Transcript for:
Perayaan Haul dan Sejarah Masjid Demak

Terima kasih. Zikir salawat serta ayat-ayat suci Al-Quran dilantunkan ribuan orang yang ada di sini demi menyongsong datangnya bulan suci Ramadan. Selamat datang di Kabupaten Demak, Jawa. atau yang biasa dikenal dengan kota wali. Ya, karena dunia di sini merupakan pusat persebaran agama Islam di Tanah Jawa. Lantas seperti apa kisah persebarannya dan apa saja peninggalan-peninggalannya? Inilah Haul Akbar, pengajian bersama yang dilakukan oleh 2.500 warga Demak untuk mendoakan alim ulama hingga para wali Allah yang telah menghadap sang halik. Dilakukan di alun-alun kebupaten Demak, tradisi rutin ini dilaksanakan setiap bulan Sa'ban atau Ruwah sebelum memasuki bulan suci Ramadan. Pengajian sekaligus dilakukan untuk menghormati jasa para pendahulu yang telah menjaga kedamaian dan keutuhan negara dengan siraman rohani. Ya, Kabupaten Demak memang sangat kental dengan segala tradisi yang bernafaskan Islam. Bukan tanpa sebab, kisah persebaran agama Islam pertama di Tanah Jawa ada di Demak. Dan Masjid Agung Demak menjadi salah satu bukti sejarahnya. Siapa sangka masjid yang juga menjadi tujuan wisata di Jawa Tengah ini telah berusia 553 tahun, syarat akan sejarah Islam Nusantara abad ke-15. Salah satu pendirinya adalah Raden Fathah, seorang putra mahkota dari Prabu Brawijaya V, yaitu Raja Majapahit ke-11. Bermula saat Raden Fathah bertemu dan berguru dengan salah satu wali Songo, yaitu Sunni. Sunan Ampel, di tengah perjalanan menemui ayahandanya di Kerajaan Majapahit. Di tangan Sunan Ampel, Raden Fatah dididik ajaran-ajaran Islam selama 4 tahun, hingga akhirnya ia mendapatkan suatu tugas penting. Isman Pratama, salah satu peneliti arkeolog serta sejarah masjid-masjid kuno di Indonesia memaparkan cerita mengenai Raden Fatah. Kemudian dia, Raden Fatah ini, ditugasi oleh gurunya tadi. untuk menyebarkan Islam di daerah yang kita sebut sekarang daerah Gelagawangi, daerah Bintoro, yang kemudian kelak nanti Bintoro itu menjadi demam. Pangi adalah hutan dengan sedikit penduduk, namun disinilah awal mula Raden Fatah mendirikan sebuah pondok pesantren. Dari usahanya ini, Raden Fatah menunjukkan kegigihannya dalam menjalankan tugas. Ia mengenalkan agama Islam kepada masyarakat setempat yang masih mengandut kepercayaan pra-Islam. Ia menyiarkan Islam dengan cara menerapkan contoh dalam kegiatan sehari-hari di pondok pesantren yang dipimpin. suwagyo salah satu takmir masjid Agung Demak menceritakan keberhasilan Raden Fatah kala itu kurang dari dua tahun kurang lebih yang masuk Islam sudah ada 2000 lebih masyarakat bilinguan gelagah uang yang mana tadinya adalah paham Hindu Buddha animisme kepercayaan dan kapitayan Hai kemudian melihat nah Keberhasilan dan kesuksesan Ratin Fatah, Wali Soeongo datang dan berkumpul di Bondok Pesantren Belagawangi, Musawaroh Mufakat dengan Ratin Fatah untuk mendirikan masjid yang sekarang dikenal masyarakat luas adalah Masjid Agung Demak. Kala itu masjid diberi nama Masjid Pondok Pesantren Gelagahwangi. Pasca berdirinya masjid, semakin banyak keluarga yang akhirnya memeluk ajaran Islam. Masjid pun tidak bisa menampung seluruh jamaah saat melaksanakan masjid. Ibadah berjamaah Wali Songo memutuskan untuk merombak kembali masjid Terutama untuk menampung jamaah yang kian bertambah Karena keberhasilan ini Raden Fatah dinobatkan sebagai Sultan atau Raja Islam pertama di Pulau Jawa Pada tahun 1478 Masehi Pemugaran masjid tersebut Sebut ditandai dengan condro sengkolo atau penanda waktu yang hingga saat ini terukir di pengimaman Masjid Agung Demak. Dengan condro sengkolo, dikasih tanda. seekor gulus atau kura-kura yang mana menunjukkan tahun orang mengertikan yaitu kepalanya satu kakinya empat badannya dianggap angka nol terekornya dianggap angka satu jadi 1401 Saga identik dengan tahun 1479 masehi itu mecit masa kasultanan atau walisongo ada Dua kali pemugaran. Namanya juga berubah Masjid Kesultanan Demak Bintoro. Setelah resmi menjadi kesultanan, Raden Fatah bersama dengan Wali Songo membuat tata pemerintahan untuk pertahanan. Sekaligus penanda sebagai kerajaan Islam yang berhasil berdiri pertama kali di Tanah Jawa. Jejak keberhasilan ini tak lepas dari peran seorang sunan kalijaga. Turut Andil bersama Raden Fatah, Sunan Kalijaga juga mendekatkan Islam kepada masyarakat demam. Pendekatan dilakukan dengan kreatif dan menarik, karena mengadopsi budaya-budaya Jawa yang telah ada sebelumnya. Seperti menjadi dalang dalam sebuah pertunjukan wayang kulit yang dilengkapi oleh alunan gamelan yang syahdu. Syiar Islam pun disisipkan Sunan Kelijaga dalam cerita pewayangan yang dibawakannya. Salah satu cerita yang sering dibawakan untuk keperluan berdakwah adalah Jimat Kalimah Sodoh. Nah prihal jimat kalima sodo itu sebenarnya adalah simbol dari kalimat sahadat yang diperkenalkan oleh Sunan Kalijogo. Nah pentas dari jimat kalima sodo ini yang sering dia pentaskan. Karena kan kalimat sahadat itu kalimat sahadat Orang untuk masuk Islam kan menggunakan sahadat yang pertama Jadi metode dakwah dari Sunan Kalijogo ini sangat mengadaptasi budaya lokal Sehingga masyarakat lokal mau masuk ke dalam agama Islam Secara perlahan-lahan ya lewat menonton wayang tadi Selain cerita jimat kalima sodo, Raden Fathah dengan Sunan Kalijaga bersama para wali songo lainnya juga mengenalkan tradisi grebek syahadatein yang hingga kini dikenal dengan sekatenan. Tradisi ini merupakan pengajian sekaligus pesta rakyat. Masyarakat demak berkumpul di alun-alun, lalu bersama-sama diajak mengucapkan dua kalimat syahadat. Perjuangan persebaran Islam kala itu masih bisa terlihat di setiap sudut bangunan Masjid Agung Demak hingga saat ini. Lantas, seperti apa arsitektur bangunan masjid dan peninggalan-peninggalan yang syarat akan makna sakral tersebut? Masjid Agung Demak, eksotismenya masih terlihat jelas karena keaslian dari arsitekturnya bertahan hingga kini. Berbentuk limas khas Jawa Indonesia, bangunan masjid ini syarat akan banyak makna. Atapnya berbentuk gunungan bertumpuk tiga, yang mana diartikan paling bawah yaitu iman, tumpukan kedua adalah islam, dan ketiga adalah ihsan. Lalu ada sebuah mustoko atau mbah kota yang terletak di bawah. Paling atas ini diartikan oleh Wali Songo sebagai kekuasaan tinggi Milik Allah SWT Semua bahan baku masjid Terbuat dari kayu jati Baik dari lantai, dinding, atap Maupun soko gurunya Muhammad Cahyonovianto Peneliti arsitektur masjid kuno Memaparkan kualitas Dari kayu yang digunakan pada Masjid Agung Demak. Ya, ini kan bahan utamanya kan kayu, dan kayu yang memang kuat itu kayu jati memang. Jadi, apa namanya, di zaman itu memang mungkin tidak terlalu susah menemukan kayu jati dengan diameter 90-80 cm, sepanjang belasan meter, 16 meter, utuh lurus begitu. Jadi satu tiang penuh gitu ya. Jadi memang karena itulah kayu yang paling bagus dan paling kuat, maka digunakan sebagai tiang utama. Atau sebut dengan Soko Guru. Soko Guru itu kan Soko itu tiang atau bahasa asal dari suku atau kaki. Ini seperti kaki. Dari bahasa Jawa Kawi itu suku. Soko Guru di Masjid Agung Demak ini adalah peninggalan Wali Songo. Memiliki tinggi 17 meter serta diameter mencapai 65 cm. Keempatnya masih terjaga keasliannya dengan perlindungan lapisan kayu baru. Hal ini dilakukan untuk menjaga kontak langsung para jemaah dari kemungkinan perilaku syirik. Ini adalah Soko Guru, bagian yang paling melegenda dari seluruh bangunan yang ada di Masjid Agung Demak, Jawa Tengah. Kenapa melegenda? Karena keempat piangnya. dahulu dibuat oleh para sunan dari Walisongo. Dan satu yang paling menarik adalah yang di sebelah kiri saya, yaitu buatan dari sunan Kalijaga. Karena dibuat dari soko tatal atau dari serpihan kayu yang kemudian direkatkan kembali. Ini juga menjadi salah satu lambang persatuan untuk masyarakat sekitar. Bergeser ke bagian depan dalam masjid, tepatnya di samping pengibaman. Terdapat holwat atau biasa disebut maksurah, tempat khusus penguasa basa Kesultanan Demak melakukan ibadah salat. Berbentuk ruangan kecil, dihiasan dengan kata-kata yang berbeda. dengan warna merah dan hijau maksurah memiliki ukiran yang berarti memuliakan keesaan Allah subhanahuwata'ala kini maksura dimanfaatkan untuk salat sunnah para imam masjid Agung Demak Peninggalan lainnya adalah peninggalan dari Raden Fatah berupa ornamen serta benda-benda yang berjiri khas Kerajaan Majapahit. Seperti lambang Suria Majapahit ini tersebar di seluruh interior masjid. Dulunya, Suria Majapahit adalah simbol para dewa yang dipercaya oleh Kerajaan Majapahit. Namun, Raden Fatah mengubah maknanya menjadi delapan arah mata angin sebagai pedoman hidup manusia. Terima kasih. Banyaknya peninggalan khas Majapahit di Kerajaan Demak ini ternyata menyimpan kisah tersendiri. Pak Wagyo, ini katanya ada salah satu peninggalan yang masih asli Majapahit yang ditempatkan di tempat samping pengimaman ya Pak ya? Ya, ceritanya ini adalah Dampar Kencono atau tempat singgah sana Raja Majapahit, Raja pertama sampai Raja ke-12. Pada saat terjadi pengerorongan kekuasaan di Kerajaan Majapahit yaitu seorang hati-hati kediri. ...merongrong ayah anda beliau Ratin Fatah yaitu Ratin Brikerta Pintu Prabu Bajar V. Kemudian karena Ratin Fatah merasa memiliki hak waris penuh atas Kerajaan Majapahit... ...maka beliulah berangkat memerangi Ratin Girindawardana. Alhamdulillah dalam peperangan dengan Ratin Girindawardana di Kerajaan Majapahit... ...Ratin Fatah dan pasukannya mendapatkan kemenangan. Salah satu... Bukti kemenangan adalah dampar Kencono atau singgah sana atau tempat duduk Raja Majapahit. Ini dibawa beliau pulang ke Kasultanan Demak Bintoro. Tak hanya di dalam masjid, peninggalan Raden Fatah bernuansa Kerajaan Majapahit juga terdapat di bagian depan masjid berupa delapan soko ukir. Dulunya, delapan soko ukir dengan ukiran khas Kerajaan Majapahit ini merupakan penopang pendopo utama Kerajaan Majapahit. Sekarang, delapan soko ukir ini difungsikan sebagai penopang serambi masjid Agung Demak. Dari bagian serambi masjid, tampak dinding luar masjid yang dihiasi oleh puluhan keramik cantik berwarna biru dan putih yang telah melekat ratusan tahun. Ini juga peninggalan para leluhur, yaitu khusnya Wali Songo dan Ibu Mda Ratin Fatah, yaitu keramik abad ke-14 dari Putri Campa, jumlahnya kurang lebih 65 buah yang menempel di Majedang Jumat. Di bagian luar samping masjid terdapat kolam wudhu bersejarah. Dulunya, kolam ini merupakan tempat wudhu para wali songo dan juga masyarakat demak yang ingin memeluk ajaran Islam. Ajakan mensucikan diri kepada masyarakat demak sebelum melakukan kegiatan di masjid. Masjid ini diperakarsai oleh Raden Fatah dan Sunan Kalijaga. Sementara di halaman masjid, terdapat sebuah menara kokoh pemberian pemerintah Hindia Belanda pada abad ke-17. Menara ini terbuat dari besi baja setinggi 22 meter, dengan bagian kaki berukuran 4 x 4 meter. Kala itu... Pemerintah kolonial Hindia Belanda harus mengeluarkan biaya sebesar 10.000 gulden untuk membangun menara ini. Lalu, ada juga atap menara berbentuk kubah. Ini difungsikan untuk mengumandangkan azan sebagai penanda waktu salat hingga saat ini. Ya, begitulah keindahan arsitektur bangunan Masjid Agung Demak dengan segala maknanya. Bukan hanya sebagai pusat persebaran agama Islam pertama di Jawa, tetapi juga sebagai percontohan bangunan masjid-masjid bersejarah lainnya. Selain bangunan utama, di kawasan Masjid Agung Demak juga terdapat museum khusus dan juga sebuah komplek pemakaman yang selalu ramai oleh para peziarah. Seperti apa isi dari museum tersebut? Dan makam siapa saja yang berada di komplek pemakaman Masjid Agung Demak? Tidak hanya sebagai tempat beribadah, Masjid Agung Demak juga menjadi pusat penelitian dan edukasi tentang sejarah Islam di Tanah Jawa. Masih di kawasan Masjid Agung Demak, sebuah museum khusus digunakan menyimpan barang-barang peninggalan bersejarah. Museum ini juga termasuk dalam cagar budaya. Sederet ayat-ayat suci Al-Quran karya tangan Sunan Bonang terlihat dan masih terjaga baik tulisannya. Di bagian tengah museum, Ada empat potongan soko guru asli buatan sunan ampel, sunan bonang, sunan kalijaga, dan sunan gunujati. Potongan ini dibisahkan karena kondisinya yang sudah tidak begitu baik. Namun, untuk sisanya, setinggi 10 meter masih difungsikan untuk menopang bangunan utama masjid. Di bagian belakang potongan Sokoguru tampak sebuah pintu dengan ukiran yang khas. Pintu ini memiliki condro sengkolo atau penanda waktu. Berbunyi logo mulat Salirawani yang menunjukkan angka tahun 1388 Saka atau 1466 Masehi. Tahun tersebut diprediksi sebagai peletakan batu pertama dari pembangunan Masjid Agung Demak. Di sisi sebelah kiri museum terdapat peninggalan Wali Songo berupa beduk dan kentungan. Dahulu, Wali Songo lah yang membuat dan memperkenalkan fungsi beduk dan kentungan. Hingga akhirnya ritual membunyikan beduk dan kentungan masih diterapkan oleh masyarakat Indonesia sampai saat ini. Dulu para Wali Songo membuat beduk dan kentungan adalah sebagai tanda untuk pelaksanaan waktu menjalankan. Sholat atau beribadah pada Allah SWT Bunyinya kalau dibukul, kentongan itu tong, tong, tong, tong, tong Diartikan oleh wali sangho bahwa masjidnya masih kosong atau masih kosong Kemudian beduk kalau ditabuh itu bunyinya deng, deng, deng, deng Masjidnya masih sedeng, masih muat Artinya seperti itu untuk sholat berjamaah Tak berhenti sampai museum Di kawasan Masjid Takung Demak juga terdapat komplek pemagaman yang tak pernah sepi peziarah, terutama jelang dan selama bulan suci Ramadan. Di komplek pemagaman ini terdapat makam para raja atau sultan kerajaan Demak dari masa ke masa, mulai dari makam Raden Fatah, Sultan Patiunus, dan juga Sultan Tenggono. Ada pula sejumlah keluarga kerajaan yang disemayamkan di tempat ini. Ya mungkin berbeda dengan makam-makam di daerah lain. Ada yang mungkin bentuknya besar, tinggi, kemudian ada yang panjang, dan juga ada yang biasa. Itu sebetulnya kita menghormati jasa-jasa beliau. Jadi bukan orangnya mungkin setinggi itu. Itu 4 sampai 5 meter, tapi itu adalah merupakan penghormatan kita kepada leluhur, kepada jasa-jasa beliau. Yang mana apabila tidak ada Ratin Fata, tidak ada Wali Songo, tapi ini kita mungkin belum tahu siapa yang sebenarnya kita menyembah atau kita sembah. Komplek pemakaman ini sering disinggahi para peziarah. Tak hanya dari sekitar Demak, peziarah juga datang dari berbagai daerah di luar Demak. Sedang melakukan sejarah. karena dalam rangka menyebut bulan suci Ramadan dan juga mengapa saya ke sini lagi karena kebetulan ini kan pas waktu sholat asar dan tadi juga di siero-siero ke makam-makam seseh yang lain yang ada di Demak karena Demak itu kota wali dan juga pas kebetulan disini sholat asar dan langsung siero ke radian fata ya adem aja di hati ya mbak apa kita kan Mendoakan wali gitu kan. Ya kita selain adem juga, maksudnya mesti kayak ke depannya itu kehidupannya juga lebih baik. Mempelajari peninggalan-peninggalan Islam masa lampau? adalah wujud syukur serta penghormatan kepada mereka yang telah memperjuangkan penyebaran agama Islam di Nusantara, khususnya di Tanah Jawa. Masjid Agung Demang merupakan salah satu bukti perjuangan para wali untuk menyebarkan agama Allah. Sebagai umat muslim kita patutnya untuk menghargai peninggalan-peninggalan serta jejak persebaran untuk menambah keimanan kita.