Transcript for:
Sejarah Pemberontakan PRRI di Indonesia

Asing itu ya termasuk Amerika atau siapa, mereka itu memanfaatkan situasi sepertinya nanti itu biar Soekarno digoyah gitu loh. Apalagi kita nggak menggoyah Soekarno, itu paling undang-undang dasar, itu yang penting. Perkenalkan Doni A. Hussein, putra dari Lieutenant Kolonel Ahmad Hussein, salah satu pilar dalam pemerintahan revolusional Republik Indonesia atau PRRI, sebuah gerakan... yang menandai perjalanan Indonesia sebagai sebuah negara. Kisah PRRI menjadi salah satu sejarah kelam Republik ini karena dianggap sebagai salah satu pemberontakan, demikian cap yang diberikan oleh pemerintahan Soekarno-Kala itu saat Indonesia menang. yang masih seumur jagung, merasakan kemerdekaannya. Pemberontakan ini juga melahirkan trauma sejarah karena menurut Jenderal Abdul Haris Nasution, mendatangkan korban hingga 10.159 orang, dengan 5.592 diantaranya berasal dari rakyat sipil. Lalu, seperti apa sejarah pemberontakan yang disebut-sebut ditunggangi oleh Amerika Serikat lewat badan intelijennya CIA ini? Get your coffee and let's get it started! Sejarah PRRI punya pertahutan dengan kondisi dan kebijakan pemerintah Indonesia pasca merdeka, terutama terhadap para tentara dan kelompok militer kala itu. Pada tahun 1948, Muhammad Hatta yang menjabat sebagai Perdana Menteri merangkap Menteri Pertahanan. mengeluarkan program reorganisasi dan rasionalisasi di tubuh Angkatan Perang Republik Indonesia atau APRI. Program yang disebut juga RERA ini sebetulnya sudah dicanangkan sejak kabinet Amir Syarifudin, namun baru digasihkan oleh RERA. dikalahkan lagi di era Hatta. Tujuannya adalah untuk menyederhanakan angkatan perang akibat minimnya anggaran negara dari sekitar 350 ribu tentara dan 400 ribu anggota Laskar menjadi 160 ribu hingga 57 ribu tentara reguler. Beberapa sumber juga menyebutkan bahwa Rera digunakan Hatta untuk membersihkan pengaruh kelompok kiri dari militer. Hmm, that's interesting. Nah, kebijakan ini mendapat banyak tentangan dari tubuh militer sendiri. Salah satu yang menentang kebijakan ini adalah Komando Divisi 9 Banteng yang ada di wilayah Sumatera Tengah. Mereka menilai dengan kebalinya Belanda ke Indonesia kala itu bukan alasan yang tepat untuk mengecilkan jumlah tentara. Sebagai tambahan, di tubuh militer kala itu memang terjadi banyak benturan dan persaingan, baik antara mantan tentara kenil bentukan Belanda dengan mantan tentara peta bentukan Jepang, maupun antara para tentara yang kiri dengan mantan tentara peta bentukan Jepang. dengan tentara kanan. Nah, jika kalian ingin ada episode khusus yang membahas hal ini, jangan lupa untuk tulis di kolom komentar di bawah ini ya. Walaupun program RERA sendiri pada akhirnya terhambat, akumulasi pertentangan dan ketidaksetujuan itu terus memuncak di waktu-waktu selanjutnya, utamanya terkait kebijakan pemerintahan Presiden Soekarno secara keseluruhan. Era-era awal kemerdekaan Indonesia ini memang diwarnai kesulitan secara ekonomi dan ketimpangan yang terjadi di banyak wilayah. Di wilayah Sumatera Tengah yang meliputi Sumatera Barat, Jambi, Riau, dan Kepulauan Riau misalnya, masyarakat merasa wilayahnya menyumbangkan pemasukan yang besar untuk khas negara dari perkebunan dan minyak. Namun, pemasukan itu tak dirasakan untuk pembangunan di sana. Konteksnya juga diperparah oleh kebijakan politik Soekarno yang makin dekat dengan kelompok-kelompok kiri komunis. Menguatnya Partai Komunis Indonesia pas kapal milu 1955 pada akhirnya menambah para ketidakpuasaan. kekuasaan yang terjadi akhirnya pada 20 Desember 1956 berdirilah Dewan Banteng dari para pemimpin komando Divisi 9 Banteng yang diprakarsai oleh Kolonel Ismail Lengah dengan ketua letnan kolonel Ahmad Hussein etkol Hussein merebut kekuasaan pemerintahan daerah dari Gubernur Ruslan Mulyo Harjo karena dianggap tidak berhasil menjalankan pembangunan daerah aksi Hussein ini kemudian diikuti oleh Kolonel Maldin simbolon dengan membentuk Dewan Gajah di Sumatera Utara kemudian Kemudian lahir juga Dewan Garuda di Sumatera Selatan dipimpin oleh Letkol R. Barlian dan Dewan Manguni di Sulawesi Utara yang dipimpin oleh Letkol Fences Sumual. Nama terakhir adalah sosok yang identik dengan perjuangan rakyat semesta alias permesta yang akan kita bahas di episode selanjutnya. So, stay tune! Singkatnya, dewan-dewan di daerah itu bersatu bersama dalam Dewan Perjuangan yang menuntut pemerintah pusat terkait ketimpangan ekonomi. Ada juga kolonel lain yang ikut bergabung yakni Zulkifli Lubis yang dikenal sebagai legenda Intel Indonesia. Aha Nasution yang kala itu menjabat sebagai Kepala Staf Angkatan Darat bereaksi dengan melakukan pemecatan terhadap para kolonel yang disebut pembangkang tersebut. Pada awal 1958, Nusulti dan... Dipenuhi atun putan Dewan Banteng oleh pemerintah pusat, digelar pertemuan di Sungai Dareh. Kala itu, kemarahan untuk memisahkan diri dari Indonesia sempat muncul, sekaligus bisa diredam oleh Syafruddin Prawira Negara, Muhammad Nasir, dan Burhanuddin Harahab, tokoh-tokoh nasional yang hadir kala itu. Naksir kala itu menyingkir ke Sumatera untuk menghindari intimidasi dari para pendukung Soekarno, menyusul kritik keras para tokomasyumi pada model kepemimpinan demokrasi terpimpin yang dijalankan oleh Soekarno. Kemudian, pada 10 Februari 1958, para tokoh Dewan Banteng mengeluarkan 3 ultimatum kepada pemerintah pusat yang isinya meminta pembubaran Kabinet Juanda, pembentukan Kabinet yang bebas PKI, dan pengembalian posisi Soekarno sebagai Presiden Konstitusional yang tak terlibat pemerintahan. Namun, ultimatum tersebut ditolak oleh pemerintah pusat. Akhirnya, pada 15 Februari 1958, Ahmad Hussein membentuk Kabinet Tandingan yang dinamakan Pemerintahan Revolusioner Republik Indonesia atau PRRI. Mereka menolak tunduk pada pemerintah pusat dan mengangkat orang ini, Shevruddin Prawira Negara, sebagai Perdana Menteri. Kala itu juga dibentuk Kabinet Pemerintahan Tandingan terhadap Pemerintah Pusat. Beberapa nama yang menarik di dalamnya adalah Sumitro Joyohadikusumo yang merupakan ayah dari Prabowo Subianto sebagai Menteri Perhubungan dan Pelayaran. Sumitro juga dikenal sebagai bagian dari Partai Sosialis Indonesia atau PSI. Selain itu, ada juga Saladin Sarumpahet yang merupakan ayah dari Aktivis Ratna Sarumpahet sebagai Menteri Pertanian dan Perburuhan. Akhirnya, Soekarno yang baru pulang dari lawatannya ke Eropa, memerintahkan untuk menangkap para anggota PRRI tersebut karena dianggap menentang legitimasi kekuasaan di pusat. Akhirnya, pada April 1958 dibentuklah Satuan Tempur Operasi 17 Agustus dari Kesatuan di Apri, dipimpin oleh Kolonel Ahmad Yani yang baru pulang dari pendidikan staff komando di Amerika Serikat. Kekuatan fisik PRRI di Sumatera dengan gampang ditumpah Klayani dan pasukannya hanya dalam waktu relatif singkat yang hampir tanpa mendapat perlawanan. Para pemimpin PRRI pada akhirnya kalah dan jadi tawanan di Jakarta. Kelak, sebagian dari mereka dibebaskan dan melanjutkan karir militer semasa pemerintahan Suwakarta. usai tragedi 1965. Keberadaan Natsir dan Toko-Toko Masyuni pada akhirnya juga membuat partai tersebut dibubarkan oleh Soekarno. Begitupun juga dengan PSI yang akhirnya dibubarkan karena adanya sosok beberapa anggotanya termasuk seperti Sumitro. Sekalipun pada akhirnya berhasil ditumpas, lembar lain yang menarik dari PRRI adalah terkait dugaan keterlibatan Amerika Serikat dalam konflik ini. Beberapa sumber memang menyebutkan bahwa toko-toko PRRI sempat bertemu dengan toko-toko dari Amerika Serikat, terutama dari CIA. Tim Vainer dalam membongkar kegagalan CIA, kemudian Ken Conboy dan James Morrison dalam Feed to the Fire CIA Covered Operations in Indonesia, mengubah sopirasi rasia CIA dalam menggoyang kekuasaan Presiden Soekarno antara tahun 1957-1958. Pemerintahan Presiden Dwight Eisenhower yang kala itu berkuasa di AS, yang mentahin komunisme besar di Indonesia. Bantuan bahkan hadir dalam bentuk persenjataan untuk PRRI. Ini memang tidak lepas dari efek perang dingin. yang terjadi kala itu. Selain konteks pemberontakannya, PRRI juga menjadi tonggak lain eksodus masyarakat Minang ke berbagai daerah di Indonesia. Menurut Mokhtar Naim dalam bukunya Merantau Pola Migrasi Suku Minang Kabau, sebelum terjadinya peristiwa PRRI, jumlah orang Minang di Jakarta diperkirakan kurang dari 100 ribu orang. Tapi, Setelah peristiba tersebut jumlahnya terus meningkat. Bahkan menurut perkiraan pada tahun 1971 sudah terdapat sekitar setengah juta orang Minang di Jakarta. Hmm, mungkin ini alasannya kenapa nasi padang hingga kini ada di mana-mana. Nah, lalu bagaimana menurut kalian? Seperti apa sejarah PRRI ini harus dimaknai? Berikan pendapat. Terima kasih telah menyaksikan video ini. Jika kalian punya saran atau masukan untuk konten-konten selanjutnya, jangan lupa untuk tinggalkan di kolom komentar di bawah ini. Jangan lupa juga untuk like, subscribe, dan nyalakan lonceng notifikasinya. Serta ikuti terus PinterPolitik.com untuk mendapatkan informasi seputar fenomena politik di Indonesia. Bye!