Transcript for:
Mengolah Sampah Dapur Menjadi Eco-Enzyme

Tidak banyak orang yang memanfaatkan sampah-sampah organik sisa dapur selain untuk dijadikan pupuk kompos. Padahal, jika diolah dan dimanfaatkan dengan baik, sampah dapur tersebut memiliki banyak sekali manfaat. Penasaran apa saja? Di video kali ini, Sobat Agro akan mengenal lebih jauh tentang pemanfaatan sampah organik sisa dapur menjadi eco-enzyme dan cara untuk membuatnya di rumah. Eko enzim merupakan cairan hasil fermentasi dari sampah dapur. Limbah dapur tersebut dapat berupa ampas buah dan sayuran. Nah, bahan lain yang digunakan untuk membuat eko enzim adalah air dan gula. Sobat agro bisa menggunakan gula apa saja, seperti misalnya gula tebu, aren, brown sugar, dan sebagainya. Eco-enzyme pertama kali dikembangkan dan dikenalkan oleh Dr. Sukon Pongpangpong yang merupakan pendiri dari Asosiasi Pertanian Organik atau Organic Agriculture Association di Thailand. Dia menciptakan ini dalam rangka untuk mengurangi global warming. Ternyata, Eco-Enzyme memiliki segudang manfaat, yang pertama sebagai cairan pembersih. Cairan Eco-Enzyme dapat digunakan untuk membersihkan baju, perabotan rumah tangga, mebel, karpet, lantai, toilet, bahkan buah dan sayuran. Yang kedua sebagai pupuk cair. Ekoenzim juga dapat dimanfaatkan sebagai pupuk tanaman. Cara pengaplikasiannya yaitu dengan menyeprotkan cairan ekoenzim yang sudah dicampur dengan air pada tanah di sekitar tanaman. Yang ketiga sebagai pemberantas hama. Ekoenzyme sangat efektif untuk mengusir hama tanaman, misalnya sayur-sayuran, bahkan hewan yang mengganggu di sekitar rumah, seperti kecoa, semut, lalat, nyamuk, dan serangga lainnya. Nah, jika Sobat Agro ingin membuat Eco Engine sendiri, bahan dan peralatan yang perlu disiapkan ialah botol plastik bekas, air, gula, sampah organik seperti kulit buah atau sisa sayuran, gunakan perbandingan air dan gula sampah organik sebesar 10 banding 1 banding 3 berikut ini cara untuk membuatnya yang pertama campurkan semua bahan sesuai takaran menjadi satu kemudian kemudian tuang ke dalam botol plastik bekas. Yang kedua, jangan isi botol sampai penuh, agar dapat terpermentasi dengan sempurna. Tutup rapat botol tersebut dan simpan ke tempat yang kering dan sejuk dalam suhu ruangan. Yang keempat, dalam satu bulan pertama terjadi proses fermentasi, maka buka tutup botol setiap harinya dan aduk atau jungkir balikan botolnya. Yang kelima, Jika cacing muncul, tambahkan gula, lalu aduk rata dan kemudian tutup kembali botolnya. Yang keenam, fermentasi akan berlangsung selama 3 bulan untuk daerah tropis dan 6 bulan untuk daerah subtropis. Yang ketujuh, setelah 3-6 bulan, saring Ekoenzyme menggunakan kain kasa atau saringan. Yang kedelapan, cairan Ekoenzyme siap digunakan dan residu dapat digunakan kembali hanya dengan menambah sampah segar. Karena Eko Enzyme terbuat dari bahan alami, tidak akan menyebabkan kerusakan pada lingkungan. Selain itu, dapat menghemat pengeluaran juga karena bahan-bahan yang digunakan dapat dengan mudah ditemukan, dan pasti harganya murah. Bagaimana Sobat Agro, setelah mengenal apa itu Eko Enzyme, tertarik untuk mencoba dan membuatnya sendiri di rumah? Selamat mencoba! Intro