Kamu pasti udah gak asing kan sama yang namanya hidroponik? Nah hidroponik itu merupakan sistem budidaya tanaman tanpa menggunakan tanah sebagai media tumbuhnya. Hidroponik sendiri memiliki berbagai macam sistem yang mempunyai kelebihan dan kekurangannya masing-masing.
Dan pada video kali ini, kita akan membahas 4 macam sistem hidroponik yang banyak digunakan. Jadi jangan skip videonya dan tonton sampai habis supaya kamu gak ketinggalan informasi. Sistem hidroponik yang pertama adalah hidroponik sistem wick atau banyak disebut dengan hidroponik sistem sumbu.
Sistem ini merupakan sistem yang banyak dipraktekan oleh pemula yang baru menanam hidroponik. Selain tidak memerlukan modal yang besar, sistem wick bisa menggunakan barang-barang bekas yang ada di rumah, seperti botol bekas air mineral, bekas box terofem buah, bekas box terofem makan, dan lain sebagainya. Sistem WIC merupakan sistem yang paling sederhana dan merupakan sistem pasif. Cara kerja sistem WIC yaitu larutan nutrisi ditarik ke dalam media tumbuh dari wadah nutrisi dengan sumbu. Pada umumnya, sumbu menggunakan kain flanel atau jenis kain yang menggunakan kain flanel.
mampu menyerap air dengan baik sistem wik biasanya menggunakan media tanam seperti rockwool sekam bakar kokopit dan lain-lain sistem wik sangat cocok digunakan untuk menanam sayuran daun seperti selada sawi pakcoy kangkung dan lain-lain Kelebihan dari penggunaan sistem WIC yaitu yang pertama, biaya pembuatan yang murah, karena barang-barang yang dibutuhkan bisa didapatkan dari sekitar rumah. Kemudian yang kedua, tidak bergantung pada listrik, karena sistem WIC tidak perlu menggunakan pompa atau aerator. Kemudian yang ketiga, tidak membutuhkan lahan yang luas, karena pada umumnya sistem WIC menggunakan wadah-wadah dengan ukuran kecil, sehingga dapat diletakkan di beberapa sudut pekarangan.
Kemudian yang keempat, Tanaman mendapatkan suplai air secara terus-menerus karena air selalu tersedia di bak nutrisi. Selain memiliki kelebihan, sistemik juga memiliki beberapa kekurangan. Kekurangan yang pertama, pemeliharaan yang relatif lebih rumit, karena harus menambahkan nutrisi pada masing-masing wadah atau bak nutrisi.
Dan apabila air keruh, maka perlu diganti. Yang kedua, mudah terserang busuk akar. Nah, hal ini dapat terjadi jika air nutrisi sangat jenuh dan suhu tinggi.
Untuk mengantisipasi tanaman terserang busuk akar, yakni dengan rutin mengaduk air nutrisi. Terima kasih telah Kalau kamu ingin memulai hidroponik sistem WIC, maka kamu harus menyiapkan terlebih dahulu untuk alat dan bahan yang diperlukan, yaitu bak nutrisi hidroponik, tutup bak, rockwool, nampan semai, benih, nutrisi AB mix, dan TDS meter. Tutorial menanam hidroponik dengan sistem WIC dapat kamu tonton di YouTube Perigarden Official.
Sistem hidroponik yang kedua adalah sistem NFT atau Nutrient Film Technique. Sistem ini merupakan sistem tanam hidroponik yang menggunakan pipa atau guli sebagai talang instalasi. Dalam sistem NFT, air mengalir menggunakan pompa dengan aliran yang tipis. Hal ini ditujukan agar agar tanaman mendapatkan nutrisi dan air yang cukup serta suplai oksigen yang baik. Sistem NFT banyak digunakan oleh petani hidroponik yang telah berpengalaman dan berskala besar karena hasilnya yang sangat optimal.
Prinsip kerja dari sistem NFT mengandalkan sirkulasi air bercampur larutan nutrisi yang dipompa terus-menerus melalui serangkaian pipa PVC. Ditanam dalam netpot, ditancapkan dalam lubang-lubang yang telah disediakan pada pipa PVC, di mana akar tanaman akan terus tumbuh ke bawah dan terendam dalam aliran air bercampur nutrisi. Sistem NFT cocok digunakan untuk menanam tanaman sayuran seperti sawi, kailan, kubis, dan lain-lain.
Kelebihan dari penggunaan sistem NFT yang pertama, pertumbuhan tanaman lebih maksimal karena pasokan air, nutrisi, dan oksigen memadai. Yang kedua, tidak banyak menghabiskan pupuk nutrisi, karena sistem NFT menggunakan aliran air yang tipis, sehingga kebutuhan nutrisi lebih diminimalisir. Namun kebutuhan nutrisi tetap terserap sempurna oleh tanaman.
Yang ketiga, pemeliharaan yang lebih mudah karena ketika ingin mengontrol nilai kandungan nutrisi, hanya cukup dilakukan di bak penampungan. Sedangkan kekurangan dari penggunaan sistem NFT yang pertama sangat tergantung dengan listrik, karena sistem NFT menggunakan pompa untuk mengalirkan air. Jadi jika listrik mati, maka pompa akan ikut mati, yang artinya tanaman tidak mendapatkan aliran nutrisi.
Jika dibiarkan dalam waktu yang cukup lama, dapat menyebabkan tanaman menjadi layu dan mati. Yang kedua, biaya instalasi yang relatif mahal, karena umumnya instalasi menggunakan pipa atau guli yang pada dasarnya harga relatif mahal. Dan yang ketiga, serangan penyakit mudah tersebar karena berada dalam satu aliran nutrisi, sehingga jika satu tanaman terserang penyakit, akan lebih cepat menularkan pada tanaman yang lain. Kalau kamu ingin mencoba untuk menanam dengan sistem NFT, maka kamu perlu menyiapkan bak kontainer nutrisi, pipa atau guli, netpot, nutrisi AB mix, benih, progul, dan TDS meter. Kamu bisa cek tutorial memasak instalasi sistem NFT di YouTube Perikadan Official.
Sistem hidroponik yang ketiga adalah sistem DFT atau Deep Flow Technique. Instalasi sistem DFT sama halnya dengan sistem NFT. Namun di dalam sistem DFT ada sebagian nutrisi yang mengenang di dalam pipa walaupun air nutrisi sama-sama mengalir.
Sistem DFT banyak digunakan untuk menanam sayuran seperti tatsoi, celada, sawi, dan lain-lain. Prinsip yang diterapkan dalam hidroponik DFT yaitu mensirkulasikan larutan nutrisi dalam aliran sistem tertutup. Dalam hidroponik DFT ada dua bagian, yaitu bagian media tanam dan bagian tandon nutrisi serta alirannya. Pada bagian media tanam, dapat menggunakan pipa paralon atau tanang air yang diberi lubang pada bagian atas, serta ditempatkan netpot pada lubang tersebut. Tanaman diletakkan pada netpot yang telah diberi media tanam, sehingga tanaman dapat berdiri dengan tegak.
Yang kedua yaitu bagian tando nutrisi yang berupa wadah yang cukup besar sehingga dapat menampung seluruh nutrisi. Untuk mengalirkan nutrisi dari tando nutrisi ke bagian media tanam, digunakan pompa listrik yang disalurkan menggunakan pipa kecil pada salah satu ujung paralon media tanam. Tanda ujung yang lain diberikan lubang dengan ketinggian kurang lebih sekitar 4-5 cm dari dasar paralon, sehingga nantinya dapat membuat genangan larutan nutrisi yang akan merendam sebagian media tanam dan akar tanaman.
Pipa pembuangan disalurkan kembali menuju tanda nutrisi sehingga dapat membentuk aliran nutrisi tertutup. Kelebihan dari penggunaan sistem DFT yang pertama, genangan nutrisi yang lebih tinggi memungkinkan tanaman dapat menyerap nutrisi lebih banyak dan lebih optimal. Yang kedua, pada hidroponik DFT dapat mengantisipasi pada saat tidak ada aliran listrik ataupun pada saat terjadi kerusakan pada pompa.
Hal ini dapat terjadi karena pada saat tidak ada aliran nutrisi, pada bagian media tanam masih terdapat nutrisi yang tetap tergenang. Dan yang ketiga, panen lebih seragam karena setiap tanaman mendapatkan nutrisi yang sama. Nah, kekurangan dari penggunaan sistem DFT yang pertama cukup susah dalam mengatur kadar PPM air nutrisi pada saat isi ulang, yang disebabkan ada air yang masih tergenang di pipa sehingga ketika bercampur di tandon, PPM menjadi berubah tidak sesuai dengan PPM yang ditargetkan. Yang kedua, kebutuhan air dan nutrisi lebih banyak karena pada sistem hidroponik di FT, ada air nutrisi yang tergenang di pipa dan juga di tandon, sehingga kebutuhannya menjadi lebih banyak. Kalau kamu ingin mencoba untuk menanam dengan sistem DFT, maka kamu perlu menyiapkan bak kontainer nutrisi, pipa atau guli, netpot, nutrisi api mix, benih, rockwool, dan DTS meter.
Kamu bisa cek tutorial memasang instalasi sistem DFT di YouTube PeriGarden Official. Sistem hidroponik yang keempat adalah sistem DBS atau Dutch Bucket System. Dutch Bucket adalah metode yang sering digunakan untuk berdaya dengan jenis tanaman yang memiliki akar tunggang. Tanaman yang dapat diberdayakan menggunakan metode ini adalah melon, cabai, paprika, dan tomat. Datsbucket System juga dikenal dengan istilah batu bucket system.
Datsbucket dapat menggunakan media tanam padat untuk berkembangnya akar. Media padat yang sering digunakan adalah arang sekam, kokopit, kokogro, hidroton, pecahan batu bata, dan lain-lain. Hidroponik Dutch Bucket merupakan sistem hidroponik yang menggunakan tetesan air nutrisi yang menetes secara terus-menerus ke dalam bak atau ember tanaman.
Dan sisa air nutrisi dialirkan kembali melalui selang atau pipa yang menuju ke penampungan air nutrisi yang nantinya akan digunakan kembali. Untuk mengalirkan nutrisi membutuhkan pompa air dan listrik yang stabil, serta timer disesuaikan dengan kebutuhan untuk mengatur berjalannya aliran nutrisi tersebut. Kelebihan dari penggunaan sistem Dutch Bucket yang pertama, tanaman mendapatkan nutrisi sesuai dengan kebutuhannya, karena dapat diatur menggunakan timer.
Yang kedua, instalasi dapat digunakan pada skala besar maupun dalam skala kecil, yaitu dengan menggunakan sistem Dutch Bucket statis. Sedangkan kekurangan dari sistem Dutch Bucket yang pertama, penggunaan media tanam padat bisa memicu penyumbatan pada sistem sirkulasi. Yang kedua, oksigen akan sulit didapatkan jika media tanam terlalu padat. Jika kamu ingin mencoba sistem Dutch Bucket, maka yang diperlukan adalah ember, pipa, pompa, selang, tandon, dan media tanam padat.
Kamu bisa tonton sistem Dutch Bucket pada tanaman melon di YouTube Puri Garden Official. Nah, setelah kamu mengetahui beberapa sistem hidroponik, maka kamu bisa memilih sistem tersebut sesuaikan dengan kebutuhan kamu.