Title: Laporan PBL 15 - Blok Indera, Integumen, dan Saraf (pt. 2)
URL Source: blob://pdf/84ee9ea2-467a-4353-9a77-989d0a0d4db6
Markdown Content:
LAPORAN PBL
# BLOK INDERA, INTEGUMEN, DAN SARAF (MEE 108)
DISUSUN OLEH KELOMPOK PBL 15 :
Imelda Tunggal 202406000121 Mi Xien 202406000136
Kevin Arya Siridharma 202406000106 Jacinda Felicia 202406000102
Tabitha Cira
Syaelendra Putri
202406000122 Cindy Febri Gunawan 202406000198
Angel Lie 202406000123 Vanessa Graciella
Agatha
202406000177
Felix Ferdinand
Yulianto
202406000100 Dwi Yeciani Padang 202406000195
Jonathan Roy Desmon 202406000120 Putri Aisyahluna Zahra 202306000117
# PROGRAM STUDI SARJANA KEDOKTERAN
# FKIK UNIKA ATMA JAYA JAKARTA
# 2025 DAFTAR ISI
DAFTAR ISI...................................................................................................................................2
KATA PENGANTAR.....................................................................................................................3
BAB I...............................................................................................................................................4
PENDAHULUAN.......................................................................................................................... 4
1.1 Latar Belakang..................................................................................................................... 4
1.2 Skenario............................................................................................................................... 4
BAB II............................................................................................................................................. 6
DISKUSI DAN PEMBAHASAN.................................................................................................. 6
2.1 Klasifikasi Istilah................................................................................................................. 6
2.2 Identifikasi Masalah.............................................................................................................6
2.4 Skema...................................................................................................................................7
2.5 Learning Objectives ............................................................................................................. 7
2.6 Hasil Diskusi........................................................................................................................8
BAB III..........................................................................................................................................16
KESIMPULAN DAN SARAN.................................................................................................... 16
3.1 Kesimpulan........................................................................................................................ 16
3.2 Saran.................................................................................................................................. 16
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................................... 17 KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat dan karunia-Nya sehingga kami, kelompok PBL 15, mampu melakukan kegiatan Problem Based Learning (PBL) dan menyelesaikan laporan hasil PBL dengan baik.
Kami tidak lupa ingin mengucapkan terima kasih sebanyak-banyaknya kepada dr. V. Dwi Jani Juliawati, M.Pd., Sp.KKLP yang telah membimbing kami selama sesi PBL sehingga kami mendapatkan pengetahuan maupun feedback yang sangat bermanfaat untuk masa depan kami. Kami pun berterima kasih kepada pihak-pihak lain yang telah membantu dalam penyelesaian laporan.
Diskusi maupun pembuatan laporan ini melibatkan semua anggota kelompok PBL 15. Terdapat masing-masing tiga orang yang berperan dalam membantu kedua diskusi PBL kami sehingga berjalan sebagaimana mestinya, yaitu:
Pertemuan I Pertemuan II
Selasa, 10 Juni 2025 Kamis, 12 Juni 2025
No. Jabatan Nama No. Jabatan Nama
1 Ketua Angel Lie
(202406000123)
1 Ketua Dwi Yeciani Padang
(202406000195)
2 Sekretaris I Cindy Febri Gunawan
(202406000198)
2 Sekretaris I Putri Aisyahluna Zahra
(202306000117)
3 Sekretaris II Tabitha Cira Syaelendra
(202406000122)
3 Sekretaris II Imelda Tunggal
(202406000121)
Kami menyadari bahwa Laporan Problem Based Learning (PBL) dibuat masih jauh dari kata sempurna, baik segi penyusunan, bahasa, maupun penulisannya. Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari dosen, teman teman, dan semua pihak yang turut membaca laporan ini guna menjadi acuan bagi kami agar bisa menjadi lebih baik lagi di masa mendatang. Semoga Laporan Problem Based Learning (PBL) ini bisa menambah wawasan dan manfaat bagi penulis dan para pembaca.
Jakarta, 12 Juni 2025
Penulis BAB I
# PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kemampuan tubuh untuk menjaga keseimbangan merupakan fungsi penting dari sistem sensorik yang melibatkan kerja sama antara sistem vestibular, penglihatan, dan proprioseptif. Sistem vestibular, yang berada di telinga bagian dalam, mengandung struktur seperti kanalis semisirkularis serta organ otolit (utrikulus dan sakulus) yang berfungsi mendeteksi perubahan posisi dan gerakan kepala. Bersama dengan informasi dari mata dan sensor otot-sendi, otak terutama bagian batang otak dan otak kecil mengolah sinyal tersebut untuk mengatur gerakan tubuh agar tetap seimbang.
Ketika salah satu dari sistem ini mengalami gangguan, seseorang bisa mengalami keluhan seperti pusing, kehilangan keseimbangan, atau bahkan kesulitan berjalan. Kondisi ini lebih rentan terjadi pada lansia dan dapat meningkatkan risiko jatuh. Oleh sebab itu, pemahaman menyeluruh mengenai cara kerja sistem keseimbangan sangat penting, khususnya bagi tenaga medis dan perawat, agar mampu memberikan penanganan yang tepat terhadap pasien dengan keluhan terkait keseimbangan tubuh.
1.2 Skenario
Andi, a first-year medical student at FKIK Atma Jaya, experienced dizziness after riding a roller coaster at Dunia Fantasi in Ancol. At first, he thought the symptoms would subside after some rest, but the dizziness persisted into the following day.
Concerned about his condition, Andi visited a nearby general practitioner. Upon examination, his vital signs were within normal limits (BP: 120/80 mmg, body temperature: 37C). An eye examination showed positive light reflexes in both eyes, and no nystagmus was observed. He reported no ear-related complaints, and no abnormalities were found in the ear examination.
Since no significant issues were identified, the doctor prescribed symptomatic medication. The next day, Andi began to feel better. However, he remained curious and wanted to understand what had actually caused the dizziness and how the bodys balance system works. Andi, seorang mahasiswa kedokteran FKIK Atma Jaya, mengalami pusing setelah menaiki wahana kereta luncur di Dunia Fantasi. Awalnya, ia berpikir bahwa gejalanya akan hilang setelah istirahat beberapa lama, namun rasa pusingnya tetap ada hingga esok harinya.
Khawatir dengan kondisinya, Andi datang ke dokter umum sekitar. Berdasarkan hasil pemeriksaannya, tanda vitalnya berada di dalam batas normal (tekanan darah: 120/80 mmg, suhu tubuh: 37C). Pemeriksaan mata menunjukkan refleks cahaya yang positif pada kedua mata, dan tidak ada nystagmus saat diamati. Dia tidak memiliki keluhan pada telinganya, dan tidak ada kondisi abnormal yang ditemukan di pemeriksaan telinganya.
Karena tidak ada masalah yang signifikan yang ditemukan, dokter meresepkan obat untuk mengobati gejalanya. Keesokan harinya, Andi mulai merasa lebih baik. Meskipun begitu, dia tetap penasaran dan ingin mengerti apa yang sebenarnya menjadi penyebab rasa pusingnya dan bagaimana sistem keseimbangan tubuhnya bekerja. BAB II
# DISKUSI DAN PEMBAHASAN
2.1 Klasifikasi Istilah
Pada skenario kali ini, kelompok kami memiliki istilah asing yang tidak dimengerti. Berikut istilah asingnya:
1. Nystagmus : bola mata bergerak involuntary .
2. Dizziness : rasa pusing yang berkaitan dengan kehilangan keseimbangan.
2.2 Identifikasi Masalah
1. Apa saja anatomi struktur telinga?
2. Apa saja anatomi struktur mata?
3. Bagaimana mekanisme keseimbangan?
4. Mengapa Andi merasa pusing meski hasil pemeriksaan normal?
2.3 Pembahasan Masalah
> 1.
Anatomi telinga dibagi menjadi tiga bagian utama yaitu telinga luar, tengah, dan dalam, yang secara keseluruhan berfungsi dalam proses pendengaran dan keseimbangan.Telinga luar terdiri dari aurikula dan meatus akustikus eksternus , yang berfungsi menangkap dan mengarahkan gelombang suara menuju membran timpani.Getaran suara kemudian akan diteruskan ke telinga tengah, yang berisi tiga tulang pendengaran kecil, yaitu maleus ,
inkus , dan stapes . Tulang-tulang ini membentuk sistem pengungkit yang memperkuat getaran dan meneruskannya ke oval window , yang merupakan pintu masuk ke telinga dalam. Telinga tengah juga terhubung dengan faring melalui tuba eustachius , yang berfungsi menyamakan tekanan udara agar transmisi getaran tidak terganggu.Telinga dalam terdiri dari dua bagian utama yaitu koklea , yang bertanggung jawab terhadap pendengaran, dan vestibular system , yang mengatur keseimbangan. Di dalam koklea, getaran cairan ditangkap oleh sel-sel rambut pada organ Corti dan diubah menjadi impuls listrik yang kemudian dikirim ke otak melalui nervus koklear.Sistem vestibular mencakup
kanalis semisirkularis , utrikulus , dan sakulus , yang berfungsi untuk mendeteksi perubahan posisi dan gerakan kepala, memungkinkan tubuh mempertahankan keseimbangan dan orientasi spasial secara tepat.
2. Anatomi mata terdiri dari 3 lapisan, yaitu tunika fibrosa, tunika vaskulosa, dan tunika nervosa. Tunika fibrosa terdiri dari sklera yang membentuk bagian putih bola mata dan kornea yang merupakan lapisan transparan yang dilalui oleh berkas cahaya untuk masuk ke interior mata. Tunika vaskulosa terdiri dari koroid yang mengandung banyak pembuluh darah untuk mengalirkan nutrisi ke retina. Bagian anterior koroid akan membentuk badan siliaris yang mengandung cairan aqueous dan membantu akomodasi mata serta iris yang memberi warna pada mata dan mengatur jumlah cahaya yang masuk ke mata dengan mengubah ukuran pupil. Tunika nervosa terdiri dari retina yang bagian luarnya berpigmen dan bagian dalamnya terdapat jaringan saraf. Terdapat sel batang dan sel kerucut dalam jaringan saraf yang berperan sebagai fotoreseptor untuk mengubah cahaya menjadi impuls saraf. Selain itu, bola mata memiliki 2 rongga yang dipisahkan oleh lensa. Rongga posterior yang lebih besar, diapit oleh lensa dan retina, mengandung cairan seperti gel (cairan vitrous ) untuk menjaga bentuk bola mata tetap bulat. Rongga anterior, diapit oleh lensa dan kornea, mengandung cairan encer (cairan aqueous ) untuk mengalirkan nutrisi ke kornea dan lensa yang tidak memiliki pembuluh darah. Terakhir, bola mata mempunyai 3 kamar, yaitu camera occuli anterior , camera occuli posterior ,dan rongga vitrous .
3. Mekanisme keseimbangan tubuh dikendalikan oleh sistem vestibular yang berada di telinga bagian dalam, yaitu di organ vestibulookular dan vestibulospinal. Ketika tubuh bergerak, cairan endolimfa di dalam kanalis semisirkularis akan ikut bergerak dan menyebabkan rambut sensorik (silia) di dalam ampula ikut bergerak. Pergerakan silia ini menstimulasi sel rambut ( hair cell ) yang kemudian mengubah rangsangan mekanik menjadi impuls listrik. Impuls tersebut akan diteruskan melalui saraf kranial VIII ke otak, khususnya ke bagian otak yang bertugas memproses keseimbangan seperti otak kecil (cerebellum). Di sana, informasi dari telinga akan dikombinasikan dengan masukan dari mata dan proprioseptor otot-sendi untuk menciptakan postur dan koordinasi gerak yang seimbang. Selama semua komponen bekerja dengan baik dan sinkron tubuh akan tetap seimbang meskipun sedang bergerak atau berpindah posisi. 4. Kepala yang telah bergerak kencang sebelumnya ini akan mengakibatkan pergerakan dari cairan endolimfe yang terdapat pada telinga bagian dalam dan membuat silia membengkok sehingga terjadi depolarisasi. Kemudian akan mengirimkan sinyal impuls potensial aksi dan mengirimkan neurotransmitter menuju ke otak proprioseptif sehingga tubuh Andi tetap seimbang.
2.4 Skema
2.5 Learning Objectives
1. Mengidentifikasi anatomi organ vestibulocochlear .
2. Mengidentifikasi anatomi mata.
3. Menjelaskan fisiologi keseimbangan.
4. Mengidentifikasi jenis-jenis dizziness.
5. Mengidentifikasi penyebab nystagmus .
6. Mengidentifikasi gejala gangguan keseimbangan dan cara pemeriksaannya.
2.6 Hasil Diskusi
1. Mengidentifikasi anatomi organ vestibulocochlear .
Telinga dalam yang terletak di antara telinga tengah dan meatus acusticus internus , terdiri dari dua komponen utama: labirin tulang dan labirin membranosa. Labirin tulang mencakup struktur seperti koklea, vestibulum, dan kanalis semisirkularis, yang semuanya diisi oleh cairan perilimfe. Sementara itu, labirin membranosa mencakup ductus koklearis, ductus semisirkularis, utrikulus, dan sakulus, yang diisi oleh cairan endolimfe. Telinga dalam dapat dibagi menjadi dua bagian utama, yaitu koklea dan aparatus vestibularis. Koklea berperan penting dalam proses pendengaran, sementara aparatus vestibularis bertanggung jawab atas keseimbangan dan orientasi spasial tubuh.
a. Koklea
Koklea adalah bagian berbentuk rumah siput yang berfungsi sebagai sistem sensorik untuk pendengaran. Letaknya antero media dari vestibulum. Di dalamnya terdapat poros tulang yang disebut modiolus. Di dasar modiolus mini, terdapat cabang koklea dari saraf N.VIII.
> Gambar 1. Struktur Anatomi Koklea.
> (Sumber: Sherwood L. Human physiology. From cells to systems. 9th ed., p. 216.)
Koklea terdapat beberapa bagian sebagai berikut, jendela oval adalah membran tipis di pintu masuk koklea yang memisahkan telinga tengah dari skala vestibuli. Jendela oval bergetar bersama dengan gerakan stapes, menyebabkan gerakan perilimfe di skala vestibuli. Skala vestibuli adalah kompartemen atas koklea yang mengandung perilimfe yang digerakkan oleh getaran dari jendela oval.
Di bawah skala vestibuli terdapat skala timpani, kompartemen bawah koklea yang juga mengandung perilimfe dan berhubungan dengan skala vestibuli. Duktus koklearis, atau skala media, adalah kompartemen tengah koklea yang mengandung endolimfe dan diisi dengan membran basilaris. Membran basilaris, yang membentuk lantai duktus koklearis, bergetar dengan gerakan perilimfe dan mengandung organ Corti, organ indera untuk mendengar. Organ Corti terletak di atas membran basilaris dan mengandung sel-sel rambut, reseptor untuk suara yang mengalami potensial reseptor ketika menekuk akibat gerakan cairan di koklea. Membran tektorium, yang terletak di atas organ Corti, berkontak dengan permukaan reseptor sel rambut dan sebagai bagian stasioner membantu membengkokkan sel-sel rambut sehingga mengalami potensi aksi. Jendela bundar adalah membran tipis yang
b. Apparatus Vestibularis
Apparatus vestibularis adalah bagian yang mengandung sistem sensorik untuk keseimbangan dan memberikan masukan yang penting untuk pemeliharaan postur dan keseimbangan.
> Gambar 2. Struktur Anatomi Apparatus Vestibularis.
> (Sumber: Sherwood L. Human physiology. From cells to systems. 9th ed., p. 222.)
Apparatus vestibularis dibagi lagi menjadi beberapa bagian sebagai berikut, kanalis semisirkularis terdiri dari tiga bagian utama dan masing-masing kanalis memiliki fungsi khusus dalam mendeteksi gerakan kepala.
Kanalis Horizontal Untuk rotasi putar kepala
Kanalis Superior Rotasi depan-belakang kepala
Kanalis Posterior Rotasi kiri-kanan kepala
Setiap kanalis semisirkularis memiliki ductus semicircularis didalamnya, dan ujung setiap saluran melebar membentuk struktur yang disebut ampula. Namun, ujung semisirkularis superior dan posterior tidak melebar tetapi bergabung menjadi satu yang disebut krus kommune. Fungsi utama dari kanalis semisirkularis adalah untuk mendeteksi percepatan dan perlambatan rotasional atau angular, sehingga membantu dalam menjaga keseimbangan dan orientasi tubuh.
Vestibulum adalah bagian dari telinga dalam yang mengandung labirin membranosa, yaitu utrikulus dan sakulus. Utrikulus dan sakulus masing-masing membentuk saluran yang bergabung menjadi satu, disebut ductus endolimfatikus, yang ujungnya melebar menjadi sakus endolimfatikus.
> Gambar 3. Utrikulus dan Sakulus.
> (Sumber: Sobotta Atlas of Anatomy, Vol. 3, 25th Ed., p. 209.)
Utrikulus terletak di antara koklea dan kanalis semisirkularis, dalambagian posterosuperior vestibulum labyrinthus osseus. Bentuknya oval, memanjang, dan lebih besar dibandingkan sakulus. Fungsi utama utrikulus adalah mendeteksi perubahan posisi kepala menjauhi vertikal serta akselerasi dan deselerasi horizontal. Selain itu, tiga ductus semisirkularis bermuara di sini.
Sakulus adalah kantung bulat yang lebih kecil daripada utrikulus,terletak di samping utrikulus dan berada pada bagian antero-inferior vestibulum labyrinthus osseus. Sakulus berfungsi mendeteksi perubahan posisi kepala menjauhi horizontal serta akselerasi dan deselerasi vertikal.
c. Talamus
Talamus merupakan organ yang berperan untuk relay station . Semua informasi dari indera tubuh (kecuali penciuman) harus diproses melalui talamus sebelum dikirim ke korteks serebral otak untuk diproyeksikan. Talamus menerima serat dari nuklei/inti vestibular bilateral dan memproyeksikannya ke korteks serebral. Gambar 4. Struktur Anatomi Talamus.
> (Sumber: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK557380/figure/article-31142.image.f1/)
d. Cerebellum
Lobus flocculonodular, juga dikenal sebagai vestibulocerebellum merupakan bagian paling kaudal dari otak kecil (cerebellum). Lobus tersebutberperan dalam keseimbang dan pergerakan mata. Selain itu, lobus flocculonodular akan menerima serat aferen dari ganglion vestibular ipsilateral dan inti vestibular, serta dari korteks visual dan otak tengah.
> Gambar 5. Struktur Anatomi Cerebellum.
> (Sumber: https://teachmeanatomy.info/neuroanatomy/structures/cerebellum/)
e. Nervus Vestibular
Nervus ini akan meninggalkan telinga bagian dalam melalui meatus auditorius interna dan akan masuk ke kranial melewati fossa cranii posterior. Kemudian, nervus vestibular akan bersinaps dengan inti vestibular di batang otak.
f. Nukleus Vestibular Nukleus vestibular terbagi menjadi empat yang terletak di dalam fossa rhomboid batang otak. Nukleus ini mengandung neuron tingkat kedua dari jalur vestibular yang akan bersinaps dengan bagian vestibular dari saraf vestibulocochlear. Keempat bagian nukleus vestibular adalah:
Nukleus vestibular superior (Bechterew)
Nukleus vestibular lateral (Deiters)
Nukleus vestibular inferior (Roller)
Nukleus vestibular medial (Schwalbe)
Nukleus vestibular superior dan media akan menerima sebagian serat dari ampula kanalis semisirkularis. Sedangkan, nukleus vestibular inferior dan lateral akan menerima serat dari kanalis semisirkularis (yang belum masuk kebagian nukleus vestibular superior dan inferior), serta utrikulus dan sakula.
> Gambar 6. Struktur Anatomi Nukleus Vestibular.
> (Sumber: https://www.nasafordoctors.co.za/articles.php?cid=9&id=40)
2. Mengidentifikasi anatomi mata.
Tiga Lapisan Utama Mata
A. Tunika fibrosa
Kornea: Struktur transparan di bagian depan mata, berfungsi membiaskan cahaya.
Sklera: Bagian putih mata, jaringan fibrosa kuat yang melindungi dan mempertahankan bentuk bola mata.
B. Tunika vaskulosa Iris: Mengatur ukuran pupil (lubang tengah iris) melalui otot sfingter dan dilator.
Corpus ciliare (badan siliaris): Menghasilkan aqueous humor dan mengontrol bentuk lensa untuk akomodasi.
Koroid: Mengandung pembuluh darah yang menyuplai nutrisi ke retina.
C. Tunika interna
Retina, memiliki lapisan saraf yang terdiri dari:
Sel batang ( rod ): sensitif terhadap cahaya rendah.
Sel kerucut ( cone ): deteksi warna dan ketajaman visual.
Sel ganglion: aksonnya membentuk saraf optikus (n. II).
Retina memiliki 10 lapisan, yaitu: lapisan sel pigmen, lapisan batang & kerucut, membrana limitans externa, inti luar, pleksiform luar, inti dalam, pleksiform dalam, lapisan ganglioner, lapisan serat saraf, membrana limitans interna.
> Gambar 7. Struktur Anatomi Mata.
> (Sumber: Netter, Frank H. Atlas of Human Anatomy. 7th ed., Elsevier, 2019.)
Struktur Tambahan
Lensa: Struktur bikonveks transparan yang memfokuskan cahaya ke retina (diatur oleh otot siliaris).
Kamar anterior & posterior: Berisi aqueous humor, menjaga tekanan intraokular. Badan vitreus: Cairan gelatinus di belakang lensa, memberi tekanan dan bentuk bola mata.
Otot okulomotor: Enam otot yang menggerakkan bola mata (dikendalikan oleh saraf III, IV, dan VI).
Saraf Optik (N. II): Menghantarkan impuls visual ke korteks oksipital
> Gambar 8. Struktur Tambahan Mata.
> (Sumber: Netter, Frank H. Atlas of Human Anatomy. 7th ed., Elsevier, 2019.)
Hubungan mata dengan sistem keseimbangan dapat dikaitkan satu sama lain, karna mata memberikan referensi visual eksternal yaitu posisi tubuh terhadap lingkungan dan visual input ini membantu otak dalam menentukan postur tubuh dan arah gerak.
Ada pula refleks vestibulo okular (VOR) yaitu refleks otomatis yang menjaga mata tetap terfokus pada objek saat kepala bergerak. 3. Menjelaskan fisiologi keseimbangan.
Kanalis semisirkularis memiliki cairan endolimfe yang bergerak mengikuti rotasi kepala dan menekan kupula yang kemudian membengkokan sel rambut yang mengubah pergerakan menjadi impuls listrik yang dikirim ke nervus vestibular menuju cerebellum (lobus flocculonodular). Selanjutnya, talamus memproses pergerakan kepala, lalu memproduksi impuls listrik ke organ efektor sebagai respons. Organ otolit memiliki mekanisme yang sama tapi tidak menggunakan cairan endolimfe, melainkan menggunakan gelatin. Organ otolit mendeteksi pergerakan kepala yang linear. Sel rambut terdiri dari stereosilia dan kinosilia yang akan mengalami depolarisasi ketika stereosilia bergerak menuju kinosilia dan mengalami hiperpolarisasi ketika kinosilia bergerak menuju stereosilia, sehingga sensasi pergerakan yang berlawanan tidak dapat terjadi pada saat yang bersamaan.
4. Mengidentifikasi jenis-jenis dizziness.
Dizziness atau pusing adalah suatu kondisi ketika seseorang mengalami gangguan dalam mengenali posisi atau orientasi tubuhnya, tanpa ada gerakan dari tubuh yang tidak sesuai kenyataan. Dizziness dapat diidentifikasikan dan terbagi menjadi beberapa jenis.
a. Vertigo adalah sebuah sensasi yang menyebabkan seseorang merasakan lingkungan atau badannya berputar. Penyebab vertigo sering dikaitkan kepada gangguan pada sistem vestibular perifer atau sentral tergantung pada kondisi yang menyebabkannya.
b. Migrain adalah rasa nyeri di kepala yang terjadi secara berulang-ulang, dengan gejala vestibular ringan-berat selama 5 menit hingga 72 jam, dengan sakit kepala 1 sisi dan terasa seperti berdenyut, kemudian adanya gejala aura visual (penglihatan buram dan ada sedikit kilatan cahaya).
c. Penyakit Meniere adalah suatu gangguan bersifat progresif yang dialami pada bagian telinga, dengan gejala seperti berikut: rasa telinga yang tertekan, tinitus (berdenging), kesulitan dalam pendengaran, vertigo yang berulang dan terutama menyerang orang yang sudah berusia sekitar 30-60 tahun. Penyebabnya bisa karena Penumpukan cairan (endolimfa) berlebih di dalam labirin membranosa telinga bagian dalam.
5. Mengidentifikasi penyebab nystagmus .
Nystagmus dapat disebabkan oleh berbagai kondisi seperti gangguan pada saraf (sentral) dan vestibular (perifer). Gangguan neurologis yang dapat menyebabkan
nystagmus terjadi akibat adanya stroke , cedera, ataupun tumor pada bagian otak yang mengontrol gerakan mata, selebihnya, kondisi seperti multiple sclerosis juga dapat menyebabkan nystagmus dimana seluruh sistem saraf pusat mengalami gangguan. Gangguan secara vestibular atau perifer dapat dikaitkan dengan kanal semisirkularis yang memiliki fungsi untuk mendeteksi orientasi tubuh dalam tiga bidang ruang. Ketika kepala bergerak, cairan endolimfe di kanal akan merangsang sel rambut ( hair cells ) di dalam struktur bernama ampula, yang akan mengirim sinyal melalui nervus vestibularis ke otak. Jika salah satu kanal atau sarafnya terganggu, sinyal dari sisi yang terganggu menjadi asimetris dengan sisi sehat. Otak menginterpretasi ini seolah kepala sedang bergerak, walaupun sebenarnya tidak. Sebagai kompensasi, mata bergerak spontan yang disebut
nystagmus . Beberapa contoh kondisi yang menyebabkan nystagmus berupa Benign paroxysmal positional vertigo (BPPV), labirinitis, dan penyakit Meniere. Diluar gangguan pada sistem saraf dan vestibular, faktor genetik dan penggunaan obat antiepilepsi dan alkohol juga dapat menjadi alasan terjadinya nystagmus .
6. Mengidentifikasi gejala gangguan keseimbangan dan cara pemeriksaannya.
Gangguan pada Keseimbangan
1) Benign paroxysmal positional vertigo (BPPV): vertigo berulang yang disebabkan perubahan posisi kepala (seperti menoleh, mendongak, berguling di tempat tidur, atau menunduk) berlangsung selama beberapa detik - 1 menit.
2) Menires disease : dua atau lebih serangan vertigo secara spontan selama 20 menit-12 jam, kehilangan pendengaran pada frekuensi kurang dari 2000 Hz.
3) Acute unilateral vestibulopathy /vestibular neuritis: vertigo berputar akut selama setidaknya 24 jam disertai oscillopsia, kecenderungan jatuh, dan mual. 4) Bilateral vestibulopathy : sindrom vestibular kronis yang ditandai dengan ketidakstabilan saat berjalan atau berdiri, yang memburuk dalam kegelapan dan/atau di tanah yang tidak rata, atau saat kepala bergerak.
5) Vestibular paroxysmia : setidaknya sepuluh serangan vertigo berputar, durasinya kurang dari 1 menit.
6) The third window syndrome (sindrom jendela ketiga): Sebuah jendela ketiga terjadi ketika terdapat cacat pada labirin tulang dalam bentuk bukaan pada tulang yang menutupi kanalis semisirkularis superior telinga bagian dalam dan menjadi jendela ketiga selain jendela oval dan bundar. Melaluinya energi suara dapat bekerja pada sistem setengah lingkaran dan juga keluar. Sindrom ini dapat mengakibatkan kejadian vertigo yang disebabkan oleh kebisingan yang dikeal sebagai fenomena Tullio. Sindrom ini juga menunjukkan hubungan anatomi antara organ vestibular dan koklea.
7) Oscillopsia dan nistagmus abnormal yaitu implikasi dari gangguan VOR (vestibulo-ocular reflex ). Ketika suatu benda bergerak di dalam retina, benda tersebut tampak bergoyang dan memantul sehingga menimbulkan oscillopsia, yang menyebabkan penglihatan kabur saat kepala digerakkan. Anak-anak yang tidak terdiagnosis menderita disleksia atau diskalkulia terkadang disalahartikan mengidap kondisi tersebut karena pasien tersebut memerlukan waktu tambahan untuk memahami dan mengolah kata dan huruf. Nistagmus yang abnormal juga dapat menyebabkan penglihatan kabur (bisa ke berbagai arah; menyamping atau atas dan bawah) karena gerakan mata yang berlebihan dan tidak disengaja.
8) Efek-efek lain kerusakan VOR (vestibulo-ocular reflex ): orang yang mengalami kerusakan VOR juga cenderung menjadi canggung, mudah mabuk perjalanan, memiliki masalah sensorik, kesulitan menjaga keseimbangan, dan mual. Jika organ sensorik vestibular tidak berfungsi penuh di kedua sisi, otak akan menerima sinyal yang bertentangan mengenai gerakan sehingga menyebabkan vertigo. Pemeriksaan Keseimbangan
a. Tes Romberg: berdiri tegak dengan kaki rapat dan mata tertutup. Dokter kemudian akan mengamati apakah pasien dapat menjaga keseimbangan tanpa bantuan penglihatan. Tes ini bertujuan untuk menilai kemampuan pasien dalam menggunakan informasi sensorik yang berbeda dalam mempertahankan postur tubuh. [8] Dalam studi postural, subjek biasanya berdiri tegak. Terkadang permukaan di bawah kaki atau pemandangan visual bergerak sehingga mengganggu kontrol postur. Dalam kasus lain, tidak ada gerakan eksternal yang diberikan, namun subjek berdiri di atas busa, yang meningkatkan ketidakstabilan dan gerakan tubuh sehingga menambah ketidaktepatan karena sifat kontrol postural yang tertutup.
> Gambar 9. Tes Romberg.
> (Sumber: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK545297/)
b. Tes Fukuda Stepping : pasien diminta untuk menutup mata dan memperpanjang kedua tangan ke depan. Kemudian, pasien diminta untuk memindahkan kaki secara bergantian ke depan selangkah.
> Gambar 10. Tes Fukuda Stepping .(Sumber: https://doi.org/10.3138/ptc-2020-0013)
c. Tes Dix Hallpike : bertujuan untuk mengevaluasi kehadiran vertigo. Pasien akan diposisikan secara cepat dari posisi duduk, lalu ke posisi berbaring dengan kepala ke arah satu sisi. Dokter lalu akan mengamati respons mata pasien terhadap perubahan posisi tersebut.
> Gambar 11. Tes Dix Hallpike .
> (Sumber: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK459307/)
d. Tes Caloric : air dingin atau hangat akan disuntikkan ke dalam telinga pasien untuk menilai respons vestibular. Tes ini mengevaluasi fungsi vestibular secara langsung dengan memicu respons dari sistem vestibular tersebut. Saat menggunakan air dingin, fase cepat nistagmus harus berada di sisi berlawanan dari telinga yang berisi air. Namun bila menggunakan air hangat, fase cepat
nystagmus harus berada pada sisi yang sama dengan telinga yang berisi air. Jika gerakan mata ini tidak normal dan tidak terjadi seperti yang dijelaskan oleh pasien, kemungkinan besar terjadi disfungsi vestibular pada sisi yang dirangsang oleh air. Jika pasien melakukan tes refleks kalori dan VOR ( vestibulo-ocular reflex /refleks vestibulo-okular) tidak ada, hal ini mungkin merupakan indikator kematian otak yang serius. Gambar 12. Tes Caloric .
> (Sumber: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK545297/)
e. Tes Dynamic Visual Acuity : pasien diminta untuk membaca huruf atau angka disaat tubuhnya bergerak. Tes ini menilai kemampuan vestibular untuk mempertahankan penglihatan pasien selama adanya gerakan tubuh.
> Gambar 13. Tes Dynamic Visual Acuity .
> (Sumber: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK545297/)
f. Tes impuls cepat, juga disebut tes Halmagyi-Curthoys , digunakan untuk mengevaluasi refleks vestibulo-okular. Untuk mencapai hal ini, kepala pasien akan segera digerakkan ke satu arahkiri atau kanansementara mata pasien tetap tertuju pada benda di depannya. Ketika pasien memutar kepalanya dengan paksa ke arah kerusakan VOR-nya, matanya akan mengikuti arah gerakan kepala sebelum kembali ke titik fokusnya; ini menunjukkan adanya masalah pada lengkung refleks vestibulo-okular. BAB III
# KESIMPULAN DAN SARAN
3.1 Kesimpulan
Pusing ditandai dengan tubuh yang tidak seimbang dan kepala yang sakit, umumnya terdapat beberapa jenis gejala lain, seperti pingsan, mual, dan bahkan sensasi tubuh yang kehilangan keseimbangan. Gejala-gejala ini dipengaruhi oleh sistem indera, seperti telinga dan mata. Telinga terdiri dari koklea dan apparatus vestibularis yang berfungsi untuk menjaga keseimbangan dan pendengaran. Apparatus vestibularis terdiri dari kanalis semisirkularis, utrikulus, dan sakulus untuk mendeteksi perubahan posisi dan percepatan gerak kepala. Sedangkan, mata berperan dalam menjaga keseimbangan dengan memberikan masukan visual untuk membantu otak menentukan posisi tubuh yaitu refleks vestibulocochlear (VOR) untuk menjaga fokus penglihatan saat kepala bergerak. Keseimbangan dinamis menjaga tubuh agar tidak terjatuh saat bergerak dan statis menjaga saat tubuh sedang beristirahat. Faktor-faktor seperti jenis kelamin, usia, dan juga kekuatan otot memengaruhi keseimbangan seseorang.
Gangguan keseimbangan, seperti pusing, berhubungan pada gangguan vestibular yang dapat memiliki sifat sentral atau perifer. Nystagmus sendiri adalah gerakan involunter mata yang terjadi apabila seseorang pasien mengalami gangguan vestibular, sistem saraf pusat, stroke, trauma, infeksi, gangguan BBPV, dan penyakit Meniere. Untuk mendiagnosis masalah keseimbangan, terdapat beberapa jenis test seperti Tes Romberg, Tes Fukuda Stepping , Tes Dix Hallpike , Tes Caloric , Tes Dynamike Visual Acuity , dan Tes
Halmagyi-Curthoys. Tes-Romberg digunakan untuk mengevaluasi fungsi mata dan telinga serta kemampuan tubuh dalam menjaga keseimbangan. Tes-tes ini sangat penting untuk mengidentifikasi sumber gangguan pada telinga bagian dalam, mata, maupun sistem saraf lainnya.
3.2 Saran
Berdasarkan kegiatan PBL pada pertemuan pertama dan kedua, kelompok kami telah mampu berdiskusi dan memahami topik mengenai sistem vestibular/keseimbangan dengan baik. Kelompok kami juga sudah cukup baik dalam menuliskan laporan ini dan memahami materi. Bagian yang kurang dalam pembahasan masalah juga sudah tertulis dengan jelas di laporan ini. Untuk kedepannya, kami harap agar kelompok kami dapat berpikir lebih kritis dalam menentukan LO supaya pembahasan tidak terlalu luas, serta lebih cepat dan tanggap dalam menuliskan laporan. DAFTAR PUSTAKA
1. Barrett KE, Brooks HL, Barman SM, Yuan J. Ganong's review of medical physiology. 27th ed. New York: McGraw-Hill Education; 2025
2. Sherwood L. Human physiology. From cells to systems. 9th ed. Brooks/Cole-Cengage learning, International edition. 2016
3. Cui, D., et al. Atlas of Histology with Functional and Clinical Correlations. Lippincott Williams & Wilkins. 2011.
4. Mescher, A.L. Junqueira's Basic Histology Text & Atlas. 15th Edition, McGraw Hill. 2018.
5. Fauquier ENT. Types of Nystagmus Due to Stroke vs Vestibular Neuritis Causing Persistent Dizziness or Vertigo [Internet]. YouTube; 2024 Jul 25 [cited 2025 Apr 16].
Available from: https://www.youtube.com/watch?v=k9M9Th3mXe4
> 6.
Guyton & Hall. Textbook of Medical Physiology, 14th ed. Elsevier, 2021.