Hai Riri kumpulan dongeng dan cerita anak kisah timun mas dan puto ijo Zaman dahulu kala, ada seorang janda tua bernama Mbok Sarni. Mbok Sarni hidup seorang diri tanpa seorang anak yang menemani dia. Karena umurnya yang semakin tua, Mbok Sarni merasa semakin sulit melakukan pekerjaannya.
Dari bercocok tanam, dan mencari kayu bakar di hutan untuk dijual. Hari-harinya, Tidak, suaminya selalu sepi. Ingin rasanya ia memiliki seorang anak yang dapat ia sayangi, serta membantu meringankan pekerjaannya.
Boksarni hanya bisa diam dan pasrah dengan takdir yang telah diberikan Tuhan kepadanya. Seperti hari-hari biasanya, setiap sore Boksarni pergi ke hutan untuk mencari kayu bakar. Saat mendatang, Tandak pulang, tiba-tiba muncullah Buto Iju, sang raksasa jahat. Buto Iju menghadang Boksarni. Dia meminta seorang anak untuk disantap.
Boksarni sangat terkejut dan takut dengan kemunculan Buto Iju itu. Hei wanita tua, hari ini aku sangat lapar. Beritahu di mana anakmu. Aku ingin menyantap.
Tetapnya, sudah lama aku tidak memakan anak manusia. Ampun, Buto Ijo. Saya hidup sebatang kara dan saya juga tidak memiliki anak.
Sungguh, saya tidak berbohong. Tolong jangan sakiti saya. Tanpa diduga, Buto Ijo memberi biji mentimun kepada Mbok Sarni.
Wanita tua, aku tidak akan menyakitimu. Sebagai gantinya, tanamlah biji mentimun ini. Dalam dua minggu, kau akan memiliki seorang anak.
Hah? Apakah Tuan Buto Ijo akan memberiku seorang anak? Terima kasih atas kemurahan hati Tuan Buto Ijo. Tapi ingat, ada syaratnya. Kau harus menyerahkan anak itu ketika ia berusia enam tahun.
Tanpa berpikir panjang, Boksarni pun setuju dengan syarat dari Puto Ijo. Boksarni sangat senang. Harapannya selama ini bisa menjadi kenyataan. Dua minggu telah berlalu.
Biji mentimun yang ditanam Boksarni telah berubah. Hah, ini sudah dua minggu, sesuai perkataan Buto Ijo, biji timun darinya telah berbuah. Di antara begitu banyak buah mentimun, ada satu mentimun yang berwarna kuning dan bersinar. Ia sangat penasaran dengan timun tersebut.
Kemudian, Mbok Sarni memetik timun itu dan kembali masuk ke dalam rumahnya. Mbok Sarni membawa timun itu ke dapur dan meletakkannya di atas meja. Mbok Sarni memelah timun itu dengan hati-hati.
Tata senangnya Mbok Sarni saat melihat bahwa isi mentimun itu ialah seorang bayi perempuan yang Sangat cantik. Harapan terpendamnya selama ini telah terwujud. Seorang anak yang dapat menemani di masa tuanya.
Mbok Sarni pun memberikan anak itu nama Timun Mas. Enam tahun berlalu, Timun Mas telah tumbuh menjadi gadis cilik yang cantik dan ceria. Pagi ini, Timun Mas sedang bermain dengan Mbok Sarni.
Timun, Timun Mas, dimana kamu? Mbok mencarimu. Tiba-tiba terdengar suara dentuman yang sangat keras. Itu adalah suara langkah kaki Buto Ijo. Buto Ijo ingin menagih janji Mbok Sarni.
Sudah enam tahun berlalu, aku datang untuk menagih janji. Ampun Buto Ijo, sekarang timun mas belum bersiap-siap. Datanglah Lusa, saya akan menyerahkan timun mas.
Boksarni minta waktu sampai besok pagi. Boksarni tidak sanggup menyerahkan anak kesayangannya. Malam harinya, seorang pertapa tua datang ke dalam mimpi Boksarni.
Hai Boksarni, kalau kau ingin anakmu selamat, suruh Timun Mas untuk lari. dari rumah. Dan bawalah empat benda, yaitu biji timun, carum, garam, dan terasi untuk melawan puto ijo.
Hehehe, mimpi ini seperti kenyataan dan seolah menjadi petunjuk bagi Mbok Sarni. Anak yang sangat disayanginya memiliki kesempatan lolos dari raksasa jahat tersebut. Pagi hari pun tiba, sesuai petunjuk dari petapa semalam, Bok Sarni menyiapkan bekal untuk timun emas. Dia pun berpesan, jika Buto Ijo mengejar, lemparkan senjata itu satu persatu. Ketika bekal itu sudah siap, tiba-tiba sang Buto Ijo datang.
Bok Sarni memerintahkan Timun Mas untuk lari ke hutan. Buto Ijo tahu dia telah dibohongi oleh Bok Sarni. Ia sangat marah. Ia segera berlari mengejar Timun Mas.
Hei Buto Ijo, kau tidak akan bisa menangkapku. Tidak, Bapak. Timun Mas melempar senjata pertama yaitu biji timun. Seketika, Buto Ijo ditelan oleh hutan mentimun yang sangat lebat.
Tapi, Buto Ijo bisa lolos. Kemudian Timun Mas melemparkan jarum. Jarum itu berubah menjadi bambu-bambu yang menusuk tubuh buto itu.
Buto Ijo masih sanggup mengejar dan timun emas segera melempar garam. Garam itu berubah menjadi lautan dan menenggelamkan Buto Ijo. Sebelum Buto Ijo sanggup menyelamatkan...
Jadi Timun Mas melempar terasi. Terasi itu berubah menjadi lautan lahar yang sangat panas. Buto Ijo tidak sanggup bertahan dan dia pun tergelai untuk selama-lamanya.
Boksarni bersyukur bahwa Buto Ijo sudah tiada. Ibu, ibu aku mau... Anak yang ia sayangi sudah tidak akan diambil dan disakiti oleh Buto Icho. Mereka pun hidup bahagia selama-lamanya. Nasihat dari cerita ini adalah, kebaikan akan selalu menang melawan kejahatan.
Berperilah kulah yang baik agar mendapatkan teman-teman yang baik pula. Yuk dukung Riri dengan menekan tombol subscribe.