Transcript for:
Mengelola Emosi dan Hubungan Keluarga

Bismillahirrahmanirrahim. Alhamdulillah, wa syukurillah, wa salatu wassalamu ala rasulillah, wa ala alihi wa sahbihi, wa mantabi ahum, wa ihsan illa li'l-midin amma wa'adu. Halo sahabat cahaya, dengan Maya Mama Mahdi dari Rumah Quran Cahaya. Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh. Semoga siang ini kita bisa sama-sama belajar dan bertumbuh ya. Alhamdulillah, segala puji bagi Allah. Allah perkenankan kita untuk permajelis. Bahkan ketika kita sudah berusaha, berlapang-lapang, kita sudah memaksimalkan waktu untuk permajelis. Kalau Allah tidak ridho, maka tidak kejadian. Jadi kehadiran kita disini Masya Allah Karena Allah pun ridho dan menginginkan Kita ada disini Alhamdulillah Salawat dan salam Kita curahkan kepada Rasulullah Salam Pada para keluarga beliau Para sahabat Serta orang-orang yang senantiasa iltizam di jalan beliau hingga hari ke-8 insya Allah. Alhamdulillah kita ada di sesi kedua pendampingan dari webinar seni mengelola emosi rumah kuraca. Pada hari kedua ini kita akan melangsungkan interaktif Zoom dengan tema yang berbeda dari hari yang sebelumnya. Kalau di hari pertama kita belajar tentang kebutuhan diri, hirarki, tingkatan dari kebutuhan diri kita. Hari ini kita akan mengupas tentang bahasa stres dan bahasa cinta ibu. Ternyata teman-teman umat ketika kita sedang stres, itu ada bahasanya. Ketika kita sedang ingin berkasih sayang, kita ingin mencintai, kita ingin dicintai, itu juga ada bahasanya. Maka jika kita ingin berkomunikasi dengan baik, ketika kita sedang tidak baik-baik saja, stres, atau ketika kita sedang ingin merasa disayang, maka kenali bahasanya. Sehingga tepat sasaran dan kita bisa Masya Allah mendapatkan sesuai dengan apa yang kita... Kira-kira seperti itu Jadi bahasan kita pada siang hari ini ada tiga Yang pertama Pengaruh dari emosi ibu Ke anak seperti apa Yang kedua bahasa stres ibu Dan yang ketiga Bahasa cintanya ibu Alhamdulillah saya senang sekali Teman-teman Umahat dan Ufti Di grup WhatsApp Sangat aktif untuk mengirimkan perkenalan dirinya. Terima kasih banyak, Masya Allah. Dan itu sangat membantu Insya Allah di sesi ini. Jadi akan kelihatan bahwa ternyata masalah tantrum dan anak-anak yang emosional itu berasal dari tantrum atau emosionalnya orang tuanya atau orang dewasa di sekitar anak. Ada empat kasus, empat skema dalam pengelolaan emosi ke anak. Yang pertama kita bisa lihat, kita pakai regulasi adult, artinya orang dewasa atau ibu yang tenang, yang teregulasi emosinya. Masya Allah. ketemu sama anak yang memang Allah karuniakan dia anaknya tenang dan gak neko-neko. Masya Allah. Maka pendampingan orang dewasa atau ibu yang bisa menunjukkan rasa empatinya ketika anak-anak dalam kondisi yang tidak menyenangkan, juga anak-anak yang bersikap dengan baik ketika dia sedang kecewa atau marah. Masya Allah. Dua-duanya teregulasi dengan baik, maka akan menghasilkan regulated child. anak-anak yang memiliki kecerdasan emosi. Wah, ini sih ideal sekali ya. Ibunya teregulasi, anaknya teregulasi. Tapi ingat, kasus yang biasa kita temui adalah orang dewasa atau ibu yang teregulasi, Alhamdulillah sudah belajar. Sudah mulai pelan-pelan memahami tentang emosi dan dirinya sendiri, sehingga ketika mendampingi anaknya yang dysregulated, atau anaknya yang suka tantrum, emosional, suka mengamuk, suka memukul, bersikap agresif dan tidak terkontrol, meskipun anaknya teriak-teriak, ternyata... ibunya bisa dengan tenang mendampingi, tidak larut dalam emosi anak, maka pengaruhnya ketumbuh kembang anak, anak ini juga akan mendapatkan kecerdasan emosi yang baik. Dia akan tumbuh menjadi anak yang punya pengelolaan emosi. Namanya regulated child. Bahkan sekalipun, Sikapnya meledak-ledak, bahkan sekalipun anak ini tidak bisa mengungkapkan perasaannya dengan baik sebelumnya, dia juga anak yang suka melakukan tindak kekerasan ketika dia marah, tapi karena ibu dan orang dewasa di sekitarnya adalah orang-orang yang memahami tentang emosi dan bisa mengendalikan diri, maka anak ini akan tumbuh dengan baik, Masya Allah. Para kelakus. Nah, beda cerita ini. Di sini ada dysregulated adult. Orang dewasa yang tidak matang emosinya. Ketemu sama anak yang juga suka teriak-teriak. Anaknya teriak-teriak, memukul, mendorong. Tantrum, tidak jelas apa yang dia inginkan, menangis saja. Ketemu sama orang tua yang semakin anaknya tantrum, dirinya pun semakin tantrum. Akhirnya apa? Ya, tidak ada yang menghasilkan kebaikan di sana. Anak-anak pun akan tumbuh menjadi anak-anak yang tidak memiliki kecerdasan emosi. Gimana caranya anak bisa punya kecerdasan emosi sedangkan orang dewasa atau ibu yang mendampingi dia juga tidak punya teladan dalam kemampuan mengelola emosi tersebut. Yang paling fatal adalah, bayangkan ini ada kasus seperti ini. Anak-anak yang... Secara alami, Allah karuniakan kecerdasan emosi, dia masuk dalam kategori regulated child, jadi anak ini mampu melihat situasi dengan lebih tenang dan memiliki kecakapan bicara yang baik tentang emosinya. Tapi, ketemu sama orang tua yang modal tantrum. Ketemu sama ibu yang suka ngegas, suka mengomentari, tidak puas dengan apapun hasil dari pekerjaan anaknya. Emosinya meledak-ledak, dia tidak mampu mengolahnya, akhirnya anaknya berubah. Anaknya berubah menjadi dysregulated, mengalami penurunan kecerdasan emosi wayangpang. Padahal sebelumnya anak ini Masya Allah, Allah karuniakan ketenangan, kelembutan, dan kemampuan untuk melihat situasi dengan lebih baik meski emosinya sedang bergejolak. Tapi karena ketemu sama orang dewasa yang tidak bisa mengatur dirinya dengan baik, Subhanallah, jadinya anaknya pun menjadi apa yang diteladankan oleh. Ibu atau orang dewasa di sekitarnya Karena ya Teman-teman umpahan Kita perlu pahami Bahwa pertanyaan di Nomor satu kemarin itu Di gaya marah anak itu untuk menemukan akan karakter emosi anak. Dia lebih berdampak besar ke yang mana? Ke ibunya kah? Ke ayahnya kah? Ke gurunya kah? Atau ke tantenya, omnya? Yang kemudian dari situ kita berharap bisa memperbaiki diri. Kita dulu yang memperbaiki diri, karena kan pengaruhnya ternyata anak cuma nyontek. Anak cuma ngikut. Apa yang kita lakukan, itu juga yang anak lakukan. Jadi kalau mau anak berubah, kita duluan juga yang harus dulu. Nggak bisa kita berharap anak bisa mengelola emosinya, sedangkan kita sendiri bukan ibu yang bisa mengelola emosi. Seperti itu. Sampai sini paham ada pertanyaan tentang dampak dan pengaruh emosi ibu ke anak. Termasuk dengan gaya marahnya anak ke ibu. Itu akan menjadi gaya marah anak ke orang lain. Gitu, Masya Allah. Sebelum kita pindah. Kita mau coba buka Quran dulu, minta tolong dibuka Al-Quran terjemahannya. Kita buka Quran Surah Al-Isra, Surah ke-17. Ayat 11, Al-Isra ayat 11, yang sudah ketemu di Al-Quran dan terjemahannya, kami akan persilahkan untuk membaca, siapa yang berkenan. Umar Rahma, Masya Allah, Barakallahu Fikum. Silahkan, Umar. Assalamualaikum, Mama Mahdi. Waalaikumsalam, Warahmatullahi Wabarakatuh. A'udzubillahimin shaytanirrajim wa yada'ul insanu bishsharri du'a'ahu bilkhair Aku berlindung oleh rego dan syaitan yang terkutuk Dan manusia seringkali berdoa untuk kejahatan Sebagaimana biasanya dia berdoa untuk kebaikan Dan memang manusia bersifat tergesa-gesa Masya Allah Allahumma rahmatul nabi al-Quran Terima kasih banyak Umar rahmat Semoga Allah merahmati kita dengan Al-Quran Insya Allah Alhamdulillah Alhamdulillah teman-teman kita melihat bahwa Allah memberikan kita karakteristik, kita punya label loh, di Quran Surah Al-Isra, Allah mengabarkan bahwa kita kadang-kadang suka Menekankan sesuatu sebagaimana kita menekankan sesuatu ketika itu baik maupun itu buruk. Sampai dikatakan terjemahannya kita berdoa untuk kejahatan, berdoa untuk keburukan, meniatkan untuk hal-hal yang tidak baik, menyegaja untuk melakukan hal-hal yang tidak baik. Padahal kita tahu pada akhirnya itu tidak baik. Tapi kita seolah-olah condong untuk melakukan hal tersebut karena adanya satu sifat yang Allah sematkan pada manusia. Apa itu? Di Quran Surah Al-Isra dikatakan tergesa-gesa, buru-buru. Pengen cepat mau melihat langsung apa hasilnya. Sehingga mindset ini yang membawa kita ke pendampingan yang tidak bisa tenang. Kenapa? Karena kita mau selalu lebih cepat mengetahui gimana hasilnya. Berhasilkah? Mampukah anak ini? Ayo dong berhenti menangisnya. Sudah dong tantrumnya. Itu. Kita selalu tergesa-gesa. Buru-buru. Mau cepat selesai. Banyak urusan yang lain. Sehingga kita terjatuh dalam perbuatan yang disebutkan dalam Quran Surah Al-Isra ini. Tanpa sengaja kita mendoakan keburukan. Kita memberikan keburukan. Kita melakukan pendampingan yang buruk terhadap anak kita. Bahkan ketika itu tidak sengaja, itu keceplosan, itu refleks pada Allah ya. Maka mari berniat dengan sungguh-sungguh meminta pertolongan kepada Allah agar Allah mengubah refleks kita. Agar Allah mengkaruniakan kita kelembutan dan kasih sayang. Agar Allah menghadiahkan kita. Kelapangan untuk melihat keburukan-keburukan anak. Kelapangan untuk menerima segala situasinya. Mau baik, mau buruk, diterima dengan baik karena yang kasih adalah Allah. Jadi yang namanya refleks, keceplosan, insting. itu selalu diawali dengan ketergesa-gesaan. Sebagaimana pertanyaan dari Uma di kolom chat, Uma Rina, semoga Allah merahmati Uma Rina sekeluarga, kadang keceplosan juga pada praktiknya, benar. Maka sebelum kita terjatuh pada refleks kita, karena ini alamiah Uma, bukan hanya Uma Rina, saya juga seperti itu. Teman-teman yang lain pun seperti itu. Maka sebagaimana juga yang sudah kami jelaskan di materi pengantar, cara kerja otak yang Allah ngasih, yang Allah kasih, itu memang sedari awal Allah memberikan struktur bahwa akses pertama yang manusia buka ketika sedang mengalami gejolak emosi itu lantai satu. Otak lantai satu, yaitu pusat sistem emosinya. Bukan yang ada di sini, di dahi, di depan, otak depan, prefrontal, kortex. Bukan. Untuk menuju ke sini, untuk berpikir dengan rasional, maka kita nggak boleh tergesa-gesa. Apa kata Allah? Kita manusia yang tergesa-gesa. maka ujian kita adalah kita berusaha untuk tidak langsung mau mengetahui apa-apa. Pelan-pelan, jangan langsung bereaksi, jangan langsung merespon. Anak berteriak, kalau kita tidak punya kemampuan untuk mengolah emosi dengan baik, kita langsung jatuh ke perangkap yang sebagaimana digambarkan di Quran Surah Al-Isra ini. Kita langsung merespon. Diam-diam, apa ini? Kenapa ini? Kita merespon, kita tergesa-gesa, kita tidak mengetahui tentang situasinya, tapi kita tidak suka berada di keadaan itu, makanya yang langsung rilis untuk diakses adalah otak lantai satu, otak emosi kita, atau otak insting. Sehingga, Dari situ kita bisa terjatuh pada perbuatan seolah-olah kita berdoa untuk kejahatan Sekuat kita berdoa untuk kebaikan anak kita Kenapa seperti ini? Karena kadang-kadang kita tidak sengaja mengucapkan kalimat-kalimat yang bisa jadi Itu doa untuk anak-anak kita Ya Allah deh, kok malas sekali ini jadi orang. Gak boleh malas. Kita melabeli. Kita mendoakan keburukan untuk anak kita. Kenapa seperti ini? Teledor, lambat. Kenapa gak bisa seperti ini? Udah dikasih tahu berkali-kali. Kita seolah-olah meminta keburukan untuk anak-anak kita. Astagfirullah. Astagfirullah. Karenanya, mari kita sama-sama berazam Kita manusia, kita memang tergesa-gesa Kita manusia, Allah karuniakan kita akses lantai satu Jadi ketika ada situasi yang mengancam atau menurut kita itu berbahaya Yang jalan adalah otak insting kita Sehingga untuk bisa sampai ke otak bijaksana Perlu jeda, perlu jeda. Jangan langsung masuk. Tenangkan diri, atur napas, minum dulu, baru masuk ke medan pertempuran. Iya kak, kakak nangis. Kakak baik-baik saja. Ada apa? Maka insya Allah kita akan terlepas. sebagaimana kasus yang Allah kabarkan dalam Quran Surah Al-Isra ayat 11. Nah itu untuk hal yang pertama. Kita masuk yang kedua, dalam mengelola emosi kita perlu mengenal diri kita sendiri dulu. Alhamdulillah di... Perkenalan, kita sudah mengenal tentang hirarki kebutuhan diri. Ketika kita mengenal hirarki kebutuhan diri, bukan berarti kita sudah bisa mengolah emosi kita. Tapi Masya Allah, dengan adanya hirarki kebutuhan diri yang sudah kita pahami, itu akan membantu kita untuk meminimalisir trigger yang datang. Karena kan yang membuat kita marah adalah trigger-nya. Pemicunya. Jadi kalau kita meminimalisir pemicunya, maka emosi kita tidak akan meledak-ledak. Sekarang, Masya Allah, kita akan pelajari tentang dua bahasa. Kalau biasanya kita kenalnya bahasa Indonesia, bahasa Inggris, bahasa Arab, sekarang kita masuk ke... Bahasa stres dan bahasa cinta. Nah, kalau misalkan pusing dengan kebutuhan diri, saya mau tambahin pusing dengan bahasa stres dan cinta kali ini. Ya, silahkan siapkan catatan dan penaknya. Boleh di HP-nya juga, di notes-nya tidak masalah. Kita akan menemukan bahasa stres dan cinta kita pada siang hari ini. Insya Allah, ya Allah bimbinglah kami agar kami bisa mengenali diri kami sendiri, mengenali kebutuhan kami, bahasa stres kami, dan bahasa cinta kami. Sehingga kita bisa beribadah kepada Allah dengan lebih baik. Nah, Masya Allah. Pertama, apa sih bahasa stres itu? Stres punya bahasa. Dengan kata lain, dia ingin mengkomunikasikan. Kalau stres itu punya wujud, kira-kira dia akan bilang kayak gini, saya ini stres, dan saya ingin mengabarkan kepada semua orang bahwa saya stres. Itulah bahasa stres. Ketika dia dilihat sebagai suatu poin, maka stres ini adalah respon alami tubuh. Bayangkan, alami lagi ceritanya. Susah dong? Susah. Respon alami antara tubuh dan pikiran ketika kita sedang mengalami masalah. Mengalami hal-hal yang dikenali sebagai kondisi yang mengancam atau berbahaya. Ada empat umat, uhti, ada empat bahasa stres. Dan setiap kita punya satu yang paling dominan. Setidaknya kita punya dua, dua bahasa stress, tapi satunya yang akan lebih dominan. Yang manakah bahasa stress kita? Ayo kita cek. Pertama ada fight, kemudian ada flike, kemudian ada freeze, dan kemudian ada fawn. Empat, pelan-pelan kita belajar. Pertama, fight, melawan. Kedua, flake, terbang, kabur. Ketiga, freeze, hilang fungsi organ tubuh. Mati total, takut, dan found. Apa ya bahasa mudahnya? Yes, yes woman. Apa kata kamu? Apa yang kamu suka? Iain deh. Nah, kita masuk ke definisinya masing-masing. Ada empat bahasa. Mari kita mulai. Puan, dekurwannya jatuh. Kita lanjut. Astagfirullah. Bismillah. Yang pertama, fight. Teman-teman, mari kita kenali dulu bahasa-bahasa stres ini sehingga teman-teman bisa tahu teman-teman bahasa stresnya apa. Yang pertama, fight atau melawan. Dia merespon secara aktif. Aktif berarti dia bergerak dengan langsung. Faik artinya, lo jual, gue beli. Faik artinya, kamu teriak, saya teriak. Faik artinya, kamu tantrum, saya lebih tantrum. Faik artinya... Saya akan bisa melakukan sebagaimana apa yang kamu lakukan dengan jumlah dan intens yang lebih besar. Hingga kamu tunduk kepada apa yang saya katakan. Itu fight. Dia melawan, dia membalas dengan niatan orang itu kalah. Jadi kalau orang fight, harus ada yang menang. Bayangkan. Kalah menang. Contohnya gimana? Contohnya Mama Wahdi. Contohnya, anak teriak. Enggak! Kita bilang, apa yang enggak? Ikut apa kata Mama? Sudah. Anak teriak, kita lebih teriak. Teriakan kita lebih besar dari anak. Hingga kemudian anak manut. Padahal sebenarnya itu adalah bahasa stres kita. Kita fight. Kita melawan anak kita. Hingga kemudian dia berada dalam otoritas kita. Kekuasaan kita. Itu fight. Anak menangis, kita cubit. Iya, nangis aja lebih kencang. Coba, biar semua orang lain dengar. Sini mama tambahin, cubit kamu ya. Nakal kamu ya. Kita fight. Apapun yang anak lakukan. Kita lebih heboh, kita lebih gira lagi, kita lebih melakukan intensi dan frekuensi yang lebih kuat daripada anak. Apakah hanya berlaku pada anak? Oh tidak. Ini juga berlaku pada suami. Ma, saya tidak suka kalau mama kayak gitu. Loh, papa kok kayak gitu? Ini kan saya sudah melakukan dengan sangat baik. Papa sendiri juga kayak gitu. Nah, melawan. Suami nasihatin, suami keluarkan unut-unut, kitanya apa? Lawan. Loh, memangnya kamu udah jadi suami yang baik? Nggak juga kan? Makanya saya nggak suka dikasih begini. Kenapa cuma saya yang dikomentarin jelek? Kamu kan juga jelek. Jadi pada saat ada momen bertengkar dengan suami, kita stres, bahasa yang keluar adalah fight. Oke, suami bilanginnya saya jelek-jelek. Saya juga bisa mengeluarkan fakta-fakta jelek tentang suami. Bisa dapat. Jadi fight ini adalah agresi militer. Di mana kita berjuang untuk menaklukkan lawan bicara kita. Udah dapat ya? Pokoknya gak suka banget. Apakah cuma suami dan anak? Teman-teman juga, mama juga, orang tua juga, bapak juga, guru juga. Dinasihatin sama orang tua, kitanya langsung mengeraskan suara. Kita gak suka, kita memperlihatkan bahwa kita benar. Terus sama teman-teman yang lain, teman-teman yang lain mungkin menasihati, kitanya malah marah-marah, mengujak, dan sebagainya. Jadi memang benar-benar subhanallah fight itu kita melawan. Tidak takut kita dengan konsekuensi dan risiko di belakangnya. Lanjut. Ada fight, ada fly. Fly itu kan terbang. Fly itu berarti apa? Kabur! Ada masalah, kita panik dan tahu tidak kabar diri kita. Kita tidak bisa berada di bawah tekanan. Suami marah-marah, suami mengeraskan suara, kita nangis, kita kabur, kita masuk kamar. kunci kamar, kita diamkan suami suami pengen negur dek, dek kok kayak gitu kita menghindar langsung masuk dapur, masak terus bilang, pak ayo makan anak menangis kita pilih menjauh makan Anak menangis tantrum apa dibiarkan. Terserah. Kita meninggalkan area pertempuran. Tanpa kata. Tanpa pemberitahuan. Kita lagi diajak ngomong, buang muka, pergi. Kita ketemu sama teman. Teman ini menyinggung kita. Kita nggak suka, langsung buru-buru, langsung pergi. Ternyata bahasa stres kita adalah fly. Kita benar-benar nggak bisa menerima tekanan yang sangat membuat kita tidak nyaman, membuat kita berada dalam bahaya. Fight sama flight ini responnya aktif. Aktif maksudnya tubuh kita bergerak secara langsung. Berikutnya ada yang responnya pasif. Yang pertama ada namanya freeze. Freeze itu artinya beku ya, membeku, kaku. Respon alamiahnya ternyata Tubuhnya, sensorisnya langsung kehilangan fungsi. Tiba-tiba sesak napas. Dimarahin sama suami, dicelah sama mertua, dimarahin sama mama. Langsung kayak sesak napas. Jantung berdegup sangat kencang. Nggak bisa ngomong. Tiba-tiba pusing. Pandangan jadi hitam. Syukur kalau nggak pingsan. Kita nggak bisa menggerakkan tangan kita. Tiba-tiba ada getaran-getaran halus di tangan kita, tapi kita nggak bisa menggerakkannya. Kita juga nggak bisa menggerakkan kaki dan tubuh kita. Tiba-tiba aja kayak kaku. Nggak bisa berpikir apa-apa, ngeblank, diam sesaat, karena yang mati adalah fungsi organ di dalam. Kalau masuk ke dalam piramida pembelajaran, interoception-nya berhenti. Itu bahasa stress, freeze, sampai tubuhnya yang mengendalikan. Anak tantrum, guling-guling di supermarket, minta beli coklat, es krim, kita tiba-tiba kehilangan keseimbangan, kayak mau jatuh. Terus nggak bisa nafas juga, pengen dipegang, pengen dipeluk. Karena kita nggak bisa melihat situasi memalukan itu, anak ngelunjak, tantrum di depan umum, dan kita dilihatin semua orang, sampai orang-orang berpikir kita adalah ibu yang sangat buruk. Itu freeze. Terakhir, ada namanya faun. Bentar ya, Uma, saya sambil menyusui. Faun ini adalah kita nggak bisa membuat orang lain kecewa. Kita tidak mau... membuat orang lain marah atau menghindari kita. Akhirnya apa? Anak menangis. Yaudah deh, mau apa? Permen, ayo. Minta coklat, ya ayo, ini ayo beli coklat, ayo. Udah, jangan nangis. Kemudian ada apa-apa kita berkonflik mungkin dengan ipar, dengan keluarga, padahal itu melibatkan privasi keluarga kecil kita, kita mengorbankan diri kita, kita mengorbankan anak-anak kita demi mengejar urusan-urusan yang lain. Jadi found di sini adalah Kita selalu memenuhi permintaan lawan bicara kita. Kita nggak punya batasan diri. Asal orang lain senang. Asal semuanya beres. Saya terluka, saya capek, saya tidak dihargai, tidak apa-apa. Yang penting semua oke. Padahal di belakang cerita, kita tetap diceritai buruk, kita tetap dianggap tidak baik. Sehingga ketika ketahuan ada kabar yang mengatakan bahwa kita tidak baik atau ada asumsi yang mengatakan bahwa kita tidak bisa diandalkan, kita hancur langsung ke titik depresi kita. Kenapa? Karena selama ini bahasa stres yang keluar adalah found. Kita selalu ingin dianggap baik, selalu berpura-pura setuju, people pleaser, hingga kemudian kita nggak bisa terima. Karena kita udah berkorban banyak untuk orang lain, tapi kenapa saya masih dianggap jelek? Pas ketemu sama orang yang menganggap kita jelek, kita nggak terima, kita jatuh ke dalam depresi. Seperti itu. Nah, udah empat ini. Dari sini udah ketebak dua yang manakah bahasa stres kita. Pilih dua, kemudian urutkan nomor satu yang lebih dominan, nomor dua yang kadang-kadang muncul. Yang mana? Silahkan dituliskan di kolom komentar. Dari sini insya Allah kita akan coba bedah gimana caranya mengelola bahasa stres kita. Saya cari dulu yang baik. Satu, dominant, kadang-kadang empat. Oh, Umarhani baik ya orangnya ya. sebentar Saya akan mempersilahkan satu orang untuk open mic yang baik dulu, yang bahasa stressnya dominan baik. Siapa yang bersedia untuk sharing? Uma Ayu, silahkan Uma Ayu Lestari. Assalamualaikum, Um. Waalaikumsalam warahmatullahi wabarakatuh. Terima kasih, Uma, untuk sempatannya. Untuk Faik, saya merasa sangat-sangat faik kalau berada di kondisi yang tertekan, Um. Bahkan di suatu kondisi, saya merasa ketika ada di posisi faik, saya merasa lawan bicara. Ini di luar anak ya, Um. Kalau anak, otomatis saya... bisa, alhamdulillah selama ada di kelas RQC rumah kurang cahaya saya sudah bisa terkendali untuk menangani anak tapi lebih ke pendampingan suami saya justru selalu merasa suami harus lebih baik bagaimana itu? bagaimana masih suami lebih baik? kalau ada kondisi yang membuat stres saya ada di kondisi baik tapi saya justru berharap suami Harus lebih bisa bereaksi yang lebih. Padahal suami cenderung ke friz, um. Oh, beda bahasa stresnya ya. Tapi saya selalu merasa reaksi faik saya tidak diperhatikan. Makanya saya selalu berharap suami merespon dengan lebih faik. kalau ke anak Alhamdulillah selama mengikuti kelas kurang cahaya sudah bisa diatasi ini adalah karunia dari Allah umma punya suami dengan bahasa stress free Karena kalau bahasa stresnya suaminya Uma Ayufai, maka selesai rumah tangganya. Serius. Kalau laki-laki udah marah, udah meladeni kemarahan istrinya, maka bateranya goncang. Serius, Uma. Maka suatu kenikmatan, ya Allah, betul. Ketika mendapati suami dengan karakter yang tenang. Serius? Oh saya merinding. Karena banyak umahat yang kemudian mendapati suami bahasa Sresnya baik. Dan dia justru tidak bisa bertahan. Karena baik itu agresif loh umah. Bahkan. kalau terlanjur marah ceritanya ya, suami bahkan bisa tidak mengontrol dirinya. Ini juga salah satu hikmah di mana Allah menitipkan kata cerai itu ada di suami, bukan di istri. Karena mungkin kalau ada di istri, setiap saat pasti istri sudah bilang, Udah selesai, udah cerai, udah kita pisah Udah gak usah Tapi karena Allah memberikan karunia keuam pada suami Maka Allah juga titip kata cerai dan talak itu di suami Karena suami mengerti Kalau dia yang maju di medan pertempuran Habis rumah tangganya Jadi Masya Allah Ketika salah satu kebesaran Allah kita diberikan jodoh yang ternyata memiliki bahasa stres yang berbeda. Tapi kan Umayu merasa saya seperti tidak diperhatikan Mama Mahdi, saya kayak tidak didengarkan, saya kayak diabaikan, dicuekin, padahal saya mau dimengerti. Kalau begitu. Uma Ayu boleh lebih berusaha untuk mengolah. Bahasa baiknya. Bahasa baik itu, Nama Ayu, Dia berlindung dibalik kata, I want to do it now. Saya mau sekarang. Kita ada konflik dengan suami, Pokoknya harus ada solusi sekarang. Pak, kenapa begini? Kenapa begini? Saya tidak mau begitu. Harus ada. Tapi karena mungkin suami tipe freeze, Dia diam dulu. Menenangkan diri dulu, gak mau langsung bereaksi. Kita hanya yang gelisah. Karena memang fight itu adalah kita langsung bereaksi. Gak ada jeda. Kita menginginkan sesuatu dan kita tergesa-gesa. Itu kita tergesa-gesa. Maka, Uma Ayu, inilah yang harus Uma Ayu lakukan. Bahasa stress fight perlu... Dikelola dengan cara diam. Wah, bahaya ini rumahnya. Karena kita nggak terbiasa. Bayangkan, tubuh kita bergetar semua karena marah, melawan, jantung berdegup kencang, terus kita diminta untuk diam. Ini adalah latihan yang luar biasa. Jadi, diam. Bilang jeda, harus jeda, jangan langsung bereaksi, biar nggak main fight-nya. Yang main adalah... Prefrontal cortexnya. Karena Umayu adalah tifa yang baik, maka reaksi tubuh atau respon tubuh itu cenderung agresif. Agresif itu artinya kayak menginginkan gerakan yang luar biasa ke lawan ya. Mau bergerak itu. Jadi berikan tekanan pada tubuh. Karena tubuhnya pasti gemetar Umayu. Karena kita... Pengen menumpahkan segala rasa ketidakenakan, tapi justru kita suruh diam dan jeda, maka tubuh bergetar. Solusinya, kasih tekanan. Sekarang, Umayu, silahkan pilih bagian tubuh apa yang mudah dijangkau dan memberikan sensitif pada Umayu. Saya biasanya tangan ya. Tangan antara jari telunjuk dengan jempol. Di situ. Tekan yang kuat. Kalau kita tipe fight, maka tubuh kita perlu tekanan. Tekan rumah yuk. Kalau tangannya nggak bisa, lengan atas ya, di bawah bahu. Tekan. Peluk. Peluk. Peluk tubuhnya sekuat tenaga. Karena itu adalah cara... untuk menyalurkan bahasa stress fight. Selain itu, Uma Ayu harus bergerak. Serius. Uma Ayu lagi duduk, langsung berdiri. Lagi berdiri, duduk dulu. Lagi berdiri, duduk. Nggak mempan, jalan-jalan. Mondar-mandir. Harus gerak. Harus gerak, Uma. Karena respon tubuh kita sedang mengalirkan rasa tidak nyaman untuk melawan. Maka kita memberikan kebutuhannya, yaitu gerakan. Setelah itu kita relaksasi, atur nafas. Insya Allah bisa meminimalisir ketegangan yang terjadi pada tubuh dan pikiran kita. ada Umma Ayu yang baik ada Umma Hani juga kita dengar dari sisi Umma Hani Assalamualaikum Wahani Waalaikumsalam warahmatullahi wabarakatuh Om Mahdi gimana kabarnya Alhamdulillah ala qulihan wa masya Allah lagi pas banget mau Mahdi dapat apa tuh materi kayak gini ya Masya Bapak ngerti Umma Hani beneran bahasa stresnya baik Ya aku jujur merasa dari waktu sebelum nikah ya Mama Mahdi suka ngelawan sama orang tua tapi pas mau menuju nikah memperbaiki diri biar enggak ngelawan sering lawan tapi enggak tahu kalau sama orang lain tuh nggak pernah bisa ngelawan kalau sama kakak sama Adi nggak pernah bisa melawan tapi aku kalau ada yang bikin kesel aku langsung gemeter gitu ngomong di tengah betul-betul betul kayak panas Terus aku nge-subscribe, kenapa nge-brinding? Berarti kan tanya pengen marah ya? Ya betul. Tapi pas cuma bisa ngelawan cuma sama orang tua, sama suami. Ya Allah. Itu dosa banget. Astagfirullah. Aku masih belajar banget. Udah mencoba memperbaiki diri. Tapi ternyata ya Allah benar-benar ya susah banget. Ya susah, Uma. Karena kan alami ya. Betul. Suka sadar. Uma, ya Allah. Aku kayak gitu langsung. Ya diem dulu. Gemeter gitu. Eh besoknya baru minta maaf. Tapi masih kayak gitu lagi, Mamahdi. Ada siklus berulang ya, Umahani. Betul itu, betul. Kenapa ya, Umahani? Makanya perlu ini, Umah. Perlu lakukan komunikasi bahasa stres ini. Jadi diam dulu. Jedah. Nggak boleh langsung bereaksi. Nggak boleh langsung bicara. Karena Umahani itu sedang melawan mindset, saya maunya sekarang. Saya maunya selesai sekarang. Saya mau ada sekarang. Yang ini kita mau lawan, kita kasih kebutuhannya. Apa kebutuhannya yang dulu jeda? Supaya kita ini juga deh, Mama Hadi, aku ngerasain. Biar tahu, biar plong. Rasanya kalau ngomong tuh kayak plong gitu ya, Mama Hadi. Biar tahu dan ngerti gitu ya maksud kita apa. Tapi ternyata salah. Bukan salah sebenarnya. Tapi reaksinya akan membuat kondisi lebih buruk. Insya Allah ada reaksi lain. yang hasilnya lebih baik Umahani Amin Umahani coba beri tekanan sama tubuh ya Amin tekanan ini sesuai kenyamanan Umahani kalau suka kasih bunyi-bunyi jari tangan apa namanya ya? boleh itu, biasa kalau bunyi-bunyi tangannya misalnya ditekuk-tekuk itu boleh sampai reda gitu ya sampai reda gitu ya iya betul sambil tarik nafas jangan dulu ngomel siap-siap memadi doakan yang memadi ya tekan tangannya tekan paha juga bisa kalau lagi duduk peluk bahunya peluk lengan atasnya atau kepala dipigit kayak Kayak mematikan kutu rambut itu loh. Kepalanya di pijit-pijit. Itu bisa. Insya Allah. Nanti dicoba. Mohon doanya. Semoga kita bisa nih, Mama Mahdi. Insya Allah. Tapi ada penyebab lainnya nggak ya, Mama Mahdi? Kenapa kita bisa kayak gini? Biasanya karena pengaruh, pengasuhan. Jadi setiap kita berbeda karena memang memiliki pola yang berbeda juga di keluarga Nah dari Uma Ica, iya betul Respon ini harus kita lakukan setiap kali kita dalam kondisi stres Utamanya kita yang bertipe vaik Jadi jangan langsung bereaksi, jangan langsung bicara, ngomel, menuntut, jangan. Tapi usahakan memang benar-benar kasih waktu ke tubuh, kasih tekanan. Misalkan ya, tekanannya kayak gini ya. Teman-teman yang suka fight, ininya pencet. Pencet, pencet yang kuat, pencet yang kuat. Sambil tarik nafas. Kalau nggak bisa tangan, lengannya. Pencet, peluk, peluk. Kenapa? Karena orang yang tipe fight, dia akan memberikan tekanan untuk ke eksternal, ke pihak lawannya. Jadi kita yang harus tekan, berikan kebutuhan itu, jangan dilepaskan. Atau nggak dikasih gini tadi, kepalanya. Biar kita enak, biar kita reda. Baru kita bisa bicara dengan baik. Maka orang-orang yang tipe vaik minta tolong harus punya jadwal rutin olahraga. Saya ulangi, harus punya jadwal rutin olahraga. Karena itu yang dibutuhkan oleh tubuh kita. Ya, insya Allah. Dian? Kita masuk ke tipe flight. Nah, orang-orang yang tipe flight ini, Kalau tadi flike, bilangnya harus sekarang, tapi flike jangan sekarang. Tidak dulu deh, jangan sekarang. Flike, siapa ini yang flike? Saya cari dulu. Teman-teman yang flike, ada Mamsya. Silahkan Mamsya sharingnya untuk bahasa stress flike. Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh Waalaikumsalam warahmatullahi wabarakatuh Apa nomadi saya off cam ya Ya, laba saya Iya, kalau flyke ya mulai dikendiri Gimana, gimana caranya? Jadi mama Mahdi, kalau dulu saya itu yang tipe flyke itu Dan ternyata suami juga flyke Jadi ya kebetulan kita flyke, flyke, flyke dengan kondisi bukan cuman adu mulut, risik juga ya Masya Allah berantem jadinya akhirnya benjol-benjol Astagfirullah Allah Akbar Alhamdulillah karunia Allah Muhammad terima kasih banyak juga sudah membuka cara pandang saya tentang mengelola emosi, bagaimana menghadapi suami, bagaimana menerapkan tiga pilar taat istri itu ya. Jadi akhirnya menghindari fight itu, saya apa ya bagusnya. Tapi yang kenanya itu sampai sekarang itu ke flight itu. Hanya flightnya ini loh, tadi terakhir itu saya. Jadi, Papa Syakir itu yang kayak tahu ketika ada yang hal yang saya itu tidak pernah membantu sampai sekarang sudah sama dia. Menjawab apapun sama dia, tidak pernah. Jadi, ketika saya tidak tahan, saya lihat posisi ketika anak-anak siap, saya tinggalkan dulu beberapa saat. Saya keluar dari rumah dan sayangnya itu Mama Madi, saya tidak pamitan. Astagfirullah. Jadi, biasanya yang... yang keluar naik motor itu keliling itu menghabiskan air mata itu mengeluarkan emosi di atas motor sambil pikir juga ya Allah saya ini tidak pamit tadi sama suamiku tolong jaga saya sepanjang jalan ini saya cuma mengandalkan buat diriku sendiri jadi itu alhamdulillah kemarin itu kalau yang barusan ini ditemani sama diikuti sama Uma sama Umi ke tempatku itu berdiam dua agak tenang dipeluk dikasih itu saya ambil keputusan enggak saya tidak mau pulang ke rumah kayaknya ini berat sekali kalau saya pulang kalau saya ketemu suamiku itu mama di saya rasa kayak meriang begitu kayak sakit ya Allah badan kecil pokoknya sakit kerasa meriang saya menggigil itu karena apa ya menahan apa tangis atau apa emosinya karena kan Dasarnya kita vaik. Ya, tiba-tiba yang bukan tiba-tiba sih kan belajar menuju, mencari yang kalau bisa jangan vaik lah. Karena ada pendangan anak-anak juga yang dijaga kan. Pokoknya yang menjaga itu maaf hadir. Jadi bagaimana maaf hadir tentang vaiku ini? Masya Allah. Barakallah Fiku maaf. Barakallah maaf hadir. Penariknya adalah karena kita tidak bisa Dapat ilmu, dapat rahmat Allah. Terjadi pergeserannya antara bahasa stres yang selama ini fly menuju ke fly. Namun gak mulus intermesonya. Karena bahasa stres fly juga bukan sesuatu yang bagus gitu. Ini juga harus ditangani. Karena tetap aja mau fly mau fly ini bahasa stres. Bukan bahasa yang bisa dikomunikasikan dengan baik. Bukan bahasa yang digunakan oleh otak prefrontal cortex. Tetap menggunakan otak bawah kita, otak lantai satu. Jadi, itu juga bukan solusi. Nah, tadi kayaknya gemetaran kan ya? Betul, Mams. Jadi, tetap kita harus lakukan hal-hal yang ada di kertasnya FIKE ini. Kasih tekanan ke tubuhnya. Harus olahraga. Rutin. Dirutinkan. Kayaknya kalau misalkan kita tipe yang pekerja ya di rumah tangga, kita mikirnya saya sudah olahraga. Padahal enggak, bukan gerakan olahraga yang mengurus rumah tangga kayak masak, menyapu, mengepel, mencuci, bukan. Tapi butuh gerakan-gerakan olahraga yang lebih terstruktur. Coba senam, bikin program senam muslimah, nanti Umi yang jadi instrukturnya. Nah, kasih tekanan ke tubuh, tapi kalau lagi main, lagi on bahasanya yang fight, tekan tubuhnya, atur nafas, relaksasi. Kita coba belajar relaksasi ya. Kalau teman-teman di sini sudah mulai paham relaksasi, tentunya bisa ya. Ini nggak sampai bawah ya perutnya. Jadi pegang perutnya atau pegang samping, apa ini ya? samping diafragmanya, kalau misalkan kita menghirup-menghirup oksigennya, itu perutnya mengembang. Kalau kita hembuskan, kita exhale, itu perutnya kempes. Lakukan relaksasi pengaturan nafas seperti itu. Jadi inhale, masukkan, kembangkan perutnya sampai ke dada. bikin udaranya masuk ke seluruh tubuh kita, tahan, hembuskan, kempiskan. Ketika oksigen memenuhi semua tubuh kita, insya Allah otak kita lebih bisa tenang dan mengakses otak bagian depan. Coba ya. Jadi sambil ditekan, Kalau nggak suka yang di Hidung, boleh pakai mulut Lebih kerasa Apalagi kalau tekanannya terlalu besar Yang ada dalam tubuh kita, boleh Exhale-nya atau keluarkan Udaranya pakai mulut Tariknya tetap pakai hidung Kalau udah tenang, tetap harus Rutin olahraga, insya Allah Allah karuniakan kita akan meninggalkan bahasa stress fly. Kalau kita lagi fly, fly tadi ya, fly, maka kita merasa emosi orang lain tidak penting. Biarin aja dia marah, saya lebih marah. Saya harus menahan diri. Saya tidak bisa menghadapinya, saya tidak mau. Jangan sekarang. Karena kita sulit untuk menerima emosi orang lain. Maka yang perlu kita lakukan untuk tipe yang flight ini adalah silahkan terima perasaan dan emosi orang lain. No overthinking. Orang flight itu hampir dipengaruhi keseluruhannya oleh overthinking. Kita mikir yang enggak-enggak, nanti ini gimana, nanti ini kenapa, nanti bagaimana. Dia merasa dirinya tidak berharga. Minta maaf, Mamsya dan teman-teman lain yang ada di posisi flight, jangan sampai ini karena kebutuhan diterima dan dicintainya tidak terpenuhi. Kita merasa tidak diterima. di rumah kita sendiri, kita merasa tidak disintai, plus naik lagi ke tingkatan hirarki kita merasa tidak berharga. Maka muncullah bahasa stress flight. Di pikiran kita ini kita merasa kita tidak dibutuhkan, kita tidak dianggap, kita tidak berharga. Sehingga kita kadang lari dari kenyataan. lari dari konflik, gak mau ada konflik jadi apa untuk fly, Alhamdulillah ya Mamsya punya umah, punya ummi di saat suami tidak bisa mengisi kebutuhan apresiasi dan penghargaan tidak bisa mengisi kebutuhan diterima dan dicintai, maka usahakan kebutuhan ini bisa terisi oleh umat dan umi, juga komunitas positif. yang mangsa terjun di dalamnya, termasuk di market tercahaya, termasuk di komunitas bacanya mangsa. Karena kebutuhan ini tetap perlu terisi meskipun tidak dari person yang seharusnya kita inginkan dia yang isi, beliau yang isi. Tapi kalau kondisinya beliau nggak bisa mengisi itu, Sebelum kita ambruk, kita perlu mencari alternatif untuk mengisi dan memenuhi kebutuhan kita. Sehingga kita merasa diri kita, Alhamdulillah, saya bersyukur ya Allah, saya berharga. Allah karuniakan hidup, saya pengen bermanfaat, enggak overthinking, saya tahu kenyataannya. Sikap suami seperti ini, karakter suami seperti ini, saya punya anak-anak, saya punya Allah, saya punya aturan, dan kita menerima kondisi dan emosi orang lain. Seperti itu ya, untuk mangsa tipe-tipe fly, iya umma anti, tidak mesti. Gimana caranya kita meminta orang mengisi sedangkan dia tidak punya? Jadi minta maaf, bisa jadi Allah tidak mengkaruniakan hal itu ke pasangan kita. Maka ketika kita tidak mendapatkan hal itu dari pasangan, kita coba cari. yang positif, yang tetap Allah ridho, dan kita tetap bisa memenuhi kebutuhan kita. Dengan izin Allah, Allah tidak akan meninggalkan kita. Siapa tahu besok-besok Allah karunia akan hidayah kepada suami kita, dan giliran beliau lagi yang mengisi kita, karena teman-teman kemudian punya masalah lagi masing-masing. Seperti itu. Ada yang freeze kah di sini? Freeze. Siapa di sini yang bahasa stressnya langsung blank? Aduh, aduh, aduh. Ada? Saya coba cari ya. Nomor tiga, dominan. Adakah? Biasanya ini korban, yang punya freeze ini kayaknya korban pengasuhan yang keras. Punya luka pengasuhan. Yang orang tuanya terlalu otoriter. Jadi masuk ke dalam karakter kita. Freeze. Uma Zulfiani, Masya Allah. Coba kita dengarkan serinya. Silahkan Uma. Jadi kayak tiba-tiba tidak merasa ya. Baru mau cerita sudah menangis. Ya Allah, berat sekali ya Umayah. Masya Allah. Semoga Allah karunia akan rahmat. Dan bisa cerita. Masya Allah. Tapi itu yang saya rasa. Kalau tiap memarah, pasti diam dulu. Diam. Tiba-tiba langsung ngeblank Kayak gitu kan Yang bisa saya lakuin kan Ya memang itu Kayak cuma Tahan nafas Kalau bernafas Kayak gitu kan Sayang Iya Ngomong dulu ya Sama Ya Allah Kalau sudah gak bisa Ya mesti lari-larinya ke menangis kayak begitu biasanya sampai disitu udah bisa tenang, tapi kalau misalnya kadang tidak bisa mungkin tiba-tiba bisa langsung fai gitu fai, udah saya gak peduli lagi, pokoknya kalau mau apa yang terjadi terjadi saja, kayak gitu Berarti kayak kita menahan diri ya sebenarnya ya, Bumazul. Mungkin kayak, mungkin baik, tapi saya... Ya, betul. Ya, coba tahan diri. Akhirnya, nanti jadi nangis. Karena saking sudah bergetarnya ya, sampai nangis. Cuman di awalnya, kita mencoba bertahan dengan kondisi... Stres itu makanya yang keluar adalah freeze-nya kita ya. Nah, Uma Zulfiani, selain atur napas tadi, Uma juga bisa melakukan hal-hal berikut untuk memperpanjang jeda dan tidak beralih ke vibe-nya. Uma mungkin punya aroma atau bebawan atau parfum yang Uma sukai. Uma bisa pegang itu. Misalkan kita suka aroma terapi apa, ada yang suka bau minyak kayu putih mungkin, atau lavender, atau melati, apapun itu, coba punya satu botol. Kalau kita marah, coba dicium. Tempel di sapu tangan kita, cium sapu tangannya. Atau tempel di baju kita, kita cium sejenak. Cium, baunya, aromanya sampai masuk, atur nafas kembali. Karena orang-orang freeze, tubuhnya yang mematikan respon umah. Dan ini sangat berbahaya. Sehingga jangan sampai nggak jalan beneran itu fungsi sensorisnya. Jadi diaktifkan indera penciumannya. Selain itu, tekstur. Tekstur, kelumbutan, insya Allah. Umah harus punya... Bulu, apa ya? Kok bulu? Kain bulu ya, ada kain bulu? Baju yang ada bulu-bulunya, atau sengaja beli mainan bulu, atau gantungan yang ada bulunya, itu bulunya diambil, kita pegang. Yang lembut. Atau kalau enggak, selimut. Selimut. Biarin agak mahal, enggak apa-apa, umah. Coba investasi selimut yang lembut sekali. Jadi Kelembutan itu Masya Allah Bisa membuat kita lebih Menyamankan diri Tekstur Selain tekstur yang lembut Biasanya teman-teman Lihat ada bola kenyal Apa namanya ya Skuzika itu di remas-remas. Ada juga bola remas. Di remas-remas sampai oksigen ngalir lagi ke dalam tubuh kita. Nggak usah memaksa melakukan sesuatu, karena pasti susah sekali. Sama kemudian perlahan-lahan lakukan gerakan yang lebih ringan. Kayak angkat tangan aja, ringan. Duduk pelan-pelan, angkat kepala, tunduk. sehingga kita bisa keluar dari freeze dan bisa mengakses otak depan kita insya Allah jadi kuncinya ada di sensorisnya yang diaktifkan inderanya yang kemudian diberikan fungsinya lain seperti itu ya dan kita beralih ke Respon yang terakhir adalah faun. Faun ini menyerahkan diri. Menyerahkan diri. Ya Allah, siapa yang suka faun di sini? Umadwi ya, Umadwi bolehkah sharing? People pleaser banget. Bukan, bukan pasrah. Faun itu adalah melakukan semua yang... orang lain minta bagaimana kondisinya Umar Dwi Iya Umar Terima kasih sebetulnya responnya itu berbeda dengan orang yang dekat dengan yang jauh seperti teman kerja atau apa ya gitu jadi cenderung kalau ke orang lain itu menjadi responnya itu found jadi Iya jadi saya Misalnya di kantor Di sekolah Pokoknya di komunitas Saya menjadi orang yang people pleaser Jadi sebetulnya Saya maunya A tapi yaudah Biar orang seneng saya kasihnya Yaudah B aja gitu Oh iya saya setuju aja Padahal dalam hati itu Cuman yang gak bagus yang saya rasakan Itu adalah ketika kita sudah seperti itu Dan orang masih menganggap Kita tuh kayak di harga itu saya tuh merasa sangat hajar dan kayak itu bisa berhari-hari kefikiran dan gimana ya Umayah sering cerita ke suami ya kok bicara aja tuh kita gak didengarkan pada sudah maksudnya yaudah semua pendapat orang ya oke, saya oke pendapat kita kita mengebelakangkan keinginan kita kita gitu mah tapi ketika enggak enaknya itu ketika misalnya ada orang lain lagi kita tuh mampu sebetulnya ketika kita ingin unjuk apa mengemukakan kemampuan kita itu tapi orang lain tuh tidak menghargai kita tuh saya tuh bisa daunnya tuh berhari-hari lama gitu mungkin bisa sepekan dua pekan baru bisa hilang merasa hancurnya tuh pakai banget ya Umayah kayak saya enggak berharga banget gitu saya kok kesehatan jadi merasa gak punya kemampuan apa-apa gitu, padahal tuh sebetulnya saya bisa gitu, tapi karena orang lain tidak menganggap, jadi saya betul-betul kayak aduh udahlah gitu saya jadinya tuh lebih cenderung jadi menarik diri gitu, daripada saya harus down terus gitu, ketika pengen up, down lagi, begitu Uma ya Allah, jadi berat ya karena ngikut ke rutinitasnya Uma Dwi yang lain, ya Allah ya Dan ngaruh, jadinya ngaruh ketika kita harus mengasuh anak-anak. Misalnya kita lagi down tuh jadi kayak, aduh gimana gitu. Jadi mengaruh ke semuanya gitu. Merasa bersalah, ya enggak enakan gitu. Jadi kayak mau nolak tuh gimana gitu. Jadi mencobanya itu kalau untuk anak-anak saya lebih misalnya anak saya tuh mau berkata tidak. Jadi saya memang ajarkan enggak apa-apa. Tidak bilang enggak, padahal diri saya sendiri bisa begitu. iya umadwi itu bisa noron ke anak-anak benar insyaallah tapi justru kita ngefound ke orang lain ya bukan ke keluarga inti kita jadi bisa jadi kita terlalu memikirkan komentar orang lain bisa jadi kita membiarkan Batasan yang umat tetapkan. Tidak harus kita menang ketika kita mengumpulkan pendapat kita. Kalau orang lain tidak suka tidak apa-apa. Tapi seperti inilah saya. Prioritaskan diri umat, suami umat, anak-anak umat. Boleh berkata tidak. Umat boleh berani. Tidak apa-apa jika orang lain kecewa. Karena faktanya sekarang aja, sekarang aja Uma Dwi, Uma udah berkorban banyak tapi juga gak dihargai. Sekarang aja Uma udah ngasih apa yang mereka inginkan. Uma juga gak muluk-muluk, kalau kamu mau iya saya oke. Tapi ternyata mereka juga gak mengapresiasi. Bahkan berani mengatakan hal-hal yang sebaliknya, berkata-kata buruk. dan mengucapkan label-label yang buruk kepada Umadwi. Kenapa? Karena Umadwi kita menghadapi manusia. Kalau kita berkorban banyak sama Allah, Allah balas dengan yang lebih baik. Tapi kalau kita berkorban banyak sama manusia, minta tolong, minta maaf. Nggak ada jaminan kalau kita akan mendapatkan balasan yang baik. Bisa dipahami? Bisa, Umar. Tapi jadinya menjadi orang yang tidak percaya diri. Kalau tidak percaya diri berarti butuh support system orang-orang yang percaya sama Umadwi. Apalagi Umadwi berangkat dari faun yang mungkin sudah lama ya dilakoni. Bukan baru-baru saja, istilahnya sudah tertumpuk lama bahasa stresnya. Jadi minderan, tidak percaya diri. Padahal insya Allah punya potensi. Maka carilah orang-orang yang berpikir positif dan bisa mendukung potensinya umat. Enggak harus bikin semua orang bahagia. Cukup perhatikan diri umat, suami, anak-anak. Dan untuk pekerjaan, silahkan lakoni sebagaimana apa yang umat duyakini. Kalaupun ada orang lain yang tidak suka. Bukan tugasnya Umadwi untuk membuat mereka suka. Kita tetap baik, tapi kita juga punya pendapat sendiri. Tidak apa-apa kalau kita dicelah. Inilah saya. Bismillah. Semangat ya Umadwi dan teman-teman lain yang punya bahasa stress found. Insya Allah. Syukran Uma dan Umahat lainnya. Nah, kita sudah menyelesaikan empat tipe bahasa stres dan cara penanganannya masing-masing. Sudah punya catatan, semoga insya Allah nanti kami akan berikan format baru, jadi teman-teman bisa mendeskripsi. beri teman-teman lagi bahasa stresnya seperti apa ya kita ke bahasa cinta bahasa cinta adalah perlakuan atau cara yang diinginkan oleh diri sendiri yang sesuai dengan kecenderungan atau kesukaan kita ternyata Antara satu dengan yang lain kita bisa saja punya bahasa cinta yang berbeda. Antara kita dan suami bisa saja kita juga punya bahasa cinta yang berbeda. Ada lima bahasa cinta. Suka dilayani, suka dirawat, suka dibantu. Namanya acts of service. Suka dipeluk, suka pegangan tangan, suka unyel-unyelan, suka... peluk-peluk namanya adalah physical touch suka mendengarkan kalimat-kalimat yang baik diapresiasi, dihargai secara verbal kalimat-kalimat yang mengandung hal-hal positif dan penuh cinta namanya words of affirmation Pengennya bersama-sama dengan suami. Pengennya bersama-sama dengan anak. Nggak melakukan apa-apa, nggak melakukan hal apapun juga boleh. Yang penting sama-sama. Suami main game, ngajakin istrinya di sampingnya. Istrinya nggak tahu bikin apa. Cuma liatin doang gamenya. Tapi ternyata itu adalah bahasa cinta suaminya. Quality time. Dia mau melihat istrinya ada di dalam. Walaupun tidak melakukan apa-apa. Cuma duduk tok. Melihatin suaminya main game. Itu adalah quality time. Yang terakhir, hadiah. Masya Allah. Kita suka tiba-tiba suami bawa pulang. Mama, ini martabak. Makasih Bapak. Kita suka diberi hadiah. Mama, ini bunga untuk Mama. Terima kasih sayang. Kita dapat bunga. di jalanan dari anak. Ternyata itu bahasa cinta kita. Bahasa cinta itu, teman-teman ummahat dan ukti, dia ada dua. Ada dua pilar, satu yang kita beri dan satu yang kita terima. Saya ulang, bahasa cinta itu diinterpretasikan atau didefinisikan dengan dua pilar. Bahasa cinta yang kita berikan kepada orang lain, kita nih yang memberikan bahasa cinta itu. Dan yang kedua, bahasa cinta yang pengen kita terima. Pengen orang lain melakukan itu ke kita. Bisa dipahami? Jadi bahasa cinta itu ada dua pilar, dua sisi. Satu menerima, eh memberi dulu ya. Satu memberi, kemudian satunya menerima. Ada lima bahasa, Uma. Ada lima bahasa cinta. Pilih tiga. Silahkan pilih tiga, tapi urutkan yang dominannya. Satu paling dominan, baru dua, baru tiga. Kita retas satu-satu ya. Kalau langsung connect, berarti itu. Nanti diperasakan dominannya yang mana. Yang pertama tadi pelayanan. Acts of service. Ada di sini istri yang suka sekali masak. Kita masak, capek-capek, pakai resep baru, lihat di Youtube, tahu-tahu suami pulang udah makan. Hah? Saya sudah makan. Kok kamu nggak bilang kalau kamu masak? Ya Allah, sakit hati. Ya Allah, merasa sangat tidak dicintai kita. Kenapa suami saya seperti ini? Tidak sayang, tidak pengerti. Pada hal dia tidak mengkomunikasikan bahasa cintanya. Kalau dia bahasa cintanya mau memberi pelayanan yang baik untuk suami. Suaminya nggak mudeng. Dikiranya masak ya sekedar masak. Ternyata itu bahasa cinta si istri. Itu dari segi memberi. Ada kasus lagi. Selalu manoko-noko. Manoko-noko apa ya? Mengomel. Selalu mengomel dengan, bukan sih mengomel ya, kayak mengucapkan kalimat-kalimat dengan lirik. Suami kok gitu nggak pernah bawa pulang makanan, nggak pernah dibeliin makanan. Saya kan mau dibeliin bakso, dibeliin cimol, dibeliin martabak. Tapi apa suami nggak perhatian, nggak pernah memberikan kebaikan. Keluarganya, untuk istrinya, saya kan mau dalam bentuk diberikan pelayanan, dibantu. Terus stres juga, saya mau suami membantu, saya pengen terahat sejenak, saya mau suami bisa lebih pengertian, jaga anak-anak, saya mau dirawat, saya mau juga merawat diri saya. Hai itu jadi ternyata bahasa cinta kita adalah kita mau dilayani kita mau dirawat dibantu kita merasa sangat dicintai kalau suami masak tiba-tiba suami yang masa Oh makasih Makasih Pak sudah masak Masya Allah jadi tinggal makan atau mungkin gak usah jauh-jauh jauh ya kalau Contoh makan, contoh mencuci aja. Tiba-tiba suami mencuci, menyapu, mengepel. Ya Allah enaknya ya, Masya Allah. Ada kan tipe suami seperti itu? Ternyata ada dan itu suami kita, Masya Allah. Kita akan merasa sangat dicintai. Eh, tahu tidak? Ternyata itu bukan bahasa cinta istrinya. Jadi ketika suaminya ngepel, suaminya menyapu, suaminya memasak, istrinya tidak merasa dicintai. Dia malah mengomel karena suaminya tidak pernah peluk dia, tidak pernah pegangan tangan, tidak pernah diulus-elus. Ternyata bahasa cinta istrinya adalah physical touch. Sedangkan suaminya bahasa cintanya adalah acts of service, tidak nyambung. Ya, ada gambaran umat, seru sekali ya. Justru kadang ya Allah karuniakan suami-suami yang bapak rumah tangga itu mungkin istri-istri yang bukan bahasa cintanya, act of service. Makanya benar-benar adil Dan kalaupun ada yang benar-benar nyambung Berarti Allah sudah bisa menakar bahwa keluarga itu punya rasa syukur yang tinggi Jadi dikasihnya juga sebagaimana bahasa cintanya Adakah di sini yang bahasa cintanya adalah Suka dilayani, suka dibantu, suka dirawat Dan benar-benar kita merasa tersentuh itu. Kita nggak hanya berterima kasih, tapi benar-benar nggak ada dalam pikiran kita untuk menyepelekan hal tersebut. Itulah bahasa cinta. Ada yang sukanya sentuhan. Pak, kok kalau kita jalan, papa nggak pernah sih pegang tangan mama? Pak, kok nggak pernah sih peluk? atau cium tangan, cium kening, pengen juga ternyata. Saya merasa tidak disayang. Loh kenapa? Karena setiap kali salin saya tidak dicium dahinya. Ya bilang dong. Nah, jadi kalau ada yang senang dengan sentuhan fisik dan merasa lebih disayang kalau mendapatkan sentuhan fisik, maka bahasa cintanya adalah physical touch. mau menerima perlakuan yang lembut dan sentuhan fisik. Kalau misalkan kita bahasa cintanya yang memberi, kita suka tuh, suami datang, kita peluk-peluk, kemudian kita gunting kukunya, kemudian kita pijit-pijit, itu kita yang suka. Karena ternyata bahasa cinta kita Untuk memberi, kita juga mau memberikan suami dengan sentuhan fisik yang lembut dan hangat. Suami capek, kita unyil-unyil kepalanya, dipijit kepalanya sampai tertidur. Suami ketiduran duluan, kita nggak masalah. Justru kita merasa cinta kita full karena bahasa cinta kita adalah physical touch. Ada di sini yang physical touch? Orang-orang yang physical touch bisa runyam kalau LDM. Musuh besarnya adalah LDM. Maka yang punya bahasa... Sini nak, sini. Oh, berak itu. Masya Allah. Berak itu. Iya, masya Allah. Berak. Jadi yang punya physical touch, padahal Allah karuniakan LDM, ya Allah beratnya. Semoga Allah berikan rahmat dan hidayah. Jadi mungkin bisa mengalami penerimaan yang besar dan bisa mengalami penyesuaian. Karena nggak bisa, nggak bisa itu kalau misalkan suami istri punya physical touch tapi kemudian berjauhan, bisa fatal. rumah tangganya, kemudian ada yang sukanya dibilangin terima kasih, udah capek-capek masak, nyapu rumah apa, tiba-tiba datangnya ngapain aja sih tadi ibu, kok anak-anak belum mandi, kok anak-anak kotor kamu kan tadi seharian di rumah bu, bikin apa sih di rumah Hai langsung tuh Astagfirullah suami saya sangat kejam suami saya tidak iya suami saya tidak baik suami saya tidak mencintai saya padahal ini suami pulang bawa tentengan bawa ekstrim tapi ternyata fisikal eh ternyata bahasa cinta kita bukan gift Bukan hadiah, bahasa cinta kita adalah word of affirmation. Kita itu cuma butuhnya, terima kasih sayang, kamu capek banget ya tadi di rumah. Ya Allah makasih ya, udah jaga anak-anak. Ya Allah makasih ya, udah beres-beres, rumahnya bersih. Kita pengennya ternyata cuma itu, word of affirmation. Salimat yang menyenangkan. yang bahkan kita capek banget dari tadi pagi, anak-anak tantrum, udah itu udah masak, udah itu udah beres-beres. dengan sepucuk kalimat yang mengapresiasi itu, ternyata bisa membuat kita berenergi. Karena kita maunya memang kalimat positif, apresiasi, dan penyemangat lewat kata-kata. Suka kayak gitu, Ma? Nah, kadang kita juga sukanya memberi ya, kalau kita punya... Bahasa cinta word of affirmation Kita juga suka gitu ke suami Misalkan Sayangku, cintaku Bapaknya anak-anakku Yang Allah sayangi Lagi ngapain Ngechat suami misalkan I love you papa Bilang ke suami Dia sukanya melumbar Kalimat-kalimat positif Ke suami juga, ke anak-anak juga Anak-anakku, kesayanganku semuanya Aaaaah Hai jadi bener-bener Masya Allah cintanya mengalir lewat kata-kata sedikit lagi hmm Insya Allah Ayah Iya, iya, iya Mama cek, mama cek darahnya Anaknya buah air besar Iya sebentar ya umpahat mohon izin dulu Baik Afwan kita lanjut sedikit lagi Nah ada yang bahasa cintanya adalah hadiah Gak harus hadiah yang besar Bahkan hadiah-hadiah yang kecil pun yang suami bawa itu udah langsung Yes Bikin cinta semakin besar Terakhir ada yang sukanya memiliki waktu bersama dengan keluarga. Jadi sukanya yang punya momen sama-sama. Walaupun mungkin tidak melakukan hal yang wah, tapi yang penting semua kumpul, semua kumpul, semua sama-sama, itu kita suka. Masya Allah. Apa itu ya? Jadi perhatikan bahwa bahasa cinta itu ada dua pilar. Ada ketika kita memberi dan ada ketika kita menerima. Oh bahasa kita. adalah gift atau hadiah maka ketika kita memberi kita suka memberikan orang hadiah bukan karena kita istilahnya punya kelebihan terus kita mau bagi-bagi ya bukan tapi intensi kita memang Masya Allah itu adalah bahasa cinta kita kemudian kita juga suka menerima walaupun hal-hal yang Kalau kebersamaan, kalau kita memberi itu kita suka datang ke undangannya teman-teman. Misalkan teman-teman mengundang, bikin acara kumpul-kumpul, ada playdate, itu kita suka datang ke sana. Karena kita memberikan waktu kita ke bersamaan kita. Nah, ini kunci dari bahasa cinta tersebut. Perhatikan, umah dan ahwad, bahasa cinta ini kadang-kadang tidak bisa kita dapatkan dari suami atau anak. Taruhlah kita berkonflik dan tidak setiap momen kita bahagia, tidak setiap hal juga kita bersama. Kadang-kadang kita harus bisa untuk menaikkan level cinta kita sendirian, sehingga kita bisa merasa berdaya dan kita bisa bahagia. Contohnya, bagi yang tipenya adalah act of service, maka kita bisa lakukan bersih-bersih. Ternyata kalau habis bersih-bersih, rasanya nyaman. Dan rasanya kita merasa berharga dan merasa dicintai. Kenapa? Karena ternyata bahasa cinta kita adalah bahasa pelayanan. Kita suka masak, suami pulang pun tidak makan, tidak apa-apa. Kita suka melayani, kita masak untuk anak-anak, untuk diri kita. Kemudian kita bisa delegasikan urusan kita, misalkan laundry. Kita laundrikan pakaian kita. Atau kita nge-go food, gak usah masak. Kita makan di restoran. Suka olahraga juga. Kita menyelesaikan tugas. Itu rasanya dicintai sekali. Karena ternyata bahasa cinta kita pelayanan. Atau kita melakukan perawatan kecantikan. Pergi terapi, facial. pergi pijat, masya Allah dilayani dengan sangat baik, sama terapisnya kita merasa berharga. Kalau di fisikam touch, maka silakan lakukan hal-hal yang berhubungan dengan sentuhan fisik. Jadi kita pijat, kita facial, kita spa, yoga, pakai selimut yang lembut. Kita berenang, kita relaksasi. Maka insya Allah, kadar stres kita turun, level bahagia dan cinta kita bisa naik. Yang punya bahasa cinta World Cup Affirmation, kita semangati diri sendiri, bikin jurnal, bicara depan cermin, bikin diari, berdayakan diri. terapi, ikut grup, ikut kelas online yang positif. Ada lagi yang bahasa cintanya quality time. Maka kita sempatkan untuk ikut playdate, ikut gajian, kumpul sama teman-teman, tapi tetap punya batasan. ada bunturisnya, jadi nggak kejatuh ke farm tadi. Kita punya hobi baru, kita jalan-jalan, kadang juga kita bisa off media sosial, kita relax, kita senggang untuk waktu diri kita sendiri saja. Terakhir hadiah, silahkan yang sudah dapat budget, cek keranjangnya di media marketplace, di ATC, di check out. Langsung deh terasa lebih bahagianya Berikan hadiah Ke anak-anak Surprise ke suami Liburan bareng Make up, baju baru Ataupun foto-foto Dan dokumentasi Bahkan cuci mata Lihat-lihat belanjaan juga masuk Seperti itu Umat Nah Masya Allah, tamarak Allah. Ini rame sekali chatnya. Saya belum baca. Masya Allah. Dari Uma Desriana tadi, kalau misalkan bahasa cinta kita adalah word of affirmation, tapi kadang-kadang suami beliau tipe yang kaku ya. Tidak tahu berkata apa-apa. Maka itu tadi Umades bisa cek langkah-langkah di sini, jadi Umades tidak merasa kesepian. Karena bahasa cinta suami juga selain word of affirmation bisa saja ada yang sama-sama kita. Itu enak ya. Jadi Umades bisa lakukan langkah-langkah self-treatment ya. Untuk menaikkan level cinta dan kebahagiaannya. Semakati diri sendiri, bikin jurnal-jurnal, bikin quotes-quotes. Untuk diri sendiri, kasih batasan, buat terapi ke diri sendiri. Jadi tidak harus suami memenuhi bahasa cinta kita. Siapa tahu memang... Allah gak karuniakan itu Tapi kita bisa bersyukur dengan karunia yang lain Karena kelebihan suami masih lebih banyak Walaupun mau dicoba silahkan diungkapkan Pak saya tuh merasa Kalau papa ngomong kayak gini Kayak dicintai sekali Pengen sekali-kali Diomongin pak Mama I love you gitu Boleh Jadi silahkan diungkap Tapi pun kalau suaminya belum bisa karena bukan tipe itu, tidak apa-apa. Kita tetap memuliakan beliau, menyayangi beliau, dan kita bisa mendapatkan kebutuhan cinta kita dari self-treatment tadi. Masya Allah. Seperti itu ya. Ini udah pada ketahuan ini ya, Masya Allah. Masya Allah. Jadi, teman-teman silahkan untuk mengungkapkan bahasa cintanya ke suami. Kalaupun suami bisa menerima dan bisa beradaptasi, alhamdulillah sekali. Tapi kalau tidak, tidak apa-apa ya. Teman-teman Umahat bisa lakukan hal-hal berikut yang tertampil di... layar kali ini oh ada yang bingung bahasa cintanya umu fatih mustami'ah saya semuanya ingin diberikan tapi tidak tahu yang mana yang suka, pasti ada yang lebih dominan umah, coba dipikirkan lagi lebih mendalam dengan contoh-contoh dan kejadian yang nyata ini ya yang tadi ya padahal suami rajin di rumah tapi karena Allah kita bahasa cintanya bukan pelayanan Umayu juga kayak gitu ya suami rajin, tapi bahasa cintanya Umayu adalah digomba-gomba word of affirmation sama dipeluk, physical touch Masya Allah, Umazul Viany juga seperti itu Masya Allah Mungkin ini jawaban dari kebingungan selama ini Kok kayak gak nyambung sama suami Padahal suami itu udah banyak bantu banget Tapi kok rasanya ada aja yang kurang Oh ternyata standar Bahasa cinta kita beda. Jadi udah ketahuan ya sekarang. Bahkan silahkan sebentar malam, yang suaminya udah pulang ke rumah, sebentar malam, silahkan diobrolkan sama suami. Pak, ini saya dapat. Teori bahasa cinta papa atau abi sukanya diapain? Maunya apa? Yang mana? Yang mana di sini yang suka? Oh, insya Allah. Seperti itu. Jadi, alih-alih kita menuntut, kita bicarakan saja. Kalaupun ternyata suami belum bisa, tidak apa-apa. Tidak apa-apa ya, kita tetap muliakan suami dan taat kepada beliau. Nah ternyata banyak yang LDM ya, semoga Allah memberikan karunianya. Yang LDM kemudian punya bahasa cinta quality time sama physical touch, emosinya akan benar-benar labil. Semoga Allah karuniakan penerimaan yang baik. Semoga bisa lekas teratasi ya. Karena dalam waktu LDM tersebut, bahasa cintanya tidak terpenuhi sama sekali. Jadi bagi yang tidak bisa mendapatkan kebutuhan bahasa cintanya dengan suami, silakan lakukan ini ya, self-treatment-nya. Nah bener ini kalau paling gak bisa LDR harus dikejar, suami kemana kita ikut. Dari Umu Fatih ya yang masih bingung tadi, kalau semua bahasa cinta ingin diterima, tapi... Tidak tahu yang mana yang suka diberikan ke orang lain. Itu bagaimana cara mengetahui bahasa cinta kita. Refleks ini umat Fatih ketika kita memberikan ke orang lain biasanya dalam bentuk refleks. Tiba-tiba kita ingat teman kita, Ih kayaknya saya mau ngasih dia baju atau jilbab ini Masya Allah dia pasti suka. Nah itu bahasa cinta kita. Refleks. Tiba-tiba anak, Lagi merasa gelisah, sedih, kita datang peluk, oh ternyata itu juga bagian dari bahasa cinta kita, physical touch. Jadi hal-hal yang termasuk refleks kita bisa jadi, itu adalah bahasa cinta kita yang dalam pilar memberi. Masya Allah, ini dari Umar Hati. Tak perlu emas permata, apresiasi yang utama. Ya berarti Umar Rati ini words of affirmation ya, kuat di situ. Nah dari Umar Nur Hidayah, dikasih uang tapi belum bahagia, saya aja umarnya dikasih uang. Kenapa? Bukan karena kita nggak bersyukur, udah benar. Tapi memang standar bahagia kita itu beda, beda hitsnya. Beda sasaran, salah target nih suami. Kita bukan gift, kita ternyata adalah, ah, umat nuridaya nggak nulis. Cuma bilang bukan itu yang dibutuh. Tapi memang kayak gitu ya, insya Allah. Saya adalah tipe yang sebenarnya suka gift umat. Saya gift. jadi saya biasa tembak suami Pak, saya mau dibelikan bubur. Belikan bubur dah pulang. Daripada suami pulang terus kita bermuka masam berharap suami belikan bubur. Tapi kan suami mana tahu kalau kita mau makan bubur. Jadi silahkan ungkapkan apa yang teman-teman rasakan kalau suami merespon dengan baik, alhamdulillah. Kalaupun tidak, ya tidak apa-apa. Maaf ya, Ma. Iya. Saya sudah baca WA-nya tadi, mau buburkannya, tapi minta maaf, nggak bisa beli hari ini. Tiba-tiba lusa ada buburnya, padahal saya sudah nggak minta. Insya Allah suami ingat, Umar. Ini Umar Nurul Ekawati, sayangnya cuek. Eh, suami manja. Berarti dia bisa aja physical touch, Umar. Selalu mau ikut kemana-mana. Oh, berarti quality time. Kalau jarang harus pegang tangan. Physical touch ini, Masya Allah. Nah, kata Uma Fika benar. Sambut, sayang. Sambut. Karena bahaya ya minta tolong. Saya bisa keras ke Uma. Karena kita sama-sama sebagai istri. Kalau suami yang nggak bisa kayak gitu, nggak masalah. Karena kita nggak bisa menuntut. Tapi sama istri, suaminya minta physical touch, minta tolong. Kalau suami minta, sambut. Mau pegang tangan, yaudah ambil tangan. Kasih tangan kita. Jangan sampai tangan orang lain dipegang. Ayo. Makanya ketika persepsi dari suami ke kita, itu beda dari persepsi kita ke suami. Minta tolong, ini saya minta tolong benar-benar rumah. Jika ternyata bahasa cinta suami berbeda dengan kita, maka kita yang harus taat dan berikan bahasa cintanya. Jadi kalau suami pengen ikut kemana-mana, pengen nganterin kemana-mana, padahal kita males, aduh diantarin lagi sama suami, aduh jangan saya mau sendiri. Jangan umah, sambut. Alhamdulillah suami mau nganterin. Alhamdulillah suami mau ikut kemana-mana. Nggak keluyuran, nggak main-main di warga. pop, hingga main sama teman-temannya itu luar biasa, makanya sambut, seperti itu ya tapi kalau kita ke suami, minta tolong ini ditahan ya tahannya adalah dengan cara insya Allah kita bisa memenuhi kebutuhan tersebut secara mandiri, gak harus dengan cara Menuntut suami. Ya, viaya bisa dipenuhi sendiri. Kalaupun suami tidak bisa melakukannya. Jangan menuntut. Tapi kalau suami yang minta, saya akan menuntut umat untuk melakukan hal tersebut. Seperti itu. Curang dong. Ya, seperti itulah. Insya Allah, kita adalah wanita cerdas, istri soleha, yang ingin mempertahankan kesyukuran kita kepada Allah dengan memuliakan suami. Didengarkan cerita, betul bisa jadi quality time, kita mau bercerita, Masya Allah. Atau bisa jadi word of affirmation, ufah. Karena kita mau mengobrol yang lama. Dari Umarina, sebenarnya saya bahasa cintanya egg of a service. tapi justru kesulitan untuk delegasikan tugas ke orang lain. Turunkan ekspektasi, Uma, menerima standar orang lain. Dan coba berikan keluluasaan kepada diri Uma. Tidak apa-apa. Baik, seperti itu ya, Umahat, Kadarullah. Anda sudah tidak kondusif lagi. Terima kasih. Alhamdulillah, kita akhiri dulu perbincangan kita yang cukup alat sebenarnya. Sudah kadung. Hai anaknya ngantuk saya mohon izin kita ketemu lagi di WhatsApp di WhatsApp Insyaallah boleh silakan tanya-tanya ya kita akhiri perjumpaan kita pada sore hari ini sama-sama istighfar Astagfirullah astagfirullah astagfirullah subhanakallahumma wabihambi ashadu ala ilahi lanta astagfiruka wa atubu ilaihi wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh namasku dadah iya nak