Kutiba alaikumusyaam Diwajibkan atas kalian menunaikan puasa Fokus, kita pelan-pelan bahas Bismillah Kutiba alaikumusyaam Kutiba alaikumusyaam Kenapa menggunakan kutiba? Kenapa setelah kutiba ada ala? Kenapa menggunakan kata siam bukan kata saum? Padahal saum disebutkan dalam Al-Quran, sekali disebutkan di Quran surah 19 ayat 26. kanan sebelah atas di mushaf, dan kata siam, sembilan kali disebutkan dalam Al-Quran.
Kenapa Allah tidak mengatakan, kutiba alaikumus saum, tapi mengatakan, kutiba alaikumus siam. Pertanyaan kita, satu, kenapa menggunakan kata kutiba, bentuknya, pasif. Kedua, kenapa kemudian menggunakan kata ala disini? Bukan ila.
Kutiba ilaikumusiam. Tapi kenapa menggunakan kutiba alaikumusiam? Kemudian kenapa menggunakan kata siam bukan kata asam?
Ini materi kita malam ini. Satu, kata kutiba ini bentuk pasif. Awas, fokus ya. Bentuknya pasif.
Karena itu terjemahannya disebutkan diwajibkan. Kalau kita ubah bentuk pasif ini ke bentuk aktif, diwajibkan. Maka bentuk aktifnya apa?
Mewajibkan. Kalau kita ganti ke bentuk aktif mewajibkan, berarti harus ada subjeknya. Siapa yang mewajibkan?
Kalau dalam bahasa Indonesia kan sederhana. Lihat sini. Ahmad makan nasi.
Siapa yang makan nasi? Ahmad. Baik, apa yang dimakan Ahmad? Nasi. Apa yang Ahmad lakukan terhadap nasi?
Makan. Ini bentuk aktif. Ahmad makan nasi. Saya ingin ganti ini ke dalam bentuk pasif. Maka saya katakan, nasi dimakan.
Nah, dimakan Ahmad. Dalam bentuk pasif sebetulnya, subjek tidak harus disebutkan lagi. Karena sudah diketahui. Kita bisa persingkat dengan mengatakan, nasi dimakan.
Selesai. Nasi dimakan. Kalau kita ingin bertanya, siapa yang makan? Siapa? Ahmad.
Tapi dalam bentuk aktif, ini harus dimunculkan. Ahmad makan nasi. Ketika diubah ke dalam bentuk pasif, umumnya subjeknya sudah diketahui. Nah, dalam kaedah bahasa Arab, awas hati-hati. Jika teman-teman sekalian, informasi disampaikan dalam bentuk aktif, maka ini ingin menunjukkan dan mengenalkan siapa yang mewajibkan itu.
Ingin dikenalkan. Ini kutiba, bentuknya pasif. Bentuk aktifnya, jadikan semuanya fathah.
Kataba Saya kasih rumus cepat bahasa Arab Lihat sini Kalau Anda ingin merubah bentuk pasif Gampang Rumusnya Uia Uia Huruf pertamanya U Huruf keduanya I Akhirnya A Contoh Akala makan Akala makan Dimakan Uia Ukila Syaraba Syariba Minum Diminum Syuriba Baik Lagi Dorong Dibukul. Lagi. Melihat. Dilihat. Gampang ya?
Pengen lagi? Sudah. Mewajibkan.
Diwajibkan. Kalau bentuknya aktif. Itu rumus dalam ilmu Nahu. Di antara rumusnya.
Ingin memperkenalkan siapa yang mewajibkan. Makanya kalau bentuknya jadi aktif. aktif subjeknya harus muncul yang mewajibkan siapa maka kalimatnya akan berubah begini perhatikan ini agak-agak agak dalam ya agak dalam tapi saya coba mudahkan maka kalimatnya akan berubah begini kata bak yang mewajibkan siapa Allah maka muncul Allahnya kata ballahu alaikumusya kalau ingin diperkenalkan Allahnya maka ini akan menggunakan bentuk aktif Allahnya muncul tapi kalau Allahnya sudah diketahui yakin dengan Allah walaupun tak nampak dalam pandangan walaupun pun enggak kelihatan saya yakin betul teman-teman kalau anda menampak sesuatu dalam pandangan karena ilmu karena tahu karena kelihatan karena nampak nampak yakin itu ilmu namanya ini apa gelas bahkan tahu mereknya akhir TV ada tutupnya kelihatan yakin gelas yakin Kenapa nampak itu ilmu namanya tapi kalau anda yakin pada sesuatu yang tak nampak tak kelihatan itu iman namanya yakin pada sesuatu yang tak nampak iman tak nampak nampak disebut ngobib namanya kalimat gaib pertama disandingkan dengan iman al-baqarah ayat 3 adalah dina yu'minuna bel-ghaib Nah kenapa disini Allah tidak memperkenalkan dirinya kata Allah Kenapa disebut kutiba karena Allah menyebutkan ini bagi ahli iman yang yakin dengan Allah walaupun tak nampak dalam pandangan makanya ketika Allah katakan ya ayyuhal ladina amanu hei orang-orang beriman artinya mereka udah yakin dengan Allah sudah kenal Allah jadi nggak perlu menampakkan lagi jelas kalimatnya karena itulah Allah gak tampilkan lagi kalimat Allahnya dibuang langsung dibentukkan pasif, kutiba alaikumusiam, diwajibkan bagi kalian pertama, ini penghargaan dari Allah, bahwa iman kita diakui oleh Allah s.w.t tapi ada rahasia kedua jika anda kerjakan rahasia ini dibalik kalimat ini, kenapa jadi bentuk pasif ada rahasia kedua, kalau anda kerjakan rahasia ini, maka Allah akan berikan kepada anda, bahkan apapun yang anda inginkan, berlimpah bahkan ada yang diberikan, belum terfikir untuk mendapatkannya, maka dalam rumus gramatika lebih baik bahasa Arab, ini bertujuan ingin mengenalkan subjeknya.
Inilah yang mewajibkan. Makanya begitu menggunakan kata-kata Allah, Allahnya muncul. Ini di luar Quran ya. Kata Allah wa'alaikumusiam.
Kalau seperti ini, berarti ini ingin memperkenalkan. Inilah Allah yang mewajibkan. Mengenalkan Allahnya.
Tapi bagi orang beriman, sudah kenal Allah. Gak usah diperkenalkan. karena itu disebut iman iman itu kan yakin walaupun tak nampak dalam pandangan, tak nampak dalam pandangan disebut gaib aladina yu'minuna bil gaib orang beriman itu yakin, tak nampak Allah dalam pandangan, tapi yakin dengan itu itu disebut dengan iman Makanya ketika disebutkan kalimat iman, tidak perlu lagi diperkenalkan Allahnya.
Karena orang beriman itu sudah kenal Allah. Catat ini. Orang beriman sudah kenal Allah. Jadi kalau Anda mengaku beriman tidak kenal Allah, ada sesuatu yang keliru. Makanya setiap yang beriman, yang beriman itu diminta belajar.
Kenali Allahnya. Bukan cuma katakan iman-iman. Cuma tidak kenal.
Buka Quran Surah 47 itu. Ayat 19. Fa'lam anna hu la ilaha illallah. Fa'lam.
Mesti tahu. Mesti punya ilmu. Dari kata alima.
Mesti punya ilmu. Disederhanakan kalimatnya. Ketahuilah. Ketahuilah. Itu kan harus tahu.
Fa'lam. Cari ilmu. Awak hati-hati.
Misal. Ya yukhan ladhina amanu ahli iman. Kutip.
Kutiba alaikumusiam. Kenapa pakai kutiba? Kenal Allah. Yakin dari Allah.
Kalau yakin berarti tinggal tunai kan. Kalau masih bertanya, kenapa kita mesti puasa? Kenapa kita yang diperintahkan ini menunjukkan pasti ada persoalan dalam imannya?
Jadi kalau ada orang-orang, maaf ya, sering menyoal isi Al-Quran. Sering meragukan isi Al-Quran. Sering mempertanyakan ketetapan Allah ini menunjukkan ada masalah dalam imannya. Kata Allah warisan 2 banding 1. Kenapa 2 banding 1?
satu ini melanggar kesetaraan gender itu ada persoalan imannya kata Allah ini muslim ini kafir muncul keluar kata-kata kenapa kafir terlalu keras kata-katanya ini menunjukkan ada masalah dengan maka selesai ini gampang kalau anda pengen lihat iman Anda kuat atau tidak maka lihat setiap perintah kerjakan enggak enggak sederhana agama itu sederhana kerjakan tinggalkan ada perintah kerjakan dan larangan tinggalkan yang kadang-kadang jadi susah itu diperintahkan Entah akan gak dikerjakan, disuruh ditinggalkan, dilakukan. Kata Allah, jangan berdusta, berdusta. Jangan berselisih, berselisih. Jangan mencelah, mencelah.
Bikin jadi masalah. Coba kalau anda ikuti, kata Allah, jangan mencuri, udah gak usah nyuri. Jangan dusta, udah gak usah dusta. Gak usah sampai bikin tema, tidak ada dusta diantara kita, tetap dusta aja.
Anda tinggalin aja kata Quran begini, lakukan, tinggalkan, tinggalkan. Do it, live it. Enough. Selesai. Jelas ya?
Nah ini poinnya. Nah, apa ustad kaitannya, kekuatan kalimat pasif. Awas, dengan kedekatan kita terhadap Allah, maka korelasinya adalah, orang-orang yang ketika dipanggil dengan kalimat pasif, dia cepat mengerjakannya, tanpa pernah menyoalnya, atau bahkan kemudian mengolok-ngolok, atau bahkan meninggalkannya, orang-orang semacam ini, yang...
yang cepat menurunkan apa yang Allah perintahkan, nanti dampaknya Allah akan permudah kehidupan dunianya sampai ke akhiratnya. Sampai ke akhiratnya. Contoh begini. Buka Al-Quran, surah kedua, ayat 168, bandingkan dengan Quran surah kedua, ayat 172. Pertama paling kanan sebelah bawah, yang kedua agak sedikit ke atas sebelah kiri. Saya hapus dulu ini.
Lihat sini, Al-Quran Surah ke-2 ayat 168 paling kanan sebelah bawah Ya ayyuhannas, kulu mimma fil ardi halalan tajibah Ada ayatnya? Nah, fokus Ya ayyuhannas, hei manusia, kulu mimma fil ardi, hananan tajibah. Silahkan anda bekerja, cari makan. Ini, ini, sinekdok pas prototo, disebutkan sebagai...
sebagian dimaksud keseluruhan disebutkan yang paling pentingnya saja karena kalau orang kerja itu kan umumnya kalau ditanya mencari makanan Papa mau kemana sayang aku ingin mencari sesuap nasi kecuman sesuap emang buat apa aja anak kita bagaimana udah maaf sayang Oh tidak ini kan sineko pas prototope makan berbahasa Indonesia ya kalau keseluruhan disebutkan dimaksud sebagian mencakup semuanya namanya sineko potem properti baik kulu mima filadisi lah kan berusaha ikhtiar minyak tabid enggak semua bumi harus dijelajahi yang bisa dijangkau silahkan Anda nggak dapat di Bakasi ke Jakarta nggak dapat di Jakarta naik ke Tangerang nggak dapat geser sini naik ke Bandung terus keluar Jawa Barat Jawa Tengah Jawa Timur keluar Jawa cari silahkan tapi rumusnya halalan tayyiba cari dengan cara yang halal legal dapatkan yang payip yang terbaik ini ya ayuhanna say manusia sekarang bandingkan dengan 172 ya ayuhalladzina aman yang dipanggil kalimat imannya, bukan kemanusiaannya. Fokus! Ya ayyuka allatheena amanu Awas hati-hati! Kulu min tanyibati ma razaknakum Beda ayatnya. Begitu.
Kalau Allah menyebutkan kalimat iman dulu. Ya ayyuhal ladhina amanu. Imannya dipanggil.
Maka orang beriman akan sadar. Oh ini pasti dari Allah nih. Kalau dari Allah gak usah ditanya lagi.
Kerjain aja. Tapi yang paling menarik. Kulunya ada. Ya Yohannas ada kulu. Ya Yohannadina amanu ada kulu.
Tapi yang paling menarik, halalnya dibuang. Untuk orang beriman, halalnya dibuang. Lihat baik-baik. Tayibnya dijama'kan. Dari kata tayibah jadi tayibah bentuk jama'.
Ditambah, Ma razaknakum. Kalimat ini muncul. Ma razaknakum. Yang Ya Yohannas ini tidak ada.
Yang Ya Yohannadina amanu. Kalimat ma'am. Ma'razaknakum muncul. Lihat kalimatnya.
Ya ayyuhal ladhina amanu kulu mintayyibati. Halalnya dibuang. Orang bertanya, Ustadz kenapa halalnya dibuang? Karena orang beriman itu, imannya sudah pasti akan mendorong kepada yang halal.
Jadi orang beriman itu tidak memikirkan yang haram lagi. Dia tahu Allah yang perintahkan mustahil. Allah nyuruh yang haram.
Jadi iman seseorang itu akan mendorong dia mengerjakan yang halal. Makanya kalau ada orang beriman bekerja masih cari yang haram, ada yang salah dalam imannya. ada yang gak tepat di imannya disudah, anda kerjakan dengan iman kerjakan, kerjakan, kerjakan iman jika iman anda ada, anda tahu Allah mengawasi anda kan tadi saya katakan, orang beriman kenal Allah kalau kenal Allah, dia yakin diawasi coba tanyakan pada setiap orang yakin diawasi Allah?
yakin yakin dilihat? yakin kenapa masih korupsi? saya yakin kok akan diampuni juga? belum tentu nanti buka Al-Bukhari, kitab pertama hadis nomor 1 1 sampai 57, itu caranya menghadirkan iman yang kuat dalam diri kita sama persis dengan ini kenapa menggunakan kata kutiba ini ujian bagi kita senang gak saat puasa gak usah banyak tanya lagi jadi orang beriman itu gak pernah ngitung-ngitung ini belum puasa ada dihitung, berapa hari nanti puasa hari ini ya Ramadan ya, tanggal 1, tanggal 2 tanggal 3, saat udah selesai coret, puasa tinggal 20 hari lagi puasa tinggal 10 hari lagi lebaran tinggal 5 hari lagi, bikin iklan Petakan mudik, petakan macam-macam Ingat baik-baik Ketika antum petakan mudik dunia Antum mesti sadar, antum pun mesti mudik ke akhir Apa bekal yang dibawa?
Apakah salah menghitung ustad? Tidak, gak salah kok Antum bikin kalender, corek, gak ada masalah Tapi saya ingin katakan bahwa Orang beriman itu gak akan peduli mau berapa hari pun Yang penting Allah suruh Mau dua bulan, mau tiga bulan, mau semua hari Ramadan Alhamdulillah, berapa hari pun Kalau anda menulis ini untuk memudahkan Gak ada masalah Tapi kalau anda Anda menuliskan seperti ini untuk menjadikan ini sebagai beban yang diringankan, itu yang dipersoalkan. Paham? Yuk, kita bisa menilai.
Kalau tahun lalu belum baik, maka tahun ini mesti lebih baik. Sambut Ramadan, maksimalkan, dan jadikan diri kita senang menyambutnya. Dan insya Allah Ramadan tahun ini lebih baik daripada tahun sebelumnya.
Insya Allah. Sekarang lihat. Setelah pakai kutiba, pakai ala. Ala itu, sifatnya lebih... lebih kuat daripada ilah di sifatnya mengikat di bukan cuman wajib ini tapi sifatnya mengikat Hai mengikat lebih kuat Kalau dikatakan, Kutiba ilaikum, kalian wajib.
Tapi sifatnya gak terlampau kuat. Walaupun wajib, barangkali ya masih ada sedikit-sedikit lah, keringaran-keringaran. Longgar-longgar, ya kan? Tapi kalau menggunakan ala, itu penekannya kuat. sesuatu yang sifatnya mengikat benar-benar harus dikerjakan nah saya mau katakan begini lihat baik-baik teman-teman kutiba alaikum diwajibkan atas kalian apa yang diwajibkan?
puasa Perhatikan Masih ingat? Puasa ini termasuk apa kalau disandingkan dengan iman? Amal soleh Puasa termasuk detil amal soleh Rumus Al-Quran yang ditafsir Kalau setelah kalimat iman, pasti setelahnya amal soleh Entah itu sholat, baca Quran, termasuk puasa Ingat, kalau ada kalimat puasa, sholat, itu pasti bentuknya amal soleh Perhatikan baik-baik Kutiba alaikumus siam Diwajibkan bagi kalian menunaikan apa?
Puasa Puasa termasuk apa tadi? Amal soleh. Jadi kalau kita bicara begini, perhatikan baik-baik.
Ini kalimat iman, ini plus amal soleh. Jadi iman dengan amal soleh itu duanya, satu dengan yang lainnya saling mengikat, gak bisa dipisahkan. Yang sudah beriman pasti dia akan terikat dengan amal soleh.
Saya ulang. Kalau dia sudah beriman pasti akan terikat dengan amal soleh. Jadi, kalau Anda ingin buktikan keimanan Anda, maka pembuktiannya lewat amal soleh. Dua-duanya terikat.
Nggak bisa berpisah. Jadi gak mungkin ada orang beriman Tapi gak mau mengerjakan amal soleh itu mustahil Jadi amal soleh adalah sebuah kewajiban yang mengikat bagi para pemilik iman Sepanjang dia punya iman Pasti dia akan mengerjakan amal soleh Karena dia terikat dengan amal solehnya Orang beriman itu terikat pembuktian imannya dengan amal soleh. Jadi kalau ada orang beriman gak mengerjakan amal soleh, ada yang salah dengan imannya.
Kalau anda pengen lihat bedanya orang beriman dengan belum beriman, lihat amal solehnya. Karena orang beriman diikat dengan amal solehnya. Makanya ketika Allah menggunakan kata, pada puasa ingin menunjukkan pesan bahwa, eh katanya kamu beriman. Yakin beriman? Nih masih ingat gak kalau kalian beriman, kalian terikat dengan amal soleh.
Maka saya wajibkan sesuatu yang mengikat untuk membuktikan imanmu. Saya wajibkan kalian puasa. Benar gak kalian ini beriman kepada saya, kata Allah?
Ingat gak kewajibannya mengikat dengan amal sholat itu? Maka dari itu, kalau nanti anda, saya, kita mengaku beriman, tapi saat puasa malas-malasan, saat puasa tidak serius, saat puasa gak sungguh-sungguh, berarti ikatan imannya longgar dalam diri kita. Paham? Jadi, pertama, puasa adalah kewajiban yang mengikat, artinya mesti harus dilakukan, Tidak bisa tidak.
Kalau dalam hukum fiqih, ini sifatnya fardu. Fardunya a'in. A'in itu maksudnya mengikat pada setiap diri kita pribadi.
Tidak bisa diwakilkan. Sepanjang dia ada, sanggup mengerjakan. Tidak ada uzur yang lainnya. Paham? Mengikat pada setiap pribadi, sepanjang memenuhi persyaratan dan rukunnya.
Syarat terpenuhi, rukun terpenuhi, wajib menunaikannya. Terikat secara pribadi, tidak bisa diwakilkan. Tapi yang kedua, kalau ini disambungkan dengan kalimat iman, berarti amal salih mengerti.
Kerjakan puasa ini adalah bagian yang tak terpisahkan dengan kalimat iman seakan-akan keduanya diikat secara bersamaan. Satu hilang, maka ini menunjukkan kelemahan pada yang lainnya. Jelas?
Jelas? Terima kasih sudah menonton!