Transcript for:
Agresi Militer Belanda di Indonesia

Terima kasih telah menonton 21 Juli 1947, sebuah perlawanan untuk mempertahankan kemerdekaan Republik Indonesia pecah di Pulau Jawa, Sumatera, dan Madura. Belanda melancarkan aksi militer, mengubah diplomasi menjadi agresi. Mereka berambisi menguasai kembali bumi Pertiwi, mengambil hasil bumi dan menjadikannya upeti bagi kerajaan Belanda.

Aksi militer ini mereka sebut sebagai operati produk. Aksi yang bertujuan untuk membangkitkan kembali bisnis-bisnis, pabrik-pabrik, dan perkebunan Belanda yang telah berhenti beroperasi, terutama yang berada di Pulau Jawa bagian timur. 70 perkebunan kopi, 72 perkebunan karet, 5 perkebunan teh, dan 3 perkebunan kina.

Mereka berharap aset-aset tersebut kembali menghasilkan produk-produk agar bisa dijual di pasar domestik, sehingga mampu menambah kas negara Belanda yang terus berkurang akibat perang. Di Pelabuhan Surabaya, berderet armada kapal perusak, korvet, kapal penyapu ranjau, kapal patroli, dan kapal-kapal perang jenis lain milik Belanda. 21 Juli 1947, pasukan tentara Belanda mendarat di Pantai Pasir Putih. Sebelumnya, kapal perang mereka membom Markas Besar Angkatan Laut Republik Indonesia.

Setelah menguasai... di markas besar TNI Angkatan Laut Republik Indonesia, tentara Belanda bergerak cepat ke sasaran-sasaran strategis lainnya. Seperti di Banyuwangi, Probolinggo, dan Malang. Aksi ini dikenal sebagai agresi militer pertama yang dilakukan oleh Belanda terhadap Indonesia. Melanggar kesepakatan damai yang telah disepakati bersama dalam perundingan Linggarjati sekitar satu tahun sebelum terjadinya agresi ini.

11 November 1946, Miles Weatherburn Lamson Killair, seorang diplomat Inggris, memimpin sebuah perundingan di sebuah rumah di daerah Linggerjati, Kuningan, Jawa Barat. Perundingan antara Republik Indonesia dengan Belanda. Sultan Syahrir selaku Perdana Menteri mewakili pemerintah Republik Indonesia.

Sedangkan Belanda diwakili oleh Komisi Jenderal yang terdiri dari Willem Smerhorn, Perdana Menteri Belanda, dan Hubertus Johannes van Mook, Gubernur Jenderal Hindia Belanda. Perundingan ini terjadi karena perang antara Indonesia dengan Belanda terus saja terjadi setelah Indonesia memproklamirkan kemerdekaannya. Beberapa minggu setelah Indonesia merdeka, pemerintah sipil Hindia Belanda, Nika, tiba di Indonesia dengan membonceng tentara sekutu. Gubernur Jenderal Hubertus Johannes van Mook mengemban misi diplomasi atas perintah Ratu Belanda Wilhelmina, yang memiliki ambisi besar untuk membentuk sebuah negara persemakmuran yang terdiri dari Kerajaan Belanda dan Hindia Belanda di bawah kekuasaannya. Selama kurun waktu November 1945 hingga tahun 1946, terjadi pertempuran-pertempuran besar di wilayah Indonesia.

Seperti pertempuran di Surabaya, Ambarau, Jogjakarta, Palembang, Medan, Semarang, Bandung, dan di Bali. Lebih dari 50.000 pasukan tentara Indonesia dan seratusan ribu warga sipil gugur dalam pertempuran mempertimbangkan. dan pertahankan kemerdekaan Indonesia.

Sedangkan dari pihak sekutu, hanya ribuan orang yang tewas dalam medan pertempuran. Peperangan antara pihak Indonesia dan sekutu terus berlanjut. Jumlah jatuhnya korban kian meningkat dan kebutuhan logistik untuk peperangan semakin besar. Akhirnya, upaya diplomasi dilakukan untuk meredam pertempuran yang kian memanas.

Sebelum perundingan Linggarjati berlangsung, akhir Agus Pada Agustus 1946, pemerintah Inggris mengirimkan perwakilan Komisi Khusus, Miles Weatherburn Lampson Killer, untuk menyelesaikan perundingan antara Indonesia dan Belanda. 7 Oktober 1946, Lord Killer membuka perundingan Indonesia dengan Belanda di Konsulat Jenderal Inggris di Jakarta. Perundingan ini menghasilkan persetujuan gencatan senjata pada 14 Oktober 1946. dan memuluskan jalan ke arah perundingan Linggarjati. Perundingan ini menghasilkan kesepakatan yang terbagi dalam 17 pasal. Beberapa di antaranya Belanda mengakui kekuasaan Republik Indonesia secara de facto atas wilayah Sumatera, Jawa, dan Madura.

Dengan pengakuan ini, maka Belanda harus meninggalkan wilayah tersebut paling lambat 1 Januari 1949. Republik Indonesia dan Belanda akan bekerjasama untuk membentuk negara persemakmuran dengan nama Republik Indonesia Serikat dengan Republik Indonesia sebagai salah satu bagiannya. Republik Indonesia Serikat dan Belanda akan membentuk Uni Indonesia Belanda dengan Ratu Belanda sebagai ketuanya. Meskipun perundingan lingkar jati itu sudah berjalan, sudah disepakati bersama, tetap kita bercuriga bahwasannya Belanda itu setelah tentaranya tambah lama, tambah banyak datang ke Indonesia gitu, dia akan berkuasa lagi.

Mula-mula kota besar, habis itu sampai ke kota-kota kecil. Pasca penanda tanganan kesepakatan Linggarjati, hubungan Indonesia-Belanda kembali memanas. Karena Belanda mendatangkan lebih dari 100.000 pasukan militer mereka ke wilayah Republik.

Mereka bahkan menyisir beberapa wilayah di Pulau Jawa, melanggar segala bentuk kesepakatan yang ada dalam perundingan Linggarjati. Namun pihak Belanda tidak merasa bersalah dengan pelanggaran yang mereka lakukan. Mereka justru menuduh Republik Indonesia gagal faham terhadap isi kesepakatan perundingan Linggarjati. Belanda merasa berhak mendatangkan tentara mereka. Dengan dalih, Indonesia dan Belanda adalah negara kesatuan yang berada di bawah kuasa Ratu Belanda.

Ketika proklamasi kemerdekaan Indonesia diproklamirkan, Belanda menganggap itu tidak sah. Bahkan itu sebagai bentukan Jepang dan sebagainya, karena otoritas kekuasaan di Indonesia masih menjadi milik Belanda. Beberapa perjanjian yang telah dilakukan itu tetap saja Belanda masih susah mengakui kedaulatan Indonesia, khususnya di Eure.

Dari berbagai pendekatan yang ada, itu kan perjanjian Vogelhove yang dilakukan di Belanda itu, Belanda masih mengakui hanya de facto saja ada. Indonesia dengan berdasarkan perjanjian lingkaran sehati itu, Belanda ingin tetap kembali ke Indonesia dengan cara melakukan beberapa infiltrasi-infiltrasi. Supaya ini bisa dipenuhi, dia mengusulkan agar ada operasi keamanan bersama. 27 Mei 1947, Komisi Jenderal menyampaikan nota kesepahaman pada Republik Indonesia.

Belanda menuntut agar diadakan Gendermere, atau operasi pengamanan bersama antara militer Belanda dan TNI atas wilayah Indonesia. Namun hal ini ditolak oleh pemerintah Indonesia pada 8 Juni 1947. Pemerintah Indonesia tidak mau, maka kabinet Amir Sarihudin yang menggantikan kabinet Sahrir itu juga tidak mau. Pemerintah Indonesia tidak mau, karena kalau urusan ketertiban sosial, operasi... keamanan polisi dilakukan dengan Belanda lalu kedaulatan Indonesia dimana sehingga Republik Indonesia pasti dianggap tidak berdaulat, ini yang dijadikan alasan oleh Indonesia sementara alasannya dilakukan oleh Belanda bahwa di Indonesia banyak pengacau-pengacau yang sering menyerang posisi-posisi pasukan Belanda Inilah yang kemudian membuat situasi panas, sehingga kemudian Belanda melakukan sebuah agresi militer yang oleh Belanda disebut dengan aksi polisional, jadi tindakan polisional dengan konotasi kalau aksi polisional itu adalah bukan negara lain tapi negaranya sendiri. Tapi kita menyebutnya itu agresi karena waktu itu kita juga sudah.

seperti administrasi biasa. Pemimpin Republikan bilang mereka tidak bisa percaya pemerintah Anda pada pertanyaan keindepan. Permohonan keindepan kami dibuat oleh sebagian besar dari Parlimen Jawa yang diilhamkan. Sementara tentara Angkatan Darat Belanda melakukan blokade di wilayah daratnya.

...belovende gewesten en blijvende haert van onrust en verwarring niet kan dulden. De Nederlandse regering is ervan overtuigd dat zij voor deze beslissing de medewerking en de goedkeuring zal verkrijgen van die tallozen die de huidige... dan ingin mengatakan secara terbuka bahwa peraturan militer polis yang akan dilakukan tidak bergantung kepada rakyat Indonesia atau keinginan kebebasan Indonesia tetapi tergantung kepada para pemimpin dan kelompok yang benar-benar membebaskan negara ini Mereka harus melakukan ini untuk mengakhiri kegagalan jahat dari zaman Jepang dengan metode propaganda dan teror dan untuk menyatukan kekuatan konstruktif negara ini untuk mengembangkan negara ini Pengumuman tersebut dilanjutkan dengan instruksi oleh Jendral Spor pada pasukannya.... Aksi militer ini menunjukkan betapa Belanda jelas berupaya kembali menguasai seluruh wilayah Republik Indonesia. Sebenarnya kalau kita lihat dari kondisi yang ada di Belanda kita bisa maklumi.

Karena Belanda itu kan negara kecil dan miskin. Maka kalau dia tidak punya daerah jajahan, dia tidak bisa dapat pendapatan. Karena mereka sudah berapa tabat itu tergantung pemasukan dari negara jajahan. Sehingga Belanda pada saat itu juga menjadi pasien dari Marshall Plan-nya Amerika itu. yang hancur di Eropa itu kan dibantu oleh Amerika, ketergantungan Amerika.

Dan di pada saat agresi militer yang pertama itu Amerika masih mendukung Belanda walaupun gak diungkapkan. Tetapi pada agresi militer yang kedua Amerika sudah tidak lagi berada di belakang Belanda 100 persen. Kenapa?

Ini macam the blessing in disguise. Pada saat agresi militer kedua dilakukan pada bulan Desember 1948 itu, antara lain adalah yang terjadi menarik, yaitu mulai menguatnya Perang Dingin. Dan Perang Dingin waktu itu adalah pertarungan, perebutan pengaruh antara blok komunis dengan blok kapitalis.

Tepat tanggal 21 Juli 1947, dini hari pasukan tentara Kelanda mulai melakukan infiltrasi ke wilayah kantung-kantung kekuasaan Republik di Pulau Sumatera, Jawa, dan Madura. Mereka melancarkan agresi militer dengan kode Operati Produk. Operasi militer besar-besaran ini mendapatkan perlawanan dari segenap tentara dan rakyat Indonesia. Catatan sejarah menunjukkan bahwa penyerbuan Belanda ke kota Malang dengan kode Produk Zwit atau Produk Selatan menjadi operasi terberat bagi pihak Belanda.

Karena di sepanjang jalur tersebut terdapat benteng-benteng pertahanan tentara Indonesia. termasuk pula barikade-barikade dan perangkap-perangkap bagi tank-tank Belanda. Malang adalah kota terbesar kedua di Jawa Timur setelah Surabaya. Kota ini berada pada ketinggian 600 meter di atas permukaan air laut dan dikelilingi banyak gunung.

Kondisi alam ini membuat Malang beriklim sejuk dan tanahnya subur. Pada tahun 1767, Hindia Belanda memasuki kota Malang, kemudian membangun infrastruktur perkebunan di Malang. Malang menjadi lumbung komoditas perkebunan Hindia Belanda.

Untuk memudahkan pengangkutan perdagangan hasil kebun, Belanda juga membangun jalan raya dan jalur kereta api yang menghubungkan Malang dengan Surabaya dan Pasuruan. Pada tahun 1878, hadirnya sarana transportasi dan lapangan pekerjaan membuat banyak warga Belanda yang kemudian menetap di kota Malang. Pada tahun 1882, Belanda membangun rumah-rumah di Malang bagian barat dan mulai membangun kota. 1 April 1914, Malang menjadi kota peraja. Malang tidak hanya menjadi sentra perkebunan semata, namun juga menjadi pusat administratif Hindia Belanda di Jawa Timur.

Jumlah penduduk di kota Malang meningkat pesat setelah menjadi Gemente atau Kota Praja. Hingga tahun 1940, Malang dihuni hampir 170 ribu orang Belanda dan keturunan. Hal ini membuat Belanda terus membangun berbagai sarana dan prasarana seperti rumah sakit, kantor telegraf, sekolah, gereja, dan bahkan membuat basis militer di kota Malang. Sehingga ketika terjadi agresi militer pertama Belanda, Kota Malang menjadi salah satu sasaran strategis.

Belanda mengerahkan Brigade ke-10 Kenil untuk merebut Malang di bawah pimpinan Mayor General Baye. Selain itu, untuk menambah kekuatan, Belanda juga mengerahkan Brigade Marinir di bawah pimpinan Kolonel Marinir W. A. J. Rulofsen. Pada 21 Juli 1947, pasukan Brigade ke-10 Knil bergerak dari Surabaya menuju ke Malang. Dalam waktu yang hampir bersamaan, Belanda telah mampu menembus pertahanan Indonesia di Sidoarjo.

Di waktu yang sama, Brigade Marinir Belanda juga telah mendarat di pantai pasir putih Situ Bondo. Keesokan harinya, Brigade ke-10 mampu menembus pertahanan wilayah Porong. Pasukan Divisi 7 Untung Suropati, di bawah pimpinan Majen Imam Sujai, tidak mampu menahan serangan Belanda.

Pada tanggal 23 Juli 1947, Brigade ke-10 Kenil sampai di daerah Lawang, gerbang menuju Kota Malang. Saat itu wilayah Malang berada dalam komando Resimen 38 di bawah pimpinan Letnan Kolonel Hamid Rusdi. Pada masa agresi militer Belanda pertama, itu kebetulan tempat ini pernah menjadi tempat perhentian.

Posisi jalan raya ini adalah posisi strategis. Dimanapun mereka menempati sebuah tempat, itu mereka pilih tempat-tempat yang dekat dengan jalan raya. Oleh karena itu adalah posisi yang strategis untuk melakukan banyak hal.

Pada waktu itu, jalan stasiun tidak difungsikan. Di samping kita juga meletakkan barikade-barikade di jalan-jalan. yang ada rel.

Rel-rel itu seringkali kita pasang berikade. Jadi Malang itu kita kosongkan dan kita bumianguskan. Tapi Belanda itu sadar bahwa Malang, divisi Untung Surabati, itu mewarisi persenjataan dari tinggalan Jepang yang sangat kuat, sehingga mereka tidak gegap. Pasuk Malang. Nah ini bertemu pasukan mereka dari gerak dari Surabaya sampai dengan dari Pasir Putih itu ketemu di sini.

Jadi di sini mereka merasa masih belum kuat. Karena membayangkan bahwa Malang akan dipertahankan mati-matian. Maka itu mereka menunggu di sini. Saat menunggu ini, nampaknya tidak ada pertempuran di sini. Jadi mereka menunggu bala bantuan dari Marine Brigade.

Nah, posisi kita di Malang, itu pada tanggal 22, itu ada briefing dari Komando Brigade 4, termasuk kepada anak-anak trip, itu mereka sudah dikomunikasikan bahwa Malang, itu rencana strategisnya memang kita kosongkan. Semua aset-aset penting kita bumianguskan dan kita melakukan manuver. untuk menuju ke Turen. Bumi Hangus Malang adalah salah satu upaya membakar habis semua bangunan di Kota Malang. Siasat ini dilakukan agar Belanda tidak menggunakan aset-aset tersebut.

Siasat ini dilakukan atas perintah komandan Resimen 38, Lieutenant Kolonel Hamid Ruzdi. Hampir seluruh warga Malang dari berbagai golongan turut berpartisipasi dalam aksi ini. Mereka menghanguskan Malang hanya dalam hitungan 1x24 jam, mulai 22 Juli 1947 dini hari hingga pergantian hari.

Petugas dari Telgrab itu berkeberatan gedungnya dibakar. Sampai pada waktu itu ada dari unsur-unsur perjuangan yang minta mereka untuk membakar dengan agak sedikit gertakan itu. Sehingga akhirnya kita bakar. Jadi tidak sepenuhnya beberapa instansi, gedung-gedung instansi itu pemiliknya rela untuk dibakar. Apa namanya, mengingatkan, menyadarkan kepada mereka bahwa gedung-gedung itu amat berbahaya kalau sampai jatuh ke tangan musuh.

Dan itu jelas kita perkirakan sekali bahwa Belanda akan bisa masuk dari Lawang. Kekhawatiran kita itu menjadi kenyataan bahwa ternyata Malang ini diduduki oleh Belanda. Mereka baru bisa masuk ke Malang ini pada tanggal 31 Juli. Jadi mereka sebenarnya sudah berada di Lawang sejak tanggal 23 Juli. Tetapi mereka baru berani masuk Malang, itu tanggal 31. Jadi masuk Malangnya itu bukan tertahan karena pertempuran besar, tapi mereka memperkirakan bahwa Malang itu akan dipertahankan mati-matian, maka itu mereka menunggu bala bantuan.

Mereka di Lawang itu menunggu bantuan dari pasukan Marine Brigade. Pasca peristiwa Malang Bumi Hangus, hampir semua warga Malang Bergerak menuju ke wilayah Malang Barat, namun sebagian warga sipil tetap tinggal dan melakukan gerilya di kota Malang. Mereka menamakan gerakannya sebagai gerilya di kota Malang.

Gerilya rakyat kota yang kita kenal dengan GRK kota Malang itu berangkatnya dari kampung-kampung ini. Jadi mereka secara sporadis menyerang Belanda yang ada di kota Malang. Ketika kita kosongkan itu tidak seluruh penduduk ikut berangkat menuju ke tempat gerilya. Jadi penduduk kota Malang masih ada, are-are pemuda di pinggir-pinggir kota Malang ini. Seantirum Malang, baik utara, selatan, timur maupun barat itu ada kantong-kantong di situ.

Mereka juga dicurigai. Tapi kita punya sebuah karifan lokal untuk menyiasati itu. Sekarang kita kenal dengan bahasa walian, itu justru terlahirnya pada waktu itu.

Jadi dengan bahasa walian itu adalah kiat kita. untuk menyamarkan agar bahasa-bahasa Sandi itu bisa berlangsung dengan lancar tanpa diketahui oleh musuh. Jadi kita punya istilah-istilah penting yang terlahir pada masa revolusi itu, yang istilah-istilah itu kemudian kita balik, ebes, ebes itu bapak.

Kita balik menjadi apa, sebe atau apa itu ya. Jadi enggak gampang dideteksi oleh musuh. Jadi kesaksian... Para pelaku pada waktu itu mereka menyatakan bahasa-bahasa walihan ini justru terlahir di masa revolusi itu.

31 Juli 1947, tentara Kenil berhasil memasuki kota Malang. Sekitar 10 hari pasca dimulainya agresi militer, akibat blokade jalan yang dilakukan oleh rakyat Malang. Satu-satunya pertarungan frontal selama agresi militer Belanda pertama terjadi di kota Malang.

antara pasukan Kenil dengan Trip. Brigada 17 Batalion 5000 yang tetap bertahan di sekitar Jalan Salak, Malang. Waktu itu setelah penyerangan itu begitu kuat, Belanda menyerang dulu yang kaki yang timur, lalu setelah itu bersamaan tank-tanknya dan bagian yang berada yang tengah, sudah mundur dan waktu itulah keputusan kita. Yang sebelumnya itu ada pasukan-pasukan O namanya yang dulu di Alprih dan itu juga mundur melalui tempat kita tetap ada di bagian barat itu. Yang mulai dari...

Jalan Ijen Pocok itu yang mana sampai terus Jalan Ijen Pocok sampai Jalan Bikamu. Nah, ada disitu adalah pasukan-pasukan antara lain yang namanya Batalion 500 ribu, yaitu Batalion Malang, Krip Malang, yang mana Santor sebagai komendannya, dan kemudian Batalion, lalu Tipto, Ngortaman, yaitu peleton-peletonnya, yang sudah tersebar, persiap, dan ada satu lagi peletonnya daripada yang dulu pada... terutamanya dari pertanian yang dikumpulkan oleh Rianto. Kita sudah berpikir waktu itu Belanda dari Malang itu akan datang dari utara, di mana lewat jalan yang Batru itu, Malang, yang kemudian yang terus ke Rampal dan Tengah. Jadi kita sudah berhitungkan bahwa Belanda ini akan datang sudah mulai dari arah jalan yang dari Batru.

Jadi ada di situ yang saya randa izin semua teman pahlawan yang saya randa izin. Saya sudah dengar pertempuran-pertempuran ada di kejahatanan dan kemunduran-kemunduran pasukan kejahatan kita. Waktu itu pun kemunduran ada di jahatanan kelas nyaran itu.

Apakah itu memang... Tidak hanya Belanda secara provokatif, lalu ada tembak-menembak antara kita sama kita dari pasukan itu. Jadi kita dulu, buat tengah sudah makan, ya kita bersiap-bersiap. sudah memang menyiapkan yang terakhir itu bisa langsung nyundur dan sebagainya terus langsung mereka mempercaya dengan Tenggara itu lewat jalan Tawi dan kita sudah ada di rumah-rumah jadi mungkin dalam hijauan yang itu Tenggara datang maka jangan terlalu banyak kita yang ada di sana yang berkahan dan sebagainya antara lain masuk ke tinggi betul Lalu waktu keanto, bagi pengundang batalion, itu kebetulan kita menghadapi hal-hal ini itu tidak mempunyai pikiran lanjut. Nanti, dimana, misalnya dari sini kita bertahan mana, dan-dan.

Maka, samto antara lain juga mendahului mencari yuteng atau tempat-tempat yang nanti baiknya untuk basis yang kita bisa menurut. Jadi, kita harus mundur untuk bertahan karena perusahaan yang sudah digataui. dan mereka mundur. Si Rianto yang menyerangkan, mundur-mundur, kenapa? Ada satu yang mereka yang dihubungkan itu, Mas Pi, tank!

Loh, pasangkan ke belakang, ada tank itu. Ayo, yang pergi ke belakang mundur. Mas Pi itu dihururkan, yang teriak-teriak.

Lalu sebagian, datang juga, kena, kena, kena. Kenapa? Dia bisa nembak pasukan beberapa antar belanda.

Jadi kemungkinan senang itu bergerak-gerak yang bagian sini terus depan sudah bisa untuk kita. Dengan teman-teman kita tidak saja, jadi sebagian kurang lebih satu kurang tahun itu ada terpaksa di situ. Lalu karena dari utara itu sudah juga depan, dari timur itu sudah tengah, masuk-terus ke utara jalan-jalan. Saya sendiri juga bawa senjata dan bawa cara menjaga yang hampir... pada waktu itu sudah terhubung dengan rakyat itu, kita masih asal nasional, asal menembak sudah, infanterinya Belanda orang Ambon-Abon dan sebagainya yang mendorong tank ada di situ Sudah bertahan, sudah akan nyeram, sampai tanknya itu masuk.

Itu masuk, tank masuk, itu saya lihat betul-betul jahat benar ya. Karena para usaha menembaki, menembaki, sedangkan kita sudah boleh katakan sudah tidak berdaya. Pasca pertempuran antara Belanda dengan Trip, 34 pasukan Trip Batalion 5000, termasuk komandannya Ibtu Susanto, gugur.

Jenazahnya dikebumikan dalam satu liang lahat yang sama, di Monumen Trip. Pertempuran sekumpulan anak muda ini, menjadi titik balik perlawanan terhadap Belanda, di Malang dengan cara gerilya. Hal ini terus berlangsung hingga agresi militer Belanda pertama berakhir pada 5 Agustus 1947. Jadi setelah kelas pertama, kemudian kita kembali ke meja perundingan. Kemudian dicapailah perjanjian Renville yang semakin menyulitkan kita. Dari perjanjian Renville itu dicapai kesepakatan.

Wilayah kita semakin sempit, ada garis vanmok yang kita sepakati. Nah di kucun ini salah satu penanda yang masih kita lestarikan. Ini di tengah ini adalah penanda.

Penanda yang ke arah timur. Ini wilayah pendudukan Belanda. Artinya daerah mana saja?

Ini termasuk Batu dan Malang. Malang kota? Lumajang, kemudian Pasurua. Kebutuhan Probolinggo itu sepenuhnya menjadi milik Belanda. Konsejian itu tetap.

Jadi kita seperti yang saya katakan, kita tidak mau begitu saja ditipu dengan perjanjian Renville itu. Jadi jeda antara gas fire pertama dan Renville itu tetap digunakan untuk goril? Tetap.

Tetap. Jadi kita keluar menunjukkan Godwill kita, taat pada peraturan itu, terbukti kita melakukan hijrah. Di depan mata Belanda kita hijrah itu lewat jalan besar menuju ke Malang Selatan. Tetapi kita sekali lagi bagian dari strategi perjuangan, kita tidak mau dibodohi begitu saja, kita balik ke kantong-kantong.

Jadi dari sisi kita, kita terima perjanjian Renfili ini sebagai sebuah taktik. Taktik untuk pengakuan. Tetapi sesungguhnya kita juga punya kepentingan strategis tersendiri.

Bahwa kita pada waktunya akan masuk ke... kembali ke daerah-daerah kantong itu. Itu kita pastikan, karena di sana masih tinggal rakyat, masih tinggal anak istri dari anggota tentara itu semuanya masih di sana. Sehingga kita tidak lama berada di... di tempat yang disepakati sebagai daerah republik itu tidak lama.

Kita kemudian melakukan winged action ke tempat kita masing-masing. Yang dari Pasuran kembali masuk dari pasukannya Pak Samsul Islam. Yang dari Pro Bolinggo, dari pasukannya Pak Dosarep yang dikenal sebagai Pak Guru masuk ke Pro Bolinggo.

Yang Lumajang, sana ada kompinya G.I. Ilyas, juga kompinya Suwanda, masuk mereka lewat tempur sari. Mereka masuk ke tempur sari lewat... Bapak Temur Sari itu bersama dengan Brigade 3 Seruji.

Jadi termasuk Brigade 3 Seruji itu juga mundurnya itu ke wilayah Brigade 4, ke wilayah Dampit, ke Lebak Roto sana. Nilai tawar kita sangat tinggi, terbukti kemudian agresi militer Belanda itu tidak sukses dari sisi Belanda. Karena kemudian, apa namanya, chest fire yang kemudian terjadi.

dari sesudah agresi militer Belanda ke-2. Itu sebenarnya kepentingan Belanda. Van Mok itu berpikir bahwa dengan agresi militer Belanda ke-2, Republik ini habis.

Pemimpinnya di Jogja sana ditangkep, dan wilayah ini mereka kuasai sepenuhnya. Tetapi impian itu hanya mimpi. Maka garis demarkasi Van Mok ini sering kita sebut sebagai garis hayal.