Waktunya sudah lumayan tersita. Apalagi mengurusi dua, tiga, empat. Hai tapi juga ada sebagian Ustadz yang Masya Allah produktif juga istrinya empat juga ada juga jelikah wadlu Allah yukti hi-yasha Hai tapi masing-masing itu tahu kadarnya sendiri-sendiri Hai jadi enggak usah Hai menimbang kondisi kita dengan kondisi orang lain beda-beda ya ya Bel-tastahilul alamu ladzatan bihadzihil ladzah Bahkan penderitaan pun akan tergantikan dengan kenikmatan Itu yang akan saya sampaikan Menderita, kencing darah masa enggak menderita?

Menderita Enggak makan berhari-hari masa enggak menderita? Menderita Tapi penderitaan itu sirna dengan kenikmatan ilmu Mudah-mudahan kita suatu saat, cepat atau lambat akan merasakan itu.