Pagi di pertemuan keberapa ini ya, sudah membahas tentang pengantar, lalu pengertian, transmisi, transformasi, fungsi, dan sekarang masuk pembahasan bagaimana cara melakukan penelitian Living Quran itu langkah-langkahnya seperti apa, atau metode penelitian Living Quran itu seperti apa. Nah ini saya akan paparkan ya di pertemuan kali ini. Di pertemuan sebelumnya saya sudah banyak menjelaskan tentang konsep dasar ya.
Saya sebut konsep dasar. Konsep dasar Living Quran itu seperti apa? Nah ini memang harus dipahami lebih dalam dulu di awal. Karena agar tidak ada kekeliruan ketika memahami atau mendapatkan atau mengkaji fenomena Quran di masyarakat itu agar tidak keliru sehingga perlu penekanan tersendiri bahwa yang dimaksud living Quran itu yang maksudnya itu sih yang mana Quran yang hidup di masyarakat seperti apa Apakah melakukan atau mempraktekkan mempunyai pemahaman Quran terus dipraktekkan dalam tinta langku perbuatan atau dan semua landasan praktek itu halopi ti ikuti atau didasari oleh pemahaman yang sesuai teks atau tidak itu harus memang harus menjadi konsep dasar dulu sehingga di tiga pertemuan sebelumnya saya menekankan ke arah situ agar kalian di konsep dasarnya itu sudah mendapatkan sehingga ketika melakukan kajian atau men-menyadari terhadap fenomena praktek-praktek living Quran di sekitar kalian itu lebih mudah dan lebih menyadari bahwa praktek-praktek itu tidak jauh dari kalian itu banyak.
Bahkan dalam diri kalian sendiri pun melakukan praktek-praktek Living Quran ini sendiri. Nah, dalam materi kali ini saya akan menjelaskan kalau kalian sudah mendapatkan fenomena Quran, fenomena kajian Living Quran, gimana cara melakukan penelitian dalam. fenomena mengkaji fenomena-fenomena tersebut, seperti itu nah, oke kemarin kan sudah saya jelaskan, paparkan ya bahwa yang menjadi objek kajian, ini yang perlu kalian pahami di awal, yang menjadi objek kajian itu adalah tentang resepsi masyarakat terhadap Al-Quran, tentang bagaimana seseorang itu mempraktekan Quran dalam kehidupan kesehariannya itu...
Seperti apa? Fenomenanya kayak gimana? Nah ini objek kajian kalian, jangan salah. Sehingga objeknya itu bukan, lagi-lagi saya tekankan, bukan teks Qur'annya. Objek utama itu adalah masyarakatnya, pelakunya.
Objek utamanya pelakunya. Sehingga konteks yang diutamakan dulu baru nanti bersinggungan dengan teksnya, seperti itu. Nah itu ya, itu objek kajiannya. Nah ini, itu contoh gambar itu sebagai ilustrasi bahwa bahwa yang menjadi objek kajian living Quran ya prosesi hataman. Prosesi wisuda hataman binadar, bilawoyib, dan lain sebagainya.
Yaitu hataman atau ketika seseorang sudah menyelesaikan bacaan atau hafalan Quran. Nah fenomena. wisuda hataman ini itu yang menjadi objek kajiannya seperti itu ya fenomena praktek hataman ini yang menjadi objek kajian yaitu tentang respon masyarakat terhadap pembacaan Quran yang selesai atau terhadap prosesi setelah menghafal atau membaca Al-Quran itu menjadi objeknya contohnya seperti itu titik pijaknya apa? lagi-lagi ini saya tekankan lagi titik pijaknya jangan lupa bahwa Living Quran ini bukan dari teks ke praktek lebih menekankan kajian Living Quran yang mulai digalakkan dalam kajian studi Quran para akademisi Quran itu lebih menggalakkan bagaimana kajian yang belum pernah disentuh oleh para sarjana akademisi Quran yang itu berlandaskan awalnya dari praktek ke tek yang selama ini dikaji yang selama ini dibahas oleh para sarjana Quran itu kan dari teks ke praktek ya bagaimana menafsirkan memahami Quran ayat ini itu maksudnya tafsirannya seperti apa Nah baru dituangkan dalam bentuk perbuatan atau dalam bentuk tindakan seperti itu Nah itu sudah sudah dilakukan dalam dalam kajian ruang kajian kita dalam ruang kajian studi Quran itu sudah dilakukan nah yang ingin yang ingin dibidik oleh Living Quran ini itu mencoba membalik model yang awalnya teks ke praktek nah yang belum disentuh oleh sarjana Quran terutama di Indonesia yang belum disadari itu adalah bagaimana mengungkap praktek ke teks yang awalnya itu berlantaskan praktek nah dari praktek itu praktek itu tidak terlepas dari teks yang melingkupi di belakang orang-orang yang mempraktekan dalam fenomena-fenomena tertentu itu nah itu titik pijaknya ya, ini perlu kalian jamkan, kalian kalian pahami betul-betul bahwa titik pijaknya itu mencari fenomena yaitu berlantaskan praktek baru nanti peneliti Bisa mengoleh yang itu tidak terlepas dari suatu teks. Dalam hal ini ya ayat-ayat Al-Quran itu seperti itu.
Nah, desain kajian Living Quran gimana desainnya? Desainnya adalah tentang penemuan terhadap keterulangan gejala sosial atas penggunaan ayat-ayat Al-Quran. Penelitian yang menempatkan praktik. praktek keberagamaan sebagai sistem sosioantropologis bukan doktrin normatif nah ini yang perlu dipahami bahwa yang kalian teliti nanti itu dalam fenomena-fenomena tertentu itu adalah gimana kalian menemukan ada fenomena yang itu terjadi keterulangan terutama menentu tidak tidak terjadi sekali tapi selalu dan itu berulang dalam Dalam sosial masyarakat. Contohnya tadi itu.
Contohnya Hataman di slide pertama saya. Di slide kedua ya. Di slide kedua tentang gambar Hataman, ilustrasi Hataman tadi itu. Hataman itu kan tidak terjadi pada satu kali itu saja. Tapi nanti ketika ada santri yang selesai, selesai membaca Quran atau menghafalkan 30 juz dari Al-Quran itu ada proses siwi sudah lagi.
Dan itu kan terjadi keterulangan. pengulangan-pengulangan terus dan nantinya membentuk tradisi hataman itu di pesatren tersebut, seperti itu, atau contohnya yang dekat dengan kalian lah baca surat al-wakiyah misalkan, nah itu menjadi suatu fenomena yang berjadi keterulangan juga kalau kalian sudah memahami dan menginternalisasi pohon Surat al-Waqiyah itu punya makna tersendiri bagi kalian, punya manfaat dari membaca surat al-Waqiyah, maka proses keterulangan itu akan otomatis terjadi dalam diri orang tersebut. Kalau kalian percaya tentang surat al-Waqiyah, dibaca mandur atau mustajab ketika dibaca Baqda Subuh, ya orang tersebut akan membaca surat al-Waqiyah itu mengulangi lagi Baqda Subuh. Meskipun ada yang tidak konsisten setiap hari, tapi kan keterulangan itu akan terjadi juga nanti di hari-hari berikutnya, atau di bulan-bulan berikutnya dan sebagainya.
Nah, itu otomatis akan terjadi keterulangan juga, atau fenomena masyarakat. Fenomena masyarakat tentang kalau malam Jumat itu, baca yasin kalau malam jumat itu disunahkan membaca surat yasin ini secara otomatis tanpa ada permintaan tanpa disuruh orang yang meyakini terhadap bacaan yasin di malam jumat ini otomatis akan terjadi pengulangan secara otomatis tanpa ada permintaan atau penyuruhan seperti itu ini yang saya maksud Jadi fenomena yang kalian kaji itu bukan fenomena yang hanya sekali atau dua kali, tapi fenomena yang terjadi pengulangan terhadap penggunaan air-air Al-Quran seperti itu. Yang mana penelitian ini menempatkan praktek, praktek-praktek keberagaman itu sebagai yang menempatkan praktek itu dalam ruang sosial antropologis. Sehingga makanya tadi yang saya katakan di awal bahwa yang kalian bidik kajian ini adalah orangnya, pelakunya. Nah bukan sebagai doktrin normatif.
Nah kalau kalian menempatkan fenomena-fenomena itu dalam ruang doktrin normatif, nanti ujung-ujungnya ada penyalahan pembenaran seperti itu nah kajian living Quran itu tidak bukan disitu ruangnya ruangnya ya ruangnya adalah mengungkap gimana praktek-praktek keberagamaan fenomena-fenomena agama praktek-praktek Qurani itu dalam ruang fosioantropologis sehingga disitu tidak ada tidak ada proses penyalahan atau pembenaran Unsur subjektivitas itu sangat minim dalam penelitian sosial antropologis, bahwa membiarkan yaitu menjelaskan, mendeskripsikan bagaimana praktek itu berjalan dan bagaimana sejarah timbulnya tradisi praktek-praktek Quran tersebut. Nah, itu yang dibidik itu di situnya. Kemudian, metode yang digunakan apa? Nah, metode penelitian ada dua, kualitatif dan kuantitatif.
dalam kajian Living Quran terutama yang memang dalam kajian studi Quran para sarjana studi Quran lebih banyak ketika memaparkan atau melakukan penelitian baik itu teks ya teks Quran penafsiran itu pakai metode kualitatif karena apa kualitatif itu apa yang kalian tahu sendiri kan metode kualitatif di pertemuan-pertemuan di materi mata kuliah metodologi penelitian kalian sudah mendapatkan itu Kualitatif itu lebih memaparkan mengenai penafsiran lebih ke memahami, kalau kuantitatifnya lebih ke uji teori. Kalau kualitatif ini adalah lebih ke arah bagaimana melihat, memahami, atau menafsirkan dari fenomena gejala sosial yang ada itu seperti apa. Makanya fokusnya nanti adalah berbentuk.
kajian fenomenologis. Kalian mencari memadukan antara perilaku dan makna. Orang yang berperilaku, orang berperilaku Quran, orang membaca surat Al-Fatihah, rutin habis sholat, itu perilakunya ya, orang membaca surat Al-Fatihah rutin setelah sholat lima waktu.
Nah, di balik itu ada makna yang tersimpan, yang dipahami atau dipegangi oleh si pelaku, si orang itu. Dan maknanya itu belum tentu, itu berdasarkan sesuai dengan makna teks dari ayat yang dibaca. Dia membaca fatihah.
Ini seperti contoh-contoh saya sebelumnya, dia membaca fatihah. Apakah perilaku tujuan bacaan fatihah itu sesuai dengan makna dari surat al-fatihah? Belum tentu.
Nah, ini yang saya maksud di perteman sebelumnya, saya katakan bahwa Makna itu bisa hadir dalam ruang seseorang itu terlepas dari makna tekstualnya. Orang itu bisa membentuk makna tersendiri dari teks yang dibaca atau dipahami itu. Nah, dan ini kalau kalian menempatkan kajian ini itu doktrin normatif, di sini kalian nanti ada penyalahan dan...
Karena kan fenomena praktek ini tidak sesuai dengan makna secara teksnya kan. Surat Fatiha digunakan untuk penyembuhan. Apakah makna surat Fatiha Bismillahirrahmanirrahim, Ar-Rahmanirrahim, Malikyaumidin, itu ada penjelasan tentang menyembuhkan orang sakit? Kan tidak ada. Nah, kalau secara bukannya secara bukti normatif, itu salah.
Sehingga posisi kajian praktek Qur'an ini posisikan sebagai kajian sosioantropologis bahwa tidak nanti tidak ada pembenaran dan penyalahan dalam mengkaji fenomena ini sehingga yang kalian kaji nanti itu adalah perilaku dan makna dari si orang tersebut si pelaku tersebut sehingga membentuk fenomena tersendiri yang yang menjadi yang mengibatkan adanya keterulangan fenomena keterulangan sejarah sosial dalam praktek ini itu ya Sehingga metode kualitatif ini yang ditekankan, yang dipakai. Nah, penelitiannya nanti bentuknya apa? Kualitatif itu ada dua, penelitian emik dan etik. Bentuk penelitian itu berbentuk emik dan juga etik. Apa yang dimaksud dengan emik dan etik?
Emik itu sederhananya adalah membiarkan masyarakat atau fenomena atau objek kajian dalam penelitian itu berbicara apa adanya. Unsur subjektivitas tidak masuk dalam kajian itu. Sehingga... Sehingga meskipun praktek-praktek itu benar atau praktek-praktek itu salah secara tekstual, tidak ada otoritas dari peneliti untuk melakukan penyalahan dalam fenomena yang sedang dikaji.
Nah, kalau etik, kalau etik ini unsur subjektivitas masuk. Nah, unsur subjektivitas masuk, sehingga ketika melakukan penelitian ada proses pembenaran ketika praktek-praktek itu terjadi adanya kesalahan-kesalahan yang tidak sesuai secara tekstualnya dan dimana posisi living Quran posisi living Quran lebih ke penelitian yang berbentuk emik ya ini ya di di tata ya bahwa bentuk penelitian living Quran itu penelitian yang menggaji praktek Quran yang menggunakan metode penelitian yang emik ya bukan yang etik sehingga ketika terjadi perbedaan atau kalau kemarin ada yang berkomentar gimana kok berarti lebih banyak terjadi penyalahgunaan ya terlepas dari penyalahgunaan itu benar atau salah yang dilakukan peneliti itu yang mengkaji apa padahalnya yang dikaji itu lebih ke arah historisitas, kenapa muncul tradisi atau praktek seperti itu atau kalau menurut pendidik itu adalah salah ya gimana prosesnya sampai terjadi penyalahan atau kesalahan dalam praktek Qurani di masyarakat, tanpa ada unsur subjektivitas pendidik menyalahkan atau membenarkan dari kesalahan praktek itu itu ya, itu diingat itu tuh emik, kalian menyampaikan apa adanya, sebagaimana praktek yang ada sebagaimana praktek Qur'an ini ketika menjelaskan tentang pembacaan surat al-wakiyah di masyarakat setiap badu subuh di suatu masjid tertentu. Nah, ada orang yang memahami bahwa membaca surat al-wakiyah itu untuk memperoleh memperlancar riski.
Ada yang memahami untuk mendapatkan pertolongan. Ada yang memahami untuk hajatnya dikabulkan. keinginan-keinginannya dikabulkan nah ini kan ada tiga mana yang berbeda yang yang yang diungkaukan oleh oleh para pelaku oleh para pelaku ya dan ya ini ini makna yang muncul dari pelaku-pelaku itu dan kalian tidak bisa membenarkan atau menyalahkan dari salah satunya bahwa yang benar itu memperlajar rezeki yang untuk ijabah Hai itu salah, nah itu tidak ada otoritas ke situ peneliti peneliti paparkan sesuai dari apa yang kalian dapatkan ketika dilapakan itu ya kalian paparkan yang menjadi otoritas peneliti adalah bagaimana mencari gimana kok makna itu bisa mempunyai makna yang berbeda-beda, apakah ada latar belakang yang berbeda dari setiap pelaku sehingga memunculkan makna yang berbeda contohnya Setiap pelaku ini ternyata punya pegangan yang berbeda. Yang satu pegangan terhadap pernah membaca hadis nabi yang berbicara tentang memperlanjari.
Ada yang membaca tentang kitab. Saya pernah membaca dalam kitab Fadha Ilul Quran di karyanya Imam Nawawi seperti itu, Atibian. Nah itu kan pegangannya berbeda.
Nah ini yang kalian cari. Ketika ada fenomena-fenomena yang berbeda, makna yang berbeda dalam tradisi fenomena tertentu itu, yang kalian cari adalah merunut akar kebelakang ini seperti apa. Kok terjadi perbedaan makna dalam perangai itu ya?
Itu yang perlu ditekankan dalam penelitian nantinya. Nah ini penjelasan tadi yang sudah saya sampaikan bahwa kualitatif itu ya proses mengamati dan menafsirkan. Itu yang dimaksud dengan penelitian kualitatif.
Nah, langkah pertama apa yang kalian lakukan dalam melakukan penelitian living Quran? Yang pertama adalah penentuan objek fenomena. Silahkan mencari objek fenomena praktek-praktek Quran.
Hai gaulah jauh-jauh dari dari kehidupan kalian di sekeliling kalian itu banyak terjadi di ruang lingkup keluarga di ruang rumah satu rumah kalian itu sangat banyak fenomena-fenomena praktek Quran contohnya adik yang baca Quran misalkan adik-adik yang baca Quran nabato sholat mahrif rutin dilakukan itu pembelajaran Quran batu sholat mahrif atau praktek ibu yang wiridan dengan baca surat al-ikhlas bahkan solat setiap selesai solat lima waktu solat lima waktu itu selalu wiridan baca surat al-ikhlas sebanyak 41 kali atau bapak wiridannya beda tidak pakai surat al-ikhlas tapi pakai surat Al-Qadar misalkan. Nah, itu kan fenomena yang bisa kalian ungkap, bahwa tidak jauh dari kalian itu juga banyak kata-kata kurani itu. Atau, kakak kalian yang suka seni kaligrafi, seni suka menuliskan ayat-ayat Quran dalam bentuk tulisan keindahan, itu juga fenomena yang bisa kalian ungkap. Nah, langkah pertama adalah tentukan fenomena apa yang ingin kalian kaji. Tentukan objek fenomena praktik.
praktek Quran bagian berupa itu bacaan atau tulisan atau praktek budaya praktek budaya seperti misalkan apa namanya reboh wakasan itu disitu ada praktek-praktek Quran juga ada Hatta menghadap aja ketika keliling kamu itu banyak surat-surat surat dalam Quran itu juga itu juga menjadi fenomena praktek Quran dan yang bersinggungan dengan praktek budaya terima kasih Nah, itu tentukan. Pertama, penentuan objek fenomena. Yang kedua, setelah menemukan objek fenomena sebelum terjun ke lapangan, nanti kalian bisa memikirkan tentang informan.
Siapa saja nanti yang kalian gali. Nah, ini nanti ada bedanya ya. Kalau dalam penelitian living koran ini lebih menekankan informan bukan responden. Kalau responden itu lebih ke survei.
Yang dikajian ini itu sebut kalian lebih ke arah informan. Orang yang kalian mewawancarai nanti itu disebut dengan informan. Informan ada dua.
Nah ini sebagaimana yang dalam penelitian metode penelitian ya, sudah dijelaskan pastinya tentang informan itu apa saja. Yaitu ada informan kunci dan juga ada informan biasa atau pendukung. Informan kunci itu siapa? Informan kunci adalah tokoh masyarakat atau seseorang yang menjadi penggerak atau yang dituakan dalam setiap pelaksanaan praktek Quran kalian cari di fenomena praktek itu siapa yang punya andil besar dalam praktek-praktek Quran itu kalau ini berbicara tentang fenomena masyarakat luas ya bukan perseorangan ya bukan kayak tadi orang bapak tentang praktek membaca Al-Qadar kalau ini informan kunci ini tidak Berarti informan kuncinya siapa ya? Bapak itu, kalau seorang personal.
Kalau itu suatu objeknya masyarakat tentang bacaan surat al-wakiyah di masjid prosokandang, misalkan itu. Nah, cari informan kunci siapa di balai ini tokoh yang punya pengaruh besar terhadap jalannya praktek bacaan surat al-wakiyah ini di masjid tersebut. Oh, di situ ada kiai yang selalu menjadi pemimpin bacaan.
selalu menjadi pemimpin dalam membaca surat al-wakiyah. Berarti informan kunci yang kalian tentukan, itu salah satunya adalah pemimpin dari praktek membaca surat al-wakiyah, yaitu kiai yang ada di masjid tersebut, yang dituhakan, yang dijadikan panutan. Itu menjadi informan kunci. Informan biasa, Itu apa siapa?
Informan yang memiliki pemahaman tentang tradisi tersebut dan terlibat di dalam aktivitas tersebut, guna mendukung data-data yang didapat dari informan kunci tadi, yaitu dengan kriteria informan yang disampaikan informan kunci. Nah, informan biasa itu sebagai pendukung atau informan pendukung ini maksudnya ya, informan pendukung. Ketika ingin menggali informasi tentang sejarah praktek tersebut, informan kuncinya si pemimpinnya.
Nah, informan pendukungnya siapa? Bisa jadi masyarakat sekitar yang yang punya andil juga punya andil utama contohnya pendukungnya misalkan adalah ketua RT nah ketua RT ini juga bisa menjadi informan biasa atau pendukung yang mana logikanya bahwa tradisi itu fenomena itu bisa selalu dilakukan kalau tidak ada dukungan dari aparat-aparat RT itu tidak tidak bisa karena RT punya otoritas untuk menanjurkan tradisi yang ada atau melarang dari tradisi-tradisi karena RT itu sebagai pimpinan dalam suatu komunitas terkecil dalam desa seperti itu nah itu menjadi informan biasa atau si pelaku masyarakat-masyarakat yaitu jamaah putri, jamaah putra, jamaah putri, jamaah putri, anak-anak Nah yang kalian bikin nanti, oh informan biasa pendukunya adalah saya kategorikan, saya akan mengambil beberapa informan dari jamaah yang putri yang anak-anak yang paling kecil, itu kira-kira umur berapa atau paling kecil jamaahnya itu siapa. Oh ternyata ada orang yang selalu mengikuti praktek ini, itu ada anak yang masih usianya adalah SD kelas 6. misalkan, nah itu kalian ambil menjadi informan lalu kategori kedua yaitu jamaah putri yang sepuh yang sudah lama mengikuti tradisi ini karena bisa jadikan informan yang tua tadi itu bisa memberikan pendukung data pendukung informasi banyak mengenai bagaimana tradisi itu praktek Quran itu bisa terjadi dan makna apa yang yang didapatkan atau yang dipahami oleh pelaku-pelaku. Sehingga jawaban antara pelaku yang informan tua dan muda itu bisa jadi berbeda.
Dan itu sangat menarik untuk diungkap. Nanti diungkap setiap orang itu punya makna yang berbeda dan pasti mempunyai akar sejarah yang berbeda terhadap pemahaman praktik bacaan surat al-Waqiyah tadi itu. Nah itu ya, itu tentukan. Kalian harus menentukan. Memintakan dulu.
Nanti siapa saja yang akan jadikan informan ini. Oh kalau ini ternyata jamaahnya cuma laki-laki saja. Ya sudah berarti informan yang kalian tentukan ya tidak terlepas dari jamaah laki-laki dan pemimpinnya itu.
Kalau jamaah laki-laki dan perempuan ya dua-duanya harus ada yang menjadi informan pendukungnya itu. Baik laki-laki dan perempuan seperti itu. Tapi jangan mengambil semua ya. Jangan melakukan wawancara.
Mengambil informasi dari semua jamaah Kalau jamaahnya ada 100 Jangan 100 nyait Jangan semuanya ke 100 itu yang Kalian wawancarai Kalian gali informasi Tapi petakan tadi Contoh yang saya katakan tadi petakan Mengambil beberapa orang dari golongan yang muda Golongan yang tua dari laki-laki atau perempuan Seperti itu Dari yang laki-laki Laki-laki jumlahnya biasanya ada 15 Ambil 5 orang Perempuan jumlahnya ada 10 yang kecil ada dua, ambil dua-duanya atau satu saja, dan tua yang ada berapa, ambil sebagiannya. Sehingga tidak semuanya kalian wawancara. Kalau semuanya ya bagus, tapi tidak mungkin terlalu lama untuk melakukan wawancara itu.
Karena mengambil sampel-sampel tadi itu sudah bisa memitakan secara besar pemahaman dalam pelaku-pelaku terhadap tradisi fenomena tadi itu. ketiga teknik pengumpulan data teknik pengumpulan datanya itu berbentuk yaitu kalian melakukan observasi wawancara dan juga dokumentasi observasi ini perlu kalian lakukan untuk melihat gimana jalannya praktek Qur'an itu harus tahu dari awal hingga akhir praktek Qur'an itu prosesnya kayak gimana, bisa beda-beda ini yang saya maksud dengan banyak bisa terjadi di observasi inilah kalian bisa mendapatkan bentuk transformasi dalam praktek Qurani ketika kalian menyaksikan atau mengamati prosesnya dari awal hingga akhir kalian bisa mengungkap banyak terjadi perbedaan-perbedaan tradisi di masjid ini dengan masjid yang lain Kalian bisa mengucapkan, itu kan berarti terjadi transformasi. Ada perubahan bentuk di waktu dan tempat yang berbeda, ada perubahan bentuk meskipun tekstnya atau praktek yang dilakukan adalah sama, yaitu sama-sama membaca surat al-wakiyah, praktek surat al-wakiyah. Itu bisa kalian dapatkan. Dengan cara kalian melakukan observasi seperti itu.
Wawancara. Wawancara ini apa? Wawancara tadi itu untuk mengaplikasikan, untuk menggali informasi terhadap informan kunci, informan pendukung, atau informan biasa tadi itu. Nah, ini untuk menggali datanya lebih dalam lagi.
Sehingga di wawancara ini nanti kalian bisa mendapatkan transmisinya. Bisa jadi ketika wawancara kalian mendapatkan proses transmisinya, yaitu... mengetahui kitab pegangan alasan mereka mengikuti mengikuti tradisi atau atau mempraktekan membaca surat al-fateha selesai jamaah subuh, nah kalian bisa mendapatkan tradisi yang bisa jadi ada orang yang memahami bahwa mereka mengikuti itu karena pernah baca di buku hadis di kitab hadis di teks hadis atau ada yang mengatakan ini karena orang tua saya dulu saya dipesani untuk untuk atau diidasai untuk membaca surat fatihah ini Nah itu kan itu itu yang dimanakan dengan transmisi itu kalian mendapatkan Oh informasi bacaan ini tuh dari sini nanti kalian disitu kalian kali lagi kalian kali lagi nah kira-kira kira-kira orang tua orang tua kali orang anda orang tua si pelaku itu mendapatkan informasi tentang tentang ijazah surat fatihah itu dari siapa Nah itu kalian kali sampai nanti kalian bisa menggali secara tersendiri sampai memang Apakah ada di masa Rasulullah atau masa nabi itu ada praktek-praktek Qurani atau ada enggak teks-teks yang tersusun pada era nabi era sahabat itu yang menjelaskan bahwa ada kesunahan baca surat al-fatihah Setelah sholat itu untuk apa atau kenapa surat fatihah itu selak digunakan untuk wiridan nah misalkan seperti itu itu akan kalian dapatnya kewawancaraan yang ketiga dan dokumentasi-dokumentasi ini sebagai pendukung tadi itu ketika menemukan ada penjelasan bahwa praktek ini dilakukan karena mengaplikasikan apa yang dipahami dalam kitab Fadlailul Qur'an misalkan si tokoh informan kuncinya mempunyai pegangan atau acuan referensi atau tradisi itu dilaksanakan selalu dipimpin oleh beliau itu karena beliau ada dokumen yang menjadi pegangan beliau dan itu masuk ke penggalian data yang dokumentasi bahwa kitab itu harus kalian dapatkan, kalian kaji juga isinya seperti apa? bisa menkonstruksi seseorang sehingga berperilaku praktek Qur'an yang seperti itu seperti ini Seperti itu ya. Itu teknik pengumpulan datanya.
Teknik analisis data. Nah, ini baru setelah kalian mengumpulkan tadi, kalian mengolahnya untuk mengungkap perilaku dan makna dan transmisi dan transformasinya. Seperti itu. Semua data yang ada pada saat pengumpulan dianalisis satu per satu. Nah, disinilah mulai pendekatan penelitian itu berjalan.
Ketika kalian mau mendekati penelitian ini itu dalam ruang. sosiologis pengetahuan misalkan, atau dalam ruang antropologis atau dalam ruang fenomenologis nah, teori-teori dalam bidang itu bisa kalian terapkan meskipun ini tidak wajib tidak harus ada pendekatan atau teori yang bisa menjadi teori dari bidang ilmu tertentu itu kalian jadikan acuan teori secara omelifing Quran juga bisa Teori tadi, teori tentang transisi, transformasi, fungsi Quran, itu bisa kalian gunakan. Tapi ketika ingin menggali lebih dalam lagi terhadap fenomena yang terjadi di sekarang, bukan proses transisi dan transformasinya ya, tentang gimana makna-makna itu muncul, bisa kalian menggunakan pendekatan tertentu.
Misalkan, saya menggunakan pendekatan Peter Berger tentang sosiologi pengetahuan. Sehingga yang kalian gali dari data-data itu, kalian analisis gimana kok terjadi proses internalisasi, objektivasi, dan eksternalisasi sehingga muncul pengetahuan bahwa fenomena itu selalu otomatis jadi keterulangan karena sudah menginternalisasi dalam diri seseorang sehingga muncullah secara otomatis fenomena praktek-praktek itu terjadi, yang kalian ungkap itu di situ. Karena kalian menggunakan pendekatan. Peter Berger untuk mengungkap fenomena itu seperti itu Nah itu ya itu meskipun enggak enggak suatu yang enggak wajib pendekatan tentu itu tapi pendekatan ini digunakan agar lebih mendalam kajian kalian ketika memaparkan fenomenanya. Nah ini penjelasan satu persatu dari yang sudah saya sepaparkan tadi.
Observasi itu apa? Ini bagi yang belum memahami atau lupa dulu pas matahari kuliah metode penelitian. Maksudnya adalah kelihatan keseharian manusia dengan menggunakan panca indera mata sebagai alat bantu utamanya selain panca indera lainnya seperti telinga.
penciuman, mulut, dan kulit. Metode observasi adalah pengumpulan data menggunakan pengamatan. Pengen beran, itu yang masuk dengan observasi atau pengamatan. Wawancara. Wawancara, cara yang digunakan untuk tujuan suatu tugas tertentu, mencoba mendapatkan keterangan atau pendirian secara alisan dari seorang informan dengan bercakap-cakap muka dengannya.
Tujuannya apa? Peliti dapat mengetahui alasan yang sebenarnya dari... Respondent atau informant disini Maksudnya dalam mengambil keputusan Sebelum Keputusan itu sebelumnya perlu Membuat perdoman wawancara Sebelum melakukan Wawancara Kalian itu harus menentukan Atau membuat perdoman wawancara Maksudnya perdoman wawancara itu adalah Kira-kira wawancara Yang akan kalian lakukan Itu pertanyaan-pertanyaan itu Berkaitan dengan apa Karena ada orang juga ketika tidak menggunakan perdoman Data yang digalinya itu tidak sesuai apa yang ingin digali Atau penelitian ini ingin menggali apa Sehingga perlu membuat perdoman wawancara dulu Baik itu perdoman wawancara yang terstruktur atau tidak terstruktur Atau semi terstruktur Terstruktur itu kalian bertanya kepada pelaku Atau informan itu sesuai dari pertanyaan yang sudah kalian nulis Kalau semiter struktur, kalian hanya membuat suatu pertanyaan garis besar-garis besar seperti itu, yang nanti bisa kalian kembangkan sesuai dari jawaban-jawaban dari peneliti. Itu bentuk-bentuk wawancara, dan itu terserah dari peneliti, mau bentuk wawancara seperti apa, pedoman wawancara seperti apa yang akan dibuat. Tapi, pedoman wawancara ini penting sebagai acuan untuk menggali data agar dalam ketika proses wawancara.
Sehingga nanti tidak ada, oh kalau tidak ada pedoman, oh waduh pertanyaan ini belum saya tanyakan, balik lagi wawancara. Nah, ini untuk meminimalisir itu. Itu pedoman wawancara yang diperlukan.
Nah, ini tadi yang saya katakan ada pedoman wawancara terstruktur, semi-terstruktur atau tidak ter... struktur. Yang ketiga adalah dokumentasi. Dokumentasi ini bisa berubah buku, foto, arsip, kitab, gambar.
Nah ini harus kalian gali ketika informan-informan itu menjelaskan. Misalkan kadang ada informan tadi yang saya jelaskan, kadang informan sudah tahu ada kitab pegangan yang dijadikan landasan dalam praktek itu. misalkan saya memakai saya pernah membaca dalam kitab Fadlul Quran atau Fadlul Asrar bahwa praktek itu air-air Quran itu punya fadila-fadila tertentu sehingga kitab-kitab yang disebutkan oleh informan itu itu perlu kalian kaji, kalian baca atau foto-foto foto-foto yang kalian ambil ketika melakukan pengamatan observasi itu juga itu juga perlu untuk dianalisis ya Nah dari foto itu kalian bisa mengetahui Oh setiap orang ternyata dalam prakteknya itu berbeda-beda pelaku perilakunya seperti itu ada yang kusuk diem tidak tolak-tolek ada yang baca sambil tolak-tolek sebagainya nah ini kan bisa kalian dapatkan ketika kalian melakukan dokumentasi atau Memfoto dari praktek itu.
Atau buku-buku yang berkaitan dengan geografis dari daerahnya. Misalkan yang kalian dapatkan dari Pak RT. Tentang jumlah penduduk dan sebagainya. Itu juga data ya.
Itu juga data untuk mengungkap tentang cara geografis dari masyarakat itu. Seperti itu. Kira-kira laki-lakinya berapa, perempuannya berapa dalam RT itu kok. Jamahnya banyak perempuannya. Misalkan itu kan. perlu kalian gali data dari dokumen-dokumen yang ada di desa misalkan ketika kalian memerlukan itu itu nah sehingga kerangkanya itu adalah kalian mencari fenomena Quran kalian analisis untuk dicari transmisi dan transformasinya, transmisinya ini ini, transmisinya ini kalian harus gali ketika pelaku atau objek kajian tidak mengetahui dari pegangan atau ada nggak landasan tekstualnya dari praktek-praktek itu, nah ini kontribusi peneliti, peneliti perlu memberikan kontribusi atau memberikan eee temuan bahwa praktek-praktek Qurani itu ada enggak sebenarnya dalam kitab-kitab sebelumnya baik itu kitab hadis, tafsir, atau fadl-idul Qur'an, disinilah peneliti bisa menyelusurnya dalam penelitian seperti itu yang mana fenomena Qur'an transmisi itu untuk digali perilaku fenomena dan makna fenomenanya Nah, ketika kalian menggali data perilaku dan maknanya, nah disinilah dilakukan analisis sehingga kalian nanti bisa mendapatkan penjelasan bahwa dengan adanya pendekatan ini, analisis dalam pendekatan tertentu, kalian bisa menggali perilaku itu mempunyai makna masing-masing.
Setiap orang yang berperilaku praktek orani itu punya makna. yang berbeda-beda, dan disitulah nanti kalian bisa secara garis besar atau secara besar, kalian mendapatkan tentang transformasi dari praktek-praktek Qurani tersebut yaitu kerangka rajian living Qur'an nanti langkahnya seperti itu, yang digali itu seperti itu modelnya dan cara menggali-nya tidak terlepas dari apa yang sudah saya jelaskan observasi wawancara dan dokumentasi tadi itu ya Itu penjelasan saya di pertemuan kali ini. Sebelum kalian nanti melakukan praktek penelitian tentang fenomena-fenomena Qurani.
Nah ini bisa menjadi acuan kalian bahwa apa yang akan kalian lakukan, langkah seperti apa yang harus kalian lakukan ketika menggali data, ketika menganalisis data dalam tradisi-tradisi Qurani di masyarakat itu. Terima kasih, semoga memberikan manfaat buat kalian. Akan dilanjutkan di pertemuan berikutnya tentang penjelasan sedikit, penjelasan mengenai pendekatan atau teori-teori apa saja yang bisa digunakan untuk mengkaji fenomena Qur'an atau kajian Living Qur'an ini.
Terima kasih, semoga memberikan manfaat. Saya mohon maaf jika ada banyak kesalahan dalam menyampaikan. Terima kasih.
Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.