Transcript for:
Pertanian Padi Modern di Jepang

Hei hop hop gengs! Kayaknya kita gak ada abis-abisnya nih buat ngebahas Jepang ya. Nah tau gak sih kalau negeri matahari terbit yang satu ini merupakan salah satu produsen menakjubkan di sektor pertanian utamanya padi. Bayangin aja Jepang tuh ya. bisa menghasilkan 7 ton padi dalam 1 hektare lahan.

Kalau dibandingin sama Indonesia, kita cuma bisa menghasilkan 5,7 ton dalam 1 hektare lahan. Jadi masih jauh. Apalagi di Jepang, penggunaan manusia sebagai pekerja lahan sudah berjaya.

sudah banyak dihilangkan dan kebanyakan menggunakan teknologi modern seperti berikut. Untuk tahap pertama dalam proses budidaya padi modern di Jepang, yang dilakukan adalah penaburan benih. Pertama, benih yang akan ditabur diperiksa dulu standarnya oleh pihak quality control. Benih ini dipastikan kering sempurna dan juga tidak rusak atau mengelupas pada bagian luar. Kalau sudah dicek dan aman, maka benih akan ditabur.

akan mulai ditaburkan menggunakan mesin. Satu pekerja akan memasukkan wadah tumbuh untuk si benih, dan alat penabur akan menyelesaikan sisanya. Dalam satu wadah tadi, bisa ada 700 hingga 1000 benih padi yang ditabur.

Setelah ditabur, benih kemudian dimasukkan pada ruangan yang lebih steril. Dalam ruangan ini, lingkungannya diusahakan menjadi yang terbaik bagi padi yang akan ditumbuhkan. Mulai dari suhu, tekanan, hingga hembusan angin disetting sedemikian rupa untuk membuat padi tumbuh optimal. Di sini, padi akan ditumbuhkan sekitar 12 hingga 14 hari hingga dianggap siap untuk ditanam. Siap tanam dari benih bisa dilihat dari ketinggian dan jumlah daunnya.

Jika mencapai sampai 6 sampai 10 cm dan memiliki empat hingga lima halai daun berarti padi udah bisa dipindahkan ke media tanam yang lebih luas yaitu sawah sebelum ditanam di lahan yang semestinya lahan harus disiapkan dulu dengan dibajak nah di Indonesia pembajakan sawah kebanyakan menggunakan mesin seperti traktor ataupun menggunakan hewan seperti kerbam sedangkan kita proses persiapan lahan ini menggunakan mesin canggih seperti berikut. Menurut orang Jepang, pengemburan lahan seperti dengan canggul dan kerbau adalah masa lalu yang harus ditinggalkan, karena punya beragam kelembungan. Lembahan seperti boros tenaga, biaya, dan waktu yang digunakan untuk membajak sawah jadi lebih lama. Makanya, mesin yang satu ini dipilih supaya cuma wash-wash-wash-wash doang udah selesai. Kalau tanahnya udah gembur, sekarang masuk ke tahap selanjutnya, yaitu dengan mengairi sawah.

Di sini, saluran pipa air sawah sudah disetting dari sebelum lahan dibuat. Jadi, masalah air udah gak jadi masalah bagi petani-petani Jepang. Hmm... Semoga aja sistem pengairan modern kayak gini bisa nih diaplikasikan di Indonesia supaya gak ada lagi pak tani yang gagal panen karena kekeringan. Setelah lahan siap untuk digunakan, sekarang waktunya untuk melakukan pemindahan bibit.

Seperti sebelumnya, pemindahan bibit yang dilakukan di Jepang juga sudah menggunakan mesin yang satisfying banget buat ditonton. Hal ini jauh beda dari kita di Indonesia yang proses pemindahan bibitnya Ya, menggunakan cara konvensional. Bisa dilihat dong bagaimana jauhnya perbedaan dan efisiensi yang dilakukan oleh Jepang untuk proses pemindahan bibit. Mulai dari jumlah orang hingga kecepatan, tentu Jepang jauh lebih unggul ketimbang cara konvensional yang petani kita sering gunakan. Walaupun dulunya Jepang juga melakukan hal yang sama, ya kita harus intropeksi diri sih.

Kok Jepang udah jauh berkembang tapi kita gini-gini aja? Padahal Indonesia masuk loh sebagai 10 negara. negara dengan produksi beras terbesar di dunia.

Nah, dari 19 hari setelah padi dipindahkan ke sawah, maka padi yang tadinya kelihatan kurus banget, bakal tumbuh dan jadi lebih lebat. Maka, kalau ukuran padinya udah kayak gini, lahan kemudian berhenti dibanjiri dengan membutuhkan membuka katup air di salah satu sisi lahan dengan berkurangnya volume air maka padi akan tumbuh lebih baik namun bukan berarti lahan dibiarkan kering karena lahan bisa diairi sesuai kebutuhan padi enggak terlalu banyak dan juga enggak terlalu sedikit dalam proses perawatan ini juga nih proses pemupukan dilakukan selama dua atau tiga minggu sekali di Jepang pemupukan lahan sudah menggunakan drone yang membuat pekerjaan jadi lebih praktis. Bagi para petani ya, tinggal nonton drone-nya jalan doang dan selesai. Hal ini tentu jauh dengan petani kita, yang masih menggunakan cara konvensional, dengan tangan maupun mesin penyemprot.

Oh iya, metode penyemprotan ini juga dilakukan bukan cuma untuk pemupukan ya, tapi juga untuk penghalohama yang bisa merugikan lahan. Proses perawatan tadi akan dilakukan secara berulang-ulang hingga masa panen tiba. Biasanya, padi akan masuk dalam masa panen dan dikumpulkan.

sekitar 110 hingga 130 hari. Di Indonesia yang merupakan negara beriklim tropis, diuntungkan dengan masa tanam ini karena bisa memanen padi hingga 4 kali dalam setahun. Oke, sekarang kita pindah lagi nih ke hal berikutnya, yaitu hal yang paling ditunggu oleh para petani, yaitu masa pemanenan.

Di Jepang, pekerjaan pemanenan sekali lagi dilakukan oleh satu orang menggunakan mesin. Mesin canggih ini secara otomatis bakal memisahkan gabah dan juga tanaman tempatnya menempel. Nah, di bagian ini kelihatan banget tuh kalau proses panen di Jepang sepi banget. Gak kayak di Indonesia, kalau panen padi pasti super ramai, bahkan bisa jadi dijadikan pesta rakyat.

Pokoknya super ramai dan hangat banget. Kalau proses ini diubah jadi mesin juga, pasti kegiatan ramai-ramai ini bakal hilang ya. Hmm, kalau kamu disuruh mirip... Pilih mau yang mana, kamu bakal ngikutin Jepang atau tetap dengan suasana panen Indonesia?

Setelah dikumpulkan, hasil panen tadi kemudian diangkut ke gudang perusahaan. Oh iya, di Jepang lahan pertanian sudah tidak lagi dikuasai oleh perseorangan seperti Indonesia ya, tapi sudah jadi milik dari perusahaan. Jadi, biasanya kalau ada lahan sawah yang super luas bisa jadi cuma dimiliki satu perusahaan.

Ya kayak di Indonesia, di mana lahan sawah yang luas bisa jadi milik gabungan dari 100 petani, bahkan lebih. Setelah sampai di gudang, hanya ada satu perusahaan. Hasil panen bakal diambil dan diuji kualitasnya.

Hal ini dilakukan untuk mengetahui kualitas yang menentukan harga dari si padi. Nah, nantinya hasilnya harus dilaporkan pada pemerintah supaya para pengusaha padi no tipu-tipu klep. Kalau sudah masuk gudang, maka semua hasil panen akan dimasukkan dalam ruang bawah tanah yang nantinya masuk ke mesin penggiling dan kemudian di-packing sesuai dengan nama perusahaan.

Dari sini, padi yang dihasilkan. sudah bisa dibeli dan juga digunakan. Dari proses pertanian padi di Jepang yang baru kita bahas, kita jadi tahu nih bagaimana ketinggalannya Indonesia di bidang ini. Padahal kita punya lebih banyak lahan. Ya, semoga aja nantinya proses di Jepang tadi bisa diadopsi oleh Indonesia dalam waktu dekat ya.