Transcript for:
Kajian Puasa dalam Manhajussalikin

Bismillahirrahmanirrahim. Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh. wa mayyutlil falahadiyalah wa ashadu an la ilaha illallah wahdahu la syarikalah wa ashadu anna muhammadan abduhu wa rasuluh sallallahu alaihi wasallam amma ba'du ikhwani wa akhwati rahimani wa rahimakumullah semoga Allah subhanahu wa ta'ala senantiasa merahmati kita semua Alhamdulillah kita bertemu kembali dalam kajian kitab Manhajussalikin wa taudihul fikhifiddin karya Syed Abdul Rahman bin Nasir al-Sa'di Rahimallah wa ta'ala Kita masih membahas tentang puasa Puasa yang dilarang Atau ya Al-ayyam al-manhiyu ansyamiha Hari-hari yang dilarang untuk puasa Jadi ada hari-hari tertentu Dimana pada hari-hari itu kita dilarang berpuasa Di antaranya Nabi s.a.w bersabda Naha ansyam yaumain Yawmul Fitr Waw Yawmul Nahar Nabi SAW melarang puasa pada dua hari yaitu hari raya Idul Fitri dan hari raya Idul Adha hadis riwayat Bukhari dan Muslim hari raya Idul Fitri itu jatuh tanggal 1 Sawal Adapun hari raya Idul Adha Itu jatuh tanggal 10 sulhijjah Maka Di dua hari ini Kita Tidak boleh berpuasa Alimam An-Nawawi Rahim Allah Ta'ala menjelaskan Ajma'al ulama'u Ala tahrimi Saumi hadzainil yawmaini bikulli halin Para ulama telah sepakat Atas haramnya puasa pada dua hari ini Bikulli hal dalam setiap keadaan Baik puasa nazar Puasa sunnah atau puasa kafarah Tidak boleh dilakukan pada dua hari ini Waqala ibn Qudamah Ajma'ah ahlul ilmi An-nasawm An-nasawm Yawmai al-id Manhiyun anhu Muharramun fitatawu'i Wannazri al-mutlaq wal-qadai wal-kafaro kata Ibn Kudama ahlul ilmi telah sepakat bahwasanya berpuasa pada dua hari raya itu dilarang dan diharamkan dilarang dan diharamkan baik puasa sunnah puasa nazar mutlak mengkodok puasa atau puasa kafaro Pokoknya semua macam puasa dilarang untuk dilakukan pada dua hari raya. Kata Imam Sokani, ada pun hikmah dilarangnya berpuasa pada dua hari raya. Puasa pada dua hari raya merupakan ikrod, tindakan berpaling. dari jamuan Allah subhanahu wa ta'ala jadi pada dua hari ini hari raya idul fitri dan hari raya idul adha Allah subhanahu wa ta'ala menjamu hamba-hambanya maka orang yang berpuasa dia telah berpaling dari jamuan Allah subhanahu wa ta'ala Jadi hukumnya haram Berpuasa pada dua hari raya Puasa apapun Puasa kafaroh Puasa nazar Puasa sunnah Atau puasa apapun Tidak boleh dilakukan pada dua hari raya Wakal Ayamu tashrik Ayamu aklin wa surbin Wadzikrin lillahi azawajal Rawahu Muslim. Nabi SAW juga bersabda, hari-hari tasrik adalah hari-hari makan dan minum, serta hari-hari berzikir kepada Allah Azza wa Jal. Hadis riwayat Muslim. Ini juga termasuk hari-hari dilarang untuk puasa. Hari-hari tasrik. Hari-hari tasrik itu tanggal 10. tanggal 11, 12, dan 13 Zulhijjah. 11, 12, dan 13 Zulhijjah. Tidak boleh kita puasa pada hari-hari ini. Kemudian dari Aisyah dan Ibn Umar, radiyallahu anhum, keduanya berkata, lam yurakhos, lam yurakhos fi ayyami tashrik, Tidak diberi keringanan Untuk berpuasa pada hari-hari tasri Kecuali bagi orang yang tidak mendapati hewan sesembelihan Bagi orang yang tidak mendapati hewan kurban Ini bagi siapa? Bagi jama' haji Jama' haji yang tidak mendapati hewan sesembelihan Jadi orang yang melaksanakan haji tamat tu' atau haji kir'an, maka wajib baginya menyembelih hewan kurban. Jika ia tidak mampu menyembelih binatang al-hadiyu, maka wajib baginya berpuasa selama 10 hari. 3 hari pada masa haji, dan 7 hari setelah ia kembali. ke tanah airnya inilah makna firwan Allah barang siapa yang tidak mendapati hewan sembelihan, hewan kurban maka hendaklah dia berpuasa tiga hari di saat haji dan tujuh hari di saat dia kembali ke tanah airnya Jadi jama' haji yang mengambil manasik atau mengambil haji tamatu atau haji kiron dan dia tidak punya hewan sembelian, dia tidak punya hewan kurban, maka dia berpuasa selama 10 hari, 3 hari di saat haji, boleh dilakukan pada hari-hari terserik. Boleh dilakukan pada hari-hari tashrik. Adapun yang tidak haji, tidak boleh berpuasa pada hari-hari tashrik. وَقَالَ لَا يَسُومَنَّ أَحَدُكُمْ يَوْمَ الْجُمْعَةِ إِلَّا أَنْ يَسُومَ يَوْمًا قَبْلَهُ أَوْ يَوْمًا بَأْدَهُ مُتَّفَقٌ عَلَيْهِ Nabi SAW bersabda, janganlah salah seorang di antara kalian berpuasa pada hari Jumat, kecuali orang yang berpuasa sehari sebelumnya atau sehari sesudahnya. Mutafakun alaih. Jadi tidak boleh puasa pada hari Jumat. Atau tidak boleh menyendirikan puasa pada hari Jumat. Jadi puasa pada hari Jumat. Kecuali dia berpuasa sehari sebelumnya. Sehari sebelumnya berarti hari kemis. Dia puasa hari kemis, kemudian hari Jumat dia puasa. Boleh. Atau sehari sesudahnya. Dia puasa hari Jumat, kemudian hari Sabtu dia juga puasa. Boleh. Adapun menyenderikan hari Jumat untuk puasa ini tidak dibolehkan. Dan larangan di sini, menurut jumur ulama, larangan di sini menunjukkan makruh. bukan menunjukkan haram larangan disini bermakna makruh bukan bermakna haram taib ini tentang hari-hari dilarangnya berpuasa pembahasan selanjutnya tentang keutamaan puasa di bulan Ramadan keutamaan puasa di bulan Ramadhan, keutamaan sholat tarawih dan sholat twitir. Penulis membawakan beberapa hadis, yaitu sabda Nabi s.a.w. man soma ramadhana imanan wahtisaba gufiro lahuma takoddama min zambi. Orang siapa berpuasa di bulan Ramadhan? Dengan penuh keimanan dan mengharap pahala dari Allah, maka akan diampuni dosa-dosanya yang telah lalu. Ini keutamaan puasa Ramadan. Puasa Ramadan bisa menghapus dosa-dosa yang telah lalu. Dalam hadis yang lain, Nabi juga bersabda, As-salawatul khamsu wal-jum'atu ilal-jum'ati wal-ramadhan ilal-ramadhan. solat lima waktu jumat yang satu ke jumat berikutnya ramadhan yang satu ke ramadhan berikutnya itu bisa menghapus dosa-dosa yang terjadi diantaranya selama dosa-dosa besar dijauhi jadi puasa ramadhan bisa menghapus dosa-dosa hanya-hanya saja kata para ulama dosa-dosa yang dihapus itu dosa-dosa kecil Bukan dosa-dosa besar. Dosa-dosa besar itu hanya bisa dihapus dengan bertobat kepada Allah s.w.t. Nabi juga bersabda, Barang siapa melakukan kiam Ramadan. Kiam Ramadan, ini termasuk dalamnya Salat Tarawih dan Salat Witir Imanan wahtisaba Dengan penuh keimanan Dan mengharap pahala dari Allah Ghafirallahumma taqaddama min zambih Maka akan diampuni Dosa-dosanya yang telah lalu Utamaan Salat Tarawih Dan Salat Witir Di bulan Ramadan Kalau bisa, kita tidak absen atau tidak goib. Kalau bisa, selama sebulan penuh, kita sholat tarawih dan sholat witir. Yang paling utama, sholat tarawih, sholat witir bersama imam sampai selesai. Man sholat ma'al imam hatta yansarif. Siapa yang solat Taraweh, solat witir Bersama imam Sampai imam selesai Maka akan dicatat baginya Solat semalam penuh Akan dicatat baginya solat semalam Semalam penuh Ya boleh, solat taraweh di rumah, boleh Solat taraweh, solat witir di rumah Namun untuk di bulan Ramadan yang paling utama Berjamaah Di masjid bersama imam. Sampai selesai. Bagaimana yang dilakukan oleh Nabi SAW. Nabi yang dalam hadis sebutkan. Nabi hanya beberapa hari saja. Berjamah dengan sahabat-sahabatnya. Setelah itu beliau tidak keluar. Namun beliau tidak keluar. Bukan karena. Salat tarawih secara berjamah. Tidak disariatkan. Bukan. Beliau tidak keluar karena beliau khawatir. Salat tersebut akan diwajibkan kepada umatnya. Sehingga nanti akan memberatkan mereka. Makanya belum tidak keluar. Ya sekarang kekhawatiran itu sudah tidak ada. Ya karena syariat sudah sempurna. Sudah tidak ada perubahan lagi. Maka hukumnya kembali kepada hukum asalnya. Yakni salat tarawih di bulan Ramadan secara berjamaah itu disariatkan. itu disariatkan sholat bersama imam sampai selesai kemudian barang siapa ya sholat di sholat pada malam layatul khadar Dengan penuh keimanan dan mengharap Pahala dari Allah, maka akan Diampuni dosa-dosanya Yang telah lalu Ini keutamaan Salat di malam Laylatul Qadar Para ikhwan dan akhwat, rahimahkumullah Di antara keistimewaan bulan Ramadan Pada bulan Ramadan terdapat Malam Laylatul Qadar Jadi malam ini hanya ada Di bulan Ramadan Apa keutamaan malam Laylatul Qadar? Allah subhanahu wa ta'ala berfirman, Laylatul Qadar khairun min alfis sahar. Laylatul Qadar lebih utama daripada seribu bulan. Apa maksudnya Laylatul Qadar lebih utama daripada seribu bulan? Maksudnya, orang yang beramal pada malam itu, misalnya dia sholat pada malam itu, pada malam, itu lebih utama pahalanya lebih besar dibandingkan dia sholat selama seribu bulan jadi dia cukup sholat hanya semalam itu pahalanya lebih besar dibandingkan dia sholat selama seribu bulan seribu bulan itu kurang lebih 83 tahun 83 tahun lebih, lebih sekian bulan Ini keutamaan malam Laylatul Qadar. Oleh karenanya, Nabi S.A.W. memerintahkan kita untuk mencari malam Laylatul Qadar. Kata beliau, taharru laylatul Qadar. Carilah malam Laylatul Qadar. Dalam hadis yang lain, beliau bersabda, Tahrul laylatul qadar fil asril awakhir min Ramadan syarilah malam laylatul qadar di sepuluh hari terakhir dari bulan Ramadan di sepuluh hari terakhir dari bulan Ramadan jadi bukan di sepuluh pertama bukan di sepuluh pertengahan tapi di sepuluh terakhir Dalam hadis yang lain, Nabi jelaskan lebih jelas lagi, lebih spesifik lagi. Kata beliau, Tahrul laylatul qadar fil witri minal asril awakhir min Ramadan. Syarilah malam laylatul qadar di malam-malam ganjil dari sepuluh terakhir bulan Ramadan. Jadi di 10 hari terakhir kita cari Layatul Qadar di malam-malam ganjil. Malam-malam ganjil itu ya malam 21, malam 23, malam 25, 27, dan 29. Cari malam Layatul Qadar pada malam-malam tersebut. Cuma kadang ini jadi masalah di negeri kita. Atau di tempat kita Itu kadang puasanya beda-beda Ada yang puasanya lebih dahulu Dan ada yang puasanya ikut pemerintah Sehingga kalau puasanya beda, kalau starnya beda Otomatis malam ganjilnya juga beda Ya mungkin bagi yang ini Malam ini malam ganjil Tapi bagi yang lain malam genap Besok sebaliknya Bagi yang lain itu malam ganjil Tapi baginya malam genap Sehingga kalau kita bingung Ustadz gimana Ustadz Saya bingung, sudah Kalau Antum bingung Antum penuhi itu. Cari malam dulukodar di 10 hari terakhir pada bulan Ramadhan. Baik malam ganjil maupun malam kenap. Kalau antum bingung. Antum insya Allah pasti dapat. Dan mencari malam dulukodar di sini, bukan kita melihat apa namanya, ciri-cirinya, bukan. Tapi kita cari dengan cara kita mencari. Menghidupkan malam-malam tersebut dengan berbagai macam ibadah. Ini maksud mencari malam tulqadar. Menghidupkan malam-malam tersebut dengan berbagai macam ibadah. Ya, baik sholat, kemudian membaca Al-Quran, berzikir kepada Allah, berdoa, dan seterusnya. Dan seterusnya. Dan Nabi SAW mencari malam Zulkadar Beliau mencari malam Zulkadar Di antara cara yang beliau lakukan Adalah beliau iktikaf Beliau iktikaf di masjid. Karena yak takifu al-asr al-awakhir min Ramadan hatta tawafahullah wa'takafa min ba'dihi azwajuhu mutafakun alayh. Nabi s.a.w. iktikaf di 10 hari terakhir dari bulan Ramadan hingga Allah s.w.t. mewafatkannya. Sampai beliau meninggal. Kemudian istri-istri beliau juga beriktikaf setelah beliau meninggal. Dan tujuan iktikaf, kata para ulama, diantara tujuan iktikaf adalah mencari malam Laylatul Qadar. Para ikhwan dan akhwat, rahimahkumullah. Kalau nabi saja mencari malam Tul Qadar, padahal beliau masuk Allah, orang-orang yang punya keutamaan yang sangat besar. Masih cari malam tul kodar Bagaimana dengan kita Harusnya kita lebih semangat lagi Untuk mencari malam tul kodar Kita etikaf di masjid Etikaf di masjid Kita sudah berkali-kali Melaksanakan puasa Di bulan ramadhan Kemudian kita gak pernah etikaf Walaum marotan walaum marotain Walaupun hanya sekali atau dua kali Masa kita gak pernah etikaf Biasanya kita tidak pernah merasakan bagaimana kita fokus ibadah kepada Allah pada malam-malam terakhir di bulan Ramadan. Jadi indah. Kita kalau bayangkan kalau antum pernah iktikaf, antum bayangkan indah. Masa-masa iktikaf itu merupakan masa-masa yang indah dalam hidup kita. Karena kita fokus beribadah kepada Allah subhanahu wa ta'ala. Dan iktikaf disariatkan dilakukan di masjid. Iktikaf disariatkan dilakukan di masjid berdasarkan firman Allah Ta'ala dalam surat Al-Baqarah ayat 187. Dan janganlah kalian mencampuri mereka, yang di istri-istri kalian, sementara kalian sedang ikhtikaf di masjid. Allah mengatakan, sementara kalian sedang ikhtikaf di masjid. Berarti ikhtikaf itu di masjid. Dan Nabi SAW ikhtikaf di masjid. Tidak pernah ada riwayat yang menyebutkan Nabi ikhtikaf di rumah. Atau di selain masjid. Beliau ikhtikaf di masjid. Hanya saja para ulama berbeda pendapat dalam menetapkan masjid. Ada yang mengatakan tidak boleh ikhtikaf kecuali di tiga masjid. Masjidil Haram, Masjid Nabawi, dan Masjidil Aqsa. Ada yang membatasi, hanya tiga masjid. Namun di sana ada pendapat lain, dan tentu ini lebih benar daripada pendapat yang pertama bahwa seikhtikaf boleh dilakukan di masjid mana saja. Tidak hanya di tiga-tiga masjid. Jadi kalau hanya di tiga masjid, itu repot. Kita yang jauh dari tiga masjid ini, kita tidak bisa ikhtikaf. Kita tidak bisa ikhtikaf. Maka pendapat yang paling suhi dalam masyarakat ini adalah, boleh ikhtikaf di masjid mana saja. Boleh ikhtikaf di masjid mana saja. dan pengertian iktikaf ini saya Muhammad bin Soleh Al-Uzaymin menjelaskan tentang pengertian iktikaf iktikaf adalah iktikaf artinya menetap di masjid untuk apa namanya untuk mengkonsentrasikan diri dalam melakukan ketaatan kepada Allah Azza wa Jalla. Jadi tujuannya apa? Supaya bisa lebih fokus. Bisa lebih fokus melaksanakan ibadah kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala. Dalam rangka mencari pahala Allah, mencari karunianya, dan mencari malam Laylatul Qadar. Makanya orang yang itikaf disunahkan untuk menyibukkan diri Bito'atillah Dengan berbagai ketaatan kepada Allah Baik menyibukkan diri dengan sholat, membaca Al-Quran Tasbih, ya bertasbih Tahmid, bertahmid, bertahlil Bertakbir, istighfar Memohon ampun kepada Allah, bersalawat kepada Nabi Sallallahu alaihi wasallam Berdoa Mengulang-ulang ilmu Dan yang semisalnya Bukan malah menyembuhkan diri dengan Apa? Al-hal yang tidak bermanfaat Ada orang yang etikaf Dia online terus Etikaf tapi bawa laptop di masjid Untuk apa? Jualan di masjid Online di masjid Padahal tidak boleh jual beli di masjid Ada yang etikaf tapi banyak ngobrol Kalau hanya sekedar ngobrol biasa dan sedikit tidak mengapa. Nabi pernah didatangi oleh istrinya. Hafsah. Apa namanya? Sofia. Didatangi oleh Sofia. Kemudian Nabi ngobrol sebentar. Lalu Sofia kembali ke rumahnya. Tapi kalau ngobrol, tertawa, dan seterusnya. lebih banyak ngobrolnya daripada beribadah kepada Allah, ini berseberangan dengan tujuan iktikaf. Jadi, sibukkan diri untuk melakukan berbagai macam ketaatan. Dan makro, menyibukkan diri dengan halal yang tidak bermanfaat, baik itu perkataan, ataupun perbuatan. Dan tidak boleh keluar dari masjid. Orang yang keluar dari masjid, maka batal iktikafnya. Kecuali, kecuali memang ada keperluan yang sangat mendesak. Yang tidak bisa tidak, dia harus keluar. Seperti apa? Para ulama mencontohkan, misalnya dia ingin buang hajat. Dia ingin buang hajat. Wesenya ada di luar masjid. Maka tidak mengapa dia keluar masjid. Atau misalnya air di masjid habis. Sementara dia harus mandi, dia harus buang hajat. Maka tidak mengapa dia pulang ke rumah untuk mandi dan buang hajat. Jadi kalau ada keperluan yang mendesak, maka tidak mengapa dia keluar. Tapi kalau tidak ada keperluan yang mendesak, kemudian dia keluar, maka batal iktikafnya. Batal iktikafnya. Kemudian juga tidak boleh melakukan hubungan intim. orang yang melakukan hubungan intim, maka batal iktikafnya tadi Allah SWT mengatakan walatubasiruhunna waantum akifuna fil masajid jangan kalian campuri istri-istri kalian sementara kalian sedang iktikaf di masjid, ya ini apa namanya, pembahasan tentang iktikaf, kemudian yang terakhir penulis membawakan sabda Nabi SAW latusaddu arrihal illa illa salah sati masajid Al-Masjidul Haram Wa Masjidul Haza Wa Al-Masjidul Aqsa Mutafakun alaih Tidak boleh melakukan perjalanan jauh Atau safar untuk niat ibadah Kecuali di tiga masjid Itu Masjidul Haram Masjidku ini Masjid Nabawi Dan Masjidul Aqsa Mutafakun alaih Apa kaitan penulis membawakan hadis ini? Dengan pembahasan iktikaf, kaitannya, tidak boleh melakukan perjalanan atau safar yang tujuannya untuk iktikaf kecuali di tiga masjid ini. Masjidil Haram, Masjid Nabawi, dan Masjidil Aqsa. Tidak boleh. berniat melakukan safar dengan niat ibadah atau dengan niat etikaf kecuali di tiga masjid ini taib ini barangkali yang dapat kami sampaikan salallahu ala nabi Muhammad subhanakallahumma wabihamdika ashadu an la ilaha illa anta astagfiruka wa atubu ilaih assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh