Transcript for:
Nilai Waktu dan Kasih Sayang Keluarga

Ibu saya pernah bertanya, apa yang paling mahal di dunia ini? Saya menjawab, ya mungkin aja Lamborghini, atau Bugatti, atau bahkan tutorial bankrik saat bermain funny. Tapi ibu saya cuma tertawa dan berbisik lembut kepada saya, bahwa hal yang paling mahal di dunia adalah waktu. Ia tidak bisa kembali, maupun kita beli. Jadi manfaatkan waktu yang kamu miliki sebelum datang ngerasa sesal di hati.

Perkataan ibu saya sejenak membuat saya terdiam dan teringat tentang kisah seorang pria yang dengan tulus hati memberikan seluruh waktu demi orang yang ia cintai. Dan jadi, begini ceritanya. Oho, itu ini yang tembelnya apa?

Ima! Pria ini bernama M, seorang pengangguran yang hidupnya serba pas-pasan. M sendiri dari dulu selalu hidup bersama sang ibu.

Namun karena keras kepala, dirinya memutuskan untuk berhenti sekolah. Demi mengejar cita-cita dan impiannya. Yaitu menjadi gamer Sultan Kera ya.

Namun impian itu tidak sebanding dengan usaha yang ia lakukan. Sang ibu yang melihat anaknya gitu-gitu aja, selalu menyuruhnya untuk cari kerja. Ya biar hidup gak cuma nempak nama.

Tapi M hanya bisa merengut dan bilang bahwa sang ibu tidak pernah mengerti dirinya. Menjadi beban orang tua memanglah tidak mudah. Hal itu berbanding terbalik dengan pamannya Kiyang, seorang sultan kaya raya yang selalu berbakti kepada neneknya. Ibu M berulang kali bilang padanya agar dirinya giat belajar dan bisa sukses seperti sang paman.

Namun ucapan tersebut tidak digubris oleh M. Tiba-tiba, sang nenek pun meminta bantuannya untuk menabur bunga di makam leluhur mereka. Dengan setengah hati, M melakukan tugasnya.

Neneknya yang geram dengan tingkah cucunya segera menegur dan mencontohkan cara menabur bunga yang benar. Namun karena sudah tua dan rentan kenapa-kenapa, ibu M melarang neneknya biar tidak jatuh. Beruntung, sang nenek bisa segera dibawa ke rumah sakit.

Tapi mungkin tidak seberuntung yang kita kira. Mereka semua diberitahu dokter kalau dirinya sudah mengecek secara keseluruhan dan mereka tidak perlu khawatir dengan terjatuhnya sang nenek. Namun ada baiknya mereka bisa mulai meluangkan waktu bersama karena sang dokter mendapati kanker di bagian usus sang nenek dan sudah memasuki stadium akhir yang mana harapan hidup sang nenek tidak lebih dari satu tahun. Kabar itu menjadi buah pikiran untuk ibu M.

Malamnya, sang ibu berkata bahwa mereka harus lebih sering mengunjungi neneknya. Karena waktu tidak akan pernah kembali. Ibunya tidak ingin menyesal dan menangisi sebuah pilu. Tetapi semua perkataan sang ibu tidak digubris oleh M. Yang terlalu sibuk dan terhanyut dalam gamenya yang sedang seru.

Namun keacuhan M sepertinya mulai luntur. Ketika mendapat kabar bahwa kakek dari sepupunya telah meninggal dunia. Semasa senjanya, sang kakek hanya dirawat oleh seorang manusia.

Bukan anaknya maupun tetangga, melainkan seorang cucu manisnya. Namanya Mui. Gedis polos berhati suci ini telah menghabiskan seluruh waktu yang ia miliki demi menemani sang kakek yang ia sayangi.

Tidak ayal jika sang kakek mewariskan seluruh hartanya hanya untuk Mui. Hal itu jelas membuka mata M. Sadar diri cuma pengangguran tanpa masa depan, dirinya juga ingin menjadi jutawan. M pun bertanya kepada Mui, bagaimana caranya merawat orang tua dan bisa mendapat semua hartanya. Dan Mui hanya menjawab dengan lembut.

Kamu harus memakai cinta. Jangan serta-merta kamu lakukan demi mengejar harta. Karena sebuah cinta akan mendatangkan semuanya.

Perkataan Mui mungkin ada benarnya. Namun juga ada salahnya. Dan salahnya adalah M.

M hanya paham dibagi mendapat harta. Dan cinta yang diberikan hanya sebatas alat semata. Pagi itu, M segera datang ke rumah neneknya. Dengan membawa sebuah makanan, M pun berlagak baik kepada sang nenek. Namun yang M tidak tahu, makanan yang ia bawa bukan kesukaannya.

Neneknya segera bilang bahwa hari ini ia ingin makan ikan di warung langganan. Dan dengan cekatan, M pun bergegas memesan. Namun sayang, M harus menunggu di dalam antrian.

Dan memang, dalam memahami orang tua, tidak semua orang mampu bertahan menjalaninya. Keras kepala, ketus, egois, dan tingkah lakunya tidak pernah bisa kita duga. Namun hal tersebut tidak menghilangkan ambisi M, demi mendapatkan harta neneknya. Ia pun berpamit kepada ibunya, bahwa mulai hari ini, ia akan menemani, sekaligus merawat neneknya hingga hari akhir nanti. Ibunya yang kaget hanya berpesan, jangan merepot.

dan melakukan dengan perasaan. Tentu saja sang nenek kaget dengan kehadiran cucunya di sana. Setelah memberikan amplop, M berkata bahwa mulai malam ini dan seterusnya, ia akan tinggal di sini dan menemani sang nenek tercinta. Acuh dengan perkataan M, neneknya hanya menimpali bahwa ia tidak masalah hidup seorang diri.

Daripada M hanya bisa mengacau, lebih baik ia pulang dan mulai mencari pekerjaan. Namun M menceritakan apa yang dokter kabarkan ke keluarganya, yaitu sang nenek telah terfonis kanker. Neneknya hanya bisa termandung setelah mendengarnya, tapi kata M itu bukan masalah.

Karena teman M memiliki nenek yang juga terfonis seperti itu, namun masih sehat dan bugar hingga hari ini. Kuncinya hanya satu, Nek. Dirimu harus senang dan bahagia, maka dari itu kau akan selalu sehat selamanya. Jadi, biarkan aku memberi waktuku dan memperlihatkanmu sebuah arti dari bahagia. Selain memberi waktu, Dalam memahami orang tua, kita masih memiliki satu tugas tersisa, yaitu punya rasa sabar yang tak terhingga.

Hari-hari M berjalan tidak semudah yang ia kira. M harus terbiasa bangun subuh, demi membantu sang nenek jualan bubur di paginya, lalu menemani nenek merumpi di rumah teman siangnya, dan di sore hari harus membuat teh dan menemani ibadah neneknya. Khawatir sang anak tidak becus mengurus neneknya, ibu M pun datang mengunjungi.

Di sana, ibunya terus-menerus menasihati bahwa makanan basi harus segera dibuang, karena itu tidak baik untuk kesehatan. Selain itu, sang ibu membuat neneknya berenang untuk terapi. Namun neneknya terus saja mengomel.

Jika bukan karena sakitnya, anak-anak tidak mungkin perhatian kepadanya. Perkataan itu jelas melukai hati Ibu M. Karena yang neneknya tidak tahu, Ibu M. telah membolos kerja demi bisa meluangkan waktu.

Namun apa yang ia dapatkan sekarang? Hanya cacian dan hinaan dari sang nenek. Melihat ibunya menahan air mata, M. berkata, jangan mengkhawatirkan nenek, Raki ini ada dirinya.

Ibunya harus percaya. bahwa M akan mengurus neneknya dengan baik. Hari demi hari, M habiskan dengan berbakti. Setiap minggunya, M selalu menemani sang nenek kemoterapi.

M mulai memasang CCTV untuk memantau kondisi neneknya saat ia pergi dan memasang pegangan di kamar mandi agar sang nenek tidak terjatuh lagi. Perlahan tapi pasti, hati sang nenek mulai luluh kepada cucunya. Neneknya tidak lagi ketus dan selalu emosi.

Ia mulai merasakan sebuah cinta dan kasih yang tulus dari hati. Begitu pula diri M. Ia merasa harta bukan lagi tujuannya. Karena selama menemani sang nenek, ia mulai sadar. Bagaimana rasanya kesepian dan selalu sendirian.

Namun kebahagiaan yang ia rasakan sejenak terusik dengan permintaan paman kian. Mereka berkunjung ke rumahnya. Dan di sana, Paman Kiang berkata, alangkah baiknya sang nenek tinggal bersama mereka.

Selain lebih nyaman, neneknya juga akan selalu aman dan memiliki teman. Namun hal itu segera disanggah oleh M yang bilang bahwa rumah pamannya itu sangat jauh dari rumah sakit. Paman Kiang segera memberi sekepok uang kepada M dan bilang dirinya tidak perlu khawatir karena paman tahu apa yang harus dilakukan.

Mendengar perdebatan, itu, sang nenek hanya bisa diam remenung dalam suasana yang runyam. Setelahnya, mereka pun pergi menuju kuil dan menuliskan sebuah doa. Doa dan harap sang nenek agar semua anak dan cucunya memiliki hidup bahagia.

Namun sepertinya, anak-anaknya tidak merasakan hal yang sama. Di sana terlihat doa paman Kiang dan keluarga, yang bertuliskan sebuah doa demi kehidupan pribadi mereka, bukan demi sang nenek di sana. Mengetahui itu, nenek hanya bisa menahan sedihnya dalam diam.

Tiba-tiba, sebuah kalimat gerutu keluar dari mulut sang cucu. Anak macam apa yang tidak mendoakan sehat untuk ibunya? Seraya menempelkan sari kertas bersih doa untuk kesembuhan neneknya. Sehingga cerita, nenek memutuskan untuk tetap tinggal di rumahnya.

Ia pun kembali menjalani berbagai macam pengobatan. Menghibur sang nenek, M pun membelikannya sepatu baru dan juga memperlihatkan teknologi yang sudah maju. M bilang, jika saja neneknya masih muda, mungkin M akan bisa jatuh cinta. Dengan memperlihatkan sebuah filter TikTok, sang nenek pun terkesima melihat dirinya yang tampak muda, cantik, dan juga mempesona. Ini adalah daging.

Daging Ssamjang. Bawa daging-daging lainnya. Jangan lupa. Jangan lupa. Coba.

Oke, ini adalah game. Lihatlah. Hari ini adalah hari yang paling baik. Saya harus makan sendiri.

Namun kebahagiaan itu kembali terusik Saat neneknya mengecek bahwa uang simpanannya telah raib Neneknya menuduh M telah mengambilnya Namun dengan seribu sumpah M bilang kalau itu bukan dirinya. Mereka pun segera mengecek si TV. Dan benar saja, pamannya lah yang telah mengambil uang nenek di sana. Namanya Sohei. Ia adalah anak bungsu dari neneknya.

Tempoh hari saat memasangkan pegangan di kamar mandi, ternyata Sohei diam-diam mengambil uangnya. M pun tidak terima. dan segera mendatangi rusun miliknya. Di sana hanya caci dan hinaan yang bisa emlontarkan kepada pamannya.

Ia tidak menyangka bahwa sang paman tega mengambil uang neneknya. Apakah pamannya tidak punya hati? Ia meninggalkan ibunya seorang diri.

Dan kini, ia berani mengambil sesuatu yang bukan miliknya. Sang paman tidak bisa mengelak. Dia bilang kalau dirinya kini terlilit hutang. Ia tidak tahu lagi harus bagaimana melanjutkan hidup.

Mendengar itu semua, M pun memberikan satu-satunya harta yang ia miliki. Sebuah sabuk perak, peninggalan kakek Mui tempoh hari. Benda itu akan mahal jika dijual.

Jadi M berkata kepada pamannya, menjual dan pergi selama apapun yang dia bisa. Esok harinya, sang nenek berkata, Kalau hidupnya mungkin tidak lama lagi. Jadi sang nenek membelikan M sebuah kemeja.

Sebuah kemeja sederhana. Yang neneknya harap bisa membuat sang cucu lebih semangat dalam mencari kerja. Namun M menolaknya.

Untuk sekarang, ia lebih memilih menjaga sang nenek. Lalu, neneknya pun mengajak M untuk datangi rumah kakaknya. Di sana, tanpa kebahagiaan dan kemeriahan mengisi seisi rumah. Itu sangat berbeda dengan kondisi rumah neneknya. Namun nenek tidak mengajak M kemari tanpa sebuah alasan pasti.

Ia datang kemari untuk meminjam sedikit uang demi membeli sebuah makam yang ia impikan. Harganya tidak terlalu mahal, 1 juta baht. Uang segitu tidak akan menguras seluruh harta yang kakaknya miliki. Namun sang kakak menolak dengan beralasan bahwa hidup nenek M rusak sejak suaminya tidak becus dalam mengurus istri.

Namun nenek M tetap saja memihak suami dan memilih pergi dari keluarga ini. Kakaknya menyangkal semua alasan neneknya dan tetap berpendirian. Bahwa urusan mati itu urusan sang nenek sendiri.

Kecewa dengan jawaban kakaknya, nenek pun mengajak M untuk pergi. Dan tetap berpamit secara rendah hati. Di jalan pulang, M pun bertanya-tanya, mengapa saudara neneknya tidak punya hati? Dan juga kenapa nenek ingin membeli sebuah makam yang mahal? Dengan lembut neneknya menjawab, alasannya ingin beli makam yang mahal karena bentuknya begitu menawan.

Karena jika ia membeli makam yang murah, Mungkin kalian akan malu dan tidak akan pernah berkumpul di sana. Nenek hanya ingin ketika sudah mati, anak-anak dan yang masih mau datang ngampiri, jatuhkan doa dan juga bercewa di sana. Kepala penyakit tidak menjawab soal uang.

Sudah ada waktu untuk penyakit banyak-banyak. Setiap yang bernyawa, pasti ada hari akhirnya. Hari itu, kabar duka dari M dan ibunya. Dokter berkata bahwa hidup neneknya tidak akan lama lagi.

Pengkering neneknya sudah terlalu ganas menggoti. Dan umur neneknya mungkin tidak lama lagi. Dan umur neneknya hanya tinggal.

Semua anaknya mulai sibuk mendebaran soal warisan. Seakan hidup ibu mereka hanya sebagai harta cadangan. Namun yang mereka tidak tahu, setiap malamnya, nenek hanya menggulung bahwa ia lelah menahan rasa sakitnya dan dia ingin segera berpulang.

Dan satu-satunya orang yang mendengar dirinya sedang seperti itu. Seorangnya M ada di sisinya. Namun sekeras apapun M mencoba, sekeras apapun M membuktikan bahwa dirinya seseorang yang selalu ada, yang mendapat warisan paling berharga nenek adalah putra bungsunya, Sohei. Keputusan nenek membuat M diliputi dengan emosi. M masih saja memikirkan anak kurang ajar seperti pamannya.

Bukankah Paman pernah mencuri semua uangnya? Dan bukankah Paman Sohya hanya selalu datang saat ia butuh nenek saja? Dan bukankah yang selalu ada di samping nenek hanya diriku?

No kecewa. Kekecewaan M membuatnya berhenti untuk manis sang nenek. Ia kembali ke rumahnya dan kembali ke rutin itu. tas biasanya.

Ibunya terkejut dengan kebetulan. Dan jika M disini lalu nenek bagaimana? Dengan ketus M hanya menjawab.

Biarkan Paman Sohei yang mengurusnya. Lagi pula Paman adalah anak sayangannya. Sang ibu pun menasihatinya. Apakah M hanya mengincar warisan seperti saudara ibunya?

Ibunya bilang Kalau dirinya bersyukur tidak mendapat harta warisan. Nah bagi sang ibu, ketudan mengukir kenangan adalah hal yang berharga dari itu. Lalu, pokok suatu hari nanti jika ibu telah menua, kau akan melakukan hal yang sama.

Mas Patah kata pun, M hanya diam. Hari-hari M terasa sangat kelabu, sepi dan hampa tak seperti biasanya. Ia pun mulai buta arah dan tidak tahu harus apa yang dilakukan sekarang.

Melihat sepupunya yang kian merana, apakah M telah mendapat warisannya? Dengan ketus, M berkata kepadanya, kepada Mui untuk diam saja. Mui kembali bertanya lagi, apakah M telah melakukan semuanya dengan hati?

Jika iya, mengapa diri M begitu kecewa saat tidak diwarisi? Bukankah Mui dulu berkata, kamu harus memakai cinta perta kamu lakukan demi mengejar harta karena sebuah cinta kan semuanya. Perkataan Mui bukan ia lontarkan tanpa sebarang Awalnya Mui memang terpaksa saat disuruh untuk mengurus kakeknya.

Ia juga terbesit untuk melakukan itu semua. Mui sebuah harta. Ia menyesal.

Hari itu, Mui hanya berdiam melihat tersedak makan. Mui hanya ingin kakeknya segera menghilang. Namun setelah hari kematian, ia bermimpi kakeknya datang menghiri serta biarkan. Bahwa Mui adalah cucu yang paling ia sayangi.

Perkataan itu akhirnya mengubah. Ia tidak lagi melihat harta warisannya untuknya sendiri. Ia bahkan memilih untuk dan tetap jaga rasa sayangnya. Agar kekalam jiwa. Jadi M, sebelum dirimu menyesal di akhir nanti.

Di sisi lain, rumah nenek ini mulai dikosongi. Barang demi barang masih. Rasa sepi dan hampa pun kena menjadi. Sohei yang tak mampu merawat nenek, akhirnya menitipkan nenek di sebuah panti.

Di sana M bilang, bahwa semua uang itu tidak perlu pamannya beri kepadanya. M bilang bahwa ini adalah kali terakhir mereka bertemu. Namun doakan, semoga Sam aman mendapat hidup lebih baik.

Dan sadar dengan semua perbuatannya. Setelahnya, M segera masuk. Maaf dengan semua sikatnya. Ia meminta maaf bahwa dulu ia hanya mendari hartanya. Ia tahu bahwa ia tidak ada beda dari anak-anak nenek.

Bahwa ia sudah tahu hal itu dari saat pertama. Tapi itu tidak apa-apa. Neneknya juga minta maaf karena telah salah memberikan warisannya. Namun M sudah tidak peduli dengan itu semua. Yang ia harapkan sekarang bukan lagi warisan.

Melainkan N bisa pulang bersamanya. Mungkin rumahnya tak sebesar dan senyaman paman Kian. Namun M berjanji bahwa di rumahnya N akan selalu merasa bahagia.

Tidak akan ada sepi, jadi berhenti sedikit lebih lama dan habiskan waktu bersamaku lagi. Dan sebenarnya, ada satu hal lagi yang sama berharganya dengan waktu, yaitu... Sebuah harapan, harapanlah yang menjadikan seseorang mampu melewati seluruh kesulitan. Juga yang selalu bisa membuat setiap insan untuk bertahan. Bertahan di kecilnya sebuah kesempatan.

Genap satu tahun semenjak Fonius Dokter kepada nenek. Dan benar, sang nenek masih hidup dengan bahagia. Kini ia tinggal bersama anak dan cucuk sayangannya.

Tak lupa. Paman Kiang seringkali berkunjung ke rumahnya. Di sana Paman Kiang menyampaikan maaf terdalamnya. Maaf karena tak pergi waktu untuk ibunya. Ia meminta karena selalu merasa bahwa dunianya begitu berharga.

Hingga ia lupa bahwa ia masih memiliki ibu yang selalu menantang. Sang nenek hanya terdiam dan multiasikan air mata. Seolah itu sebuah jawaban dan ungkapan betapa bahagianya dia saat sang anak tidak melupakannya. Satu demi satu rasa bahagia telah mengisi celah kosong yang ada. Hingga tiba saatnya saat dimana Tuhan.

Tuhan mungkin lebih tahu seberapa sakit penderitaan yang nenek rasakan. Dan juga Tuhan lebih tahu. Buah nenek kini telah lagi ya.

Embusan nafas terakhirnya. Memecah air mata M malam itu. Setelah harapan, bagian yang paling sulit dilewati setiap manusia adalah sebuah perpisahan.

Kita memang bisa berharap, tapi Tuhan yang berhak menerima. Tuhan beran kapan kita berharap dan Tuhan juga lah kapan kita merasa bahagia. Hari itu, saat makaman sang nenek, M tiba-tiba mendapatkan telepon dari bank. Yang berkata bahwa M mendapat sebuah harta warisan yang harganya. Dengar itu M terdiam sejenak.

Kilas balik memori menyeruak diingatannya. Di tempat dia berdiri terdiam sekarang, dia teringat. Dulu sang nenek pernah bilang kalau dirinya bukakan rekening untuk M dan akan menabung sepuluh.

dirinya. M kecil yang mendengar kata uang dengan polosa berkata kalau begitu aku ingin punya uang 1 juta baht. Sang nenek terkekeh mendengar ucapan cucunya.

Buat apa anak kecil punya uang sebanyak itu? M pun langsung menimpali kalau dia mau membeli sebuah rumah yang lebih bagus dari rumahnya sekarang. Ia ingin sang nenek dia bersama Setiap harinya, M melihat dan dia berjanji kalau dia akan menabung panjang hari. Dan jadi, apakah M mendapat 1 juta balik? Mendekati pun sama sekali.

Di rekening itu, 10 ribu. Angka yang tidak seberapa selamanya. Uang itu, M mampu membelikan sebuah rumah sederhana, berisi semua doa dan juga harapan peristirahatan terakhir bagi jiwa yang dikasihi penciptanya.

Menurut kalian? Apa makna dari film ini? Apakah soal kesepian? Soal kesendirian?

Atau mungkin harta warisan? Tapi apapun itu, film ini adalah salah satu film terbaik yang udah saya dan tim sebatin tunggu. Dan bukan saya aja yang ngomong kalau ini film terbaik di tahun 2024 ya.

Tapi 800 ribu orang yang ngomong itu. Waktu film ini baru sehari tayang di... Bioskop-bioskop Indonesia.

Tapi sebelumnya, saya mohon izin untuk mengesampingkan segala pencapaian film ini secara pendapatan juga jumlah penonton. Karena saya mau bilang, terima kasih untuk film ini. Jadi di dalam film, ada adegan. Adegan dimana sang nenek diantar ke peristirahatan terakhirnya. Dan sepanjang...

Yang jalan M selalu ngetok peti neneknya yang masih tak lagi ada dimana sekarang. Cerita pernah ke disana. Bagi saya pribadi, adegan ini bikin saya teringat dengan seseorang yang...

yang pernah saya antar juga ke tempat peristirahatan terakhirnya. Enggak, saya enggak ngelakuin apa yang em melakukan itu enggak. Tapi sepanjang jalan saya menuju makam, saya bergumam dalam hati soal, sayang, ini udah sampai di tempat masa kecilmu dulu.

Sayang, ini toh sekolahmu dulu yang pernah kamu ceritain. Dan sayang, istirahat yang tenang ya. gak sakit, kamu udah sembuh, udah sembuh, udah dirumah ketika nonton film ini, murid saya kayak nginget semua iya tapi saya udah gak lagi sedih kok tapi mungkin ya lebih ke rindu dan juga ucapan terkasih buat semuanya Dalam bahasa pendeknya saya bilang, saya sedang belajar ikhlas.

Karena belajar mengikhlaskan kalau kata oleh Bagong itu mungkin lebih berat daripada perpisahannya itu sendiri. Jelas, sebuah keikhlasan adalah sebuah tanda bahwa kita sepakat dengan Tuhan yang ke diri. Terus berjalan wujudkan sebuah harapan.

Saya Gogon dan tim Sebatin pengen mengucapkan terima kasih buat kalian yang sudah menonton video ini sampai habis. Terima kasih buat kalian yang sudah memberikan komentar. Terima kasih buat kalian yang sudah memberikan like.

Terima kasih buat kalian yang sudah memberikan, sudah memberikan, sudah mensubscribe dan juga sudah memencet tombol thanks-nya. Harusnya saya ngomong soal filmnya sih. malah jadi ke soal pribadi tapi memang sekali lagi saya bilang ini film terbaik sedih sedih tapi haru kali ya bukan kesedih yang ya mungkin kalian ingat film sebelumnya tapi jujur memang banyak yang saya dan tim mau bahas dari film ini Soal makna-makna tersirat, soal foreshadowing dari sutradaranya sepanjang film, sama soal judulnya sendiri.

How to make million before grandma dies. Ya kurang lebih itulah bahasanya. Yang kalau menurut kita, itu sebenarnya bukan merujuk ke M. Menurut sebatin ya, jadi judulnya itu bukan merujuk ke M, bukan soal si karakter utamanya.

Tapi POV-nya itu lebih ke neneknya sendiri. Atau... Atau dalam bahasa Inggrisnya kan Green Man. Nah bingung kan. Ya mungkin ada yang ngerti sih ya.

Enggak lah. Dan karena banyak itulah. Mungkin abis ini sebatin mau bikin video sendiri.

Yang ngebahas hal-hal kayak gitu. Jadi ya. Kami mau pisahin. Karena film ini gak hanya. Ngena ataupun berarti buat saya.

Tapi. Buat. Tim Sobatin sendiri juga film ini Ngasih banyak hal Ngebuka banyak hal dan Makanya saya bilang saya terima kasih sama film ini Terima kasih Dan sebelum saya tutup Saya pengen bilang kalau kalian lagi ada masalah Dan itu berat banget Yang tenang ya duduk dulu Gak semua harus diburu-buru Yang tenang ya Tenggak kopinya, ambil koreknya dan sebatin aja dulu. Terima kasih.