Transcript for:
Pentingnya Berpikir Kritis dalam Kepemimpinan

Terima kasih. Salam sehat, salam sejahtera dan selamat datang kepada Pak Ignasus Yonan. Kita kalau naik kereta api sekarang atau bahkan 5 tahun yang lalu, sampai sekarang kereta api udah punya segala macem.

itu selalu ingetnya Pak Yonan, bener gak? Jadi betul-betul kalau ada yang bilang revolusi mental yang udah pasti sukses itu adalah di kereta api. bener kan?

nah terima kasih Pak Yonan saya tau kalau kita ngeliat IG nya Pak Yonan ini masih pun sudah mantan tapi sibuknya minta ampun Januari tadinya kita minta tapi full tapi Alhamdulillah hari ini bersama dengan kita untuk ini adalah acara kolaborasi antara IDN Times dengan Hari Pes Nasional Hari Pes Nasional itu 9 Februari tahun ini kita akan memperingati yang ke 78 tahun hampir sama dengan usia kemerdekaan, maka disini hadir juga senior-senior Bang Ilham Bintang adalah ketua Dewan Penasehat dari Persatuan Wartawan Indonesia Pusat ada Peti Ketua Hubungan Luar Negeri teman-teman dari bisnis ini, sebetulnya saya gak berani ngundang yang lain ada yang on the way juga karena yang harus yang pengurus BWI nah ini akan menjadi salah satu mata ajar Pak Yonan dari Sekolah Jurulatih Indonesia yang kemarin pagi kick off di Bandung oleh Menteri Nadiem, soal leadership, political thinking, dan segala macam. Karena itu bersyukur banget bahwa I think one of the best speaker in this country untuk tema ini bersedia meluangkan waktunya berbagi dengan kita. Terima kasih juga William for support dan juga Tim Pops, Risa, dan Hoseil untuk acara ini.

dan kalian semuanya yang sudah hadir langsung saja saya mengundang Pak Yonan, tau gak Pak? udah ada 30 pertanyaan loh yang didaftarin Pak untuk menyampaikan selamat pagi, assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh Ini ngajar anak-anak ya Oke Kalau 30 pertanyaan berarti kita tanya jawab aja ya Betul kan? Oke Bu Uni Lubis minta saya itu sharing tentang critical thinking. Nah, dalam komunikasi saya dengan Bu Uni, yang keliru buat saya, bukan buat Bu Uni adalah saya tidak tanya ini audiens saya nanti itu siapa.

Kalau audiens saya itu adalah at the leadership level, saya enggak mau cerita soal teori. Sama sekali karena at the leadership level. level itu self-consciousnessnya sendiri itu sudah berubah, ya sudah berubah. Jadi coba tanya beliau ini. Raja infotainment.

Ya gitu. Jadi kalau beliau disuruh baca teori pasti gak minat sudah. Betul kan Pak?

Betul. Ya saya dulu bikin anak gak pakai teori juga jadi. Wah langsung seneng ini ya kan Nah, tapi saya akan mulai Bu ini slide saya yang pertama Saya minta Minta tayang slide saya yang pertama dulu Oke, this is the thing about the critical thinking Banyak, banyak teori Tentang critical thinking, banyak teori tentang teori psikoanalisis yang membahas tentang bagaimana cara berpikir. Kita sendiri di Indonesia, generasi saya, itu mungkin generasi, mulai generasi generasi saya waktu saya bersekolah di sekolah di Indonesia itu mulai tidak diajarin yang namanya teori of knowledge Pak mendikbud sekarang mungkin mulai memperkenalkan kembali ya mata pelajaran ini di anak-anak mulai mungkin dimulai SD atau SMP atau apa tapi kalau misalnya di sekolah yang sifatnya global misalnya Jakarta International School atau British International School sampai ini ini Itu yang namanya mata pelajaran yang bukan elektif, ini mandatori adalah TOG, Theory of Knowledge.

Theory of Knowledge itu dulu belajarnya itu mungkin zaman yang lebih senior dari saya seperti beliau. Bapak sekolah enggak ya? Sekolah kan?

Dulu belajar filsafat kan Pak? Nah betul ya Pak, generasi saya, generasi yang umurnya di awal 60 itu udah enggak belajar. mungkin yang lebih senior dari saya, sedikit lebih senior seperti beliau, ini masih belajar filsafat.

Setelah itu enggak ada. Filsafat itu sebenarnya teori of knowledge. Nah, kalau tidak belajar itu, kita selalu tidak belajar cara berpikir. Kita berpikir tapi tidak belajar caranya yang benar itu bagaimana. Caranya yang kritis itu bagaimana.

Nanti anda lihat sendiri teori-teori critical of. Teori-teori... Minum dulu, minum dulu. Teori-teori critical of thinking itu yang misalnya apa, facts, analysis, debate, segala macam, silahkan aja dibaca.

Tapi saya percaya satu yang dikatakan oleh Albert Einstein, dan ini... dari level kesadaran yang sama yang menciptakan itu jadi kalau ini sebenarnya this is the soul critical thinking itu mengajarkan kita yang dipercaya oleh Albert Einstein dan saya sekurangnya bahwa kalau kita menghadapi isu, tantangan, atau kesempatan, atau apapun juga itu tidak bisa mau dipecahkan atau mau diselesaikan itu dengan kesadaran yang sama Dengan kesadaran yang sama pada saat atau masalah atau tantangan atau kesempatan itu timbul, itu gak bisa. Makanya banyak orang, jarang sekali sih orang itu yang bisa punya, kalau sekarang itu istilahnya thinking.

out of the box, thinking out of the box. Saya pikir generasi yang lebih muda dari saya, seperti Anda semua, generasi millennial atau gen Z, bahkan ini mungkin critical thinking-nya jauh lebih bagus. Yang perlu menurut saya dipahami, yang perlu kita sadari itu bahwa ... Cara, alur berpikir kita ini belum tentu benar.

Nah, dasarnya benar itu apa? Ya pasti. Yang paling mendasar itu kalau pemahaman saya adalah humanity. Kemanusiaan itu sudah, this is the only reason we have to live.

Itu soal kemanusiaan. Makanya membedakan kita itu dengan makhluk hidup yang lain dan sebagainya. Nah ini coba loh, mulai dibaca lagi loh.

Kenapa kita itu berbeda dan sebagainya. sebagainya kenapa kita itu makhluk sosial ya dan sebagainya Kenapa harus ada etika ya terus sampai Kenapa harus ada Prat undang-undang dan sebagainya ini kan bukan dari bawah ke atas dari atas ke bawah ya the basic thing itu adalah soal universe ya universe terus soal humanity ya soal anilai kemanusiaan ya dan sebagainya sampai timbul sampai keyakinan lalu undang-undang dan sebagainya. Tapi ini yang dimulai, we will start from this, the consciousness.

Jarang sekali satu kepala itu can have the different consciousness in facing one or two issues. Kalau sudah multiple issues, malah mungkin jarang orang bisa ini satu, ini dua, dan sebagainya. Ini jarang sekali, jarang sekali. Makanya saran saya.

Kalau untuk anda semua, when you finish, if you have time, kalau anda punya waktu, coba baca lagi teori ilmu pengetahuan, sekurangnya. Kalau tidak mau, baca tentang teori filsafat. Karena filsafat itu induknya ilmu loh, ya gitu. Tapi kalau enggak mau, ya belajar teori of knowledge, ya kira-kira begitu. Makanya begini.

Orang-orang yang dari kecil, yang dari muda lah ya, kalau udah sekolahnya ambil master S2, S3 di luar negeri ini sekolah angin sih, itu ya cuma belajar anunya aja sih, knowledge-nya aja, tapi teori berpikirnya enggak. Kalau yang tumbuhnya dari kecil, banyak sekolah-sekolah yang mengajarkan teori of knowledge atau critical thinking, ini beda, cara berpikirnya itu sangat beda sekali. Itu contohnya. Mau saya kasih contoh, eh gini, di sini yang kerja tidak punya junior siapa? Angkat tangan.

Yang tidak punya junior, jadi tidak punya staff lah, yang tidak punya supporting staff siapa? Angkat tangan. Oh enggak banyak. Oke, yang lain punya ya. Nah, ini saya kasih contoh ya.

Waktu saya ditugaskan di Gereta Api itu awal 2009, sampai saya selesai menyelesaikan tugas saya di Kabinet di tahun 2019. Jadi, spend-nya itu... Mungkin kira-kira hampir 11 tahun, karena awal 2009 sampai akhir 2019, selesai kedua anak saya, kalau secara bercanja, kalau tanya saya secara bercanja sih, dia cuma bilang, Pak ini main-mainnya sudah selesai nih, gitu. Saya tanya, kenapa kok Anda tanya ini main-main?

Loh, kalau orang kerja itu... berpenghasilan, kalau enggak berpenghasilan atau penghasilannya minim itu namanya main-main nanti coba tanya William, kalau you not happy you complain to him also bukan gitu ya makanya waktu, mungkin anak saya sebagian lebih tua dari anda makanya anak saya waktu mereka Sekolah ke luar negeri segala, karena masuk universitas umurnya masih 16 gitu ya. Di luar negeri kan harus ada surat pernyataan guardiannya yang bertanggung jawab.

Ya enggak mau minta tanda tangan saya, minta tanda tangannya ibunya. Istri saya masih kerja sih, terus saya tanya kenapa enggak mau tanda tangan saya. Oh mana penghasilannya kecil gitu.

Ayu gak berani tanya gitu kan dengan orang tua kan? Iya gitu. Jadi this is the thing saya kasih contoh about the critical thinking, cara berpikirnya itu bagaimana.

Nah trend ini kalau di dunia yang lebih liberal, itu makanya kita melihat bahwa banyak kegiatan itu yang kita juga mulai pelan-pelan itu sulit mengerti. Apalagi di generasi saya, makin lama makin sulit. Orang bilang disruptive, intergenerational gap, sebenarnya enggak ada intergenerational gap itu enggak ada. It is about just about that, bahwa our critical thinking itu mulai makin lama makin kecil, makin menyempit atau sudah tidak terasa menurut saya.

Ini oke ya, jadi you explore sendirilah, maunya ini this is what you want, mau. caranya critical thinking itu bagaimana dan sebagainya. Ada survei ini, ada survei, saya enggak tahu.

Waktu saya sekolah ke, misalnya Columbia Business School atau di Harvard Kennedy School, ada survei. Banyak alumnus. Atau orang-orang yang sekolah at the master's level tapi, sekolah S2 bukan sekolah S1, itu yang dari Ivy League Schools, Ivy League Universities, itu mungkin setelah sekolah, within five years setelah lulus sekolah, 30% itu kalau sudah berkeluarga pasti bisa. Enggak tahu kenapa.

Mungkin diajarin cara berpikir berbeda akhirnya bisa. Nah, gitu. Ini juga salah satu contoh.

Nanti kalau yang audiensnya lebih senior-senior kita bisa diskusi soal ini Pak, bukan soal perpisahan, soal critical thinking. Next. Oke, on the leadership, yang saya akan sharing ini itu adalah hal yang saya pikir kalau Anda semua mayoritas yang hadir di sini karena masih saya lihat penampakannya masih muda lah ya.

Mestinya oke. Saya gak tahu umurnya, saya gak tanya juga. Iya ya, betul. Let me share about this, the current leadership that I understand. Next please.

Making leadership. Kita itu kalau mau membuat leadership itu bagaimana? How we make ourselves or other people to become leader? Bagaimana kita membuat diri kita atau orang itu bisa, orang lain lah ya, itu bisa menjadi pemimpin. Saya kasih beberapa tips yang nanti Anda bisa explore sendiri juga.

Ini kan juga cara saya sharing itu adalah I give you insights in order for you to further considering atau further thinking ya jadi saya enggak nyekokin anda ya saya enggak mau nyekokin anda kan kalau anda makan enggak mungkin walaupun sama orang yang anda cintai masa Anda punya dulu terus kasih ke orangnya enggak mau orangnya pasti ya kan Nah kalau kasih-kasih mentah kasih makanannya you makan sendiri kan gitu kita boleh kasih tapi suruh makan sendiri ya ini juga sama ya gitu Masa mau Bu Nih lupis Saya makan, saya punya dulu, terus saya dulang ke dia, enggak mau dia pasti. sebaliknya juga gak mau, istri saya juga gak mau dikaitkan, kan ngeri juga ya kan next, this is the first thing, this is the first principle of if you want to make yourself or you want to make other people as a leader leadership is the capacity to translate vision into reality, ini Warren Bennis jadi saya tadi masuk kantornya IGN Times, oke saya, Bu Uni Saya selalu ingin pamer, oh ini kerjaannya gini, gini. Belum juga gitu. And I think I'm okay.

Saya kasih contoh ini apa. Orang itu kalau hanya bisa punya visi, tidak bisa untuk men-translate itu menjadi reality, jangan jadi pemimpin. Jadi supporter aja, jadi advisor.

Beda loh. Ini this is one of the principle. of the critical thinking if you want to make yourself atau want to make other people as a leader.

Jangan, nanti malah rusak. Banyak pekerjaan kita yang kadang-kadang kita ini oh kalau sekolahnya banyak bisa jadi pemimpin. Belum tentu.

Saya kasih tahu ya cara berpikir saya. Orang sekolah, bukan sekolah enggak penting, tapi orang sekolah itu, sekolah formal ya, itu karena enggak bisa belajar sendiri. Benar enggak? Loh pasti bener, pasti bener kan? Di sini yang bukan sarjana siapa?

Oh angkat tangan, gak ada Termasuk saya juga sarjana Makanya gak menemukan apa-apa Mark Zuckerberg gak sekolah, nemukan Facebook Kita sekolah malah gak nemukan apa-apa Bapak nemukan apa coba? Iya kan? Bapak paling menemukan kacamata sama rambut putih ya kan? Next, this is the second thing.

Management is doing things right, leadership is doing the right things. Ini beda loh. Kalau you on the administration, you harus mengikuti prosedur yang benar.

Tapi when you become a leader, itu mesti bukan mengikuti prosedur yang benar, harus melakukan hal yang benar. Ini tantangannya banyak, apalagi kalau di birokrasi segala macam, kriminalisasi segala macam, ini banyak sekali. Nah, apa yang mesti dilakukan?

Kalau prinsip saya satu, tidak boleh melanggar peraturan dan tidak boleh melanggar etika. Sebaiknya dua ini prinsip sih, tapi yang lainnya you can do it. Contoh, contoh. Coba, ini yang tidak pernah naik kereta listrik Jabodetabek siapa? Angkat tangan.

Yang tidak pernah? Satu, dua, tiga, empat, lima. Mayoritas pernah ya? Oke.

Ya, ya, ya, ya, mayoritas pernah. Zaman waktu sebelum saya mulai menaik, itu kan penumpang naik di atas atap dan sebagainya, ya. Betul kan?

Nah, ini berkaitan dengan translate vision into reality. Teman-teman di Kompas, waktu angkatannya Rikat Bagun, angkatannya Trias Kuncah Yono masih di situ, sekarang Duta Besar, Duta Besar kita untuk Vatikan, terus, yang senior-senior itu kan kantornya di Palmera. Tiap kali saya kalau ketemu mereka di Palmera, lihat stasiun Palmera penumpang naik di atas atap yang ekscerpong, itu bilang, wah ini enggak bisa dibenaikan.

Dia cuma nulis saja, enggak bisa apa-apa. Ya, gitu. Enggak bisa. Enggak bisa apa-apa, cuma nulis saja.

Nulis dan protes. Ya, gitu. Tapi enggak bisa konversi visi.

Visinya ada, tapi enggak bisa konversi. begitu saya benahi, mereka terima kasih makanya saya bilang, bapak-bapak jangan kebanyakan nulis nah terus pertanyaan begini, kalau dulu saya biarkan saja, saya disalahin tidak? tidak disalahin, pendahulu-pendahulu saya juga bilang, tidak bisa dibenahi kok Masyarakat enggak bisa diatur, tapi buktinya bisa. Bisa kan? Bisa.

Orde baru 32 tahun enggak bisa loh menaik itu. Loh ini fakta loh. Coba bapak tanya ini. Coba tanya beliau. Mulai zaman kumisnya masih hitam semua sampai sekarang campur.

Loh bener kan? Nah buktinya sekarang bisa kan pak? Bisa. Waktu zaman Bu Nilupis masih pakai rok mini?

Nggak bisa. Loh ini fakta, zaman dulu. Bisa gak pernah lihat fotonya?

Dulu, dulu, dulu. Next. Ya, stop. This is the third thing.

As we look ahead into the next century, leaders will be those who empower others. Jadi kalau mimpin itu, mesti bisa membina anak buahnya itu menjadi pemimpin yang lain. I'll tell you later on. Tapi this is very key.

Nah, kecenderungan kita, if you are very genius, Or if you're very stupid, itu biasanya gak bisa empower others ini, maunya dikerjain sendiri. Which is menurut saya salah, kalau you want to make yourself as a leader. Makanya dulu waktu saya tugas di kabinet, kerjaannya saya turun ke bawah semua, ke direktur jenderal saya, ke semua saya turunin.

Bungkaji saya kecil, ngapain saya kerjaannya banyak. lo ini juga critical thinking, iya kan? betul kan?

iya, critical thinking itu bahasa indonesianya tau gak? critical thinking itu kan dua kata, bahasa indonesia itu lebih efisien satu kata cuma, namanya kewarasan ayo catat itu, next This is the other thing, the key to successful leadership today is influence not authority. Ini semua sepakat saya kira ya.

Anda itu sekarang mimpin di generasi yang jauh lebih muda, itu enggak bisa, pakai kekuasaan itu enggak bisa. Zaman dulu, zaman Bu Unilubis masih muda, zaman beliau, Pak namanya siapa panggilannya Pak? Pak Iya, Pak Ilham. Zaman Pak Ilham ini masih muda, itu bisa.

Jurnalisnya yang muda-muda suruh-suruh aja. Kalau zaman dulu kan jurnalis yang muda-muda itu kan ya kayak hamba lah, betul kan istilahnya. Nah sekarang enggak bisa, maka zaman dulu bisa, mimpin itu pakai otoriti bisa, zaman sekarang enggak bisa.

Itu harus influence, you know the best influence yang bisa dikasih itu apa? Itu by giving example, you have to give example, otherwise they will not follow. Sama aja, mau industri apa, mau di militer, mau di pemerintah, mau di diplomatik, apalagi di industri yang kreatif begini, kalau sangat otoritatif pasti attrition ratenya tinggi. Orang keluar masuk pasti tinggi, betul ya Bu? Orang enggak kerasan gitu.

This is the thing. Next. Banyak kok slidenya, karena waktu saya juga pendek. Another thing is, artikel yang bagus sekali di Harvard Business Review yang ditulis oleh Hortense Gentil, ini beliau menulis, ini perempuan ya, nanti bisa dicek, coba you check Hortense Gentil itu siapa dan sebagainya.

Dia mengatakan begini, the most effective leadership today isn't about technical expertise and having all the answers, it is about being human, showing. vulnerability, connecting with people and being able to analyze their potential. This is the thing.

Pemimpin itu harus bisa juga bersikap manusiawi. Gak ada pemimpin itu yang ngerti semua itu gak ada. Makanya saya bilang saya mungkin direktur utama kereta api yang pertama yang dikirim minta pemerintah itu yang tidak punya background pengetahuan dan pengalaman ataupun pendidikan transportasi sama sekali ya saya banker kok dulu ya, nah cuma mungkin yang sebelum-sebelumnya itu nggak bisa ini ya, gitu kalau saya kan, saya lebih bisa lah, saya lebih bisa gitu makanya lebih jalan, ini penting loh ya, makanya kalau kita lihat banyak pemimpin yang hebat-hebat itu pasti approach-nya itu sangat manusiawi sangat egaliter, ini menurut saya penting, tapi kalau di dunia pers kan semuanya egaliter betul enggak?

umur 30, jaketnya masih jaket anak SD, bisa, enggak apa-apa enggak ini contoh, bukan beliau, bukan, jangan merasa dong, bercanda bos next, this is the last one The single biggest way to impact an organization is to focus on your leadership development. If you lead an organization, harus ada leadership development. Terus Anda tanya saya, Pak selama Anda mimpin itu Anda menghasilkan banyak pemimpin enggak?

Oh banyak, banyak, banyak sekali, banyak yang sudah pensiun tapi ya juga. Tapi kalau yang masih aktif siapa? Ini boleh ditanya loh, boleh dicek orangnya.

Itu yang masih aktif adalah Wakil Ketua Dewan Komisioner OJK, Pak Mirsa Aditya Swara. Itu dulu waktu muda, itu staff saya. Kalau saya ngasih speech di OJK, beliau yang buka, beliau bilang, saya dulu ustaz beliau, beliau yang ngikut saya, ngomong kok. Ada lagi di Ruta Spen yang terkenal itu, di Ruta Spen yang sekarang.

Itu dulu asisten saya di Citibank. Kalau dulu saya enggak sempat ngambil rapat untuk anak saya, dia ngambilin. belikan rokok juga, Pak rokoknya masih ada enggak?

habis beli? banyak, makanya waktu saya ditugaskan sebagai Menteri ESDM ya biasa aja enggak enggak bangga-bangga amat, karena tiga Menteri sebelum saya itu juga bekas star saya loh, Pak Darwin Saleh nah banyak kan, ada sekarang udah pensiun sih, sekarang masih ada Dirut Peruri, Ibu Duwina Zabdiani Wijaya, itu dari muda saya yang kirim sekolah karena anak buah saya dan sebagainya, banyak ya. Jadi long time ago misalnya diurut banyaklah Krakatosti lah, Telkom lah dan sebagainya. So I build people.

So when you lead you have to build your people also. Yang bilang, Pak boleh enggak mimpin enggak pakai critical thinking? Boleh.

Kalau you mau itu? Nah ini gini nih, ini saya mesti tanya yang sudah menjadi ibu siapa? Yang lagi jangan angkat tangan. Oke, gini.

Gini, gini, gini. Kalau, boleh gak gak pakai critical thinking? Boleh. Pakainya apa? Itu namanya naluri.

Kalau leadership mau pakai naluri, boleh. Harus belajar dari wanita yang sudah menjadi ibu. Karena tidak ada satupun seorang ibu yang waras ya. Kebanyakan waras sih. Itu waktu didik anaknya itu pasti di dalam sanubaranya itu berharap dan berusaha mati-matian supaya anaknya lebih baik daripada dia.

That's the best leadership yang saya tahu. Saya kira hampir mayoritas punya ibu lah di sini, enggak mungkin lahir dari batu kan. So you ask your mother, that's the best. Jadi kalau bapak punya istri.

Ya, istri bapak punya anak. Nah, bapak mau belajar leadership, tanya istri bapak. Gitu. Saya enggak tanya dia punya anak enggak loh, yang punya anak istrinya. Betul kan?

Loh, iya kan pak? Kan aktanya ditulis dari hasil perkawinan. Iya kan? Bukan hasil perbuatan loh.

Lain. Loh, bener enggak? Coba kalau anda yang punya ini coba lihat di aktenya itu. Karena pejabat pencatat aktenya gak mau disalahkan, dia gak tahu siapa yang berbuat, pokoknya ini istri kamu kan gitu secara hukum. Gitu.

Ini, when you do leadership, this is the thing. Next. Jadi kan tadi bagaimana membuat diri kita menjadi pemimpin, sekarang kalau kita execute, this is the thing. Sheryl Sandberg tau gak, do you know this lady?

The former CEO of Meta, ya ini orang hebat lah, ya, betul, lahir tahun 1968, waktu dia resign 2 tahun lalu sebagai CEO, total compensation-nya, stock-nya segala macam 2 miliar US, gak besar sih, besar ya, syukur kalau tau ya kan, nah ini mulai sadar gitu ya kan. Jadi kalau kerja di EDN Times, ngomong kalau jadi CEO. Nanti kalau saya pensiun, gak usah 2 miliar dollar lah, 200 juta US aja. Nah gitu misalnya. Leadership is about making others better as a result of your presence and making sure the impact last in your absence.

This is very key when you want to lead an organization. Jadi kepemimpinan itu about making others better as a result of your presence. Yuk kalau mimpin itu orang lain harus merasa menjadi lebih baik karena kehadiran Anda.

Kalau menjadi lebih buruk, lebih baik Anda pergi. Mimpin itu harus membuat orang yang Anda pimpin atau masyarakat atau stakeholder merasa Anda itu ada gunanya. Nah, seringkali itu orang itu karena ego, karena dia bisa berkuasa, kalau orang lain merasa enggak ada gunanya dia paksain aja.

Which is I think is very wrong. Menurut saya itu sangat buruk sekali terutama untuk orang-orang yang dipimpin di generasi millennial dan generasi set. Mereka enggak bisa terima kok.

Nah, apa contohnya? Gini, coba saya sudah, saya di kereta api awal 2009 sampai akhir 2014, sekarang sudah hampir 10 tahun saya pergi, coba Anda tanya misalnya, waktu saya mimpin itu oke enggak di kereta api? Semua pakai kereta api, yang sekarang misalnya, atau masyarakat dan sebagainya, mayoritas sih terima kasih, saya enggak pernah lihat, enggak sih. ada yang kalimat kedua, and making sure the impact last in your absence saya udah pergi 10 tahun loh, waktu saya masuk ke perhubungan ya semualah transportation, public commentator lah apalah ya LSM bilang, Pak ini kalau Anda tinggal kereta apa nya ambruk, saya bilang belum tentu you know why? I share my mindset to my people at the railway Jadi yang saya sharing itu ini, the mindset, the critical thinking itu, the logic itu apa.

Saya itu enggak share bikin peraturan, enggak ada itu. Itu it will follow later, teknologi dan sebagainya. Yang penting itu the mindset ini loh.

Nah seringkali orang kalau mimpin tidak sharing mindsetnya. Sehingga waktu dia pergi berubah lagi, kereta api terus. Saya pergi 10 tahun kan improve terus. Mau cepat, mau lambat, tapi improve. Salah satunya apa?

Misalnya sekarang kegambir kalau pemeriksaan identitas kan sudah pakai face recognition. Zaman saya enggak ada. Ini yang dikatakan serial sandberg.

And making sure the impact lasts in your absence. Jadi waktu MIP, makanya saya bilang, kalau boleh enggak MIP-in enggak pakai critical thinking? Boleh. Boleh enggak pakai naluri?

Boleh. Kalau pakai naluri, belajar dari seorang wanita yang sudah menjadi ibu. Karena itu nalurinya enggak mungkin salah. Most of them. Kan ibu itu kalau mendidik anak itu dia berharapkan bahwa satu hari pasti dia akan pergi duluan.

Dan mudah-mudahan anak ini waktu dia pergi menjadi lebih baik. Betul kan? Nah, kira-kira gitu. Ibu kok melihat saya masa baru sadar?

Enggak ya? sepakat kan? oke, enggak takutnya baru sadar next, mengatakan leaders do not create followers, they create more leaders this is the era of the new leadership style kalau mimpin itu harus menciptakan pemimpin baru, enggak bisa kalau enggak gitu sama sekali enggak bisa, ini contoh nih Saya kasih contoh yang nyata, misalnya begini, pegawai kereta api, orang kereta api yang bergeret di kereta api bisa enggak jadi dirutnya angkasa pura? Bisa, ada buktinya loh, ada buktinya, jadi dirut pelni bisa enggak? Bisa, sebaliknya belum ada yang bisa.

Nah, coba ayo, itu yang keliru angkasa pura dan pelni atau kereta apinya? Loh ini fakta loh. Orang kereta api jadi Menteri SDM bisa, sebaliknya pegawai SDM jadi dirut kereta api belum ada yang bisa sampai hari ini sih. Ini fakta juga Pak, malah Pertamina, orang Pertamina jadi Menteri SDM belum ada loh. Atau benar gak?

Orang PLN jadi Menteri SDM ada gak? Zaman dulu ada kebalikan, tapi waktu itu. itu dirut PLN-nya itu setingkat Menteri karena langsung lapor ke Presiden beda dengan yang sekarang gitu ada Pak Ibn Suttowo juga sama next ini penting truly there's always practice the three are respect for self respect for others and responsibility for all their actions ini penting loh kalau ini saya nggak usah jelasin lah ini sebuah the apa the morality next critical thinking itu harus ada moralitinya, gak bisa enggak gitu loh And another one is great leaders don't tell you what to do, they show you how it is done. Kalau di dunia yang kreatif gini, pasti ini jalan.

Pasti jalan. Yang enggak jalan itu kalau dunianya sangat struktural. Tapi kalau enggak, pasti jalan kan. Yang lebih senior kan bisa nunjukin caranya, bagaimana, dan sebagainya.

Next. Nah, ini yang agak susah ini. I want you to understand when you are very young.

A good leader is a... the person who takes a little more than his share of the blame and a little less than his share of the credit. Zaman sekarang itu kalau jadi pemimpin itu harus mau, kalau unit yang dipimpinnya itu salah, dia yang tanggung jawab lebih banyak, tapi kalau berhasil biar anak buahnya yang claim.

Coba dipikir ini, kalau organisasinya enggak bisa begini pasti office politiknya banyak and it will not be so healthy. Next, when you have done something wrong, admit it and be sorry. No one in history has ever choked to death from swallowing its pride.

Gak ada. His atau her boleh lah. Gak ada. Pemimpin itu kalau salah harus bisa minta maaf loh.

This is also the essence of the critical thinking. Because whatever you think, like Albert Einstein, among the greatest thinkers, In the human history juga sama, kalau salah ya minta maaf, wong ini manusia, wong bukan moleket, pasti ada tidak sempurnanya. This is very important, kalau bikin salah minta maaf. Nah ini ditulis di sini, tidak ada orang yang dalam sejarah itu ada bukti bahwa orang mati karena menelan egonya sendiri itu enggak ada. Menelan bola tenas mati ada, kalau bisa loh, atau bola pingpong lah, ada gitu.

Tulang ayam tersedak mati ada, tapi ego sendiri ditelan enggak ada yang mati. Masa ada Pak Bintang? Enggak ada. Betul kan Pak?

Ini very important I think. Saya waktu mimpin, saya dua kali ditugaskan sebagai tirut BPN, juga di kabinet dua kementerian, saya kalau salah saya minta maaf. Depan umum loh, pakai mic minta maaf. Next, ini teori sedikit, so try to find this book if you are interested, but this is the theory, ini critical thinking dalam bidang leadership, ini is a very good book, ini can give you a lot of insights and ideas and something. Ini judulnya bukunya Daily Drager, Harper Business tahun 2004, yang dibikin oleh Peter Drager, ini manajemen guru sudah meninggal sih.

Beliau nulis hanya empat. Leadership itu adalah tanggung jawab. Dia nulis cuma empat, semua bisa baca sih.

Tapi yang paling penting ini apa? Yang paling penting itu nomor tiga. Makanya orang tanya saya, Pak ini gaya leadernya otoritatif atau apa? Enggak ada, itu tergantung kebutuhan.

Seasonal, tapi yang penting ini. Nomor tiga, leaders are highly visible, they set example. Pemimpin itu harus tampak dan bisa memberikan contoh.

Nah itu. Ini paham ya? Jadi yang lain bisa dibaca sih.

Kalau yang nomor dua, popularity is not leadership, results are. Ya ini boleh debat dengan saya, tapi buat saya sebagai pemimpin, saya itu yang penting hasil. Syukur populer, syukur enggak.

Saya enggak perlu butuh kepopuleran sih, saya enggak ikut pemilu kok, ya kan? Sebagai kontestan, betul enggak? Saya ikut pemilu sebagai voters.

kepingin populer itu kan ikut pemilu sebagai kontestan, betul ya Pak Leham? nah gitu, nah iya, gak tahu itu saya so my advice, if you become a leader try to create results for your people, for your stakeholders yang tadi yang dikatakan Sally Sandberg jadi populer itu akan follow kalau anda berusaha jadi populer aja sebagai pemimpin tapi gak ada result yang nyata untuk masyarakat, untuk orang lain untuk orang yang anda pimpin satu hari kalau anda pergi orang lupa pasti lupa wong panggungnya diisi orang lain orang itu populer itu kayak orang main drama di panggung, kalau panggungnya diisi orang lain, lupa, pasti lupa Ya ini Bu Nihlubis ngundang saya kesini, dia gak lupa karena saya kenal beliau lama sih Jadi mungkin karena itu aja gak lupa sih, bukan karena saya ada resultnya sih Next, this is the epilogue, this is my last sharing, masih ada setengah jam jadi bisa tanya-tanya I want you to watch this very interesting video, it's just a three minutes, this is about How we value our humanity moving forward. Jadi begini, banyak hal itu akhirnya orang itu, sekarang saya tanya ya. Let me ask you one thing, kalau misalnya ada yang pihara binatang gak?

Kasih contoh, di rumah. Coba angkat tangan. piaranya apa, Dik?

Anjing. Kegiatan anjingmu itu apa aja? Makan, tidur, main.

Terus, lo makan tuh ya cari makan kan? Ya dikasih. Main gitu. Menghibur Anda gitu kan?

Iya. Terus, bedanya kita sama binatang itu apa? What makes it different?

Kita kan juga tiap hari cari makan, tidur, main. Kerja itu karena bagian dari cari makan. Dia kan juga kerja in the way loh ya. Menghibur Anda, supaya dikasih makan. Sama kan?

So what makes a difference between us and the animals? Ini sih kalau misalkan anjing kan yaudah dia gak bisa berpikir buat pilihannya dia. Tapi kalau kita kan bisa ada pilihannya. Untuk berpikir Ini PR ya Nanti anda pikir gak usah jawab sekarang But this is the thing Saya punya kucing di rumah, punya anjing juga Kadang-kadang kalau Saya lihat itu saya juga bingung Saya ini bedanya sama mereka ini apa Cari makan makan, tidur, terus reproduksi, zaman dulu tapi.

Ini sama, what makes us different as the highest animal in the universe creature? You mesti mikir loh hidup anda itu. Nah, this thing is, ini video yang komentator.

Yang saya ambil dari World Economic Forum di Davos tahun 2024, barusan, barusan, Jane ini ya environmentalist gitu ya, umurnya 90 tahun, yuk lihat, gak ada yang pasti umur 90 di sini, not even your parents, coba diputar. I think nobody should be appointed to decision making positions. Jika mereka tidak memikirkan generasi depan, itu yang bisa dilatih oleh orang muda. Jika Anda tidak peduli dengan perubahan klinik, jika Anda tidak percaya dalam melakukan sesuatu, jika Anda menjaga, itu hanya sebuah kabel yang tidak kita bisa melakukan, maka orang itu tidak berhak untuk berada di pejabat.

Seperti banyak masalah yang kita hadapi, Kita harus berpikir secara holistik. Dan tentu saja kita harus khawatir tentang penderitaan orang-orang. Tapi pada saat krisis klimat dan kehilangan biodiversitas, karena mereka berkumpul.

Kita tidak harus lupa tentang itu. Dan kita harus mengadakan bahwa perang sebenarnya memiliki impact yang tidak terlalu menarik pada lingkungan. Dan itu menghasilkan banyak-banyak biaya fosil, CO2. ...ke atmosfer, untuk menambahkan ke gas perairan. Karena kita manusia, dan kita memiliki...

...kekuatan manusia yang perlu menanggung kesalahan manusia. Tapi kita tidak harus lupa bahwa jika kita tidak menanggung... ...kris pemerintah, itu akan menyebabkan... ...kekuatan yang lebih banyak. Seperti yang sudah terjadi, ada pembalasan pemerintah.

Tempatnya di mana tidak ada air untuk membesar makanan. Di mana terlalu panas, di mana orang-orang mati. Orang-orang terlalu panas. Tanah-tanah sudah menghilang di bawah laut saat es melapis. Ketika orang muda mengerti masalahnya dan mereka dipercaya untuk mengambil tindakan, tidak ada yang menghentikan mereka, mereka berentusiasme, mereka berdeterminasi, mereka mulai sesuatu yang tidak berhasil, mereka tidak menyerah, mereka mencoba lagi.

Dan ini adalah masalah. Jadi saran saya begini, satu start mulai lagi buka. In your laptop about critical thinking, about the philosophy, theory of knowledge, itu satu. Yang kedua itu think about the leadership in this era, in this digital era.

Those things that I could share. Jadi selama 10 tahun terakhir, atau 15 tahun terakhir yang saya pimpin, ya stylenya itu. How to make us as a leader and how when we do the leadership.

Yang ketiga, this is about the video, just think about it in your life, in your work, and so on. Karena this is the future. Semua pemimpin yang hebat itu adalah pemimpin yang memikirkan juga untuk the next generation.

You don't even think only for yourself. Terima kasih, lebih kurangnya mohon maaf. Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Kalau di kereta api ini berdirinya hampir satu jam, bu. Nggak apa-apa. Kalau di kereta api itu berdirinya harus tahan lama. Makanya gajinya kecil-kecil tapi banyak istrinya yang cantik. Berdirinya tahan lama gimana?

Cek, cek. Terima kasih. Sekali lagi tepuk tangan untuk Pak Yonan. Bercanda, bercanda. Jadi saya mulai dari satu pertanyaan, ini semua pertanyaan dikumpulin ke Pops lewat wholesale ya.

Nomor satu, apa cara terbaik yang dapat dilakukan seorang leader ketika dalam timnya terjadi generation gap? Ini pertanyaan siapa? Oke, Doni. Oke, Doni Andrian.

Jadi itu pak, mau langsung dijawab atau gimana? Langsung ya, jadi itu. Apa cara terbaik yang dapat dilakukan seorang leader ketika dalam timnya terjadi generation gap? Generation gap itu apa ya? Umur ya bu?

Is it about age or about mindset? Umur? Oh gini, kita itu kalau mimpin gak usah bagi-bagi begitu itu gak usah, it doesn't matter.

Let me share what I'm considering begini. Coba gini ya. Sekarang saya tanya Anda, panjang pendeknya umur itu punya siapa? Harus jawab ya.

Mana speakernya? Eh, anunya, mic-nya. Ayo.

Tuhan yang maesah. Nah, kita tidak usah ngurus yang bukan kemenang kita. Jadi tidak usah dibahas, ini Pak Ilham umurnya 69 katanya.

itu tidak penting, itu bukan urusan Anda kok. Memang ada batasan kalau kerja, umur sekian, harus pensiun tapi ini milestone-nya orang itu beda-beda, so don't ever consider generational gap yang penting itu share to your people the same goal, the same spirit. Mungkin Anda mau coach boleh, bantu yang kalau misalnya tenaganya udah gak kuat gitu, kayak misalnya orang seumur saya kalau gak Melek ya, gak tidur dua hari dua malam pasti setelah itu kurang sehat sih Merasanya meriang gitu Waktu saya muda mungkin masih tahan gitu Mungkin yang begituan aja sih Toleransi atas human aging aja Tapi yang lainnya mindset segala gak penting Saya kasih tau ya, ini contoh ya Don't discuss about the general leadership, itu di leadership gak ada sama sekali I give you example, ada tiga US president yang masih hidup Presiden Amerika, itu lahir di tahun yang sama Dan terpilih di era yang berbeda Tahu apa?

Bill Clinton, Bush Junior, dan Presiden Trump Ini tiga, ini lahir tahun 1947 Bill Clinton jadi Presiden Itu umur 46 Bush mungkin 54 Presiden Trump jadi Presiden umur apa? Umur 70 Kan meterannya orang beda-beda, jadi gak usah mikir itu. Paham ya?

Contoh terakhir buat anda, supaya lebih sadar. Loh, bener. Coba, anda umurnya berapa?

  1. Hampir separuh, Anda itu hampir separuh umur saya. Saya belum pakai kacamata, Anda sudah. Next.

Terima kasih Pak Yonan. Jelas ya? Jelas, terima kasih Pak.

Social media. Oke. Terima kasih pemaparannya, satu pertanyaan boleh gak diceritakan case study real ketika Pak Jonan di KAI, di Kementerian Perhubungan dan Kementerian SDM proyek atau inisiatif yang dirasa impossible banget buat diselesaikan tapi ternyata selesai dan proyek yang dirasa impossible tapi belum selesai karena masa jabatnya sudah habis Saya cerita yang selesai aja ya. Kalau yang belum selesai itu, I don't want to criticize my successor. Gini, waktu saya mulai tugas di kereta api, 15 tahun yang lalu, itu semua rekan saya di kereta api bilang, kereta api itu gak bisa dibenahi pak, stasiun gak mungkin bisa dibenahi.

Masyarakat itu gak bisa diatur kok Saya bilang begini Masyarakat itu gak bisa disiplin Uuh zaman dulu kan yang stasiun segala Saya bilang Kita itu mau menertibkan masyarakat Syaratnya paling utama apa? Kita sendiri harus tertib Semua bilang, wah penumpang banyak yang Gak beli tiket pak naik di atas-atas Kita sendiri pegawai kereta api Kalau naik kereta gak mau bayar Nah What I did is menertibkan saya dan teman-teman saya di kereta api itu supaya menjadi tertib dulu. It took two years.

Itu makan waktu dua tahun baru saya menaik di luar. Sebelum, enggak mungkin bisa. Misalnya, pedagang asongan, warung liar diberesin.

Enggak banyak sih. Dulu 751 stasiun di Jawa Sumatera, warung liar segala macam. yang di peron, yang di emplasemen, segala diberesin, gak banyak. Kira-kira seratus ribuan.

Banyak ya. Nah, ini dulu semua bilang gak bisa. Nah, saya bilang kalau kita sendiri tertip, pasti bisa. Waktu beresin Jabodetabek, wah paling kompleks.

Kan semua kepala stasiun saya Jabodetabek. bilang gak bisa, saya bilang orang yang gak bisa itu kalau kita mau sungguh-sungguh internalnya disiplin pasti bisa. Nah ternyata ada, saya dapat laporan contohnya ini, ada satu kepala stasiun malah punya warung liar 120 di seluruh stasiun Jabodetabek itu, gitu yaudah diganti kepala stasiunnya.

Ya, ya, enggak ada buat saya gitu, beresin. Kalau Anda tahu dulu zaman ada kapak merah, ya itu home base-nya itu di bawah stasiun Juanda. Saya bersihin, enggak apa-apa, buktinya bisa, nah itu. Kita itu kalau mau bisa atau tidak bisa itu, we have to make ourself ready dulu and prepare.

Tidak bisa we want to do something else itu kalau kita pikir, oh ini gak mungkin, nertipkan masyarakat. Nah coba, yang masih naik KRL siapa? Banyak. Karena kan bisa pakai tapping dan sebagainya itu ya, betul kan?

Harus pakai tapping, zaman dulu beli karsis gak ada yang bayar, jarang yang bayar. Gini, waktu mau menerapkan semua orang saya bilang, Pak orang kita itu gap-tech segala macam. Eh gini aja deh, sini panggil semua, kita tunggu pagi-pagi di stasiun mana? Panggarai. Kita lihat yang gak bawa handphone siapa.

Sekarang pakai KRL kan bisa pakai NFC itu kan, pakai handphone kan, betul kan? Kereta api itu tahun 2011 menerapkan itu adalah pelayanan publik dengan... Yang besar, yang kelasnya besar, yang menerapkan imani loh pertama kali.

Belum ada yang menerapkan. Nah, semua bilang gak bisa dulu. Ada yang gak tek. Nunggu di stasiun mana Manggarai, tungguin pagi-pagi. Ayo gini deh, coba lihat yang enggak bawa handphone siapa.

Oh ada, itu pak kayaknya enggak punya handphone itu. Oke saya datangin, kita datangin. Saya tanya, ibu punya handphone enggak?

Enggak punya. Satu ini ya kan. Tapi kan saya enggak kurang akal saya tanya.

Umurnya ibu berapa? 89 ya, pasti udah enggak ada yang telepon ya kan. Loh, orang kalau umur 89, it doesn't need a mobile phone anymore.

Kalau mau cari, datang ke dia dong. Betul dong, 89. Yang perlu handphone ini kan yang hatinya kosong aja, sibuk. Atau kantongnya kosong salah satu. Mungkin itu lebih betul kan?

Ah, dua-duanya. Syukur ngaku, ya kan? Itu aja.

Itu almost impossible dulu sih. Terima kasih Pak Yonan. Nah pertanyaan berikutnya. What strategies can help in making tough decision?

What is the most effective way to handle conflicts and disagreements among team members? Siapa yang nanya ini? Oke, itu pertanyaannya pak.

Yang bertanya siapa? Yang bertanya lagi liputan di lapangan kayaknya ya. Oke. Jadi ini dari IDN Tafsnya editor ke atas pak.

Oke, oke. Nah gini, kalau saran saya kalau disagreement di tim, terus konflik dan segala macam itu, semua disadarkan goalnya itu apa. Yang sering kali terjadi gini, pemimpin itu harus dia sendiri gak punya kepentingan di situ.

Kalau sudah mulai punya kepentingan dan pasti terbaca kalau sekarang. Karena generasi lebih muda lebih berani, bukan lebih bisa tapi lebih berani membaca kepentingannya pimpinan. Kalau pimpinannya punya kepentingan sendiri, pasti konfliknya timbul.

Kalau enggak, mestinya sih bisa dibicarakan saya pikir sih. The key issue is the leader should not... Have any personal interest, that's the key issue first. Jadi jelasinnya lebih bisa gitu. Ya kalau nanti konflik terus bilang, waduh konfliknya gimana ya ini teman saya, ini tetangga, wah udah susah, that's my advice.

Baik, jadi teman-teman ini ada beberapa pertanyaan, tadi sebenarnya menurut saya sudah dijawab oleh Pak Yonan, jadi saya tidak bacakan, tapi ini Bagaimana critical thinking berkontribusi pada pengambilan keputusan strategis dalam menghadapi dinamika industri media yang cepat berubah? Pertanyaan siapa ini? Bagus ini pertanyaannya. Ya cerita ini sih bagus-bagus.

Ya mikirlah. Gimana tuh Pak? Oke. Ya kita sendiri harus, we keep improvement sih, we keep improving all the time.

Ya terus, kalau misalnya ini sekarang digital media dan sebagainya, coba gini ya, setiap generasi itu Anda bilang pasti pace-nya beda-beda, kadang sulit berubah. Menurut saya bukan generasi, itu manusia, individual. Manusia, individual.

Karena kalau kita sering lihat ya, dulu media yang besar-besar di Indonesia aja. Karena pemimpinnya itu tetap orang-orangnya itu, itu turun banyak. Betul ya? Oh pasti turun banyak.

Karena gak bisa catching up dengan zaman. Nah patoannya apa? My advice is only one. Semua organisasi bisnis dalam bentuk apapun walaupun organisasi media, fokusnya itu apa?

You watch your customer. Fokusnya itu customer, bukan kompetitor. Loh yang ngasih makan anda siapa? Customer.

Ya fokusnya itu. Loh masa malah fokusnya kompetitor yang gak ngasih makan anda? Menurut saya it's a wrong approach. So that's my answer.

Ya, customer fokus lah. Terima kasih Mbak Undi, William. Iya, tau. Tau ya Pak? Iya, tau.

Pak, saya sangat terkejut. Temeret majalah Femina mulai muda Femina belum sih Kan sebelumnya diganis Iya, iya. Dulu rambutnya agak panjang kan Bu? Enggak, segini Pak.

Berarti Bapak salah orang. Oh iya. Pasti ketemu sama yang satunya ya.

Oke. Amai Bu, Bu Darti. Oh iya, betul. Gimana Bu?

Pak Jonan, saya tertarik sama satu statement tadi yang mengatakan bahwa popularitas itu bukan result dari leadership. Tapi dia adalah bonus. atau advantage apa apa.

Betul ya pak. Saya setuju banget sama bapak. Setuju juga gak apa-apa. Namun sebenarnya kenyataan sekarang tuh agak berbeda pak. Di dunia kita sekarang, follower itu adalah social currency.

Semua orang berlomba-lomba punya follower banyak di social media. Bapak enggak, tapi mungkin teman-teman disini seperti itu. Ya terserah.

Oke. Oke, nah kenapa seperti itu? Karena follower itu adalah jalan bagi seseorang kalau sekarang untuk bisa menjadi leader kuatan-kuatan di society-nya. Misalnya mendapatkan advantage ekonomi, dia menjadi influencer, sangat populer.

Nah, saya pengen tahu pendapat Bapak mengenai ini, karena kalau saya tadi saya bilang, saya setuju Om Bapak gitu. Tapi saya ingin tahu lebih dalam mengenai ini, karena... sebetulnya orang bisa sangat banyak followernya, very famous, tapi kalau dia gak punya sesuatu yang dia bisa bagi, popularitas itu akan jadi kosong aja, dia mungkin ngetop aja, tapi yaudah dia gak punya pengaruh kepada masyarakat secara umum. Bagaimana pak?

It's a choice in life. Menurut saya itu pilihan. Gak ada yang salah, gak ada yang betul sih. nothing is wrong, people wants, saya kasih contoh ya, I give you an interesting example walaupun ini bukan menjawab pertanyaan Ibu, I want you to answer your, please answer yourself about the question gini, Desember lalu saya ke Paris, diundang oleh Duta Besar Indonesia untuk Perancis Pak Muhammad Umar dia bilang, eh, you mau gak lunch sama kita?

Itu Raffi Ahmad sama temen-temennya bikin restoran di Paris. Ada di Instagram saya sih. Boleh aja, diajak makan masa gak mau. Kan tuh harus makan.

Oke, oke, dateng. Ketemu Raffi Ahmad. I never met this person in life before.

Gak pernah. Dengar namanya aja sekali-sekali gitu ya, gosip-gosip. Iya bener, begitu salaman dia bilang, Pak boleh gak kita foto?

Yang minta dia loh, saya enggak loh. No, you can check tuh, Rahmi Ahmad. Tahu gak yang kedua apa? Pak, saya izin masukkan Instagram saya, silahkan, saya bilang.

Terus yang ketiga, saya ini follower Bapak, tapi Bapak gak follow saya. Ya udah, untuk kesopanan saya follow Anda. Saya tanya, follower you berapa? 75 juta.

Saya bilang, well, I don't envy you, you know. That's my answer, Bu. Nothing wrong, gak ada yang salah sih.

You want to be very popular, it's okay. You don't want to be popular, it's okay. You want to keep your only with the result of substance, it's also good. Terserah aja.

Nah, kalau Ibu tanya mana yang lebih baik, it's a choice of life. If you are in the entertainment business, you have to be popular. Gak bisa enggak. I'm not in the entertainment business.

Ada yang mau nanya langsung ke Pak Yonan? Dua, tapi masih cepat satu pertanyaan. Siapa?

Makanya Bu, kalau saya lihat kadang-kadang ada acara terus ada penyanyi gitu ya. Saya tanya, siapa itu? Penyanyi? Ada grup namanya apa gitu ya? Saya bilang saya gak pernah dengar.

Oh enggak, Taylor Swift saya tahu. Beda selera? Nah, bukan beda generasi, beda selera.

Gak apa-apa dong. Selamat siang pak, nama saya Citra. Saya mau bertanya pak, jadi...

Di era sekarang kan kalau kita ngomongin tentang korporat atau mungkin dunia kerja lah gitu ya, banyak banget yang generasi-generasi muda sekarang udah jadi leader dengan proses yang cukup cepat gitu ya Pak ya. Jadi mungkin not with a lot of experiences tapi then suddenly dia harus punya responsibility quote-unquote langsung memimpin tim atau memimpin project atau apapun itu. Nah kalau menurut pendapat Bapak sekarang, pendapat Bapak gitu ya, Bagaimana fenomena ini itu bisa berdampak terhadap leadershipnya Indonesia gitu ya dan sebenarnya ketika ada kondisi seperti itu kira-kira apa sih Pak yang harus disiapkan ketika ada orang-orang yang let's say terlanjur nih, udah terlanjur dengan ada di posisi-posisi yang memang harus memimpin sesuatu dan ya they have to be performed gitu they have to perform dan prove something gitu Pak.

Thank you Pak. Bukan politik ya? Oh enggak. Yang umum ya? Yang umum, umum pak.

Malah mungkin konteksnya lebih ke ini ya, apa korporat gitu. Oke, oke, tadi udah ngomong korporat. Enggak, enggak politik. Saya sebelum jawab citra, saya jawab ibu dulu.

It is not the producer that can be very... Jenderal, itu yang paling bahaya itu adalah masyarakatnya sendiri. Kan semua produser itu dia jualan sesuai demandnya market. Kan tadi saya bilang customer focus, customer-nya maunya gitu.

Saya kasih contoh ya, you can check my Instagram. Saya, oh thank you. Ibu kalau lihat, oke, thank you. Kalau ibu lihat ya, saya foto dengan kucing barusan. Saya posting beberapa hari lalu.

Saya foto dengan kucing, yang likes itu hampir 10 ribu. Kalau saya put yang interesting, yang substance, yang follow 1000. Ini yang salah siapa coba? Ini the same person loh. Ya gak bisa sih, memang kalau saya postingnya soal kereta api pasti paling tinggi.

Itu yang suka 30 ribu, 40 ribu. Itu test my first line of brand lah. atau trademark gitu, kalau saya foto dengan gereja karena saya memeluk agama katolik ya itu juga tinggi ya juga tinggi gitu kan ya saya berusaha seolah-olah juga religius lah gitu kan gitu nah tapi yang lain betul iya namakannya so do I care about the algorithm? no I don't, I'm not I'm not selling, I'm not aiming to be very popular, no. This is my personal decision.

So some other people might also do some other things or some other preference. Menjawab pertanyaan Anda gini, saya share ya. Saya ini umurnya sekarang 61. Saya pertama kali diangkat sebagai direktur di Citibank umur 35. Waktu pertama kali ditugaskan sebagai dirut BUMN umurnya 37. Tur kedua sebagai dirut BUMN juga di kereta api umur 45. Menjawab gak ini?

Lumayan menjawab kan? Iya. Saya umur 35. Ya mungkin dulu gak ada orang, gak tau.

Waktu bahana POI 37. Iya, terus gimana? Terus dia bilang, detail fail, ya you check lah. Tanya market dan sebagainya.

Ya begini, sebenarnya makin kesini karena keterbukaan informasi. Ini, itu yang... Semua pemimpin itu adalah, orang itu menjadi pemimpin itu yang paling penting adalah apa? Stakeholders-nya, customer-nya itu atau masyarakat atau pelanggannya, customer-nya atau stakeholders-nya itu maunya dia bisa fulfill gak ekspektasinya, cuma itu. Karena dunia ini sekarang sudah sangat well connected.

lebih terbuka lagi. Kadang-kadang kita bilang, wah immature segala macam, belum tentu. To me is, buat saya, ini kan tadi saya kasih contoh diri saya sendiri, ini saya kasih contoh diri saya sendiri loh. Ya ini jawabannya belum tentu, ya tergantung orang itu kesiapannya bagaimana. If you're talking about the maturity, wah coba baca buku-buku.

psikoanalisis kan, ini it doesn't have any direct relationship itu dengan age, itu enggak ada kan tadi saya udah jelasin ke mas itu tadi yang di atas itu, yang soal antargenerasi itu loh orang itu meterannya sendiri-sendiri loh, sepakat gak ini? yang lahir langsung mati ada, Jane Goodall tadi umur hampir 90 masih bisa ngomong belum mati, ya kan? Kan gitu Tetangga mati umur 30 ada ya, macam-macam. Jadi talking also about the readiness, kita gak boleh diskusi soal menurut saya sih ya, maturity itu sekarang udah gak relevant.

Whether we are ready or not to serve as a leader sebenarnya itu. Nah yuk bilang, oh dulu kita lihat ya, oh presiden Columbia misalnya terpilih umur 35, nah yuk bilang Columbia cuma 5 juta orang. Perdana Menteri Perancis umur 34. Ini fakta loh. Perancis itu ekonominya itu kira-kira mungkin 3 kali ya. 3 kali apa 4 kali Indonesia.

It's big. It's France. It's not Colombia. With all my respect. It's not Colombia.

It's France. Yang pernah menjajah sepertiga dunia loh. Umurnya 3. Ya baca kan.

Yang terakhir 3, 4. G lagi. Dan G, ya. Partnernya itu Menteri Luar Negerinya, Bu.

Iya kan? Nah, gitu. Anda enggak G kan? Berarti belum bisa. Langsung aja.

Oke, terima kasih Mbak Uni. Halo, selamat siang Pak. Saya namanya Ayu dari Popela. Ini sebenarnya menyambung tadi pertanyaan Doni mungkin dengan generasi yang sebenarnya tidak sama, generation gap tadi.

Mungkin pertanyaannya adalah ada generation gap itu probably about knowledge, workmanship kita berbeda dengan generasi yang baru. Jadi mungkin pertanyaannya di situ, tips menghadapi bukan generation gap, tapi lebih kepada... Workmanship knowledge antara usia kita yang sudah mungkin dapat didikan dari company-company sebelumnya A, B, C, kemudian generasi berikutnya mereka tuh ada A1, B1, C1 misalnya kayak gitu Pak.

Nah cara mengkomunikasikannya agar kita juga relevan dengan mereka tuh ada tips gak ya Pak? Mungkin lebih ke situ. Ada. Ya terima kasih.

Ada. Ini saya jelasin pendek aja Bu ya. Tapi kalau mau jelasinnya panjang lebar, mesti cari sesi lain. Soal ini harus ada sesi sendiri mungkin kira-kira 1-2 jam gitu kalau mau detail. Tapi, the bottom line itu begini.

Saya cerita dulu ya. Waktu saya mulai ditugaskan di kereta api awal 2009, waktu itu mayoritas masih banyak yang ASN, aparatur sipil negara. Kira-kira 25 ribu Pegawai Tetap Kereta W waktu itu, saya tanya direktur human capital saya, coba dibagi segmentasi laki-perempuan, lokasinya di mana, spesialisasinya apa, pendidikan umumnya apa, tau gak?

25 ribu itu hampir 11 ribu cuma lulusan SD, hampir 7 ribu cuma lulusan SMP. Jadi waktu saya mimpin masuk kereta AB, 70% orang yang saya pimpin itu sekolah umumnya itu hanya lulusan SD sama SMP. How we can transform the railways into a digital system? Sampai sekarang kalau naik kereta kan gak mungkin telat, berangkat, kan ini semua pakai satelit, pakai GPS. Ngajarin pakai begitu itu dengan 70% sekolahnya.

Sekarang udah habis, waktu saya pergi sisa mungkin 10%. 2017 habis udah, karena ini penerimaan waktu tahun 70an, buktinya bisa. Why?

Karena saya selalu berpikir begini, pemimpin itu bisa punya visi itu enggak bisa sekolah, orang bisa punya visi itu enggak bisa sekolah. Saya dulu kelas 6 SD tak disuruh nulis visi kereta api, dia nulis. Waktu dulu saya baru masuk kelas 6 SD. Saya baca sekali, saya simpan di laji.

Selesai saya dari kereta api, ya selesai dari kereta api. Saya buka lagi kira-kira mungkin yang dia tulis 70% saya jalanin sih, walaupun saya gak ngikuti dia. Berarti, ya gak usah sekolah. Pokoknya gak buta urop, pasti bisa bikin visi.

The issue adalah, untuk menjawab pertanyaan Anda adalah apa? Kita itu harus bisa mengkomunikasikan what we want to the lowest level of the organization. Ini, kalau Anda bilang background intergenerational gap dan sebagainya ya ini aja, harus bisa komunikasi nah kalau komunikasi yang bagus itu apa? membuat orang yang diajak bicara itu mengerti bukan memaksa dia mengerti kita, gak mungkin bisa gak mungkin bisa, loh kalau anda tanya saya sebelum ditugaskan kereta api itu saya, maybe I'm the youngest managing director di Citibank loh yang paspornya Indonesia.

Saya dari dulu pakai jas, pakai dasi, naiknya mersi. Coba bayangin ngurusin kereta. Bicara dengan orang yang pendidikannya SD, umurnya sudah 49. Kan sudah enggak bisa ikut paket belajar. Lu ikut paket belajar sampai SMA, keburu pensiun kan. Oh giginya aja sudah separuh habis.

Nah, betul enggak? Kalau saya meyakinkan diri saya, kalau saya enggak bisa komunikasi dengan dia, Lewat pasti saya, yang lewat saya pasti, pasti, gak mungkin dia, he's been there for 30 years. Bicara dengan orang yang umur 50 lebih, sekolahnya cuma SD. Saya, saya turun, saya naik kereta setelah subuh turun di stasiun Bliter, saya kasih contohnya, terus ngobrol, saya tanya, mana juru langsirnya, panggil.

Saya tanya, dulu masuk di sini tahun berapa? 84 atau berapa? Sekolahnya apa?

SDG. Saya jelasin panjang lebar, kita mau memperbaiki segala macam, tahu jawabannya. Setengah jam jelas, ini habis rokok tiga batang. Terus saya tanya, ada pertanyaan enggak?

Tapi pakai bahasa Jawa ya. Tahu jawabannya apa? Udah saya panjang lebar itu, tahu jawabannya.

Loh, transformasi ini kudam, lho, no, Pak. Cuma itu, selesai. Selesai aja.

Loh ini mau dibuat apa? Gitu. Gak ngerti gitu.

Nah dari situ beliau ini menyadarkan saya. Bahwa I have to explain to about what we want. Itu in order for them to understand clearly what to do.

Kalau enggak gak mungkin bisa. Nah kalau ibu bilang ya intergenerational job. I don't believe it. On the flip side.

Ada resume saya enggak? Ya, my resume or not? Oh enggak ada? Saya ini berusaha gini, I'm a lifetime learner.

Kayak tahun ini saya register, saya dapat ASEAN CBA. Saya terus. I'm a lifetime learner. Karena saya percaya dunia ini juga berubah.

The taste is changing, the perspective is changing, the expectation, the value, I will not change my value. I will not change my morality, itu I try to keep it in place. That makes me also different with the animals.

Tapi kalau perspektif, selera segala macam berubah ya I have to catch up. Kalau enggak bagaimana? Coba gitu bu. Kan pakenya begini oke masih, iya kan? Kan gitu, berusaha sih walaupun aging sih, ya okelah.

Saya ini kesini, tadi, eh let me tell you one thing, ini bukan karena mau Imlek sih, mau Imlek sih nanti sore juga bisa atau besok. Saya ini liat itu apa websitenya IDN Times itu, akhirnya kemarin malam itu saya cukur bu, supaya lebih kelihatan muda, iya, bener. Wah ini saya bilang bahaya ini Nanti kalau datang sampai situ gak dijemput bu Uni nanti orang tanya Om cari anaknya yang mana gitu Mati juga saya kan Ya, last one and I need to go. Ya Pak, mungkin saya nama Johnson, saya dari tim Saweria. Saya ada pertanyaan tadi Bapak cerita mengenai vision menjadi reality.

Tapi juga kita membahas soal impossible task dan lain-lainnya. Mungkin pertanyaan saya adalah bagaimana Bapak bisa walaupun melihatnya itu seperti impossible, mempunyai kepercayaan diri untuk bisa mentranslasikan visi itu menjadi realita. Dan juga tips and trick apa itu?

untuk bisa mempunyai kepercayaan atau pemegangan itu bahwa ya saya bisa juga dan saya akan meyakini semua orang untuk bisa menjalankan visi ini. Dan mungkin satu lagi adalah dalam titik apa kita harus beradaptasi dan dalam titik apa kita harus tetap berpegang dengan visi awal kita lah istilahnya. Mungkin itu.

Hmm. Pemimpin itu apa? All else itu harus realistis.

Itu kan Anda pasti mencabar diri Anda sendiri, whether I'm realistic or not. Buat saya juga, but saya juga punya keyakinan bahwa kalau orang lain itu bisa, kita mestinya bisa. Kalau orang lain enggak bisa, ya belum tentu saya bisa.

But I have the spirit to try very hard. Terus Anda tanya, sampai titik mana Anda punya keyakinan? Ya gini, saya itu biasanya taruhannya cuma waktu, because I'm not a magician. Saya ini bukan tukang sulap, kalau diminta cepat-cepat enggak bisa saya.

Tapi kalau saya dikasih waktu yang cukup, hopefully I can do something better. Nah, Anda tanya, tapi bukan itu Pak masalahnya. Masalahnya adalah, ini kalau kelas... campur critical thinking itu jelasinnya masih satu-satu gitu ya. Masalahnya adalah gini, kita yakin gak ini?

Bisa gak? Betul kan? Di tengah-tengah. Betul gak?

We have to evaluate from time to time. Whether you still have the courage or gut to execute or not. Anda tanya, dulu kereta api Anda benahin sekian banyak itu, waktu masuk Anda yakin gak bisa?

Enggak. No. But I grow with them.

And I think we should be able to do it. Let's try, let's try. If I fail, I'm fine.

Tapi coba. Ya coba dong, coba terus. Menjawab gak ini? Thank you.

Baik, terima kasih Pak Yonan. Very insightful. Terima kasih.