dengan job juga atau bagaimana. Baik, kita lanjutkan diskusi kita minggu yang lalu. Sampai mana ya? Saya lupa.
Untuk materi kita, diskusi yang lalu. Sampai mana ya? Ini saya jedanya hanya lima menit ini.
Dengan kuliah sebelumnya. Padahal dari pagi. Hanya 5 menit.
Oke, siapa? Kalau tidak salah mulai membahas teori-teori, Bu. Begitu ya?
Sudah kita bahas atau belum? Hari ini kalau tidak salah membahas sedikit tentang teori-teori pembelajaran. Oh, iya, iya, iya. Ya, coba saya share ya materinya. Ini sudah kita bahas ya Bahwa teori belajar itu deskriptif Teori pembelajaran itu preskriptif Sudah ya Kalau teori deskriptif itu goal free, preskriptif goal oriented.
Oke, sudah ini. Ini juga sudah. Kalau di S1 namanya teori belajar dan pembelajaran.
S2 teori pembelajaran, walaupun di dalamnya harus ada teori belajar. Sedangkan S3 psikologi pembelajaran. Objeknya sama, objeknya adalah teori belajar hanya kedalaman dan keluasannya yang berbeda. Sesuai levelnya, S1 level 6, S2 level 8, S3 level 9. Nah, level 8 sama level 9 itu kan hanya satu tingkat ya, satu level ya.
Kan S1 itu level 6. Profesi level 7, S2 level 8, S3 level 9. Saya melihat itu antara S2 dan S3 itu hanya satu tingkat, satu level di atasnya. Tetapi kok untuk tanya, banyak sekali perbedaannya. S3 itu...
Ujiannya mulai dari ujian proposal, ujian kelayakan, ujian tertutup, dan ujian terbuka. Artinya melalui 4 tahap, 1, 2, 3, 4 tahap. Kalau S2 langsung ujian, selesai.
Padahal levelnya kan hanya berbeda satu tahap, satu level. Ya, enggak apa-apa. Kondisinya memang seperti itu.
Baik, kemudian kita akan membahas. Oh, ini sudah. Kita, ini yang penting. teori preskriptif itu memudahkan proses-proses internal yang ada di dalam diri seseorang ketika seseorang belajar dengan cara mengkaitkan kualitas variabel-variabel eksternal yang kita buat, kita ciptakan di dalam pembelajaran agar proses internal lebih efektif dan lebih efisien.
Kuncinya di situ. Kita menciptakan resep-resep, kita menciptakan variabel-variabel eksternal agar proses internal itu optimal bekerjanya. Itu kata kuncinya di sana.
Nah, untuk bisa menciptakan atau mengembangkan panggangan variabel-variabel eksternal agar proses itu harus tahu proses internalnya bisa mengoptimalkan proses internal itu yang dibahas oleh teori despektif gitu ya nah banyak teori-teori internal itu yang dibahas oleh teori ilmu murni psikologi tapi kita meminjam Yang terkait dengan proses belajar saja, bukan yang lain-lain. Banyak teori belajar berkembang sekarang ini. Ini penting untuk Anda orang-orang TV. Kita baru mau menulis, tim baru mau menulis. Ada cyber cookie, pedagogi cyber cookie, hita cookie.
Andra Buki sudah lama ya, karena kita mahasiswa sudah banyak tugas-tugas akhirnya masuk ke situ, ke teori-teori itu. Dengan perkembangan teknologi informasi, itu suatu perkembangan yang sebetulnya dasarnya adalah ini juga ya, teori cybernetic ini pemrosesan informasi, ini kan teori cybernetic. Nah kita akan bahas satu persatu mulai dari teori yang paling awal lahir, teori belajar yang paling awal, paling tua, itu teori behaviorisme.
Nah sebetulnya dari teori, banyaknya teori ini ya, itu hanya bisa dipilahkan ke dalam dua saja sebetulnya ya. Yaitu teori behaviorisme dan teori kognitivisme. Yang lain itu kan perkembangan dari teori kognitivisme. Anak binaknya. Nah teori behaviorisme itu paling awal yang berorientasi.
pada perilaku teori ini hasil dari eksperimen seperti Pavlov seperti Thorndyke dia menggunakan binatang-binatangnya anjing, kucing, tikus Diberi tindakan-tindakan, perilaku-perilaku, bagaimana perilakunya, diberi treatment-treatment itu bagaimana perilakunya. Jadi eksperimennya menggunakan para binatang, kemudian diterapkan pada manusia. Itu ya, itu teori-teori. Silahkan nanti kelompok satu.
lebih memperdalam apa itu teori di jurismo nah dia bekerja kemudian diperdalam atau apa diperdalam atau aspek Jadi kecerdasan pada dan sebagainya itu. Tapi intinya tetap pada teori kognitivisme. Itu kalau kita bisa menggunakan kacamata seperti itu. Nah, teori mana yang akan kita gunakan kalau sudah kita mempelajari banyak teori-teori belajar ini?
Tergantung kebutuhan. Bagikan kita pakai baju ya. Kalau kita menghadir resepsi pesta perkahwinan ya, bajunya yang agak meriah lah untuk menghormati tuan rumah. Tetapi kalau kita hadir di prosesi pemakaman.
Kan tidak mungkin pakai baju pesta. Tergantung kebutuhan. Ketika kita berada di tempat-tempat wisata di pantai, itu beda lagi pakaiannya. Jadi teori-teori ini dipakai tergantung dari konteks, tergantung dari kebutuhan.
Nah teori-teori ini juga di dalam menggunakannya, misalnya saya menggunakan teori behaviorisme untuk mengembangkan suatu program pembelajaran atau media pembelajaran. Maka nuansanya ya behaviorisme. Bagikan kita menggunakan kacamata. Kalau kita menggunakan kacamata coklat, ya semuanya nuansanya warna coklat, kecoklat-coklatan. Warna biru ya kebiru-biruan.
Semuanya pandangan kita diwarnai oleh warna biru. Sama halnya ini. Kalau kita menggunakan bivirisme, ya semuanya diwarnai bivirisme.
Kognitivisme juga demikian, konstruktivisme. Jangan dicampur aduk. Yang digunakan konstruktivisme, tetapi produknya kok behaviorisme. Nah ini fatal itu.
Apalagi produknya sudah dicetak, sudah bagus, banyak lagi. Bungkar. Sehingga sejak awal mahal ini, seringkali juga saya jumpai ya di bab dua itu.
Definisi tentang belajar. Belajar menurut Skinner adalah bla bla bla bla. Belajar slow adalah bla bla bla. Jadi belajar adalah ngawur. Itu aliran yang berbeda, aliran behaviorisme, kognitivisme, itu tidak bisa disimpulkan.
Jadi masing-masing teori. Kemudian produk, kemudian instrumen, itu nggak matte ya, nggak cocok. Produk-produknya, RPP-nya, silabesnya nggak cocok. Nah tolong ini dibahami ciri-cirinya sehingga produk-produknya itu sesuai dengan teori yang digunakan. Kalau kita mau pesta, perempuan terutama ya, kalau cowok-cowok sih nggak begitu perhatian.
Kalau pakai baju begini, asesorinya begini, asesori-asesori kan disesuaikan dengan kondisi sama dengan ini. Baik, saya akan memberikan gambaran umum, gambaran global tentang masing-masing teori ini. Jadi sifatnya kerangka, kerangkanya saja.
Silakan nanti daging-dagingnya diisi oleh penyaji, oleh yang presentasi ya daging-dagingnya. Misalnya behaviorisme itu tokohnya siapa, kemudian bagaimana dia melakukan eksperimen sehingga menghasilkan suatu prinsip seperti itu. Silakan itu nanti dikaji oleh masing-masing kelompok. Saya hanya ingin menyampaikan garis besarnya. Baik, pada pertama teori behaviorisme.
Pada umumnya orang awam di luar TP ya. Kalau masih ada TP yang begitu ya TP-TPan. Pada umumnya orang awam mengatakan bahwa belajar adalah memperoleh informasi, memperoleh ilmu, mencari ilmu. Pada umumnya begitu. Nah ini definisi belajar masing-masing teori berbeda.
Apa kata teori behaviorisme tentang belajar? Belajar adalah hubungan antara stimulus dan respon. Saya memberikan stimulus Saya memberikan penjelasan dengan ceramah. Saya ingin melihat respon siswa. Saya beri tes.
Ternyata dari hasil ceramah saya, penjelasan saya, hanya sekitar 40% yang diterima. Masih jauh dari KKM. Misalnya kita menggunakan KKM.
Berarti stimulus saya... Yang pertama gagal, belum mencapai tujuan. Lalu saya memberi stimulus yang kedua. Baik, mari kita lihat videonya. Di situ ada gambar, ada jelas, lebih jelas daripada sekedar ceramah.
Setelah mereka melihat videonya, saya tes lagi responnya. Oh, ternyata ada peningkatan tapi belum. mencapai target, misalnya baru 60%. Lalu saya memberikan stimulus lagi yang ketiga.
Saya ajak mereka keluar, mengamati langsung. Di kebun misalnya melihat lapisan kulit batang dan sebagainya. Jadi langsung keluar.
Lalu saya tes lagi. Sampai menghasilkan respon yang dikehendaki. Jadi stimulusnya bisa berkali-kali.
Oleh sebab itu, saya pernah menjumpai di S2. Melakukan PTK, penelitian tindakan kelas untuk tesisnya, sampai 6 siklus. Oh, saya, 6 siklus? Kok nggak profesional sama sekali? Tetapi ada lagi yang 1 siklus sudah mencapai tujuan.
Itu dipertanyakan oleh penguji yang lain. Nggak mungkin 1 siklus sudah mencapai tujuan. Minimal 2 siklus katanya begitu. Saya berpikir...
Orang TP itu kan dokter. Kalau dokternya enggak profesional ya sampai enam kali. Akhirnya ganti dokter.
Siklus satu enggak lakukan, siklus dua sampai enam kali. Enggak profesional sama sekali. Tapi yang profesional dipertanyakan.
Satu siklus sudah. Mencapai tujuan dipertanyakan. Lah kenapa satu siklus kok sudah sampai selesai? Karena ramuannya manjur semua. Tindakannya itu manjur.
Ramuan obatnya itu kena semua. Sehingga satu siklus sembuh. Nah kalau yang tadi sampai enam siklus itu gak tahu campurannya apa. Gak jelas. Kadang-kadang, apa namanya, stimulus satu nggak cocok, kurang, stimulus dua, stimulus tiga, siklus satu, siklus dua, siklus tiga, baru mencapai KKM.
Sebetulnya, saya, ya, pembela bimbingan saya. Satu siklus sudah sembuh. Karena apa? Ramuannya ini loh.
Satu, menggunakan teori ini sehingga prinsipnya begini, tindakannya begini. Untuk mengatasi keluhan sakit yang satu, keluhan sakit yang lain. Misalnya penyakitnya, kalau kita ke dokter kan ditanya, siapa yang sakit?
Misalnya dua orang ya. Dua orang ditanya, siapa yang sakit? Oh ini anak saya. Sakit apa? Badannya panas, meriang, kemudian flu, batuk, macam-macam.
Nah, dokter kan pasti memberikan ramuan untuk menurunkan panas badan, untuk menghilangkan flu, untuk meredakan batuk. Kan gitu, ramuan itu kemudian dikemas, ini yang mau minum siapa? Kalau anaknya anak kecil ya enggak mungkin dikasih kapsul.
Pasti dibuat sirup. Kalau orang dewasa diberi kapsul enggak apa-apa, dimasukkan di dalam kapsul ramuan itu. Nah kita kan dokter pembelajaran.
Tergantung ramuan kita untuk mengatasi masalah belajar yang mana. Misalnya dengan proyek bisnening dipadukan dengan kooperatif misalnya, untuk mengatasi kemampuan ini, kemampuan ini, meningkatkan ini. Jadi stimulus-stimulus itu dalam rangka untuk mengetahui respon. Jadi teori ini mengatakan bahwa belajar adalah hubungan antara stimulus dan respon. Nah teori ini berpendapat, bila diajarkan materi sebanyak-banyaknya maka siswa akan menjadi pinter.
Sekali lagi saya mohon maaf ya, ini saya menulis mahasiswa di sini, itu karena ini materinya untuk para dosen. Jadi belum saya rupa, dosen-dosen kan mengikuti pelatihan-pelatihan pekerti, AA gitu ya. Ini masih materi dosen.
Nah, perangkat seperti itu. Jadi, diajarkan materi sebanyak-banyaknya, disuapin gitu ya. Harapannya agar mahasiswa pinter, siswa pinter. Betul kan?
Diberi materi sebanyak-banyaknya, apa enggak stres. Bahkan Gumoh. Faruki tau gak? Muhammad Faruki. Gumoh itu apa?
Gumual bukan ya? Anda dari mana? Udah penuh, udah Gumual.
Anda dari mana? Pekalongan gue. Pekalongan Gumoh masa gak tau? Dari Pekalongan. Yang tahu gumo mungkin yang sudah punya anak, Bu.
Apa itu? Gumo itu apa? Yang nggak punya anak nggak ngerti ya. Iya, Mbak Putri.
Apa? Pura Malika. Gumo itu apa, Bu? Nggak tahu, Bu. Saya bukan orang Jawa.
Oh, Ibu dari mana? Dari Jawa Barat. Oh, Jawa Barat nggak ngerti. Gumo. Pak Ronisius, apa itu?
Gumoh, sudah menyalam. Mungkin nggak ngerti. Tentang Ibu, dari Kupang. Dari Kupang, apa lagi?
Nggak ngerti juga. Dari Kupang. Dari Jawa Barat juga nggak ngerti ya.
Nah, Bu Nasifah dari mana? Bu Nafisa dari mana? Dari Bima, Bu.
Nggak ngerti juga ya, gumohnya. Nggak ngerti juga, iya. Pak Ramah. Apa? Gak ngerti.
Muntah mungkin, Bu? Muntah. Ya, ini yang tahu, Ibu.
Ibu Hintan apa? Ibu Hintan. Ibu Hintan gak tahu juga, ya. Ibu Hintan dari mana, Bu?
Ya, Bu, maaf. Dari Pali, Bu. Gak tahu ya, Gumo, ya.
Gumo itu kayak muntahan, bukan, Bu? Iya. Ya, kalau bayi ya, itu ya. Itu kalau sering dikasih minum terus, dikasih asih terus kan muntah kan?
Iya. Nah, itu. Iya enggak Bu Rianti? Betul enggak?
Iya Bu. Kalau dikasih minum terus kan langsung muntah kan? Gumoh itu namanya, bahasa Jawanya gumoh. Nah, itu ya.
Jadi, kalau Bu Irian. Bagaimana Bu? Bu Iryani Sismonika.
Dari mana? Eh dari Yogyakarta Bu. Oh Yogyakarta.
Saya kira dari Malaysia atau mana gitu. Oke. Begitu.
Nah ini kembali lagi kepada teori behaviorisme ya. Nah ciri-ciri khasnya, ciri-ciri utamanya, ciri-ciri utama, ciri-ciri besarnya. Teori ini memang sampai hari ini masih banyak yang mempraktekan di dalam kegiatan-kegiatan pembelajaran itu di Indonesia.
Mungkin memang sudah ada banyak yang sudah meninggalkan ini, tetapi masih banyak juga yang menerapkan di sekolah-sekolah formal. Cirinya individu pasif, siswa pasif yang agak... aktif kurunya Semua menghadap ke guru. Jadi setting-setting kelas kita itu masih setting behaviorisme.
Dikelilingi empat dinding, semua menghadap ke depan. Satu pintu masuk, itu ciri-ciri behaviorisme. Zaman penjajahan sampai sekarang masih sama.
Itu salah satu cirinya. kelas itu bukan miliknya siswa, tapi miliknya guru, kalau keluar masuk harus bilang ke guru gitu, siswa pasif, yang aktif gurunya menjelaskan, mendemonstrasikan siswa kadang-kadang ngantuk, kadang-kadang main sendiri, atau membayangkan yang lain-lain Nah ciri yang lain adalah perilaku dikondisikan. Anak-anak semua buku ditutup tangan di atas meja, dengarkan Pak Guru. Dikondisikan.
Bahkan diindoktrinasi. Nah kalau indoktrinasi di pendidikan militer bagus. Harus taat pada pimpinan komandan.
Kalau enggak ya kalah nanti ambiar. Ambiar ini ya, regunya. Gampang diserang musuh.
Jadi sistemnya indoktrinasi. Pendidikan-pendidikan kedinasan itu kan lebih indoktrinasi. Perilaku yang tampak yang diperhitungkan, yang gak nampak gak diperhitungkan.
Kamu pasti tadi malam gak belajar ya, buktinya nilainya jelek. Kan yang tampak nilainya jelek, padahal anak itu tadi malam belajar sampai pagi, gak tidur. Tapi ternyata soal-soalnya nggak ada yang muncul dari apa yang dia pelajari.
Sehingga dianggap nggak belajar. Nah, ini. Adanya dan kuman masih berperan sekali untuk teori biopurisme. Karena teori ini lahir dari eksperimen binatang-binatang, kemudian diterapkan untuk manusia. Saya pernah menyaksikan di acara rusur, rusur itu ya.
Bahkan memperlakukan binatang, Anda tahu nggak topeng monyet yang sering keliling di kampung-kampung itu? di Jawa tentunya. Ada monyet, ada anjing, ada binatang lain mungkin ya. Atau sirkes.
Nah untuk bisa seorang, seorang, sebinatang. Monyet bisa pakai pakaian, bawa payung, duduk krosi dengan manis. Itu luar biasa loh membentuk perilaku seperti itu. Seksaannya banyak sekali itu.
Kalau berhasil dikasih makan. Kalau salah, pukul. Itu di SCTV saya pernah bagaimana binatang itu diperlakukannya. Termasuk serkes kan begitu. Kalau si lumba-lumba berhasil meloncat, langsung dikasih makan.
Dilempar apa. ikan gitu ya. Tapi kalau salah, bukol.
Nah, ini awalnya dari itu. Perlakuan-perlakuan itu. Nah, ketika diterapkan di persekolahan, ya banyak adiah dan hukuman. Nilainya 0, 1, 2, itu hukuman. Wadih ya, ranking 1, ranking 2, ranking 3. Itu kebanggaan palsu pemberian ranking itu.
Malpraktek pendidikan. Kebanggaan palsu. Mengapa Bu Rahmatika saya mengatakan kebanggaan palsu? Pandangan Anda apa?
Setuju nggak? Setuju mungkin Bu. Kok mungkin?
Apa alasan Anda? Iya biasanya kan anak-anak tuh belajar tuh ya itu, ngejar ranking. Biasanya ranking satu dapet hadiah dari orang tuanya, dapet pedang.
Jadi setuju dengan adanya ranking? Atau gimana? Setuju apa enggak? Enggak.
Enggak setuju. Mengapa? Ya itu tadi mereka jadi apa ya?
Ranking itu jadi... Tujuan. Padahal belum tentu belajarnya mereka punya keterampilan gitu.
Gitu ya. Oke. Yang lain?
Adakah pendapat lain? Saya. Yuk silahkan. Kalau menurut saya, saya juga tidak setuju dengan adanya pemberian ranking karena seolah-olah itu nanti membuat siswa hanya mengejar rankingnya itu tanpa ada prosesnya.
Jadi bisa saja prosesnya itu dia memperoleh ranking dari nyontek, yang sebenarnya tidak berpengaruh terhadap prestasinya itu. Jadi... Jadi selain itu, RR sekarang itu kan bukan saatnya untuk berkompetisi, tapi berkolaborasi. Jadi untuk ranking itu sebenarnya saya tidak setuju dengan pemberian ranking itu.
Oke, baik. Ada pemikiran tidak? Saya mungkin, Bu. Oke, siapa ini? Nafisa.
Oh ya, silakan. Kalau menurut saya pribadi ya, menurut saya pengadaan ranking itu masih penting dengan tujuan untuk memberi motivasi kepada siswa. Misalnya kalau pun tidak ada sistem ranking, memang ada kekhawatiran siswa juga tidak mau belajar dengan serius gitu. Kecuali memang kalau siswa punya motivasi yang lain gitu untuk belajar. Saya memandang di sini ranking itu sebagai salah satu yang memotivasi siswa untuk belajar.
Nah bisa, oke untuk memotivasi belajar maka perlu ada ranking. Anda perkasaannya senyum-senyum silahkan, jawaban Anda apa? Kalau dari saya mungkin terkait, karena itu hanya satu saja, saya juga tidak setuju terkait.
Karena hanya satu aspek yang dihitung, bahwasannya hanya nilai saja seperti itu. Hanya dari kognitifnya saja. Padahal ada yang lain yang bisa dinilai terkait sikapnya, lalu berilakunya. Itu juga bisa diberhitungkan.
Sehingga lebih baik ranking itu di nomor 2 akan. Yang terpenting adalah hasil output dari siswanya. Seperti itu.
Terima kasih. Oke. Baik.
Apa masih ada? Saya, Bu. Oke, siapa ini?
Silahkan. Kalau saya pribadi, saya tidak setuju dengan adanya ranking, Bu. Karena di sekolah saya juga nilai dan ranking itu adalah privasi siswa. Karena jadi pertimbangan saya itu adalah siswa itu kalau... dikasih ranking, dia akan selalu merasa dibanding-bandingkan oleh orang dewasa kemudian mentalnya dia dia juga bisa gak percaya diri kemudian bisa menstigma dirinya sendiri bahwa, oh saya dibawanya anak itu berarti saya gak pinter ya gitu, kemudian menyebabkan kreativitas anak itu menurun jadi dia merasa yaudah saya belajar gak belajar gini-gini aja gitu, jadi itu gitu Banyak kasus seperti itu, termasuk Ada yang itu juga seperti itu Karena dia merasa gak pernah Dapat nilai yang lebih baik Dari temannya, dia merasa Oh yaudah berarti saya tuh gak pinter gitu Jadi saya lebih Setuju kalau nilai itu adalah Privasi siswa, jadi Tidak input Output pembelajaran itu bukan dari nilai Tapi banyak aspek Seperti yang ada di K13 itu Terima kasih Bu Semakin jelas, semakin jelas banyak aspek yang lain.
Ya, ranking itu kebanggaan palsu bagi yang punya ranking di atas. Tapi justru menjadi menurunkan motivasi bagi ranking bawah. Nanti jawaban lebih jelas itu yang bertugas presentasi tentang multiple intelligence.
Kecerdasan ganda. Kecerdasan majemuk. Dia harus bisa menjawab itu. Bahwa kecerdasan manusia itu kan banyak. Itu ditokohi oleh Howard Gardner.
Dia menemukan pertama kali delapan kecerdasan. Akhirnya berkembang. Sekarang mungkin ada sepuluh atau lebih macam kecerdasan. Nah yang direngking itu kecerdasan yang mana?
Ronaldo itu kecerdasan di bidang apa? body kinesthetik kita mengenal banyak kecerdasan linguistik verbal logis matematik, body kinesthetik interpersonal orator-orator artis itu kecerdasan apa? yang direngkeng kan hanya kecerdasan logis matematik dan linguistik verbal, 8 kecerdasan yang lain, mana? Gak bisa satu orang itu memiliki 10 kecerdasan.
Gak ada. Gak ada itu. Praktek pembelajarannya seperti apa? Harus disesuaikan dengan perkembangan ilmu.
Kalau mau memberi ranking, boleh. Ani, kamu ranking 1 matematika. Sehingga nanti kalau kerja kelompok tentang matematika, kamu koordinatornya, ketua kelompok. Budi, kamu ranking satu di lapangan. Nanti kalau pas di lapangan, kamu yang koordinatornya.
Boleh membuat ranking, tapi sesuai dengan potensi kecerdasannya. Bukan satu orang menguasai semua kecerdasan. Itu sekarang, itu kan yang direnking itu hanya kecerdasan otak kiri.
Nanti pembelajaran neuroscience ada otak kiri dan otak kanan. Tadi ada aspek afektif, ada aspek tidak hanya akademik, kognitif saja. Jadi harus jelas pemberian ranking itu. Nah ini hadiah-hadiah yang berupa ranking-ranking itu mestinya sudah ditinggalkan karena tidak sesuai lagi dengan perkembangan teori-teori yang ada. untuk memotivasi ranking mungkin teori behaviorisme itu bentuk-bentuk motivasinya seperti itu seperti binatang, kalau salah kan dikasih pukul kalau betul kan dikasih makan itu kan bentuk-bentuk motivasi seperti itu tapi motivasi teori-teori yang lain tidak seperti itu misalnya nah Kamu nanti kalau naik kelas, aku belikan sepeda.
Apakah setiap anak ingin sepeda? Emang gue pikirin, aku nggak butuh sepeda. Berarti motivasinya nggak kenal tuh. Itu memang bentuk motivasi behavioristik seperti itu ya. Pemberian hadiah, pujian.
Tapi kalau Anda menggunakan teori kognitif, bukan itu. Enggak efektif motivasi itu. Bagaimana untuk memotivasi ketika saya menggunakan teori kognitif? Teori konstruktivistik.
Agar siswa senang belajar, enggak usah disuruh, enggak usah dipaksa. Ya produk-produk Anda itu harus cocok dengan siswa yang menggunakan. Si pengguna cocok dengan kemampuan berpikirnya, cocok dengan motivasi minatnya, perhatiannya, cocok dengan budayanya, gaya belajarnya, gaya kognitifnya.
Kalau produk yang kita buat itu cocok dengan pengguna, memotivasi, nggak usah dikasih hadiah. Dia akan mempelajari dari halaman pertama sampai halaman terakhir itu dengan sesuai dengan intelektual dan emosionalnya. Sehingga sampai alaman terakhir, cari lanjutannya. Ada nggak lanjutannya ya? Nggak bisa disuruh.
Jadi bentuk motivasi untuk produk-produk media, bahan ajar apapun, ketika menggunakan teori yang berbeda, maka akan berbeda juga bentuknya. Nanti Neuroscience lain lagi, bentuk motivasinya. Semua aspek dilibatkan, ya bergerakan, ya kemampuan berpikirnya, ya macam-macam. Terlayani dengan baik, tapi kalau suruh duduk, terus pusing.
Kalau orang tua sininya yang pegel, jadi ada gerakan, ada apa, itu neuroscience. Selama ini yang dipahami Motivasi adalah hadiah dan pujian Itu teori lama Teori behaviorisme Untuk TP itu tidak Kecuali kalau Anda menggunakan behaviorisme Oke lah silahkan Tapi untuk teori-teori yang lain tidak Gitu ya Jelaskah? Atau ada pertanyaan?
Mohon maaf izin pertanyaan boleh? Oh sangat boleh Sebelum memasuki Ingin memastikan berarti untuk yang Dahulu Pembelajaran dahulu seperti saya ketika masih SD Mungkin masih perengkingan Berarti itu masih menggunakan teori yang Priorisno dan perubahan Di Indonesia sendiri Baru terjadi setelah kurikulum 2013 atau bagaimana Jadi masih Ya, kita kan selalu berubah ya. Kehidupan ini kan selalu berubah, termasuk perkembangan teknologi, perkembangan ilmu pengetahuan itu kan selalu berubah. Nah dulu kan yang merajai teori biofiorisme tahun-tahun 50-an, itu ya 60-an, itu yang merajai teori biofiorisme.
Karena itu teori yang paling awal lahir. Nah setelah perkembangan teknologi ilmu pengetahuan kan... Teori-teori lama itu mendapat sorotan kelemahan-kelemahannya, ketidaksesuaiannya. Sehingga teori-teori yang sekarang itu mengakomodasi kemajuan-kemajuan itu.
Bagaimana preskripsinya? Jangan masih menggunakan teori yang dulu. Sekarang kan sudah berubah. Makanya saya tadi katakan, apalagi perkembangan teknologi informasi.
Ada cyber cookie, ada hita cookie, dan sebagainya. Silahkan, banyak. Tugas-tugas akhir yang sudah menggunakan itu Teori-teori itu Kalau dulu saya juga sama Tapi sayangnya Lembaga yang paling sulit berubah Itu pendidikan Paling sulit berubah Apalagi negeri Kalau yang di swasta Yang saya amati bersama tim Itu sudah banyak ya, ada sekolah alam. Nah, ada tren banyak anak-anak yang orang tuanya menyekolahkan di homeschooling. Termasuk cucu saya.
Cucu saya itu nggak sekolah formal, nggak di SD tapi di homeschooling di Jakarta. Mengapa? Karena banyak kelemahan di sekolah formal.
Aku sulit berubah. Sementara perkembangan itu, perubahan itu cepat sekali. Di era disrupsi, inovasi ini kan cepat sekali.
Nah ketika lembaga pendidikan tidak mau berubah, ya ditinggal oleh masyarakat. Omanya profesor pendidikan, cucunya sekolah di school. Baik ya, bagus ya. Karena tidak percaya sama sekolah. formal, sebelum dia dimasukkan ke usul rolling, orang tuanya diskusi dulu dengan saya gimana lah, gini-gini oke silahkan aja karena lembaga pendidikan memang lembaga yang paling sulit berubah, setting-setting sekolahan kita kan masih setting zaman Belanda, yang sekolah alam, apalagi nanti kita mempelajari konstruktivisme ya Itu kelasnya nggak pakai dinding, kayak juglu itu ya, rumah juglu itu cuma tiang-tiang.
Sehingga kelas itu milik siswa, bukan milik guru. Guru itu fasilitas harus duduk di sudut sana. Milik siswa. Itu konstruktivisme.
Dan ada sekolah-sekolah di Indonesia, tapi rata-rata swasta. Saya kunjungan ke Surabaya, ke Bandung, ke Jakarta sendiri. Jogja ada juga. Jogja juga ada. Ada beberapa.
Itu sudah menggunakan pendekatan-pendekatan itu. Sehingga sekolah-sekolah persekolahan, sekolah formal itu ditinggalkan. Di DIY sendiri, saya mereview hasil penelitiannya Prof. Yoyon. Beliau meneliti homeschooling di DIY itu banyak ternyata ya. Homeschooling yang di Jogja itu.
Pemulaan saya SMA, di Jogja juga homeschooling. Kemudian, berapa tahun yang lalu? Tiga atau berapa tahun yang lalu ketika saya masih di Senak.
Senat UNJ itu kan menerima mahasiswa baru sekitar 6 ribuan ya waktu diterima di GOR itu. Berapa ribu itu? Itu nilai tertinggi dari homeschooling.
Sekian ribu itu. Pak Rektor yang mengumumkan. Waktu itu saya hadir. Nah gimana? Kalau kita lembaga pendidikan masih mempertahankan cara-cara lama.
Akhirnya ditinggalkan oleh masyarakat. Jangan menyalahkan masyarakat, mereka bisa memilih. Silahkan kita refleksikan kondisi-kondisi seperti ini. Dan hasilnya, hasil dari homeschooling itu nampak.
Baru beberapa bulan itu sudah nampak. Teman-temannya di sekolah, yang masih bertahan di sekolah, sekolah-sekolah formal itu SD, itu belum mampu membaca dengan lancar, belum mampu matematikanya juga belum lancar. Sementara yang di homeschooling sudah bisa begini-begini. Sehingga orang tua-orang tua itu, loh kok sudah bisa begini, sudah bisa begitu.
Akhirnya tertarik, gimana seperti itu, akhirnya sekolahnya ditinggal. malah yang cucu saya di Jogja ini ingin saya suruh pindah ke sekolah alam. Tapi masih berdiskusi saya dengan orang tuanya. Karena melihat contoh yang ada di Jakarta, cucu saya yang di Jakarta, begitu kondisinya ya.
Perlu ada perubahan-perubahan sesuai dengan perkembangan ilmu dan teknologi. Oke? Baik, saya masuk ke teori berikutnya.
Tapi tidak berarti teori ini tidak dipakai loh ya. Tidak berarti begitu. Selain tadi, lembaga-lembaga pendidikan kedinasan, militer, dan sebagainya, juga... Untuk mata pelajaran-mata pelajaran yang sifatnya given, sifatnya itu tidak boleh salah.
Misalnya kemarin bimbingan saya S2TP, tapi sudah lulus, dipulang ke Medan. Dia bahasa Jerman, judulnya menggunakan pendekatan behaviorisme. Karena apa? Dia mengajarkan bahasa Jerman yang tidak boleh salah.
Baik intonasi, sebutan, apapun itu harus tepat. Maka dia menggunakan pendekatan bifurisme. Artinya apa? Untuk hal-hal tertentu yang harus begini tidak boleh salah.
Itu teori ini cocok. Mungkin untuk... olahraga atau untuk apa, yang sifatnya fisik yang gak boleh salah mungkin cocok, kedokteran pun pakai ini karena salah sedikit nyawa orang melayang itu masih menggunakan ini salah sedikit pesawat jatuh bahwa itu orang-orang AAU masih pakai ini, farmasi mungkin kimia juga ya, nah ini masih banyak menggunakan teori ini tidak berarti teori ini, tapi kalau untuk pengembangan kreativitas berpikir kritis, inovatif ini memang kurang Karena apa?
Karena kreativitas membutuhkan kebebasan berpikir. Kalau ini kan sifatnya shaping. Di Fiorismo itu kan sifatnya mencetak.
Shaping, mencetak roti-roti. Begitu keluar dari kelas, rotinya sama. Roti bulu semua.
Nah, kalau untuk kreativitas, kurang tepat menggunakan perdekatan ini. Inovasi, berpikir kritis kurang cocok. Silahkan, nanti Anda bisa memilih teori yang mana yang sesuai dengan kebutuhan. Gitu ya, baik. Teori yang kedua adalah teori kognitivisme.
Nah, teori ini sudah berorientasi pada bagaimana otak manusia bekerja. Otak kita itu luar biasa kalau dioptimalkan ya perkembangannya. Sejak bayi dalam kandungan, dalam bentuk janin itu kan sudah ada, otaknya kan sudah terbentuk. Ketika dia lahir di alam nyata, alam menyata, itu... Semakin mendapat rangsangan-rangsangan dari luar, stimulasi-stimulasi dari luar, maka sel-sel otaknya juga berkembang.
Dia akan kedingin, dia nangis karena kedinginan. Dia sudah merasakan dingin ketika diselimuti, jadi diam. Atau sebaliknya, karena kepanasan, kemudian diberi kipas angin, jadi diam.
Jadi sudah mulai merasakan. Ketika lapar, dia akan menangis, dan sebagainya. Jadi setelah keluar dari kandungan, sel-sel otak itu sudah mulai berkembang dengan stimulasi-stimulasi dari lingkungannya. Nah, manusia, saya katakanlah gitu ya, atau Anda, sel otaknya hingga sekarang ya, Kalau saya mungkin sudah tidak berkembang lagi.
Karena sudah di atas 65 itu. Mungkin malah ada yang sudah mulai layu, sudah mati. Salah otaknya sudah berkurang mungkin.
Nah paling pesat itu di usia dini. Perkembangan salah otak itu paling pesat di usia dini. Sekitar paut TK itu paling pesat. 50 persen apa yang ada di otak kita.
itu muncul di usia-usia itu. 50 persen. 30 persen berikutnya muncul di usia SD, sekitar umur 9-10 gitu ya.
Nah setelah usia itu, itu baru pertanjangannya. Jadi kalau saya ilustrasikan, saya analogikan dengan pohon. Di depan rumah saya ini ada pohon nangka sama pohon mping melinju. Tahu ya, yang dari luar mping di depan rumah saya. Makanya sejuk kalau jam tiga.
Nah, otak manusia itu sebagai struktur kognitif atau skemata. cabang-cabang utama, sel-sel utak cabang utama itu ya, itu muncul di usia-usia dini. Makanya namanya usia emas, golden egg. Itu menjadi dasar untuk munculnya cabang-cabang di atasnya, atau ranting-rantingnya, kalau dianalogikan sebagai pohon.
Oleh sebab itu usia-usia emas ini harus mendapat penanganan yang sungguh supaya bisa bertumbuh sel-sel utamanya itu dengan pesat. Pohonnya jadi rindang, jadi banyak cabangnya, banyak rantingnya. Di negara-negara maju itu justru yang ... Banyak di sekolah-sekolah usia rendah itu para profesor, di TK Paut itu malah justru, karena itu paling menentukan SDM nantinya, itu meletakkan dasar.
Kalau cabannya... Tidak tumbuh dengan baik, tidak optimal. Nanti menjadi SDM-SDM yang lemah.
Tetapi kalau kuat, cabang-cabangnya kuat, dengan ranting-ranting yang banyak, itu akan menjadi SDM-SDM yang kuat. Ketika menghadapi masalah-masalah kehidupan, itu tenang, karena dia memiliki modal untuk mengatasi masalah. untuk membuat sesuatu yang baru.
Dia punya modal yang cukup. Sehingga ada masalah kehidupan, dia lebih tenang, bisa mengatasi. Sementara mereka yang perkembangan sel otaknya itu tidak optimal, itu ya tentunya modalnya lemah. Sehingga...
Ketika menghadapi problem-problem kehidupan, stres, tidak memiliki modal yang cukup untuk mengatasinya. Stres, marah, karena otaknya tidak bisa bekerja dengan baik, maka fisik yang maju. Pukul, tawuran, bunuh diri. Kalau nggak bisa mukul ya bunuh diri. Dirinya yang dibunuh, bukan orang lain dibunuh dirinya.
Nah karena itu otaknya tidak bisa memecahkan masalah. Coba diteriti itu, adakah korelasi antara perkembangan sel otak dengan kemarahan? Kemarahan, coklatapuran, fisiknya yang maju. Perlu itu diteriti ya.
Nah pendidikan bertanggung jawab untuk itu. Bagaimana mengoptimalkan perkembangan sel otak. Usia-usia dini itu sangat penting ya.
Adakah yang sudah punya balita? Bu Putri Anggara sudah punya belum? Ya saya sudah punya ibu, satu.
Usia berapa? Dua tahun lebih ibu, sekarang masih di KB. Jangan salah didik Siap emas itu Kalau saya titipkan di Sekolah KB Di mana?
Di bawahnya paut Tergantung pengelolanya Profesional gak? Putri Ana Punyakah? Saya sudah SMP kelas 3 Ibu Udah gak balita lagi Udah lewat Dharma aja tuh Ada lagi yang balita Iryani Iryani Sismonika Belum Ibu Belum Belum masih Ya Itu usia-usia yang harus mendapatkan Perhatian karena itu Usia emas ya. Gimana caranya supaya bisa optimal perkembangan sel otaknya?
Anak usia berapa ya yang mulai merangkak itu? 7 atau 8 bulan. 7 bulan ya. Nah, itu kan sudah mulai merangkak ya ketika dia merangkak.
Ada kertas jatuh di lantai, diambil. Diremas. Masuk mulut.
Masuk mulut. Baik. Kemudian dilepeh, dikeluarkan. Basah.
Digini-giniin. Sudah berapa sel otak muncul itu. Dari mata, dari lembaran kertas menjadi uwel-uwelan. Apa itu uwel-uwelannya?
Tahu nggak? Uel-uelan itu apa? Kertas yang diremes-remes gini.
Tadinya lembaran menjadi uel-uelan. Bunyi kresek-kresek-kresek. Masuk mulut.
Eh pahit. Dilepeh. Keluar.
Basah. Gini-gini. Udah berapa sel itu yang muncul?
Delapan atau berapa? Muncul. Dari mata, dari telinga, dari rasa, dari... Nah, begitu ibunya datang, eh kotor, jangan dimakan, blablabla. Hah, ibunya menghambat perkembangan sel otak.
Kemudian ada lagi. Di luar rame-rame. Kemudian dia lari krosi.
Lari krosi, manjat. Mau ngeliat di luar ada apa. Kalau tadi ibunya, sekarang neneknya. Kamu jangan naik krosi, jatuh.
Ibunya, neneknya, bapaknya, gurunya, tetangganya. Menghambat perkembangan sel otak. Nah ketika... dia melakukan sesuatu yang berbahaya gimana? ya peran orang tua harus ada dong kalau enggak kan berbahaya gimana orang tua bisa mengalihkan perhatian jangan dilarang tapi dialihkan perhatian pada hal yang dia sukai itu sering saya praktekkan dengan cucu-cucu saya supaya orang tuanya pada lihat enggak boleh dilarang nanti bentrok antara anak dan orang tua.
Dialihkan perhatian yang sesuai dengan minatnya. Nah, hal-hal seperti ini sangat, terutama teman-teman yang di bidang itu ya, Pak OTK, SD, itu sangat bertanggung jawab terhadap pembentukan sel-sel otak. Karena itu merupakan cabang dasar.
untuk ranting-ranting berikutnya. Kalau cabang-cabang utama itu salah, atau hal-hal yang negatif, maka ranting-rantingnya akan tumbuh juga. Yang negatif itu. Sehingga di lingkungan itu, lingkungan dia hidup, keluarga atau masyarakat itu memang harus betul-betul yang tidak hal-hal yang negatif.
aktif yang kotor dan sebagainya harus betul-betul dijaga. Karena itu peletak dasar. Peletak dasar dari sel-sel itu. Sel-sel otak itu.
Nah, ini untuk kita perhatikan. Oke, kita masuk ke teori kognitif. Teori belajar kognitif. Apa kata teori ini tentang belajar?
Otak manusia memiliki ratusan miliar sel aktif, masing-masing memiliki hingga 20 ribu koneksi. Luar biasa. Sehingga bisa membentuk ratusan triliun jaringan. Kemampuan otak manusia itu kalau dioptimalkan luar biasa. Jauh melebihi kapasitas komputer.
Komputer yang membuat manusia, sehingga pembuatnya mesinnya lebih canggih daripada manusia. Komputer ya, manusia ciptaan Tuhan. Tuhan jauh lebih canggih daripada manusia.
Nah, apa kata teori ini tentang belajar? Belajar diawali supaya diawali dari kondisi disequilibrasi. Kondisi ke...
kegonjangan, ketidakmapanan, keperlu-perlu jawaban, problematis, fenomena. Ini diciptakan dulu. Jadi kalau mau belajar fisika tentang gaya, tunjukkan dulu videonya.
Ada tabrakan mobil der. Masalah, mengapa terjadi tabrakan? Oh, remnya blong, sumbernya ngantuk, atau apa lagi?
Bannya tipis, atau apa lagi? Enggak tahu. Mereka konstruktifis, mengkonstruksi, atau mencari pemecahan sendiri. Nah, agar menjadi...
ekwilibrasi atau adaptasi atau kondisi seimbang kalau ini tidak seimbang ini seimbang oh gitu toh itu ya, itu bisa melalui asimilasi bisa juga melalui akomodasi apa maksudnya? asimilasi adalah jika ada informasi baru, ilmu baru Langsung Nempel di sini. Jadi ini rantingnya bertambah.
Rantingnya bertambah-bertambah, semakin banyak. Itu namanya asimilasi. Karena apa? Karena ada cantolannya.
Sehingga bisa cantol. Kalau nggak ada cantolannya, dia hilang. Lupa, terbang.
Nah, ini asimilasi. Lalu pembelajarannya gimana supaya terjadi asimilasi? Dicek dulu ada cantolannya enggak.
Kalau enggak ada cantolannya, guru tiba berbuih-buih ngomongnya, ya enggak nyantol. Dicek dulu ada cantolannya enggak, supaya perbelajarannya enggak membatir, enggak sia-sia. Gimana cara ngeceknya? Tanyakan.
Kalau hari ini kita akan belajar tentang ini misalnya. Misalnya. Tapi mereka sudah paham semua.
Misalnya kita akan membahas tentang sesuatu. Tanya pada si A. Kamu tahu nggak ini apa?
Apa ya Bu? Saya nggak pernah lihat itu. Oke. Kalau kamu?
Budi. Pernah, Bu, saya lihat, tapi nggak pernah penggunakan. Baik, yang lain lagi. Bu, saya punya itu, Bu.
Oke, itu kita ngecek. Oh, yang ini sama sekali belum pernah tahu apa itu. Kalau yang ini pernah lihat, tapi belum pernah penggunakan.
Kalau yang itu malah punya. Artinya mereka punya prior knowledge yang berbeda-beda. Yang satu sudah ada cantolannya, yang lainnya belum.
Sehingga yang belum itu nanti gak nyantol-nyantol ilmu barunya itu. Nah cara mengajar gurunya kan sama. Antara yang belum paham sama sekali dengan yang sudah paham. Sehingga yang sudah paham itu pasti nilainya lebih baik daripada yang belum. Nah guru seringkali gak ngecek.
Dia mengatakan begitu saja, kamu bodoh, sudah dijelaskan, sama dengan yang lain, kamu nggak paham. Nah yang sudah paham, dikatakan pinter. Adilkah itu? Pelanggaran etika banyak ya di dunia pendidikan.
Sehingga yang belum punya cantolan dibuatkan cantolan dulu. Supaya dia bisa menerima ilmu dengan lebih mudah. Caranya gimana? Banyak strategi yang bisa digunakan.
Nah, itu asimilasi ya. Jadi, begitu ada informasi datang kemudian nyantol. Sehingga ini semakin rindam, semakin banyak cabangnya, rantingnya.
Sedangkan akomodasi, Ada informasi baru, tidak begitu saja diterima, ditahan. Karena apa? Karena yang sudah ada di dalam skemata saya, di dalam struktur kognitif saya, enggak sama dengan yang datang ini.
Yang betul yang mana ya? Yang sudah saya pahami kemarin atau yang ini? Nah, di situ dilakukan analisis atau apa ya?
Nah ketika diakui yang datang itu lebih betul, lebih benar, maka yang ada di sini ditanggalkan, dilepas, lalu yang datang yang baru itu masuk. Itu namanya akomodasi. Nah belajar dari kondisi disequilibrasi, fenomena problematis, untuk menjadi ekwilibrasi, paham.
atau adaptasi, bisa melalui asimilasi, bisa melalui akomodasi, atau bisa simultan, dua-duanya bergantian. Nah ini teori kognitif tentang belajar. Bisa ditangkap ya, kira-kira ya. Silahkan pembelajarannya harusnya seperti apa. Ya itu tadi, harus dibuatkan cantolan dulu.
Kalau nggak dibuat contoh lain ya gagal pembelajaran kita. Nah teori ini ditukui oleh Piasi. Tulisannya piaget ya, Tian Biase.
Atau dikatakan sebagai konstruktivisme radikal. Ini pertama kali orang yang melakukan eksperimen terhadap manusia, otak manusia, yang dijadikan eksperimen anaknya sendiri. Kalau anaknya telangga, bermasalah. Dia mengatakan bahwa belajar itu ditentukan oleh karsa individu.
Walaupun pengajarnya itu sampai berbuih-buih bicaranya, tetapi kalau tidak ada niat untuk belajar, maka tidak akan terjadi proses belajar. Makanya ditentukan oleh karsa individu itu sendiri. Oleh sebab itu, keaktifan dan kemandirian sangat penting. Di dalam proses belajar.
Nah, akhir-akhir ini selama pandemi ini kok banyak tugas-tugas akhir yang mengkaji tentang kemandirian belajar ya. Banyak itu, mereka banyak tertarik. Ini keaktifan dan kemandirian mahasiswa atau siswa itu sangat penting.
Nah, pada nomor tiga dan empat. Perkembangan kognitif merupakan mekanisme biologis. Bertambah umur maka semakin meningkat kemampuannya. Biasanya mengatakan begitu ya.
Tapi nanti akan dibantah sendiri oleh pengikutnya. Apakah betul semakin tua, semakin bertambah umur itu semakin bertambah kemampuannya, semakin bijaksana, apakah betul? Nah ini ternyata... Dari hasil-hasil penelitian tidak selalu. Banyak yang mudah-mudah lebih bijaksana, lebih sabar, emosinya lebih terkendali.
Nah, belajar itu adaptasi dengan lingkungan melalui asimilasi atau akomodasi atau keduanya. Dia menyarankan supaya di dalam belajar menggunakan gaya belajar Sokratik. Artinya, menghadapi masalah-masalah projek based learning, problem based learning fenomena untuk mencari jawabannya itu disarankan begitu, kognitifnya yang banyak bekerja, utaknya sampai disini, adakah diskusi?
Mohon izin. Boleh, silakan. Kalau terkait dari teori kognitivisme ini sendiri, itu ketika kita mau membedakan seorang siswa atau anak terhadap nilai atau moral atau karakter yang anak punya itu, bagaimana cara membidang-bidangkannya atau membeda-bedakan. Karena kan di sini kan.
Tadi kita harus membangun, atau disini istilahnya pikir itu kontruktivisme radikal. Dan itu belajar juga ditentukan oleh karakter, individu, dan lain sebagainya. Bagaimana kita bisa membedakan nilai yang siswa punya, atau value di dalam diri siswa ini, dengan karakter-karakter yang dimiliki oleh siswa atau anak-anak tertentu.
Seperti itu. nilai karakter moral itu pembelajarannya berbeda dengan membelajarkan pengetahuan ya jadi untuk membelajarkan pengetahuan yang sifatnya kognitif membelajarkan keterampilan saya gerok jam pagi, jam pertama gak berhenti untuk membelajarkan materi-materi kognitif, psikomotorik, dan sikap, termasuk nilai-nilai karakter itu strateginya berbeda. Kondisi internalnya seperti apa, maka dibutuhkan eksternal yang seperti apa. Itu ada ya buku-bukunya ya, silahkan. Kalau yang di Bahasa Indonesia sudah ada.
Ini salah satu contoh bukunya. Saya harap Anda punya ya buku ini. Ini praktis sekali.
Kumpulan dari berbagai pikiran tokoh-tokoh TP. Jadi untuk membelajarkan aspek-aspek itu berbeda. Termasuk pembelajaran moral itu beda.
Pembelajaran nilai karakter beda. Untuk membedakan gimana? Itu teorinya Kolbe bisa kita pakai. Loren Kolbe.
Dia membedakan... ada enam tahap moral, reasoning, moral reasoning. Kan kita mengenal ada moral knowing, moral feeling, dan moral action.
Nah dia membedakan ada enam tahap moral reasoning. Untuk membedakan antara satu dengan yang lain, dia menggunakan tahap itu. Misalnya saya tanya pada anak kecil.
Ya usia SD, TK lah. Kamu setuju nggak sama mencuri? Nggak.
Kenapa? Mencuri itu bisa ditangkap polisi, kemudian di penjara. Jawaban anak-anak kecil biasanya gitu ya.
Tangkap polisi terus di penjara. Nah pertanyaan yang sama saya berikan kepada anak yang lebih besar. Anak SMA atau bahkan mahasiswa. Bagaimana tanggapan Anda dengan pencurian?
Tindakan mencuri. Tuju gak? Jelas enggak. Kenapa?
Mengganggu ketertiban masyarakat. Sama, dua-duanya gak setuju mencuri. Tetapi yang anak kecil tadi masih ada di tahap dua.
Sementara yang tadi anak dewasa, yang sudah besar tadi ada di tahap empat. Belum di tahap enam. Karena dia masih berpikir mengganggu masyarakat sekitar.
Sementara kalau tahap enam itu, Buddha moral universal, mengganggu manusia secara universal. Secara keseluruhan sebagai manusia. Diukur melalui tahap itu, melalui jawaban itu.
Penelitian saya terhadap 5.000 remaja SMA di Jawa, kecuali Jakarta. Tapi memang sudah agak lama itu ya penelitian itu. Remaja-remaja SMA itu masih ada di tahap 3. Good boy, nice girl. Asal dia disenangin orang aja, dia berbuat baik, supaya dikatakan dia anak baik, good boy, nice girl.
Jadi masih ada di tahap tiga, padahal moral itu ada enam tahap. Nah di berbagai kesempatan, bahkan saya tulis di buku. di waktu itu tahun awal-awal terbit itu ya ada di Gramedia, tapi sekarang sudah nggak ada, karena Gramedia kan maunya terbitan baru, tapi di sosial agensi masih saya lihat, saya tentang itu ada.
Di berbagai kesempatan saya katakan, remaja-remaja kita itu masih ada di tahap tiga. Tahap tiga itu ciri-cirinya begini, begini, begini. Peserta seminar mengatakan, Oh enggak hanya remaja bu, kalau cirinya seperti itu.
Orang dewasa pun masih banyak berarti yang ada di tahap tiga. Nah perkembangan moral itu harus kontinum ya. Enggak bisa dari tahap tiga langsung tahap lima, enggak bisa.
Harus tahap satu, dua, tiga, empat, lima. Seperti teorinya biasa, bertahap. Nah ketika mereka ada di tahap tiga bagaimana supaya mereka ke tahap empat?
Bagaimana dia supaya dari tahap 4 ke tahap 5 dan seterusnya. Itu ada strategi, ada model-model pembelajarannya. Pembelajaran moral, banyak itu.
Ada beberapa, termasuk di data pengukuhan guru besar saya itu. Begitu. Kalau tertarik, bagus.
Saya mengembangkan media-media pembelajaran untuk itu juga. Bagaimana? anak-anak dari tahap sekian maju ke tahap ini, setelah tahap ini maju ke tahap ini, dan sebagainya itu ada medianya kita bisa menciptakan medianya bisa mengembangkan model pembelajarannya begitu Irfan, Pak Wizen baik beraktifasi Oke, baik. Cukup ini? Lanjut ya?
Nah, udah hipoterm 2. Harusnya hipoterm 2 itu tadi ya. Nah, sekarang masuk ke teori ketiga. Teori konstruktivisme. Nah, teori konstruktivisme ini didasari oleh filsafat konstruktivisme juga.
Apa kata filsafat ini tentang belajar? Nah, pengetahuan itu adalah bentukan siswa, bentukan seseorang yang sedang belajar. Dia yang membentuk, bukan dosen, bukan guru, dia yang membentuk. Guru, dosen, teknolog pendidikan, teknolog pembelajaran, itu kan fasilitator.
Agar terjadi proses belajar, agar terjadi proses pembentukan itu. Tapi yang membentuk adalah dia sendiri lewat interaksi dengan bahan atau pengalaman-pengalaman baru. Nah, terjadinya pembentukan itu bisa secara personal atau sosial, kelompok. Jadi pengetahuan itu tidak bisa ditransfer begitu saja dari otak saya ke otak mahasiswa. Dari otaknya guru ke otak siswa, tidak bisa.
Mereka lah yang membentuk. Nah teori ini, filsafat ini menyarankan supaya pembelajaran itu ditentukan bersama-sama dengan siswa. Ada kontrak belajar, kontrak kuliah. Supaya semuanya punya komitmen yang sama. Antara...
pengacar dan siswa. Kan itu deal-dealan, kontrak namanya. Jadi komitmen bersama. Nah ini disarankan oleh teori konstruktivisme.
Nah bagaimana prakteknya? Kita lihat salah satu contoh yang dikemukakan oleh Philip. Dia menggambarkan tiga dimensi pembelajaran.
yang berlandaskan teori konstruktivisme. Ada tiga garis yang saling berlawanan. Tapi mohon maaf, ini bukan titik-titik. Ini sama, ini garis lurus.
Panahnya juga berlawanan. Ini dia menggambarkan seperti itu. Kalau kita cermati tulisan-tulisan yang ada di kotak-kotak kolom-kolom ini, memang sulit. diterjemahkan. Ini apa maksudnya?
Nah, urayanya begini. Pada garis ini, horizontal, pada sisi kiri, pembelajaran oleh alam realitas ditemukan. Nah, ini mesinnya diganti ini. Diganti begini.
Pembelajaran tentang apa saja tentang alam, tentang realitas, tentang apa saja, itu dari apa yang sudah ditemukan oleh para pendahulu. Sudah ditemukan teorinya, sudah ditemukan prinsipnya, konsepnya, rumusnya, kita tinggal mempelajari. Sudah didokumentasikan.
Nah, di sini maksudnya. Jadi realitas itu sudah ditemukan oleh pendahulu. Nah, berlawanan dengan yang sebelah kanan.
Ini. Manusia sebagai kreator realitas diciptakan. Apa maksudnya? Contohnya begini misalnya. Anak-anak, nggak tahu ini kelas berapa ya.
Yang mudah saja lah, yang culit-culit itu sebagai ilustrasi saja. Anak-anak kita hari ini akan melihat bermacam-macam tulang daun. Anak-anak berlima, satu kelompok lima orang-lima orang, kita keluar ke kebun, yuk ke kebun.
Lihat, dia mati, tulang daunnya bentuknya seperti apa digambar. Mereka beramburan keluar ya, lima orang-lima orang. Kelompok A menemukan ada 6 macam tulang daun.
Kelompok B menemukan ada 5 macam. Kelompok C ada sekian macam. Mereka sebagai kreator. Realitas diciptakan oleh mereka. Kelompok 1 menemukan 6 macam.
Kelompok 2 5 macam. Mereka kreator. Sekarang pada garis miring diagonal ini. Pada sisi bawah, ketika mengkonstruksi pengetahuan mereka pasif.
Mereka sebagai agen pengetahuan, sebagai penonton. Gurunya ditonton di depan kelas. Gurunya memberi ceramah, mendemonstrasikan, menjelaskan.
Mereka menonton. Nah, pada sisi berlawanan, Ketika mengkonstruksi mereka aktif, mereka sebagai agen, agen sebagai aktor, agen pengetahuan. Kelompok satu maju, coba tunjukkan dapat berapa macam tadi tulang daunnya. Kelompok satu menemukan ada enam begini, begini, begini, begini.
Baik, silakan yang lain menanggapi betulkah ini yang ditemukan kelompok satu. Yang lain menanggapi. Bu, itu yang nomor dua sama yang nomor empat itu kan sama itu, Bu.
Tulangnya, arahnya begini-begini. Yuk kita amati lagi, betulkah itu? Oh iya betul, ini satu macam. Sekarang kelompok dua, kelompok tiga, dan sebagainya akhirnya disimpulkan.
Jadi mereka aktif, mereka sebagai aktor, mereka menyampaikan, mereka memberikan argumentasi, mereka berdiskusi, menemukan. ilmu pengetahuan, menemukan pengetahuan-pengetahuan baru. Nah, pada garis vertikal, pada sisi bawah, ketika mengkonstruksi pengetahuan mereka secara individu, masing-masing, ayo kerjakan sendiri-sendiri.
Tidak boleh bersama-sama, nggak boleh nyontek. Bahkan saya cek itu ternyata masih ada guru-guru SD itu yang... Anak-anaknya kalau ulang itu ditutupin, pakai kertas itu ditutupin supaya nggak dicontoh temannya. Nah, pada sisi atas, ketika mengkonstruksi pengetahuan itu secara kelompok, bersama-sama. Mereka melakukan diskusi, mengamati bersama, kemudian menyimpulkan bersama, dalam kelompok.
Nah, daerah mana yang dihancurkan oleh konstruktivisme di sini? Jadi mereka sebagai kreator, realitas diciptakan oleh mereka, mereka sebagai aktor yang aktif untuk memberikan temuan-temuannya tadi, untuk menemukan hal yang baru. Dan mereka bekerja di dalam kelompok, dalam tim kolaborasi, berkomunikasi, berkolaborasi, menemukan sesuatu yang baru.
Sehingga ketika kita... bertujuan agar anak-anak itu mengembangkan kreativitas, kemampuan berkolaborasi dan berkomunikasi. Teori ini paling cocok.
Konstruktivisme ini paling cocok. Sementara yang behaviorisme enggak kena. Sampai di sini. Adakah diskusi? Silahkan.
Saya mau bertanya, Bu. Silahkan. Saya mengingatkan tentang teori biofirisme dan teori kognitif. Yang mana teori biofirisme tidak mengenal dari motivasi, pemikiran, dan sebagainya. Dengan kognitif hanya menerima informasi, berikatan secara informasinya.
Nah, berkaitan dengan yang Ibu sampaikan pada... untuk mendapatkan siswa, untuk mendapatkan ranking. Nah itu ada sebagian sekolah yang saya perhatikan, dia sudah mengganti ranking itu menjadi nilainya terhasiakan dengan identifikasi awal sama siswa dan orang tuanya. Tapi nanti setelah masuk sekolah, ranking itu digantikan sebuah hadiah bagi siswa yang berprestasi tersebut.
Nah ini tentunya saya melihatnya biar teorisme dan kognitivisme. Ada kontradiksi diantaranya, Bu. Apakah ini salah satu cara untuk menghilangkan biofilisma atau dengan pendekatan kognitif tadi, Bu? Ya, itu kembali kepada tujuan ya. Teori apa yang kita gunakan itu tergantung dari tujuan apa yang akan dicapai.
Kalau tujuannya agar siswa itu mampu berkreasi, berkolaborasi, berkomunikasi ya teori ini paling cocok memang begini Suatu saat saya dilapori oleh guru, karena guru setelah mendapat pelatihan kemudian dia praktek. Guru SD ini ya, dia membentuk anak-anak secara heterogen dalam kelompok-kelompok untuk bekerja sama. Nah ada orang tua yang protes, karena anaknya dianggap pinter, dia merasa anaknya pinter, tetapi dapat teman-teman yang di bawahnya kemampuannya. Sehingga... Orang tua itu merasa anaknya gak dapat apa-apa.
Malah harus membantu teman-temannya. Lalu protes ke gurunya. Gurunya gak bisa jawab. Saya bilang, anak itu berlatih yang tidak difasilitasi oleh lembaga lain.
Gak ada kursusnya, gak ada lesnya. punya soft skill yang berkembang sebagai leader gak gampang loh memahamkan orang lain yang sulit paham, dan dia mampu itu di dunia kerja, dia sudah dapat poin banyak itu di dunia kerja dan kemampuan itu kan harus dilatih sejak kecil, sejak dunia Dia tidak hanya sebagai leader, dia juga punya aspek-aspek karakter yang lain yang berkembang. Kasih sayang, kebersamaan terhadap orang lain. Jangan sampai, nah saya membuat media-media dengan tema-tema itu berbeda, tetap bersahabat.
Aku bisa, kamu juga bisa. Ketika aku bisa, kamu juga bisa. Gimana supaya membisarkan kamu? Hal-hal seperti ini, itu bekal soft skill yang tidak ada kursusnya, dan itu sangat dibutuhkan di dunia kerja. Orang-orang yang memiliki skill-skill seperti itu, karirnya cepat sekali menang.
Karena apa? Kan pimpinan bisa melihat karakter masing-masing karyawannya. tenaganya.
Nah, hal-hal seperti ini perlu disadarkan ya, baik untuk orang tua maupun anak-anak sendiri untuk berlatih, mengembangkan soft skill, mengembangkan skill-skill yang dibutuhkan di abad 21. Jadi, enggak perlu pakai hadiah-hadiah. Enggak perlu, enggak butuh. Itu sifatnya sementara, habis itu bosan.
Tapi skill itu terus berkembang, dilatih terus, tidak hanya di kelas rendah, mungkin sampai perguruan tinggi. Saya juga punya itu mahasiswa dibully sama teman-temannya. Saya amati itu. Oh ini anak ini kok dibully terus ya. Saya berusaha supaya dia, orang kalau sering dibully itu kan postur tubuhnya terbentuk ya.
Dia nggak berani natap muka langsung pada orang lain. Kemudian ini pundaknya ya, ini agak naik karena dia ingin defend gitu ya. Nah, gimana supaya anak itu tidak merasa dibully terus.
Presentasi aja dibully kok sama teman-temannya di depan kelas itu. Saya amati itu. Ya, saya berproses. Terus saya amati. Akhirnya tercapailah tujuan saya.
Dia bisa ketawa lepas di tengah-tengah teman-temannya. Karena teman-temannya sudah menyadari perilaku-perilaku yang karakter-karakter yang dibutuhkan di dunia kerja. Enggak seperti KPI kemarin.
Dengar peristiwa di KPI. Ada satu karyawan yang dibully sampai 12 tahun sama teman-temannya. Luar biasa.
12 tahun ya, berapa? Dari tahun 2012 sampai sekarang, berapa tahun? Itu sadis itu. Sampai ditelanjangin segala apa. Padahal udah dewasa, udah punya istri.
Nah, ini akibat UN itu. Dampak dari UN itu, kepedulian dengan orang lain nggak ada. Membuli orang lain pinter.
Terjawab gak tadi pertanyaannya? Pasalnya menjawabnya. Terjawab Ibu.
Cuma salah satu lagi saya masih, apa namanya, berarti teori diafiorisma dan kontrisma. Misalkan kita pakai salah satu teori yang ada ya Bu. Habis itu misalnya kurang, dalam penerapannya kurang.
Terus kita tambahkan salah satu teori kognitif ke dalamnya itu boleh ya Bu? Boleh, itu namanya eklektik. Nanti akan kita bicarakan eklektik.
Jadi perpaduan antara beberapa teori. Karena tujuannya beda. Tujuan yang satu agar siswa begini, tujuan yang lain agar siswa begini.
Jadi ketika mencapai tujuan yang ini, kita menggunakan pendekatan ini. Ketika mencapai tujuan yang ini, kita menggunakan pendekatan yang ini. Nanti kita eklektikan menjadi satu model.
Bisa. Dan itu banyak dilakukan. Kemarin yang baru aja ujian disertasi hari Jumat, Rekak Kelasanda, menggunakan empat teori. Empat teori. Saya tanya, masing-masing teori perannya di mana dalam model ini?
Harus jelas. Teori ini membentuk karena ini media IT, sehingga harus ada, kalau menyimpang nanti nggak jalan sistemnya. Nah, itu dia menggunakan bio-bio-bio-bio-bio-bio-bio-bio-bio-bio-bio-bio-bio-bio-bio-bio-bio-bio-bio-bio-bio-bio-bio-bio-bio-bio-bio-bio-bio-bio-bio-bio-bio-bio-bio-bio-bio-bio-bio-bio-bio-bio-bio-bio-bio-bio-bio-bio-bio-bio-bio-bio-bio-bio-bio-bio-bio-bio-bio-bio-bio-bio-bio-bio-bio-bio-bio-bio-bio-bio-bio-bio-b Waktunya juga sudah habis, toh.
Sampai jam berapa? Sampai 14.40. Sampai jam 14.40.
Oh, berarti sudah lewat. Sudah lewat. Ini sudah 14.50. Baik, kebetulan ini untuk konstruktivisme ini selesai. Besok kita masuk ke konstruktivisme sosial atau sosial-kultural.
Begitu ya. Semoga ada manfaat tambahan pengetahuannya. Saya tutup ya, share, Stapel, layarnya. Ya, Bu.
Oke. Baik, saya kira hari ini kita sudahi. Kita ketemu minggu depan.
Selamat siang semuanya. Selamat belajar. Selamat siang, Ibu.
Sehat. Selamat siang, Ibu. Oke.
Terima kasih. Mas, sudah Saya sama Oh, sama Intan Kita bahas Bahas apa ya Mas Gadi, maju kemana Mas Gadi? Kita terakhir dulu Kalau gue 9 Kalau gue 9 ini berarti habis UTS juga Masa lama sama siapa ya mas?
Sama mas Mas KT mas Woy mantul, kencang nih Habis UTS kita Ya ada UTS kan sih mas Mas tersama mas Tidak salah mas Lanjutkan mas Put Makasih teman-teman, pamit Assalamualaikum Mau kemana Tan? Mau makan dulu soalnya Sudah asal disini mas Nggak ngajak? Gak ada waktu mas, waalaikumsalam Waalaikumsalam Wih Ini sama ngeban yang udah jadi Woy, Irfan dagonya apa youtuber?
Youtuber? Tinggal nunggu yang di atasku nih, Bapak Paruk. Aku mau komentari yang Bapak Paruk nih. Tunggu ya.
Resume video Bapaknya dulu. Datangnya minggu ya, Mas Perkasa? Itu kata Mas Roni.
Kataku hari Selasa Kalau bisa hari Minggu Biar bisa Kerja yang pertanyaan selanjutnya itu Untuk yang Minggu kelima Minggu kelima gak usah loh, minggu depan ya ada yang sudah tanya kelompok kelas B tentang multimedia pembelajaran, terus gimana bapaknya gak tahu mbak kayaknya baru sekarang ini masih gak ada hubungan baik dengan kelas B itu hubungan baik sama siapa tuh maaf katanya baru sekarang apakah sudah kuliah Pak Herman, Prof Herman atau belum? tanya dia, Van apa-apa? apa-apa? tanya dia udah kuliah Prof Herman belum? Terus gimana Prof. Herman ketika semua orang pada gak ngumpulin ini?
Aku personal aja nih. Jangan. Benar-benar tidak. Tapi memang benar minggu lalu memang tidak ada instruksi itu. Kalau anak-anak gak pada ngerjain apa gitu Pak Nisman?
Atau gimana? Maksudnya apa kalau anak-anak gak pada ngerjain? Ya maksudnya.
Bapaknya itu apakah sama memberikan dua sekaligus? Atau Bapaknya itu menyadari bahwa dia itu ternyata lupa gak ngasih ini? Itu lupa tadi.
Instruksi, tapi Bapaknya merasa dia sudah memberi instruksi gitu loh. Itu lupa tadi calling sama anak-anak B kemarin? Bapaknya itu emang gak menginstruksikan, tapi merasa Bapaknya kalau ada di Bisma itu berarti kalian mengerjakan.
Ya, ya. Berarti kan kalau gitu minggu kemarin itu tugas disempatnya dua pertemuan berarti kan? Kalau gitu.
Harusnya yang kajian dua itu di minggu kedua berarti. Eh, minggu ketiga. Gak jelas itu.
Harusnya tugasnya yang itu kan ditaruh di minggu ketiga. Iya, gak ada. Iya, gak ada.
What do you think? Amannya mungkin ini ya, lihat silabus kali ya, silabus dari bapaknya. Silabusnya udah sesuai mana itu? Berarti kalau silabusnya sekarang itu, eh minggu kemarin maksudku apa?
Pertemuan keberapa? Udah kajian minggu kemarin kali ya silabus itu. Oh benar, profirmannya gitu berarti.
Kalau lihat di lapu sebenarnya. Tapi instruksi di Bismarck tidak ada. Ya iya, di Bismarck memang tidak ada.
Terus pagi-pagi profnya bilang di grup tugas di Bismarck sudah bisa dikerjakan. Akhirnya aku mau sabuti, langsung jadi. Oh iya, jangan-jangan.
Beliau ingatnya baru bahas dari itu Tapi kelas B juga kayaknya sama Soalnya kan Seperti yang tadi malam dibagi oleh Mas Gadik Itu kan mereka ada list Untuk kajian buku K2 dan K3 Itu ada list nama-nama untuk yang bab ini, chapter ini, dan sebagainya. Itu kan ada dua juga. Buku Meyer dengan Lee itu.
Berarti sama. Sama kondisinya. Iya.
Harusnya bapaknya menyadari ketika kondisinya. Berarti kita harus ngecek-ngecekin silabus aja kali ya. Terus.
Terus ngecek Bin Bismar juga. Ini Irfan doang yang udah selesai videonya. Tuh, aku juga belum. Baru satu doang.
Dari pembelajaran dapet teorisi. Isinya itu pernah dibahas ya di PPT yang apanya? Apanya?
Isinya yang mayor itu, Mbak. Ternyata itu cuma prinsip isinya. Di PPT berapa ada? Ada, ada.
Oh, tapi... Itu kan udah di PPT yang kita rangkum itu sih, Gadi. Iya, terlihat.
Aku baru sadar dari malam. Nah, berarti kemarin kamu ngerangkum PPT-nya gimana caranya? Aku emang udah jadi.
Aku belum jadi. Soalnya aku kebagian kesimpulan, jadi semuanya. Kebagian kesimpulan.
Enggak, aku nyataku. Langsung lihat. Kayak punya bapak aja, bisa aja. Aku paling besok ini, kuliah besok apa sih? Besok.
Aku besok-besokan, kayaknya nyemak doang. Aku perjalanan ke Jogja besok. Sama siapa ya, Mbak? Sama-sama. Sama-sama.
sama suami gimana mbak Put? kapan nih mau PTM? harusnya tanya tapi jangan bersapat ya kak dengerin Prof Asri tuh meskipun nyantai tapi kayak menikmati gitu ya tapi kenapa ketika Bu Kris gak seperti itu? Banyak ngasih contoh realnya juga Analogi-analoginya banyak Terarah Apalagi beliau juga Praktisi ya aku busurnya statistika nih dari pertemuan awal sampai sekarang Bu Chris tuh lebih ketanya jawab aja sih Rony, yang metode penelitian gimana kabar?
sudah kumpul tiba-tiba sudah kumpul gimana ini tuh ya apa Mas But? yang baru satu itu nanti langsung saja di drive itu ada tugas kelompok, ada tugas individu jadi bisa di di upload ke bagian tugas individu harusnya di upload sebelum hari Senin ya soalnya biasanya bapak minggu malam ngecekin bapaknya biasanya Yoi berarti minggu malem harus selesai Sabtu cuy Bapak ngecekin gimana Sudah ada kasusnya Siapa sih Mas Maruki Aku kasusnya Kasusnya apa ya Aku ngirimnya Senin pagi Bapaknya udah ngedownload minggu malemnya tapi masa bapaknya ngecek banyak banget itu kekuatan dosen SDU kuasanya kenis cayaan itu tapi gimana ya kita tapi gimana ya kita tentuin judulnya apa boleh beda dari yang list yang direview soalnya kan tidak jelas soalnya kan ada yang Ya ada yang sudah jelas judulnya ini, tapi ada kan yang disuruh bilang ini belum, belum ini, ini. Aku sampai sekarang ini gak ada pencerahan sama sekali Mas Yanu. Sama juga.
Sumpah. Yang paling aman Pak Putri ya, aman. Iya Pak Putri aman, Pak Putri kan dari awal sudah bagus, Bisa ya Bisa Sekolah paut saya Mengbutuhkan ini juga Ini gitu Wah enak Biasanya yang Ya cc matah yang sulit Dapat izin Belajar lapangannya loh Iya Kalau muda Mesti suruh kan Yang bingung malah ini Yang peng Apa? Pengembangan Hmm pengembangan Udah banyak Iya makanya itu Makanya gitu Apalagi mas Fadli Dua-duanya pengembangannya Masih ya Warren.
Tadi Bu Azri tuh ngomong ya, penelitian apa untuk... Pengembangan pembelajaran mandiri bisa kan? Enggak yang mandiri. Bisa kan? Bukan-bukan.
Yang kayak untuk fasilitasi pelajaran mandiri itu. Jangan pertanyaan. Iya, iya. Jadi enggak terpacu ke sekolahan.
Iya. Tadi-tadi selain andragogi, pedagogi apa lagi kata? Profesori? Heutagogi Apa-apa Yurdan?
Heutagogi Petagogi Heuta Oh, heuta Pelajar mandiri itu Iya Tapi itu kelas tinggi kali ya, Yurdan? Baru-baru Itu baru Oh, baru-baru Gue balik Misal dari yang kemarin kita langsung ganti judul gitu gimana ya? Iya, bisa Gak apa-apa, sel yakin Ganti aja sih Gak apa-apa, sesuai instruksi berapanya Masalahnya instruksiku gak jelas Gakik Yang penting ini aja mbak Itu kan nanti direview kan Yaudah sejadinya aja Begitu ya, nanti ngumpulin aja Stop Kalau menurut mas Yudhan gimana mas Yudhan Kalau masalah judul itu mas Yudhan Masalah judul itu gimana ya Mas Yudhan spesifik ya mas Oh iya Sama materinya juga belum apa namanya, belum tak wawancarai buat gitu lah yang dibutuhin apa gitu TPA tuh randiri menunjuk masyarakat keren nih masyarakat soalnya sedikit ya aku lihat di referensi skripsi maupun tesis itu masih ya hampir maksudnya jarang di delete gitu kalau pengalaman sekolah Kalau pengalaman suamiku, kemarin kan dia ngajukan judul itu. Terus sama dosennya diginikan, kamu kalau bikin tesis, setidaknya kamu ada referensi 5 buku dan 10 jurnal yang membahas tentang penelitian kamu. Kalau nggak banyak, kamu kesulitan nanti mengeksplorasi penjelasan dan analisis datanya begitu katanya.
Mbak Is, kurang setuju. Kurang 10 jurnal tuh Mbak Is. Ada yang sampai 50 jurnal. Kan ya dia bilang minimal gitu sih Mas. Lebih banyak lebih baik.
Udah lah ya. Surah pasar aja dulu. Ya surah pasar ya.
Surah pasar. Nanti malam Jumat lagi. Sama Pak Fadil. Malam Jumat malam Sabtu. Malam Jumat malam iya.
Banyak tugas. Iya gak tau ya. Malam Jumat coy. Oke makasih Terima kasih Selamat sore Selamat sore Bye