Assalamualaikum, selamat sore. Bisa kita mulai ya? Bisa pak. Baik, kita mulai.
Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh. Selamat sore. Kita akan bahas satu tema, yaitu Suara saya kedengeran? Kedengeran.
Suara kedengeran ya? Jelas, Pak. Tema yang akan saya bawa adalah tentang bagaimana mengolah nyeri pada pasien-pasien paliatif atau pasien terminal.
mungkin sudah banyak disampaikan tentang konsep paliatif kalau konsep paliatif saya kira sudah ada yang menyampaikan jadi saya tidak perlu banyak nanti membahas tentang paliatif itu sendiri ya apa itu paliatif saya kira sudah diberi bagaimana intinya adalah paliatif adalah untuk mengurangi penderitaan atau mengurangi derajat keparahan Prinsipnya adalah bagaimana mengurangi penderitaan misalnya nyeri dari suatu penyakit atau tanpa ada target untuk menyembuhkan. Kalau paliatif itu begitu. Without curing, intinya begitu ya. Tiga tujuannya adalah treat, prevent, or relieve.
Itu saja. Tapi selalu mencegah maupun mengurangi. Dari sepakan terapi definitif atau untuk. kuratif ke paliatif sehingga kalau bicara tentang palliative care kita bicara tentang kualitas hidup sehingga ini menjadi pertimbangan kita untuk berpikir saat kita mengolah nyeri nanti adalah bagaimana tujuannya adalah untuk meningkatkan kualitas hidup dan keluarga juga bisa terlibat aktif agar kualitas hidupnya meningkat Saya tidak bahas ini.
Goalnya adalah maintain quality of life dan avoid prolongation of dying. Goal dari care yang akan kita kerjakan. Jadi terapi-terapi termasuk terapi nyeri juga nanti manajemen nyeri adalah bagaimana meningkatkan atau mempertahankan kualitas hidup yang saat ini ada.
Recording stopped. Jangan sampai dia makin turun. Tetapi tidak.
melakukan prolongation atau mempertahankan atau berusaha menahan proses dying. Kira-kira begitu. Ini beberapa konsepnya, dia bersifat multidisciplinary, biasanya menawarkan simultan dengan tenaga kesehatan yang lain, sinergis. Dan ini semua merupakan terapi atau palliative care yang biasanya dikerjakan.
Konsepnya adalah konsep kuratif versus paliatif. Kalau di dalam paliatif, biasanya semakin besar paliatifnya, maka sebenarnya kuratifnya makin sedikit. Begitu juga begitu.
Ketika kuratifnya awal besar, tetapi tidak lagi kemudian mendapatkan hasil yang baik, maka paliatif care menjadi yang lebih dominan. Ini kira-kira konsepnya. Continuum of care modelnya begini. Saat di awal-awal cancer maka kuratif care yang dominan.
Paliatifnya sudah mulai ada, nggak boleh nggak ada. Tapi porsinya sedikit. Semakin lama ketika metastase, ketika fase-fase makin meningkat, maka kuratifnya menjadi lebih kecil.
Dengan paliatifnya yang lebih dominan. Bahkan kemudian bicara tentang paliatif sampai bagaimana bereformannya, bagaimana konsep meninggalnya dan sebagainya. bagaimana dia menampaknya dying with peace meninggal dengan damai atau bernamai dengan Tuhan ya, ya itu yang penting Nursing role operative care itu biasanya perannya adalah di aspek ini, relief for physical symptoms, mengurangi, achieving quality of life.
Ini kira-kira nursing role-nya begini, peran perawatannya begini, maintaining an independent patient. Jadi bagaimana mempertahankan dalam kemandirian, kalau bisa, bisa dikerjakan, kalau mandi bisa sendiri, tanpa rasa sakit. Kalau terpaksa nggak bisa, ya perlu ditamping. Tapi kalau bisa, jauh lebih bagus. Mental dibangun, keterlibatan, fase di mana dia merawat membutuhkan perempuan.
Sampai yang terakhir, dia pengen dying at home. Maka kemudian biasanya kalau bicara tentang kvaliatif, biasanya tentang perawatan di rumah nantinya. Tetapi yang nomor satu adalah freedom of opinion.
Bagaimana dia berdamai dengan Tuhannya. Bagaimana dia berharap ada kehadiran keluarga. Bagaimana mentalnya siap menghadapi proses yang dalam kehidupan ini.
Karena kita harus tahu, gak sadar. Bahwa kematian adalah suatu percayaan. Tapi yang paling penting adalah bagaimana dia merasa hidupnya ini bermanfaat. Apa yang bisa dikerjakan, apa yang belum dikerjakan, dan apa yang ingin dikerjakan. Jadi kita bisa mengawalnya kalau bisa begitu.
Nah bicara tentang pain, orang yang menderita paliatif, pain adalah sesuatu yang sangat-sangat menderita. Sangat-sangat sakring. Penderitaannya luar biasa dari suatu konsep aliatif, dari suatu pelawan operatif, satu goal yang agak berat dan memang sulit adalah penderitaan pasien menghadapi rasa sakit. Bahkan kadang-kadang pasien minta, saya ingin meninggal daripada rasa sakitnya.
Kira-kira ini yang harus dibangun oleh kita dan harus disadari. Jadi jangan sampai kita menganggap bahwa pasien itu disparate dan tidak perlu bantuan lagi. Justru kita harus hadir. perawat, dokter harus hadir membuat mental health-nya meningkat. Bicara tentang apa itu definisi adalah pengalaman yang tidak menyenangkan secara emosional maupun secara rasa, sensorik, yang berhubungan atau menyerupai adanya kerusakan jaringan yang nyata maupun kira-kira definisinya ini.
Jadi kalau ada kerusakan jaringan nyata atau menyerupai kerusakan jaringan yang nyata, maka dia masuk definisi jaringan. Dan pain merupakan the fifth vital sign. Kita semua tahu ya, bahkan saya kira ini bagian dari TTV yang dikerjakan oleh perawat di rumah sakit atau di pasir teras kesehatan. Selain empat ada nadi sebagai TTV, sekarang pain is the fifth vital sign.
Kita harus tahu, bicara tentang pain, kita harus tahu tipe nyeri. Karena kita akan berhadapan dengan approach treatment yang akan kita lakukan. Menurut Morris, Wayne Morris dari Essential Pain Management, beliau menyatakan bahwa nyeri itu dibagi menjadi tiga tipe. Ada akut, kronik, dan cancer.
Berdasarkan treatment approach-nya. Ada nyeri akut, yaitu nyeri yang baru. Kurang dari 1 bulan misalnya.
Kalau kronik, nyeri yang sudah berlangsung lama, lebih dari 3 bulan, lebih dari 6 bulan itu kronik. Sedangkan penyebabnya adalah cancer atau non-cancer. Jadi kalau ada penyebabnya ini karena cancer atau karena non-cancer.
Paliatif juga begitu, ini karena cancer atau non-cancer. Akut atau kronik. Nanti kita akan bahas bagaimana kita melakukan diagnosis sederhana ketika berhadapan dengan pasien-pasien paliatif. Bicara tentang cancer pain merupakan satu fakta yang akan dihadapi sebagian besar paliatif. Ini banyak kasus ini sebenarnya, di aspek cancer.
Lebih dari 30% ini terjadi pada seluruh tipe cancer yang dihadapi oleh manusia. Cukup tinggi 30%, jadi kira-kira berapa? Satu dari tiga pasien cancer pasti nyeri.
dan 90%-nya menghadapi severe pain atau nyeri yang hebat. Hai dari 90% itu 50% tidak terobati berarti tidak tertata secara baik 50% more than 50% dan nggak terobati rasa nyeri ini. Ini beberapa fakta.
Tadi juga sama, jadi mortality juga cukup tinggi, cancer pin menempati hampir 90%, kasus cancer yang kemudian mengalami nyeri. Ini simptom dari advance cancer, kalau sudah advance cancernya. yang baru dia ya kondak yang menghadapi hidupan malas lagi yang lebih lalu pen ini mulai dari awal sampai akhir menempati tiga besar dari kebutuhan pasien-pasien kreatif yang cancer sama ini juga nah bicara tentang cancer pen cancer pen adalah total pen karena pasti melibatkan fisik kial pasti melibatkan spiritual.
Maka tata kelolaannya juga begitu. Fisiknya diobati, psikisnya diobati, nggak cukup spiritualnya juga dan sosialnya juga. Makanya cancer pain disebut cancer pain is total pain.
Apa yang diterapi? Fisiknya, psikisnya, sosial, spiritual. Ini peran-peran teman-teman keperawatan ini sangat besar.
Pengampingannya di aspek sosial dan spiritual, ini mendepati tempat yang porsinya besar juga. Bahkan mungkin kadang-kadang lebih besar di awal-awal. Menguatkan pasien, memberikan sugesti, memberikan keyakinan dan meyakinkan bahwa ketika terlihat langsung sebagai penyakit kanker, bukan akhir dari kehidupan. Tapi justru lebih aware terhadap sisa waktu kehidupan kita.
Kalau kita-kita yang sehat mungkin belum terdiagnosa, ya dia hidup mungkin lalai. Dia nggak tahu kapan dia akan berhadapan dengan kematian. Kadang-kadang kita ini lalai juga. Tapi kalau ada sakit baru kita, apalagi terdiagnosa kanker, maka awareness dia terhadap meaningful of life-nya jauh lebih besar.
Mungkin di situ dia akan bisa ber... Apa istilahnya ya? Kalau orang yang beriman, ya dia bisa bertobat.
Lalu kemudian bisa ber... berdekatan ya, berpeserahan dengan kira-kira begitu sampai kemudian ajal. Ya maka peran-peran spiritual, peran-peran seksual ini penting. Jangan sampai pasien menderita. Kalau udah kesakitan, saya beberapa kali ketemu pasien ya, menderita kesakitan dia diobati fisiknya, diobati psikologikanya, tapi karena dia sakit, tetap sakit, maka spiritualnya menjadi lemah.
Saya udah jangan dikasih tahu tentang sholat. Tentang berpikir gak usah dok Saya ini sekarang menderita sekali Itu saya termasuk Yang agak bersedih Kalau misalkan ada pasien yang sakit Begitu ketika misalkan sudah diminis baik Painnya dikelola dengan baik Dia sudah bisa Mengontrol kecemasannya Karena sakitnya bisa berkurang Maka setelah kita ingatkan Dia ingat lagi oh iya dok kemarin saya hilang Karena suapitnya luar biasa Maka peran-peran itu penting yang harus kita ingatkan jangan sampai pasien bagi saya ya atau bagi kita yang punya iman jangan sampai dia lepas dari aspek spiritualnya, jangan sampai dia lupa terhadap Tuhan ya sayang kalau misalkan kehidupannya dia di akhir-akhir justru dia lepas dari aspek spiritualnya nah ini yang kira-kira menjadi peran penting kita jadi damai dengan Tuhan ya dan kalau bisa memang terus punya keimanan sampai akhir hayatnya Pain menempati tempat yang sangat penting di aspek ini. Saya dengan Bu Edah ya, sekarang sedang membangun, baru ya membangun klinik pain entaliatif di Malang. Itu ada beberapa pasien yang ditarawat di rumah sampai kemudian meninggal.
Kita dampingi bahkan kemudian sampai opioid piece ya, pakai syring pump, pakai epidural, pakai apa namanya. pentanil siring, morfin, dan sebagainya yang penting pastinya tidak sakitan dan damai sampai akhir hayatnya. Ini penting karena dia masih ingat Tuhannya saat itu dan keluarga juga melihat tidak terlalu menderita saat di akhir-akhir hidupnya. Ini kira-kira nanti kita bisa berkolaborasi buat rawat-rawat yang memang punya konsentrasi aspek paliatif mau bergabung ya saya.
Pembuka siapa saja yang mau bergabung. Terima kasih. Kira-kira ini yang perlu saya sampaikan tentang potensi paliatif.
care buat buat kita semua ya buat anak-anak sehat dan perawat karena itu saat ini belum di mungkin ada teman-teman perawat di perawatan home care tapi saya kira kalau sampai ke Hai Oke lebih-lebih sinar kandidat intervensi dan bagaimana segeri yang advance ya dikawal oleh perawat di advise atau di dampingi oleh dokter yang ahli di bidang ngeri itu belum ada saya pikir, bahkan saya lihat di Indonesia juga belum ada kita coba di Malang mudah-mudahan bisa menolong dan mudah-mudahan juga klien untuk masuk di dunia ini masuk di aspek jeruk yang sangat ditinggal atau karena mungkin tidak ada kakar BGSnya, memang menjadi persoalan buat kita. Tapi kalau kita mungkin ada jiwa sosial, keilmuan kita yang kita miliki ini, kita bisa memanfaatkan sebaik-baiknya buat pasien-pasien. Ini kalau bisa akan cancer pain, kenapa disebut total pain atau mixed pain? Karena dia akut, ada akutnya. Jadi selnya selalu bertumbuh.
sel ganasnya itu, pasti ada peristiwa inflamasinya karena sudah lama, kadang-kadang lebih dari 3 bulan, dia juga ada kroniknya, maka kadang-kadang disebut akut on kronik cancer pain ini, gak bisa murni sebagai sebuah akut, gak bisa juga disebut kronik dia akut and kronik, ada akutnya terus, ada kroniknya juga ada nociceptifnya juga nociceptif itu artinya ngeri karena sesuatu yang merusak, aktual maksudnya ada benjolan, ada inflamasi, ada kerusakan jaringan, itu nociceptif. Kalau neuropatik ini serabut sarapnya yang mengalami gangguan. Jadi juga ada neuropatiknya.
Ada bahkan psychological painnya. Jadi campur nih semuanya, ada. Ada akut, ada kronik, ada nociceptif, ada neuropatik, ada psychological pain. Karena itu disebutnya mixed pain of total pain.
Bagaimana kita melakukan assessment? Ini penting. Melakukan assessment ini... Penting karena kita akan berhadapan dengan apa pilihan-pilihan terapi buat pasien-pasien yang nyeri itu.
Jangan sampai pasien itu karena ingin mendapatkan pertolongan, kalau orang sudah cemas karena sakitnya, maka dia tidak lagi rasional ketika ditanya misalnya, ini kira-kira skor nyerinya berapa? 0-10, 0 tidak sakit, 1-3 ringan, 4-6 moderat atau sedang, 7 ke atas, 7, waduh saya 9 dokter. Saya 10 dok, kira-kira begitu Kalau kita langsung percaya, lalu kemudian Tidak menjelaskan secara baik, maka Obatnya lagi over nanti Obatnya langsung strong opioid, morphine Centanil dan sebagainya Tapi perlu dijelaskan, yang disebut dengan sakit Yang banget ini, 7-10 ini Seperti apa? Sakitnya kira-kira Sampai pingsan kah, Ibu?
Pak? Sakitnya sampai tidak tertahankan Ibu, sampai menjerit Dan kemudian Menangis gitu, sampai Wah, enggak sih. Itu kira-kira sampai begitu. Bahkan kadang-kadang perlu dijelaskan.
Sakitnya seperti apa, itu perlu dijelaskan. Sehingga nanti dia akan sadar bahwa mungkin skornya tidak. Bukan 9-10, tapi mungkin 5-6. Kira-kira begitu. Ini penting ya.
Jadi kita pastikan, ditanya pastinya. Yang mana lagi yang sakit itu? Sakitnya seperti apa?
Kalau memang betul, saya nggak bisa tidur. Susah sekali, bisa sewakit sekali sampai bergerak. Bisa ya, berarti memang tinggi. Maka harus kita akui bahwa memang sedang tinggi. Ini alur nyerinya.
Kalau alur nyeri itu biasanya ketika ada awal, misalkan terjadi kerusakan jaringan, karena kanker atau kena apa ya, maka disebut transduksi. Lalu dibawa oleh serabut syarab, di dalam jubur kita namanya transmisi atau konduksi. Di dalam medula spinalis, Sumsum tulang belakang namanya modulasi.
Dan sampai di otak namanya persepsi. Oleh karena itu, keempat mekanisme ini, empat mekanisme transduksi, transmisi, modulasi, dan persepsi, Anda harus pahami. Transduksi itu adalah satu kerusakan jaringan, di mana kerusakan jaringan itu akan mengeluarkan chemical mediator, kak Glandin dan kawan-kawannya. Dia akan menstimulasi ujung-ujung syarab. Lalu ujung syarab menangkap pesan itu, dibawa pesannya, serabu syarab ini, ke sum-sum pulau belakang.
Lalu dia mengalami modulasi. Modulasinya bisa modulasi eksitasi, bisa modulasi inhibisi. Apa maksudnya modulasi eksitasi, modulasi inhibisi?
Kadang pasien, Anda bisa lihat sebagai perawat ya, kalau disuntik atau dipasang infus misalnya, kenapa kok respon pasien berbeda-beda? Ada yang nangis, ada yang teriak, ada yang menjerit, ada yang biasa saja. Sebenarnya kuncinya ada di modulasi. Jadi modulasi ini adalah pertemuan antara... spek yang bisa meningkatkan rasa sakit atau bisa menurunkan rasa sakit.
Kenapa? Karena di dalam medula spinalis ini ada kelompok hormon, dua kelompok hormon yang sekali mempengaruhi, yaitu kelompok hormon adrenalin, noradrenalin. Dia merupakan kelompok hormon kecemasan. Ada kelompok hormon enkepalin endorfin, di mana dia kelompok hormonnya akan meningkatkan rasa nyaman, mengurangi rasa sakit.
Endorfin artinya endogenous morphine. Di dalam tubuh kita ini ada enam endomorphin, disebut endorfin. Kalau kadar endorfin enkepalinnya dipertahankan terus tinggi, maka adrenalin noradrenalinnya tidak terlalu meningkat. hebat sehingga rasa sakitnya enkephalin endorfinnya bagus, diapnofil enkephalinnya akan tinggi dan itu akan mempengaruhi stimulus nyeri yang dihadapinya enkephalin maka rasa sakitnya jauh lebih tinggi daripada apa yang dirasakan pada orang yang normal jadi orang yang cemas, orang yang takut orang yang punya pikiran-pikiran negatif ketika menghadapi stimulus nyeri respon dia saat dia menyampaikan persepsinya aduh sakit sekali, sakit kira-kira begitu, bahkan sampai bilang teriak-teriak, bahkan sampai bilang sakitnya tidak tertahankan ini di aspek modulasi maka modulasi harus dimainkan secara, apa istilahnya serius oleh teman-teman semua, kita semua bagaimana aspek non-farmakologinya distraksinya, relaksasinya ya, lalu kemudian apa lagi yang bisa dikerjakan oleh perawat, spiritual approach dan sebagainya. Ini saya kira bisa memainkan aspek modulasi.
Kalau kita disakiti atau kena cubit, dicubit sama orang yang dicintai sama yang dibenci, pasti rasanya beda juga. Ini aspek modulasinya. Jadi kalau orang yang dibenci, jangan kena cubit.
Kena sentuh saja bilang sakit. Karena kalau orang yang dicintai, ya... Walaupun sakit, tetapi mungkin rasanya, persepsinya akan jauh berbeda.
Ini aspek modulasi. Ada pasien yang banyak datang ke terang kesehatan, ke dokter A, tidak banyak datang ke dokter B. Kenapa kok bapak ibu suka ke dokter A?
Padahal kan obatnya sama aja. Ya nggak tahu dok, saya kalau ketemu dokter A, baru ketemu beliau, belum tes obat, rasanya sudah sembuh. Kenapa?
Nggak tahu rasanya kok saya sudah enak. Di situlah mungkin pasien banjir endorfin, banjir enkepalin. sehingga rasa sakit yang tadinya ditasakan mungkin bisa berkurang.
Maka memainkan peran meningkatkan modulasi menjadi sesuatu yang sangat penting buat kita sebagai teknologi kesehatan saat menghadapi pasien-pasien paliatif. Karena orang-orang paliatif itu tidak akan mati, jadi yang bentar lagi mau mati, bentar lagi saya akan... tinggal, sebentar lagi saya tidak akan bermanfaat buat kehidupan sebentar lagi saya akan ditinggal oleh keluarga saya saya akan tinggal oleh anak istri saya, saya akan ditinggal oleh suami saya dan sebagainya, kira-kira kecerdasan negatif itu harus kita kuatkan agar modulasi pasiennya meningkat, prinsipnya adalah treatmentnya adalah yang pertama adalah non-drug treatmentnya, jadi kita sebagai tenaga kesehatan secara prinsip ada dua tatal asal ini yang pertama berpikirlah tuh sudah terbiasa kita pikir nondraktif Care yang lain yang baik, safe treatment misalkan, kalau pernah dengar istilah safe gitu ya, spiritual apa namanya itu, untuk meningkatkan spek spiritualnya sehingga pasien akan kehilangan sensitivitas terhadapnya.
Orang yang punya keyakinan terhadap Tuhannya, maka rasa sakit itu bisa kurang. Kalau misalkan para sahabat Rasulullah misalnya ya, saat keperangan kena tombak, kenapa kok. puluhan anak panah tidak menyebabkan beliau-beliau itu rapuh, jatuh dan tetap berperang.
Atau tentara yang berperang, tembakan, tetap berusaha berperang karena keyakinan terhadap kebenaran yang dia yakini itu menyebabkan kekuatan yang luar biasa. Aspek modulasinya sangat tinggi dan akhirnya endorphin dan kevalin dalam tubuhnya banjir. Sama seperti ibu yang baru melahirkan. saat partus perpagi 6, melihat bayinya bugar, rasa sakit di jalan lahirnya bekas episiotomi misalnya, itu hampir-hampir dia tidak rasakan. Kenapa?
Karena rasa bahagia yang luar biasa saat menerima bayi yang dia harap-harapkan dengan bugar AS-nya 910 atau 79. Kadang-kadang rasa sakit yang lain dia tidak rasakan, walaupun awalnya dia mungkin teriak-teriak saat susah melahirkan. Jadi, Bagaimana kita harus melahirkan non-drug treatment di pikiran kita dalam tatak lelah diri untuk pasien-pasien. Paliatif ini menjadi sesuatu yang kita... Ada yang bocor nih.
Ada yang bocor nih. Oke, lanjutkan. Baru setelah non-drug treatmentnya bisa kita pikirkan, bisa kita kelola, lalu selanjutnya baru kita berpikir drug treatmentnya. Nah, drug treatment ini ada caranya.
Kita pakai WHO pen-leader namanya. Jadi ada lima prinsip, saya nggak ditulis di sini ya. Silahkan dicatat. Yang pertama, memberikan analgesik harus sesuai dengan leadernya, kayak ada ladder. Leder ini, leder.
Step 1, step 2, step 3, kira-kira begitu. Step 4 ini belum di-approve, tapi yang ada adalah step 1, step 2, step 3. Step 1 ini kalau nyerinya nyeri ringan. Step 2 nyerinya nyeri moderate atau sedang.
Step 3 adalah nyerinya nyeri hebat. Jadi kalau pasiennya dalam keadaan nyeri hebat, ya memang pilihannya strong opioid, ditambah obat-obatan yang lain, seperti parastamol atau LHID. Kalau yang ringan, yang non-opioid seperti analgesic, NSID, dan parastamol, dan sebagainya.
Yang pertama adalah by the letter. Yang kedua adalah by the mood. By the mood artinya kalau bisa oral. Jangan sampai pakai injeksi, jangan sampai pakai infus, jangan sampai pakai epidural apalagi.
Kalau bisa, itu terakhir. Jadi by the oral. By the letter, by oral.
Yang ketiga adalah by the clock. Memberikan analgesic, karena untuk pasien-pasien nyeri, harus diperhatikan adalah by the clock. Apa yang berarti dengan my.blog harus sesuai jamnya Misal, penggunaan paras tamol Durasinya kan kita tahu paras tamol itu 4-6 jam Maka pemberiannya sekurang-kurangnya adalah 4 hari satu Hai demi tapi gumi misi Amel komik Amel Amel di of mic Amel Terima kasih ya ya ketika bisa berani ketika bisa berani ketika bisa berani ketika bisa berani ketika bisa berani ketika bisa berani ketika bisa berani ketika bisa berani ketika bisa berani ketika bisa berani ketika bisa berani ketika bisa berani ketika bisa berani ketika bisa berani ketika bisa berani jam 1 siang, jam 7 malam, jam 1 dini hari. Itu maksudnya pemberian algesik by the clock. Kalau 3 kali, obat misalkan dikasih asam mefenamat, misalkan yang paling biasa, ditulis jam 3.1.
Karena pasien kalau minum 3.1, minumnya yang ringan. Minumnya menurut pasien, habis sarapan jam 7, habis makan siang jam 12, habis makan malam jam, habis maghrib misalnya habis makan malamnya. Maka jam 6 sampai jam 7 pagi, itu windows terapi dari obatnya hilang.
Jadi wajar kalau pasien bilang dok saya atau mas atau mbak atau sos atau siapa manggil, ini saya kalau malam kok sakitnya luar biasa ya. Sedangkan kalau siang sih udah oke gitu, tapi kalau malam saya sakit luar biasa. Kenapa?
Saat malam, indostratinya hilang. Dia nggak minum sesuai jamnya. Mestinya, kalau dia minum 3 kali dalam sehari, harus diperhatikan setiap 8 jam. Harus dihitung.
Oh, dia minum pagi jam 7. Minum obat yang berikutnya 8 jam kemudian jam 15, jam 3 sore. Minum berikutnya lagi jam 23 malam. Harus begitu minum analgesik. Jadi, harus berdasarkan clock-nya, berdasarkan jamnya.
Jadi, kalau memberikan analgesik, lihat dia durasinya berapa lama obat ini. Atom FNAMAT, Natrium Diclofenac, Parastamol, berapa durasinya paling lama? Maka pemberiannya adalah harus by the clock sesuai durasi. Yang keempat adalah by the individual. Setiap ada keluhan nyeri, sangat individualistik.
Yang nyeri karena luka misalnya, itu orang ada yang sampai nangis, ada yang biasa saja. Tadi ya, sangat individual. Cancer, saya mama, kemarin dikasih asap. Parsamol sama ini cukup, kenapa yang ini?
Enggak, ini berarti pasiennya lebay Enggak boleh begitu, jadi harus By the individual Beda-beda setiap orang responnya, karena persepsi tadi Persepsinya berbeda-beda terhadap Dan yang keempat, attention to detail Yang kelima adalah attention to detail Jadi kalau ada pasien nyeri Harus perhatikan detailnya Oh orang sakit, nyeri tapi dengan Gangguan pelambung, maka jangan dikasih Obat-obatan NSID yang Nggak usah melambung, kayak golongannya Ya Ketorolak, begitu, ya jangan dikasih Karena akan menambah rasa sakit Di mulut hatinya Kalau udah gangguan ginjal, jangan sampai dikasih analgesik Yang nephrotoksik Kita harus Attention to detail, kalau sudah ada Gangguan liver, jangan dikasih, parastamol terlalu banyak Lebih dari 4 gram sehari, karena Makin hepatotoksik, kira-kira begitu Sehingga 5 prinsip mengeri analgesik ini Kita bisa paham Ini yang perlu teman-teman Atau teman-teman perawat perlu Jadi kalau ada dokter yang kadang-kadang memberi obat, cuma ditulis 3x1, 2x1, tolong tanyakan dok, ini jamnya jam berapa, karena pasien harus sesuai jamnya. Kalau diberikan 2x1 ya, harus dipastikan tiap 12 jam. Dia minum jam 8 pagi, minum lagi jam 8 malam, jangan 2 kali pagi sore, nggak begitu, harus sesuai jamnya. Kira-kira ini beberapa hal yang perlu kita...
Sampaikan non-drug treatment yang mungkin perlu diketahui seperti physical treatment, nursing care, kemoterapi, radioterapi, neurolytic agent, radiofrequency surgery. Jadi ini bagian dari non-drug treatmentnya. Kalau orang datang dengan patah, non-drug treatmentnya apa?
Ya dioperasi, pasang gips, direposisi, dan kira-kira begitu. Itu namanya non-drugnya. Baru berpikir drugnya.
Ini contoh-contohnya. Ini drugnya, kira-kira obat-obatnya cuma ini aja. Opioid dan sebagainya.
Panduannya begini ya, sebagai panduan terapi. Kalau nyeri-nyeri ringan, tadi sudah saya sampaikan, non-opioid. Non-opioid itu artinya apartamol, NHID.
Kalau nyeri sedang, moderate pain, itu perlu dilatihkan opioid, tapi opioid yang ringan, kayak podiin, tramadol. Kalau yang severe pain, perlu strong opioid, morphine, fentanyl. Ini kira-kira panduan terapi.
Ini phrase-nya tadi saya sudah... sampaikan ada ternyata ya. By the mood, by the clock, by the ladder, individualized, and attention to detail. Ini konsepnya.
Jadi bagaimana kita melakukan tata kelola? Yang paling penting pertama adalah assessment. Lalu memulai dengan appropriate level.
Terkait dengan pengelolaan nyeri pada pasien paliatif. Sekarang sedang dikembangkan obat lama, tetapi juga sering membantu untuk pasien-pasien terminal, yaitu ketamin. Ini masih sangat bergantung pada dokter anestesi.