Bahwa secara teknis Pertamina Pateraniaga memberikan layan kepada masyarakat untuk RON90 dengan merek Pertalite dan RON92 dengan merek Pertamax itu adalah sesuai spek. Dan kita menjamin kepada masyarakat bahwa di SPBU yang kita jual adalah sesuai spek. Kami tegaskan bahwa tidak ada Pertamax oprosan.
Jadi Pertamax yang kami salurkan di SPBU ini sudah kami pastikan sesuai dengan spesifikasi yang ditentukan oleh Dijen Migas. Dari Pertamina, Patraniaga sudah mengklarifikasi dan mereka menyatakan dengan tegas bahwa tidak ada yang namanya BBM Oplosan dari Pertalite kemudian dijual dengan harga Pertamax. Bagaimana dengan temuan YLKI?
Adakah aduan laporan dari konsumen? atau YLKI sendiri menemukan memang ada BBM yang tidak sesuai dengan spek tapi dijual dengan harga yang lebih mahal? Iya, dari YLKI sendiri memang menerima banyak aduan dari masyarakat dan juga konsumen terkait dengan pertamaks ini.
Sebenarnya Sebenarnya memang isu ini sudah kami dengar itu beberapa lama. Jadi bukan hanya ini saja gitu. Dari kapan?
Dari 2018 tidak? Ya itu bisa jadi mungkin ya. Dari beberapa tahun lalu, bahkan tahun lalu juga sempat lebih booming lagi juga.
Ini pun lebih booming lagi gitu. Tapi memang kendalanya adalah ketika konsumen melakukan pengaduan tidak ada buktinya. Karena kan tidak ada data lab bahwa yang menyatakan yang mereka beli itu ternyata di bawah dari yang dijanjikan.
Tidak ada bukti berarti aduan mereka apa? Asumsi atau mereka testimoni atau apa? Iya, terkait dengan testimoni. Karena kan sebenarnya kami hanya bisa menindaklanjuti aduan ketika ada bukti yang jelas. Tapi untuk kasus ini, keterbatasan dari masyarakat itu adalah bukti.
Karena masyarakat itu tidak bisa mengecek sendiri. Tidak ada alatnya, tidak punya kemampuan atas hal tersebut. Maka itu kami menerima banyak pengaduan.
terkait dengan testimoni bahkan di media sosial bahkan mereka datang langsung ke kami tapi kami tidak bisa menindaklanjuti gitu isi aduannya apa bahwa mereka merasa apa contoh mereka membeli membeli Pertama dengan harga sekian membandingkan dengan merek yang lain yang importer tapi kok rasanya kualitasnya itu lebih baik yang importer bisa jadi mungkin saya juga kurang paham terkait dengan data Lab Apakah Apakah benar gitu ya. Bahkan dari pihak yang bertanggung jawab untuk melakukan pengecekan pun sebenarnya juga belum mempublikasikan kepada masyarakat gitu. Contoh ketika membeli Pertalite itu motornya seringkali mungkin bahasa masyarakatnya berebet gitu ya. Berebet.
Berebet. Iya. Tapi ketika membeli Ron yang sama 90 untuk produk yang lain itu mereka lancar untuk spesifikasi dengan Ron yang sama 90. tapi kualitasnya berbeda.
Itu kan hanya asumsi masyarakat, tapi memang tidak hanya 1-2, sudah banyak. Tapi kami tidak bisa menindaklanjuti karena tidak ada buktinya. Harusnya menurut ILKI, apakah uji lab yang katanya selama ini dilakukan oleh Lemiga secara berkala, harusnya dipublikasikan secara berkala juga kepada publik? Betul, karena itu transparansi untuk masyarakat. Sebenarnya dari Undang-Undang Perlindungan Konsumen juga, hak konsumen itu adalah menerima informasi.
yang benar, jelas, dan jujur. Dan harus mendapatkan produk itu sesuai dengan yang dijanjikan. Kalau dijanjikan RON 90, ya 90. Kalau yang dijanjikan RON 92, ya 92. Ketika ada permasalahan ini, yang berwajib untuk melakukan pembuktian adalah pelaku usaha. Jadi, di Undang-Undang Perlindungan Konsumen itu juga menjelaskan bahwa adanya pembuktian terbalik dari pelaku usaha.
Di pasal Undang-Undang Perlindungan Konsumen pasal 28. Oke. itu adanya pembuktian terbalik, bahwa pelaku usaha wajib memberikan bukti bahwa temuan tersebut benar atau tidak, apakah ada penyimpanan atau tidak, berdasarkan dari hasil lab, pre-market maupun post-market yang ada di masyarakat. Baik, baik.
Nah ini lagi pertanyaannya Mas Uggeng, kalau memang betul dilakukan oleh Lemiga secara berkala uji lab itu, masyarakat selama ini nggak tahu juga, tidak terinformasikan juga soal hasilnya seperti apa, dan kalau secara berkala kok nggak ketahuan? dari 2018 sampai 2023 jadi inilah salah satu apa problem ya memang kenapa? karena itu tadi hari-hari yang lalu memang tidak secara kontinu sebagaimana disampaikan oleh tadi mbak Emilia ya yang mestinya betul bahwa secara berkala pelaku usaha melaporkan kepada publik karena itu adalah hak publik bahwa barang yang Yang dijual itu adalah sesuai dengan spesifik yang diharuskan. Nah memang, itu juga yang sering kami dorong. Karena isu soal oplosan, mismatch, dan sebagainya kan tidak ada di akhir-akhir.
Kami waktu di Komisi 7 berkali-kali dalam rapatnya mendorong, yang menurut mereka sudah juga disosialisasikan. Pompom bensin disosialisasikan sedemikian rupa, salah satunya adalah dari sisi warna tadi, pembeda itu jelas. bahwa yang Pertamak itu adalah warnanya biru kan gitu yang pertama plus warnanya merah sementara yang apa-apa yang Pertalite ya itu dengan warna tertentu sehingga dari situ lantas kualitas itu dipastikan bahwa itulah kualitas yang sebenarnya nah memang memang kan ini po tadi bahwa sumber dari baik Pertalite maupun Pertamak ini ini kan baik dari impor langsung berupa produk itu maupun dari kilang Nah itulah sumbernya Pertamina sementara kalau dari apa operator lain atau apa usaha lain seperti sel seperti Vivo seperti apa akr bukan langsung impor berupa produk itu langsung produk jadinya Nah inilah proses itu juga kita lacak sebetulnya beberapa waktu lalu yang disebut di depo itu storage betul dari kilang karena di kilang itu Konsep blending malah itu memang menjadi praktek yang memang lazim.
Kenapa? Tidak semua krut atau minyak mentah tertentu bisa diolah di kilang tertentu. Sehingga sering terjadi di blending. Di blending antara untuk menghasilkan ron yang diharapkan.
Tetapi itu adalah di kilang. Begitu sampai ke depo-depo, itu adalah sudah dalam bentuk produk. Produk jadi. Produk jadi dengan ron tertentu.
Ron tertentu. Itulah yang waktu. waktu itu tata kelolanya kita pastikan disini rekline di blending juga kasih merek lain itu kan mereka datang dengan produk jadi tidak di blending lagi tidak kan mereka mengaku juga ditambahin aditif gitu baik orang sel itu juga dengan istilahnya ramuan rahasia masing-masing karena itu merupakan keunggulan masing-masing Oke kayak kemarin bahwa dari Patra Niaga kan dijelaskan bahwa itu di di dengan aditif tertentu yang untuk membersihkan mesin justru malah dan seterusnya Oke inilah yang selama ini kami dari DPR menjalankan fungsi pengawasan kan gitu.
Tapi merasa ada kelemahan tidak dalam pengawasan itu sehingga akhirnya ini bisa terjadi? Dulu justru, yang kemarin-kemarin ya, justru memang ada yang menyampaikan bersolalah yang kualitas dari usaha. Tapi justru dalam temuan-temuan kami menyatakan bahwa yang dari Pertamina itu yang lebih baik justru.
Sama-sama ronnya ya kan memang standar. Kadang-kadang kan begini, RON 90 misalnya dibandingkan dengan ada karena produk lain RON 90 plus ada yang sebagainya. Ya memang lebih bagus RON 90 lebih ada yang RON 91 dan sebagainya dengan harga yang berbeda jauh kan. Apalagi RON 90 itu sudah dikompensasi atau subsidi hingga Rp10.000 di tingkat konsumen hari ini.
Dengan pencuatnya kasus ini muncul ketidakpercayaan publik. Tadi kita sudah bahas ya. Dan akhirnya menjustifikasi kecurigaan-kecurigaan yang selama ini.
Selama ini ada di benak publik bahwa merek yang ini lebih baik dari yang ini dan sebagainya. Nah, kalau memang pada akhirnya kasus ini justru yang paling merugi adalah masyarakat, apa yang bisa dilakukan oleh masyarakat? Apakah ada jalur hukum yang bisa ditempuh oleh masyarakat atau bagaimana? Nanti saya akan tanyakan itu kepada Mbak Yenti, usai jidah pebersihan. Dipersembahkan oleh Jelajahi Cara Baru Mendapatkan Informasi.
Download Metro TV Extend sekarang!