Allahumma rahamna bil quran Bismillahirrahmanirrahim Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh Alhamdulillahirrahmanirrahim Wassalatu wassalamu ala ashrafil anbiya wal mursalin Nabi Muhammadin wa alihi wa sahbihi wa jama'in Alhamdulillahirrahmanirrahim Bapak-Ibu adil sekalian, khususnya Ibu Wakil Rektor, para pembantu rektor, Bapak-Bapak adikan, para dosen, para mahasiswa, Alhamdulillah, Herobil Alamin. Saya hari ini tidak menyangka bahwa acaranya sangat serius. Saya kalau tahu serius begini, saya akan lebih serius lagi menyiapkannya.
Saya pikir ya kuliah umum biasa, workshop biasa, karena saya sudah sering menghadiri acara-acara workshop. mengajar Islamic worldview itu dari tahun 2005 yang pertama kali minta saya mengajar Islamic worldview itu pusat studi timur tengah dan Islam di UI S2 waktu itu tahun Tahun 2005 saya mulai ngajar di pasca, pas S2 itu. Kemudian saya muntur karena pihak berwenang di situ minta kuliah saya Islamic worldview itu digabungkan dengan dosen-dosen yang lain.
Saya harus ngajar dengan tim, gak boleh bawa tim sendiri. Saya bilang saya punya silabus, saya punya bahannya, dan saya punya tim pengajarnya. Tapi akhirnya saya harus ngajar bersama. Sama Pak Kure Syihab, Syed Akhil Sirot, Din Samsudin, dan sebagainya. Saya bilang kalau begitu nanti mahasiswanya bingung.
Baik saya tidak, tidak mengajar lagi. Kemudian saya konsentrasi di beberapa kampus, di Ibnu Holdun, di UMS, dan sekarang di Azahara dan beberapa universitas lain. Tentang pengajaran Salawik worldview. Di UIK sendiri, Mungkin baru 2006-2007 saya mulai masuk di Pasca. Karena Ibnu Holden itu kampusnya sudah tua, sudah 52 tahun sekarang ini.
Nah problem kampus yang tua ini kalau sudah 52 tahun ya akhirnya banyak orang tua. Banyak orang tua yang kalau ada konsep-konsep baru tentu tidak mudah karena banyak dosen yang sudah senior, yang sudah ngacar. puluhan tahun gede eh tidak mudah ya Untung di sana Alhamdulillah ada profesor di Nabi Duddin yang yang sangat senior gede sehingga eh dulu ada Profesor msaifuddin Ibnu Khaldun ini dari tahun 2003 eh maaf dari tahun 1983 sudah mencanangkan iskw itu rektornya Pak Profesor msaif mencanangkan ISK itu, Islamisasi Sains dan Kampus.
Jadi sudah 30 tahun mencanangkan Islamisasi Sains dan Kampus itu. Tapi diakui oleh para dosen ketika itu kata rektor yang sekarang ini, Dr. Ending Baharudin, kami gak paham yang dimauin Pak AM itu apa. Terus terang kata dosen, Pak AM waktu itu banyak bicara tentang Islamisasi Sains dan Kampus, beliau sampai sekarang masih konsisten terus, masih mengawal meskipun sudah tidak. formal ya, tapi beliau kadang-kadang menagih janji, mana saya 29 tahun nih hasilnya, kenapa masih ada mahasiswi yang gak pakai berjilbab, kenapa masih ada bagian-bagian yang tidak islami lah gitu. Jadi memang proses sangat panjang.
Pernah kami dari insis buat kontrak dengan Universitas Islam Sultan Agung. Waktu itu seluruh dosennya sekitar 300 orang workshop dua hari tentang Islamisasi ini lima tahun yang lalu lebih menang tahun yang lalu ya setelah itu eh di selanjutkan dengan kuliah peradaban bulanan ya untuk dekan wakil dekan dan dosen-dosen senior di Semarang Universitas Islam Sultanahkum Semarang itu eh pembicaraannya sampai seperti tadi yang Bu Susi sampaikan tadi bagaimana nih Islamisasi di mahasiswa kultasi kedokteran di hukum di ekonomi ya waktu kita sudah cukup detail tapi kemudian lima tahun yang lalu ganti rektor program itu tidak berjalan lagi sekarang rektor baru miliardet Baru di Unisula yang termilih Dr. Anies Malik Toha Terima kasih. tim kami diinsis.
Jadi ini kayaknya punya tugas besar lagi untuk melakukan islamisasi lagi. Karena islamisasi ini proses yang yang tidak mudah, proses yang berat. Tapi hari ini terus terang tadi saya mendengarkan sambutan dari Wakil Rektor Ibu Susi, luar biasa.
Ini pertama kali paling serius menurut saya. Di tingkat kebijakan, rektornya langsung mengambil kebijakan islamisasi. Itu, ini Ini luar biasa, saya ngomong apa adanya, ini satu tekad yang sangat serius, apalagi nanti didukung oleh tim dosen yang semangat untuk melakukan islamisasi.
Karena islamisasi nanti, islamisasi ilmu di kampus ini tidak gampang, kita akan menghadapi banyak sekali tantangan, bukan hanya tantangan eksternal, tantangan interna pun tidak mudah karena ujung dari islamisasi itu nanti islamisasi diri kita bukan hanya islamisasi buku teks, islamisasi kurikulum islamisasi sistem pendidikan tapi yang berat nanti itu islamisasi diri, islamisasi pimpinan kampus, islamisasi diri dari rekan wakil rektor pejabat-pejabat di kampus dan islamisasi di tingkat mahasiswa tapi ini tidak ada pilihan untuk kita tidak melakukan karena kita ini negeri muslim terbesar jadi kita ini jumlah umat islamnya 200 jutaan sekarang ini sampai sekarang kadang-kadang kita malu, jangankan untuk studi-studi sains untuk studi Islamic studies atau studi Islam, kita itu belum punya contoh, saya sering tanya pada teman-teman dokter, profesor kalau sekarang saya tanya dimana kita bisa mendidik mendidik anak-anak kita menjadi ahli tafsir tingkat S1 saja saya ingin tahu di mana untuk di Universitas Islam mana kita bisa mengirimkan anak kita untuk menjadi ahli tafsir itu enggak ada Pak kita saya mau mengirimkan anak saya untuk menjadi ahli sejarah Islam kampus mana yang bisa mendidik itu tidak punya kita saya ingin anak saya menjadi ahli linguistik Islam Karena itu sekarang sangat kita perlukan Bahasa Melayu kita ini Bahasa Indonesia ini sekarang ini amburadul, dirusak Dan ternyata kita tidak punya Pakar-pakar linguistik Islam Tahun 2010 yang lalu ada musyawarah pemuzakaroh ulama tafsir di NTB di Mataram. Ada profesor bahasa dari UNRAM yang membuat paparan bahwa betapa sistematisnya sebenarnya selama ini apa yang dikatakan di Bahasa Nakrib Al-Atas sebagai de-Islamization of language. Proses de-Islamisasi bahasa.
Misalnya bahasa Indonesia kita ini aneh kan? Kita tidak punya konsonan lain. Hai ya Kenapa dulu tidak dibuat konsonan Ain dalam alfabet bahasa Indonesia sehingga pada sekitar 30-40 persen bahasa Indonesia sekarang itu berasal dari bahasa Arab jadi terpaksa kita harus mengganti Ain dengan k da'wah itu jadi dakwah ya kan Jadi kalau da'i itu jadi daki hai hai Nggak ada konsonan ainnya gimana kita ngerti ya Jadi kita nggak ada konsonan shot Sekarang dalam bahasa Indonesia, sholat jadi shalat Jadi kalau salah denger jadi makanan, sholat itu Jadi shalat ini siapa yang membuat aturan dulu seperti itu?
Kenapa kita tidak buat? Belum lagi sekarang istilah-istilah yang sangat kaco. Ini Alhamdulillah kami sedang buat pesantren S2 di Solo. Kita kasih biasiswa gratis, semua perempuan, ada 9 orang yang kita rekrut untuk program pemikiran Islam. Jadi kuliahnya S2 di UMS, kita buat pesantren.
Kami beri nama pesantren Lir-Ilir. Karena pesantren ini untuk misinya melanjutkan dakwah para wali Songo dulu, Islamisasi di Tanah Jawa. Dan kita tawarkan, kita seleksi, ternyata gak gampang mencari intelektual perempuan. Karena syaratnya dia lulus S1 dan... belum menikah dan berjanji tidak menikah selama pendidikan, di pesantren satu tahun gak gampang nyari, ada satu dokter yang ikut, dari UNS Hai eh kemarin artikelnya kita muat di Republika kita latih mereka untuk menulis kita latih untuk pemikiran sambil kuliah S2 ya dan ada satu yang bagus kali soal bahasa dia lulusan tercepat di UGM bidang sastra sangat bagus ada ada makalah dia yang diterima jadi kita juga sekarang sedang melakukan kaderisasi intelektual yang serius kan nanti nanti proses islamisasi ini enggak bisa berjalan kalau kita enggak ada tenaga ahlinya.
Dan tenaga ahlinya enggak bisa kita serahkan begitu saja pada kampus-kampus yang ada sekarang ini. Kita harus membuat proyek-proyek kaderisasi sendiri. Jadi ini mudah-mudahan ya kalau kita sangat serius ini, betul-betul kita menghadapi tantangan yang menarik ke depan ini. Karena yang menarik. Saya sebetulnya berulang kali di Jakarta, kalau pengajian-pengajian itu sering mengutip Gurindam 12, Raja Ali Haji.
Sebetulnya kalau kita baca Gurindam 12 itu, itu cukup. menjadi tujuan kita di slide, belum ada itu nanti ini baru saya ambil dari internet tapi sekarang saya kira sudah banyak yang hafal ya, kita baca ulang di kuridam 12 barang siapa tiada memegang agama Sekali-sekali tiada boleh dibilang nama Barang siapa mengenal yang empat Maka ia itulah orang yang ma'rifat Barang siapa mengenal Allah subhanahu wa ta'ala Suruh dan tegaknya Tiada ia menyalah Bukan tegaknya, tegaknya ya Barang siapa mengenal diri Maka telah mengenal akan Tuhan yang bahri Barang siapa mengenal dunia Taulah ia barang yang terpedaya barang siapa mengenal akhirat taulah ia dunia mudarat ini sebetulnya luar biasa, kalau kita mau konsep islamisasi nanti pada gurindam pasal 1 ini saja, itu sudah cukup bagaimana apa namanya, kita menjadikan mengenal yang 4 ini sebagai tujuan pendidikan ini yang nanti kita sebut sebagai adab, dia kenal Allah dia kenal diri Dia kenal dunia Dan kenal akhirat Kalau kita tidak mengenal betul Empat ini, maka tidak akan ma'rifat Maka tidak akan selamat Barang siapa yang mengenal yang empat Maka dia akan ma'rifat Silahkan kita lihat sekarang ini Sekalian sebelum Silahkan dimasukkan di Mengapa pendidikan Terus Nah mengapa pendidikan? Jadi, Ibu-Ibu sekalian ya, kita sekarang ini masuk ke dalam satu bidang yang sangat strategis. Karena pendidikan ini adalah asas kebangkitan. peradaban jadi semua dunia mengakui dan negara manapun mengakui kalau mau satu bangsa itu bangkit maka dia harus memenuhi pendidikannya Hai hanya sekarang apa yang masuk dengan pendidikan sebenarnya ya itu jadi Yang kedua, pendidikan ini problem utama umat Islam.
Inilah yang oleh Prof. Nakib Alatas, pada tahun 1977, ini momentum penting waktu itu ada konferensi internasional. Pendidikan Islam pertama di Mekah yang bertindak sebagai keynote speaker-nya Prof. Nakep Alatas dan dia menulis satu paper untuk seminar itu, judulnya The Westernization of Knowledge Dan disitulah umat waktu itu Prof. Alatas ditanya, apa masalah utama umat Islam? Nah banyak kalangan cendekiawan, pemimpin Islam yang menjawab masalah umat Islam itu adalah masalah politik, masalah ekonomi dan sebagainya. Prof. Alatas tidak.
Menurut beliau masalah yang paling mendasar yang dihadapi umat Islam sekarang adalah the problem of knowledge. Problem ilmu. Problem mengetahuan. Dari ilmu yang salah itulah yang dipelajari umat Islam, maka umat Islam salah dalam melihat dunia, salah dalam melihat dirinya, salah dalam melihat kehidupan ini.
Karena berangkat dari ilmu yang salah. Makanya dia itu problem. Kalau mau menyelesaikan problem umat, selesaikan dulu problem ilmu itu.
Kemudian yang berikutnya, pendidikannya tanggung jawab orang tua. Saya ingin menekankan ini karena sekarang seolah-olah orang kalau bicara, secara pendidikan yang tadi malam saya katakan itu identik dengan sekolah Hai kalau kita merujuk pada zaman Rasulullah di masa Rasulullah tidak ada sekolah Tapi kenapa lahir pribadi-pribadi yang tangguh, yang mulia. Khoirul qurun.
Khorni kata Rasulullah sebaik-baik generasi, generasiku. Zamanku. Di waktu itulah pendidikan menjadi kegiatan seluruh waktu dari umat Islam itu.
Tidak ada waktu yang tanpa pendidikan. Hadis Rasulullah yang sangat terkenal. Uhdu aliman, au mutaaliman, au musta'aliman. Jadi Rasulullah mengingatkan kepada kita, jadilah kamu orang yang mengajar, atau sedang mengajar. Kalau tidak, jadilah kamu sedang belajar.
Kalau tidak, atau kamu mustami. Jadi dibedakan antara mutaaliman dan mustami. Belajar dan mendengar.
Hai ya kalau orang Jawa bilang si ping ngaji kuping dari kuliah umum ini si ping jadi masuk telinga kanan nanti keluar telinga kanan lagi dia nggak tahu apa pokoknya di denger aja gak apa namanya eh maka salah satu yang dalam syair terkenal Imam Syafi'i salah satunya beliau katakan salah satu bentuk kebodohan itu adalah orang yang sudah menangkap binatang buruan kemudian dia lepaskan lagi sama dengan orang yang sudah dapat ilmu tapi kemudian dia catat itu sama diibaratkan seperti orang yang sudah berburu dapat binatang, buruannya, kemudian dilepas lagi Fahmin al-Ahmaqi ya atau imam syafi itu salah satu bentuk kebodohan makanya kata beliau ikat buruanmu itu dengan ikatan yang kokoh artinya dengan tulisan jadi itu salah satu bentuk bagaimana orang yang apa namanya tapi mustami ini lumayan kalau di istag dulu ada saya ambil mata buru mata kuliah itu mustami audio itu kita dapat di transkrip nanti au ya kita datang ke kelas dengerin dosen ngomong dengerin dosen eh apa namanya ngajar tapi kita enggak ngerjain tugas enggak enggak ada ujian enggak bikin makalah dia bikin tugas ini lainnya au itu aja audience ya jadi enggak ada nilainya nol tapi lumayan dan Rasulullah menyebut itu mustami'an muta'al liman au mustami'an lumayan dan enggak sama sekali sekali ya kalau enggak sempet juga mustamian au muhibban paling enggak seneng ajalah ya enggak sempet hadir ya dukunglah ya ngasih sumbangan ya udah mudahnya caranya sukses ya gitu jadi dia nggak ikut tapi lumayanlah muhibban walatakun khamisan fatahlak jangan jadi yang kelima kamu akan binasa nah ini yang jadi orang udah nggak ngajar nggak belajar nggak mendengar nggak seneng ya dukung mendukung itu ya Nah itu orang yang hancur ya itu orang yang binasa jadi kalau kita lihat makanya aktivitas sahabat Rasulullah itu semua aktivitasnya aktivitas terkait dengan keilmuan belajar ya bagaimana terus karena Robby wakul Robby zidni ilmah itu perintah Allah langsung kepada Muhammad salallahu alaihi wasallam sampai beliau diminta berdoa Ya Allah tambahlah selalu ilmuku wakul Robby zidni ilmah ya bukan ya Allah tambahlah Hartaku, enggak Karena nanti kata Saidina Ali kan Orang yang sudah mencintai ilmu Merasakan lezatnya ilmu Itu akan gembira dan senang sekali Kalau dia dapat ilmu Kalau sekarang di TV-TV orang dapat duit Sampai nangis-nangis Tapi kalau orang dapat ilmu, dia enggak merasa Itu sebagai satu yang nikmat Nah itu ciri yang kita belum merasakan Lezatnya ilmu Sama kayak begini Kayak apa namanya Dalam surat Ali Imran ayat 164 diutusnya Rasul itu pada kita adalah satu bentuk karunia yang besar tapi apakah kita merasakan itu kalau kita tidak mengikuti petunjuk Rasulullah Rasulullah kita sesat, kita gak tau Mana najis, mana tidak najis Mana yang hadath kecil Hadath besar, mana yang Suci, kita tidak tau Mana yang salah, mana yang benar Kita tidak tau, untuk apa kita hidup Kita tidak tau, mau kemana Setelah kita hidup, kita juga tidak tau Jadi makanya itu disebut Sebagai karunia Allah yang besar Lakut manallah alal mu'minin Jadi banyak karunia yang Orang sering tidak sadar karena Previsinya itu sangat materi Jadi pendidikan ini tanggung jawab orang tua Orang tua tidak boleh melepas tangan Nah ini sekarang makanya banyak pepatah yang disalahfahami Di pepatah Melayu itu kan ada Kalau melentur buluh Lakukan sewaktu muda Belajar di waktu kecil seperti mengukir di atas batu Belajar sudah dewasa seperti mengukir di atas air Ini ya Ini gara-gara pepatah ini disalah fahami. Akhirnya sekarang hampir seluruh energi umat Islam konsentrasinya ke pendidikan dasar. Karena menganggap yang penting itu waktu kecil.
Biasiswa disitu dikerahkan, besar-besaran energi. Dia lupa bahwa yang melentur buluh itu orang dewasa. Betul dia dilentur waktu muda, tapi siapa yang melentur? Benturnya itu. Betul, anak-anak itu penting untuk dididik.
Tapi siapa yang mendidik? Yang mendidik itu orang dewasa. Makanya Nabi itu tidak mengajar TK. Nabi itu mendidik orang dewasa.
dewasa karena orang dewasa yang dididik dengan benar dia akan menjadi pendidik untuk anak-anak sekarang tadi yang dikatakan busur tadi masalah hampir semua sekolah Islam yang saya datangi kalau saya tanya apa masalah utamanya pasti guru ya ada sekolah sekarang ini ironi sekolah Islam SMP Islam terpadu di berat-berat tuh apa yang anda kesulitan cari guru-guru agama Kenapa anda dewasa semuanya kita tes gak lulus Hai kenapa enggak lulus Gak ada girohnya, gak ada semangatnya, gak ada visi yang terpadu dalam soal keislaman, gak ada uswatun khasanahnya. Kenapa? Nah saya bilang itulah kelemahan kita umat Islam.
Dulu Katolik Franz Van Liet, waktu belum lama ini peringatan 150 tahun Van Liet. Van Liet itu tokoh legendaris dalam misionaris Katolik. Apa yang dia lakukan dulu sebelum membuat kandisius pendidikan-pendidikan Katolik? Dia buat sekolah guru dulu. Quek School di Muntilan Dari sekolah guru itulah Dia lahirkan banyak guru Dan ironinya mayoritas yang didik Van Liet Itu adalah muslim waktu itu Dan hampir semua yang sekolah Di sekolah Van Liet masuk katolik Dia jadi guru-guru katolik Termasuk yang film Difilmkan itu Sugio Film Sugio Pranoto itu Itu muslim itu Cucukiai itu Sugio itu Jadi uskop Peribumi pertama di Indonesia Karena dikatolikan oleh Franz Van Litt Jadi Adin Al-Ghamlah Apa namanya Ini clear, maksud saya dengan orang tua itu begini Sekarang banyak akhirnya orang tua Dia tidak tahu pendidikan Dia tidak merasa wajib untuk mendidik anaknya Karena kalau dia berpikir mendidik anak itu Dikasih ke sekolah Bikin sekolah-sekolah yang bagus Sekolah SD, SMP bagus Orang tua itu pikirannya cuma Nah taruh aja biar anak saya bagus Biarin saya bodoh Yang menterima yang penting anak saya pinter.
Nah gitu prinsipnya akhirnya. Saya bilang, Bapak itu salah begitu. Ada seorang tua datang ke saya, Pak gimana anak saya baiknya kuliah di mana? Satu diterima di UI, dia terima dua tempat.
UI itu komunikasi. Jadi diterima di UNER, ekonomi Islam. Baiknya saya ambil yang mana? Saya tanya, Bapak maunya gimana?
Ya kalau kalau di komunikasi UI dekat dengan rumah, tapi nanti pekerjaannya kurang sesuai. Kalau dia kuliah di ekonomi Islam, dia lebih sesuai karena dia perempuan. Dia bilang, nah itu yang Bapak keliru. Sebagai orang tua, Bapak tidak mengarahkan anaknya menjadi anak yang benar untuk belajar. Karena sebetulnya orang tua harus tahu mana ilmu yang Fardu Ain, mana ilmu yang Fardu Kifaya.
Apa ilmu yang sudah dipelajari. oleh anak bapak, apa ilmu yang belum dipelajari. Jadi dia sudah ter kooptasi oleh pemikiran pendidikan itu adalah BLK, balai latihan kerja. Jadi kalau dia kuliah di sini, maka dia akan kerja di sini.
Dia kalau kuliah di sini, akan kerja di sini. Itu tidak sepenuhnya keliru. Tapi kalau menghilangkan konsep yang lebih besar, maka dia keliru. Karena berarti orang tua ini dia tidak tahu anaknya harus belajar apa.
Ilmu yang Fardu Ain Tahu atau tidak? Banyak orang tua, ini berapa kali yang saya ketemu kasusnya. Tiba-tiba ada satu kasus di Jakarta.
Anaknya arsitek di Trisakti. Ibunya aktivis majelis taklim. Dia bingung tiba-tiba karena anaknya mau kawin sama perempuan non-muslim. Dinasehati sama ibunya segala macam, tetap dia ngotot.
Akhirnya kita diundang ke keluarga besarnya, dibuat workshop satu hari. Hai ini karena gara-gara anaknya mau kawin sama non-muslim makanya ini keluarganya semua harus disuruh workshop pemikiran Islam saya kasih eh apa namanya soal-soal retes pemikiran itu yang anaknya ngikutin nih 100% salah jawabannya jadi udah parah berhenti katanya saya ada tes untuk pemikiran juga nanti bisa di diagnosa apa namanya bukan hanya diagnosa fisik diagnosa pemikiran juga penting ya karena harus diobati itu kalau pikirannya sudah sudah sakit ya itu nanti dia bisa kita tentukan Oh sakitnya udah parah, sakitnya agak parah, ini belum terlalu parah, itu ada diagnosanya, ada terapinya juga jadi akhirnya begitu, dia orang tua ini, gak ngerti anaknya selama kuliah itu belajar apa jadi tiba-tiba anaknya sudah berpikir lain menyatakan bahwa semua agama itu sama semuanya benar, nah udah berpikir begitu, susah sudah pernah juga ada ibu-ibu orang Padang, suaminya orang Ustaz Australia tapi dua-duanya terlambat datang ke kantor kamu tuh diinsis datang mengatakan anaknya itu kayaknya pikirannya udah terlalu liberal karena pendidikannya di Australia juga ya kita coba untuk dialog dengan anaknya susah waktunya terbatas ya dia sudah kadung punya framework pemikiran yang lain dari sekalian ini pemikiran sama kayak kita nanggulangi penyakit ya kalau wabahnya terlalu parah ya Suatu ketika kadang perlu diamputasi juga Jadi kalau gak bisa Di Di proteksi atau di Vaksinasi lah gitu ya Nah itu sudah sakitnya terlalu parah Ya mungkin perlu diamputasi Maksudnya Ini orang tua itu Banyak kasusnya yang saya jumpai Mereka merasa bahwa ya sudah lah Saya sudah tua, saya sudah terlambat Jadi sekarang ini biarlah anak saya Yang pintar, anak saya biar dikirim ke pesantren Anak saya Saya ketemu teman-teman di Inggris, di Qatar, di berbagai negara yang aktivis-aktivis Islam yang baik. Itu banyak yang setelah dia orang tua tidak merasa wajib belajar. Karena tadi itu kena pikiran belajar di waktu kecil.
di atas batu, belajar sudah dewasa, di atas air. Saya bilang gimana logikanya Rasulullah SAW itu menerima wahyu umur 40 tahun. Banyak sahabat Rasul belaru belajar Islam itu umur 40-50 tahun. Dan mereka setelah itu menjadi ulama-ulama yang hebat. Jadi tidak terlambat kalau belajar Islam baru mulai 40 tahun.
Saya sekarang punya mahasiswa doktor umur 72 tahun. Ini baru nulis disertakan. disertasi ini mau selesai dia akuntan yang ambil pendidikan Islam jadi saya apa namanya dia serang nulis disertasinya tentang Islamisasi laporan keuangan di lembak di satu pesantren jadi menganalisis sistem keuangan di pesantren itu sudah islami belum? Dari sisi pendidikan Islam.
Tapi semangat sekali Masya Allah. Umur 72 tahun, waktu itu istrinya baru meninggal, baru kawin lagi. Nanti 72 tahun masih bisa kawin lagi. Produktif itu.
Saya bilang, Bapak ini bagus benar. Jadi mahasiswanya ada yang 70 tahun, ada yang ini. Banyak saya ada berapa orang. orang yang umurnya sudah 65 tahun 62 tahun, baru menyelesaikan doktornya tahun jawab orang tua itu ya nah, jadi sekalian kita lihat ya, tujuan pendidikan itu sebetulnya apa sih saya mengutip lagi bahasa dokter Syed Muhammad Nagib Alatas dalam buku beliau yang buku ini buku monumental Islam and Secularism ini juga yang beliau katakan waktu di Mekah tahun 1977 pentingnya pendidikan di situ the purpose for seeking knowledge in Islam is to inculcate goodness or justice in Islam as man and individual self The aim of education in Islam is therefore to produce a good man.
The fundamental element inherent in the Islamic concept of education is the inculcation of adab. Ini yang menurut saya luar biasa. Saya sudah memberikan satu rumusan, ini bukan baru tentunya karena ini dalam banyak hadith Rasulullah juga seperti ini.
Tujuan dari mencari ilmu dalam Islam adalah untuk menanam. menanamkan kebaikan atau keadilan dalam diri seorang manusia sebagai manusia. Oleh karena itu tujuan pendidikan dalam Islam adalah untuk menghasilkan orang yang baik. To produce a good man. Itu tujuannya.
Oleh karena itu, the fundamental element inherent in the Islamic concept of education is the inculcation of adab. Bagaimana kita menanamkan adab pada diri seorang. Nah itu yang beliau katakan tadi ya dalam interview dengan senjikiawan Amerika itu, Hamza. Yusuf, di Youtube bisa dilihat komentar Profesor Alatas tentang adab ini. Ketika beliau ditanya, what is the central crisis of Muslims today?
Dan beliau jawab, loss of adab. Ya. Hilang adab Itu yang nanti Kalau kita nanti mau islamisasi lagi Maka kita akan mengarahkan pendidikan kita Menuju kepada Pembentukan manusia yang beradab Dan sebetulnya kita udah enak Di Indonesia ini karena sila keduanya Kemanusiaan yang adil Dan beradab Itu sudah ada panduan Jadi harusnya pemerintah tidak punya alasan lagi Gak usah bikin macam-macam tujuannya Agar manusia Indonesia tidak biadab Ida Simple, jadi jangan menjadi manusia bi-adab Bi di situ bukan bahasa latin Kita mengadopsi kata bi dalam bahasa Indonesia Itu dari dua bahasa Yang dari bahasa latin maknanya dua Biseksual, bikameral, bilingual, bipolar, itu dua Tapi kalau bi-adab itu bukan dua adab, tapi bi-adab itu dari bahasa Persi di situ.
Dari B, adab, bahasa Persi, ba dan B itu awalan yang artinya berbeda. Kalau ba, adab, dia punya adab. Tapi kalau B, adab, dia tidak punya adab makanya itu yang diambil dalam bahasa kita bahasa Indonesia, karena bahasa kita pun ada beberapa serapan dari bahasa Persi B, adab jadi dia tidak beradab, dia tidak punya adab dulu waktu saya di pesawat santrin ya, itu santri itu sudah hafal soal adab tapi dipleset-plesetkan man lai sal adab fakot wajaba santab orang siapa yang gak punya adab harus dipukul pernah ada pejabat departemen agama ke kampus UIK dia bilang ini hadis, wah saya tertarik Rasulullah bersabda man lai sal adab kadzubab Barang-barang yang tidak punya adab, dia seperti lalat. Saya SMS teman, tolong carikan hadisnya di Kutubu Sita atau Kutubu Tis.
Ini baru dengar saya ini, hadis adab bagus sekali. Siapa yang tidak punya adab seperti lalat. Maksudnya kan, dia hinggap di mana saja, tidak punya tahu, kompat kotor, tidak. Itu orang biadab, tidak punya adab.
Hai dicari-cari enggak ketemu ternyata bukan hadits dari mana ini udah meninggal sekarang waktu apa man lai shal'adab khatubah pepatah mungkin diri dibilang hadits ya tapi maknanya sih bagus artinya apa namanya eh orang yang tidak punya adab seperti lalat ya kan yang ini hai hai Nah ini ada buku Prof. Alatas yang pernah diterjemahkan ternyata tahun 1984 ya. 1984 itu saya baru masuk kuliah di IPB waktu itu. Ternyata ada buku Prof. Alatas yang pernah diterjemahkan di Bandung, konsep pendidikan dalam Islam. Beliau katakan dalam buku ini pendidikan menurut Islam sebagai pengenalan dan pengakuan Yang secara berangsur-angsur ditanamkan dalam manusia tentang tempat-tempat yang tepat Bagi segala sesuatu di dalam tatanan wujud Sehingga hal ini membimbing ke arah pengenalan dan pengakuan tempat Tuhan yang tepat dalam tatanan wujud tersebut Ini adab Makanya saya mencoba untuk menyederhanakan dari berbagai rumusan ya Yang disebut dengan manusia baik itu apa? A good man, pertama manusia baik itu manusia yang mengenal dirinya Sebagai hamba dan khalifah Allah Dia seorang abid, dia seorang hamba Tapi dia juga punya tugas untuk menjadi khalifatullah Maka disitu pentingnya dia menjadi orang yang profesional Sekarang profesional itu tidak mesti kaitannya dengan uang, profesional muda.
Profesional itu orang yang mengerjakan sesuatu dengan sungguh-sungguh dan tepat caranya. Kemudian yang kedua, dia mengenal dan mengakui Tuhannya, Ma'rifatullah. Yang ketiga, dia mengenal dan mengakui Rasulullah sebagai Uswakasana. Jadi manusia yang meskipun dia profesional, dan dia mengakui Tuhannya, tapi dia tidak mengakui utusan Allah, maka dia tidak baik.
Ini sekarang kita berhadapan dengan faham humanisme. Saya tanya pada beberapa orang, ini sebagai satu contoh. Jelama ini saya, sebagai satu contoh, saya pernah ini, tapi saya ada datanya sebenarnya. Jadi saya pernah ngajar di satu universitas Islam di Jakarta, sekarang sudah berhenti.
Di mahasiswa itu saya kasih tes, salah satu tesnya adalah bahwa apakah setuju atau tidak setuju. setuju ya, Allah akan memberikan pahala kepada setiap manusia yang percaya kepada Tuhan dan berbuat baik pada sesama apapun agamanya. Itu 63% persen jawab setuju ya jika langsung mahasiswa itu remasi semesternya semester 3 dia fakultas astral jadi Allah akan memberikan pahala kepada setiap manusia yang percaya kepada Tuhan dan berbuat baik pada sesama apapun agamanya itu 63% jawab setuju terhadap pertanyaan seperti itu hai hai Di berbagai tempat sudah mulai muncul, nanti kalau kita lihat masalah pluralisme ini. Bahwa orang-orang yang berbuat baik pada sesama itu orang baik. Dan sekarang dengan misalnya contohnya.
Ya, kasus Nelson Mandela Itu luar biasa di ekspos Sembingan rupa, sehingga seolah-olah Nelson Mandela itu masuk sorga Karena saya pernah dapat pertanyaan seperti itu Dari seorang anak SMA Dia tanya, Pak Adil gak Pak? Allah memasukkan ke dalam surga orang-orang jahat. Hanya karena dia beragama Islam. Dan apakah adil Allah memasukkan ke dalam neraka orang-orang baik hanya karena dia tidak beragama Islam? dia, ya kamu maksud orang baik itu siapa?
dia sebut Nelson Mandela waktu itu belum meninggal Nelson Mandela itu kan orang baik dia pejuang kemanusiaan ya menolak apartheid apakah dia masuk neraka? di tempat lain ada yang bertanya apakah Thomas Alva Edison yang menemukan lampu, lampunya kita pakai ngaji terus, ya apakah Thomas Alva Edison itu akan masuk neraka? hanya karena dia tidak beragama Islam Beberapa kawan di Inggris tidak cerita begitu, ketika anak-anaknya sekolah di sekolah internasional, anaknya bertanya Pak, apakah teman-teman kami itu akan masuk neraka?
Bukankah mereka orang baik? Mereka orang yang berbuat baik, kita sangat dihormati oleh mereka, kita banyak ditolong oleh mereka Apakah mereka akan masuk neraka hanya karena mereka tidak beragama Islam? Saya bilang kepada anak SMA ini, kok kamu tahu dia orang baik dari mana?
Emang kamu kenal dia? Yang kedua, yang kamu maksud baik itu apa? Ya baik itu dia berbuat baik pada sesama. Iya dia baik pada manusia. Tapi dia tidak baik sama Tuhan.
Kenapa dia tidak baik sama Tuhan? Karena dia tidak mau mengakui utusan Tuhan. Orang yang tidak mengakui utusan Tuhan itu tidak baik.
Orang yang tidak mengakui utusan presiden, itu tidak baik. Utusan presiden harus kita akui. Ini utusan Tuhan, bagaimana dia tidak diakui? Dia tidak mau mengakui apa yang seharusnya diakui, itu tidak baik. Contoh misalnya gini ya, ada orang tua atau ada anak lah udah kuliah di fakultas sain atau teknik atau apa di kedokteran di Abdurrahman ini.
Dia udah dapet metodologi ilmiah. Wah metodologi ilmiah itu kan sekarang yang diajarkan, yang disebut ilmiah itu adalah yang rasional dan empiris. Itu baru ilmiah. Kemudian dia bilang sama bapaknya, Pak, minta maaf Pak ya.
Setelah saya pikir-pikir kok, saya itu belum yakin saya itu anak bapak. Karena enggak ada bukti ilmiah, apapun saya ini anak bapak. Saya tidak mirip dengan bapak. Saya mirip tetangga misalnya.
Jadi apa buktinya saya anak bapak itu apa secara ilmiah? Bisa gak bapak menunjukkan secara ilmiah saya ini anak bapak? Tapi, dia bilang, tapi bapak gak usah khawatir pak.
Karena bapak udah membesarkan saya. Saya menganggap Bapak itu Bapak saya. Jadi meskipun saya hati saya jujur saya belum yakin.
Tapi saya tidak berubah sikap terhadap Bapak. Apa yang Bapak perintahkan saya jalankan. Apa yang Bapak larang saya tinggalkan.
Apa yang Bapak minta saya kasih. Pokoknya saya anggap Bapak itu Bapak saya sendiri. Meskipun saya belum yakin Bapak itu Bapak saya. Sampai ada bukti ilmiah yang meyakinkan.
Kira-kira kalau anak begini diapain? Terus bapaknya mau nunjukkan apa? Ada bukti ilmiahnya?
Gimana caranya? Tes DNA dia paling akurat Tapi tes DNA pun tidak 100% Iya kan? Masih ada margin of errornya Masih ada, ada peluang untuk keliru Tapi apakah kita perlu tes DNA semua untuk membuktikan bahwa ini orang tua kita? Kalian bapaknya ngomong, kamu percaya apa enggak? Kamu ini bapak kamu, percaya apa enggak?
Kalau dikatakan ilmiah, apa ilmiahnya? Poinnya tidak di situ, nanti kita bahas dalam konsep ilmu. Di workshop nanti kita bahas itu.
Itu soal epistemologi. Tapi yang penting di situ, adik sekalian. Apa yang penting itu adalah bahwa dia itu, kita bilang anak durhaka, gak mau mengakui orang tuanya.
Meskipun perbuatannya sama, makanya Allah meminta kepada manusia yang pertama kali diminta itu bukan amal, yang diminta itu pengakuan. Dalam surah Tauhah, Qul innani anallah la ilaha ila anna fa'budni wa'akimi sholat ala al-dikri. Jadi, akuilah, aku ini Allah, kul katakan, innani anallah, maka manusia diminta mengakui dulu.
Allah itu Tuhannya. Baru kemudian, fa'budni wa'akimi sholatali zikri. Jadi tidak mengakui, memang seharusnya diakui, itu tidak baik. Jadi kita jangan termakan oleh ide-ide humanisme yang sekarang daksyat sekali.
Sampai di S3 itu saya kasih soal. Masih suatu ujian terakhirnya, saya bikin soal multiple choice. Saya tanya, siapa yang akan menang?
siapa yang paling berpeluang masuk surga a Nelson Mandela B Bunda Teresa C Ahmad fatonah di Ratu Atut itu rame diskusi di kelas saya ada yang alumen ada al-azhar ini usat-usat diskusi yang mana sebilang tempat orang ini yang paling berpeluang masuk surga ya jadi eh Karena saya udah tahu banyak, waktu saya ngisi pengajian di KPK juga saya bilang, ini hati-hati, KPK ini bisa membuat persepsi yang salah. Orang karena pemberitaan yang luar biasa tentang media masa ini akhirnya hilang gambaran itu. Bahwa dia gak pernah masuk surga, dari mana?
Apa kriteria orang baik dan tidak baik semata-mata didasarkan pada faktor kemanusiaan? Nah, ini yang kita ini, jadi bahwa mengenal dan mengakui Rasulullah ini bagian dari konsep peradaban. Nah, semalam saya katakan kalau orang mengatakan bahwa peradaban syirik itu peradaban yang tinggi, itu keliru dia.
Itu dia salah konsep. Yang keempat, manusia baik itu manusia yang meyakini kebenaran. Untuk meraih kebahagiaan.
Ini yang nanti ya sebenarnya, nanti tujuan universitas di dalam Islam itu adalah untuk mencipta manusia yang baik. Yang tujuan manusia yang tertinggi di situ apa? Menggapai saadah. Ini sekarang gak dipakai, padahal lucu di Indonesia ini, di Inggrisnya sudah ada, di berbagai dunia malah sudah ada survei, Index of Global Happiness, jadi sekarang diukur kebahagiaan global, orang-orang bahagia, gak ngerti ukurannya apa itu, orang barat ini sudah bikin survei, negara paling bahagia, ternyata negara paling bahagia itu Denmark.
Kita lebih tinggi dari Jepang. Kita kalau tidak salah, menurut survei itu, tidak tahu kriteria bagaimana. Kita nomor 27. Jepang di bawah kita. Jadi meskipun banyak banjir, banyak apa, banyak korupsi, tapi Indonesia itu orangnya bahagia ternyata itu. Lumayan.
Lebih bahagia, rakyat kita lebih bahagia dari presidennya. Pernah lihat Pak SBY ketawa-ketawa? Eh susah, kalau ketawa ini dimarahin sama DPR.
Udah rakyat susah presiden ketawa-ketawa, gak enak. Jadi presiden itu gak enak. Saya lihat Pak SBY itu 10 tahun ini, itu jarang senyum, jarang ketawa, ya gak enak udah sebentar lagi turun.
Itu baru di dunia loh gak enak, di akhirat susah lah. Saya heran itu kok sekarang banyak orang mau jadi presiden. Ribut terus istilah barisnya mau jadi presiden. Saya kenal dengan Pak SBY itu cukup lama, sejak saya jadi wartawan dulu dah pernah dimarahin juga tapi dia itu orang yang luar biasa kalau kita kirimin buku Pak SBY itu sebenarnya saya kirimin buku Waktu masih kaster ya Ngirim surat, resmi masih saya simpen suratnya Ucapan terima kasih Itu gak ada pejabat, apalagi jenderal Kita kirimin buku, ngirim surat resmi Ucapan terima kasih Jadi Pak SBY itu senengnya buku Kalau soal buku Pak SBY Tapi sejak saya lihat, sejak dia jadi presiden sampai sekarang itu jarang senyum. Kasian Pak SBY itu, harus kita kasihani.
Tapi udah punya ani. Kita kasih Ani, udah punya Ani. Jadi maksud saya begini, orang itu kebahagiaan Pak.
Jadi kebahagiaan itu seadah index of global happiness itu ada. Jadi di internet cari, index of global happiness. Itu nanti ketemu Indonesia peringkat berapa dari satu survei.
Meskipun itu bukan kebahagiaan hakiki menurut Islam Karena dalam pandangan Islam Orang yang bahagia itu orang yang yakin Dengan imannya Dan kemudian dia Melakukan perbuatan sesuai dengan Keyakinannya, itu orang yang bahagia Makanya kenapa ada ibu-ibu misalnya gitu ya, orang menyangka bahagia itu bukan pada materi, karena materi itu kesenangan. Lidah itu senangnya makan enak, telinga senangnya mendengar musik yang lembut, suara yang merdu, berbagai kenikmatan-kenikmatan duniawi pada panca indera itu. Tapi apakah itu melahirkan kebahagiaan? Tidak.
Dan kita lihat ya, apa ya orang yang sudah cantik, romantik populer kaya ketawa-ketawa ya tiap muncul di TV enggak pernah sedih dia eh ujungnya narkoba Hai kenapa seperti itu dia mau apa aja bisa kan mau pacaran tinggal pilih laki-laki tinggal pilih perempuan ya gonta ganti berarti hari juga bisa ya tapi ternyata tidak bawa kebahagiaan akhirnya dia narkoba Kenapa bisa begitu Nah itulah jiwa Sekarang ini kan fakultas psikologi Fakultas ilmu jiwa Tapi psikologi modern Ini malah tidak belajar jiwa Padahal belajar jiwa itu fardu'ain hukumnya Bukan hanya di fakultas psikologi Karena itu perintah Allah Wajib itu Setiap manusia itu Dia akan berbahagia dia akan beruntung kalau dia mensucikan jiwanya. Kalau dia mengotori jiwanya, dia celaka. Gitu ya. Jadi kita harus tahu tentang jiwa. Ilmu jiwa itu salah satu yang wajib dipelajari.
Setiap orang, karena dia harus mensucikan jiwanya. Kalau dia tidak tahu jiwa, apa yang mau disucikan? Dia tidak tahu penyakit jiwa. Sekarang kalau mental illness dalam kesehatan diartikan hanya fisik.
Gangguan saraf, gangguan otak, gangguan ini. Tapi kalau di dalam ilmu jiwa Islam, orang cinta dunia, hubud dunia, itu sakit jiwa itu. Karena dia berarti tidak memahami bahwa akhirat lebih penting daripada dunia. Orang yang hasad, dengki.
Dia marah, dia benci karena saudaranya dapat nikmat dari Allah Sedangkan dia tidak, itu sakit jiwa sebenarnya Orang sombong, angkuh, menolak kebenaran, itu sakit jiwa Jadi banyak sakit jiwa ini Orang penyakit iblis itu penyakit jiwa Sombong, angkuh, dengki, merasa hebat Itu sakit jiwa Itu gak tau di bakat psikologi ada gak itu pelajaran jiwa. Tapi kalau ilmu an-nafs, di tempat saya ada beberapa disertasi tentang jiwa. Ada ilmu jiwa menurut Ibn Qayyim al-Jawziyah, ada ilmu jiwa menurut Ibn Jawziyah, Fauzi saya biarin banyak masa sekarang menulis tentang ilmu jiwa dalam pemikiran ulama-ulama klasik yaitu perlu dikaji nanti di dalam psikologi supaya kita bisa membandingkan bahwa para ulama kita dulu sudah menggali konsisten konsep tentang jiwa ini anafs Hai adolescent Jadi kalau kita sekarang mau membentuk manusia yang baik dalam pendidikan maka dia harus profesional di bidangnya dia harus mengenal Tuhannya dia mengenal untuk apa dia hidup dia mengenal nabinya mengakui utusan Allah menjadikannya sebuah sholatun khasanah dan dia meyakini kebenaran dan hidup dalam keyakinannya itu baru dia bahagia atau Kalau ini kita tentukan misalnya, tujuan dari, sebetulnya ini dalam pendidikan tinggi tujuannya kayak begini Pak.
Ya kan coba dalam undang-undang pendidikan tinggi nomor 12 tahun 2012 tuh. Itu kan bagus sekali, tujuan pendidikan adalah membentuk manusia yang beriman, bertakwa, berakhlak mulia. Ini sering sekarang saya sampaikan ceramah-ceramah waktu itu di Istiqlal juga, waktu Ramadan yang lalu. Saya ceramah, saya katakan begini, ini kewajiban besar Pak SBY sebelum turun mengeluarkan...
kayak pres tentang iman dan takwa sebagai operasional dari undang-undang nomor 12 tahun 2012. Jadi nanti sebetulnya kalau menurut undang-undang ini seharusnya kalau mahasiswa UI misalnya, kalau mahasiswa ITB, ujian skripsi yang ditanya duluan bukan apa metodologinya, temuan Anda apa, apa inovasi barunya, enggak begitu. begitu yang ditanya pertama muslim enggak muslim sholat enggak enggak enggak lulus ya udah mudahnya begitu gimana iman dan taqwa dengan tanya dulu rukun imannya Hai ya percaya enggak pada Nabi Muhammad sebagai uswatun Hasanah kalau enggak udah nggak usah diujikan skripsinya pasti gak lulus itu kalau diluluskan melanggar undang-undang itu terus apa undang-undang dibuat bagus-bagus begitu ya kan ini kan kabur omaktan indah Allahi antaqulu maalataf'alun ya jadi kemurkaan Allah jadi mumpung PSB masih berkuasa berapa dan lagi ini ya keluarkan kepres tentang iman dan taqwa Itu kan bukan kita buat memang undang-undangnya seperti itu. Harusnya seperti itu. Makanya saya bilang kalau Universitas Islam, ini kalau kita mau, tapi ini berat nih.
Khusus ini berat nih. Ini perlu bertahap. Di UIK aja gak berani.
Yang masih tidak sesuai dengan kriteria perundang-undangan, beriman, bertakwa, berakhlak mulia, cerdas, kreatif, mandiri itu, gak lulus sarjana. Berani gak? Itu berat. Bertahap itu Tapi satu ketika Kalau kita berani melakukan seperti itu Kampus kita akan menjadi contoh Apalagi nyontek Udah Gak lulus Kasih surat pindah Jangan dikeluarkan Dikasih surat pindah Atau kalau gak Bayar infak Jadi pokoknya apa aja hukumnya yang jelas penjabaran dari undang-undang pendidikan tinggi itu aja kan susah Kalau kita sudah ada undang-undangnya bisa tinggal dilaksanakan Jadi itu konsep adab bisa diturunkan dari situ sekarang enak sebenarnya Kalau saya lihat sekarang ini ya dari undang-undang pendidikan tinggi Undang-Undang Pendidikan Tinggi, Undang-Undang Pendidikan Nasional, konsep-konsep standar pendidikan dari BSNP, itu sudah banyak yang bagus. Tinggal diaplikasikan.
Semua pemerintah itu bingung karena konsep ilmunya itu enggak sesuai dengan Islam. itu masalahnya, dia gak membagi pendidikan nanti ini secara adab, secara proporsional sesuai dengan konsep ilmu dalam Islam ada artikel yang saya tulis saat terakhir pekan saya judulnya kuliah kemana itu kalau menurut saya seharusnya di fakultas-fakultas umum sekarang ini ulu mudinya itu minimal 30% Hai ya Jadi kalau saya boleh mengusulkan misalnya Universitas Abdurrahman nggak perlu bikin fai nggak perlu bikin fakultas agama Islam tapi Islamisasi itu ada di Jakarta saya fakultas dokteran itu itu menggabungkan antara ulu muddin dengan kurikulum kedokteran. Jadi dia lulusan dokter dari Abdurrahman ini, dia bisa bahasa Arab minimal ya, menghafal ayat-ayat. yang wajib, gak perlu sekian just, tapi alat-alat yang wajib sebagai seorang dokter muslim yang Fardu Ain dia terapkan di situ, dan kemudian dia bisa mengembangkan ilmu kedokteran sesuai dengan perspektif Islam, kalau soal syariatnya saya yakin insya Allah sudah mulai dikembangkan tapi bukan semata-mata dia menjadi dokter muslim yang baik, dia menjadi dokter muslim sekaligus menjadi seorang ulama itu Karena biasanya yang masuk fakultas kedokteran itu biasanya pinter.
Dulu begitu, dulu. Tidak tahu sekarang. Kalau saya dulu lebih pinter lagi masuk fakultas kedokteran hewan. Eh, saya dulu. Karena mendidik hewan itu lebih susah daripada manusia.
Saya pernah ditanya kan, saya sekarang mimpin prodi pendidikan Islam, S2, S3. Banyak mahasiswa saya soal pendidikan Islam, lebih pinter dari saya, terus terang aja. Saya gak ngerti banyak pendidikan Islam.
Saya cuma bilang sama mereka, saya itu lulusan kedokteran hewan. Jadi kalau saya mendidik binatang bisa Apalagi manusia Kalau saya bisa Ngobati hewan Apalagi ngobati manusia Manusia bisa kita kita omongin ya ya ngobatin sendiri aja kalau binatang nggak bisa tapi saya juga nggak ngerti gimana ngobati hewan saya diprotes dulu kenapa saya belum selesai dokter hewan karena saya guru Wartawan, lulus S1 terus ada tawaran jadi wartawan, saya tes lulus, udah terlanjur. Tapi saya pengen lagi, saya pengen balik lagi karena saya senang sekali belajar. Saya belajar itu dulu bukan saya mau jadi dokter hewan. Karena di IPB dulu Fakultas saya lihat yang Kegiatan agamanya paling bagus itu fakultas kedokteran hewan Jadi saya cari dulu Mana dari fakultas di IPB yang paling bagus Kegiatan Islamnya Kedokteran hewan, saya masuk disitu Yang kedua yang matematiknya paling sedikit Karena saya sudah bosan belajar matematika Bukan gak bisa Cuma bosan aja Ya udah Jadi praktis, tapi kalau suruh belajar lagi ya insya Allah seneng aja, cuma belum ada kesempatan.
Jadi sekarang ini manusia baik, nah sekarang sifat pendidikan Islam itu gimana? Pertama sifatnya kuliah. Kita namanya kuliah kan, universal, university, jamiah. Kenapa nama universitas, university ini di barat, itu bukan dari bahasa latin universitatem. Itu sebenarnya terjemahan dari jamiah dalam islam.
Islam ya jadi makanya kuliah Kuli kamu kuliah dimana bukan kamu cus iyah dimana enggak mungkin kenapa disebut kuliah karena sebetulnya ini konsep langsung akibat atas yang Namanya universitas itu sebetulnya adalah bagaimana bisa mendidik manusia, menjadi manusia yang sempurna. Manusia yang kuli. Bukan manusia yang jusi.
Makanya di dalam jamiah ada fakulti. Fakulti itu kan organ kalau menurut manusia. Telinga, mata.
Ini semua kan membantu supaya manusia mencapai tujuannya. Nah ini sudah sekarang kita dikacaukan dengan konsep industrialisasi, kapitalisme, sehingga pendidikan sekarang ini hanya mengarahkan manusia-manusia itu menjadi skrup. Dia menjadi skrup dari satu bagian.
bagian industri tertentu ya pokoknya kalau kamu lulusan kedokteran hewan ya nanti kamu kerjanya kesini terus akreditasi juga diukur ini apa dia alumni-nya diterima kerja dimana saja. Karena kami pernah mau buat di Unisula itu ya, jurusan peradaban Islam. Yang ditanya pertama itu, alumni jurusan peradaban Islam itu kerjanya dimana?
Bukan kerja dimana itu kita nafikan, tapi sebetulnya kan kenapa harus begitu? Itu kan sebetulnya tidak mesti kalau dia kerja dimana, tapi dia bermanfaat atau tidak. bagi masyarakatnya.
Jadi itu tidak membentuk pada manusia yang sempurna, yang jamiah, tapi parsial. Inilah yang sekarang ini, ini bukan hanya di kita. Profesor Wan Muhammad Nur dalam bukunya budaya ilmu itu mengutip pendapat Jose Ortega, seorang filosof Spanyol yang mengkhawatirkan pendidikan modern sekarang ini, itu mencetak manusia-manusia barbarian, a new barbarian. Jadi manusia-manusia barbar, manusia yang tidak beradab. Jadi istilah barbar itu dipakai orang Romawi untuk menggambarkan...
orang-orang yang di luar wilayah Romawi, seperti orang Jerman, Slavik, dan sebagainya dulu di utara itu. Kalau oleh orang Romawi dibilang Romawi kan di Roma, di bawah. Orang-orang yang dulu gak masuk janggung wilayah Romawi dibilang dia barbar, unsivilized people.
Jadi manusia yang tidak beradab. Enyo barbarian itu manusia-manusia yang dia dididik untuk berkacamata kuda. Dia hanya tahu bidangnya. Dia dididik persis seperti monyet. Ya monyet itu Itu kan dididik dia untuk bisa melakonkan diri sebagai pelakon topeng monyet.
Sirkus gitu ya. Nah sekarang ada pendidikan yang betul-betul hanya mengarahkan manusia itu seperti itu. Dia hanya dikasih makan, kemudian kerja, istirahat, pelesir, makan-makan, minum-minum, cari hiburan, Senin kerja lagi.
Saya dengar cerita teman-teman yang kalau saya lihat sendiri waktu ke Inggris, kalau sudah Jumat sore, Barit. itu ngantri panjang. Mereka mau mabuk.
Jadi mau mabuk itu ngantri. Mau teler. Kalau ada teman yang di Jepang dia cerita, kalau sudah Jumat malam, kereta api itu penuh dengan orang teler, orang mabuk.
Mereka mau melupakan pekerjaannya. Sudah kerja keras dari Senin sampai Jumat. Setelah itu, Jumat satu minggu itu mereka mau melepaskan diri, mau rehat, istirahat.
Itu dia menjadi manusia yang dididik seperti binatang. Tidak tahu untuk apa dia hidup, tidak tahu Tuhannya siapa, tidak tahu sejarahnya, tidak tahu mau kemana. Dia hanya bagaimana melampi hati. biaskan syahwat-syahwat duniawinya saja. Nah ini sebetulnya, pemerintah kita pun sadar ini, mulai memperbaiki.
Cuma terlalu lambat, kalau menurut saya. Jadi itu. Kemudian yang kedua, sifat dari pendidikan.
Nah nanti pertanyaannya kan, Apakah berarti fakultas itu harus kita hapuskan? Tidak. Justru itulah menurut saya kita harus ada inovasi.
Karena kurikulum sekarang itu sangat tergantung pada kita. Kita ada kemandirian kurikulum. Bagaimana kita membangun kurikulum sehingga membentuk pelajar-pelajar kita, mahasiswa kita menjadi manusia-manusia yang sifat jami ini, sifatnya kulli ini.
Yang kedua, dalam pendidikan kita sifatnya tauhidik. Kita jangan membuat kurikulum yang dikotomis. Antara objektif, subjektif. Ini kadang-kadang dikotomikan.
Ilahiyah, insania, dunia, akhirat, lahir, batin, sains, dan agama. Itu enggak. Kita enggak ada kenalan. kenal itu bahkan sudah ilmu agama ilmu umum pun bagian itu kita kenal yang kita kenal saya Al Ghazali membagi ilmu menjadi ulumul ulum syariah dan ulumul akliyah ada ilmu yang bermanfaat ilmu khairun nafi. Ada ilmu yang fardu'ain, ilmu fardu'kifaya.
Jadi konsep ilmu itu yang kita dasarkan di situ. Objektif-subjektif begini misalnya. Ada di dalam penelitian sosial.
Sekarang saya dalam pendidikan itu ada dosen masih mengarahkan mahasiswanya Anda enggak boleh meneliti lembaga Anda sendiri nanti Anda kan berarti subjektif. Kalau di studi Islam di Barat malah dosennya begini mengarahkannya. Anda gak bisa meneliti Islam.
Tapi Anda di dalam Islam. Berarti Anda subjektif. Jadi kalau Anda mau meneliti Al-Quran secara objektif, Anda harus lepaskan dulu keyakinan Anda pada Quran. Baru Anda objektif. Gimana Anda mau meneliti Islam, sedangkan Anda masih dalam Islam.
Nanti banyak ini sekarang yang dosen begitu. Kita kan sekarang belajar sosiologi, antropologi. Kita harus lepaskan dulu subjektif.
aktivitas kita sebagai orang Islam ada dosen yang mengarahkan mahasiswanya begini ini akhirnya diprotes ya karena mahasiswanya S2 itu kader-kader eh apa da'i kita kita guliahkan S2 aduh senjata dosennya sudah baik tapi kalau tidak udah udah biasa belajar seperti itu kita sekarang belajar filsafat maka harus kita lepaskan dulu ya semua ideologi ideologi kita yang lama jadi dalam belajar filsafat kita harus netral agama taruh di luar kelas dia bilang, lo kan kafir pak kayak kemarin di Jakarta kan gitu kan waktu ada lurah di lantai ngagung kan Kristen diprotes sama masyarakat pejabatnya bilang, dalam soal lurah agama jangan dibawa-bawa saya bilang, lo kalau gak agama dibawa terus taruh di mana Hamka dulu pernah pidato tahun 1975 ketika belas bagi ketua LH MUI di depan pengurus PGI Persekutuan Gereja Indonesia HAMKA mengajak orang-orang Kristen waktu itu Untuk sama-sama menolak sekularisme Itu yang belum katakan sekularisme Jadi orang anggota DPR Datang dari rumah Masih bawa agama Sampai di ruang parkir gedung DPR Masih bawa agama Ketika dia masuk ke ruang DPR Dia sudah diwanti-wanti Jangan bawa agama ke ruang DPR Akhirnya dia masuk ke ruang DPR Agamanya ditinggal di mobil Di parkir parkir. Jadi ketika dia di ruang DPR, sidang-sidang, dia gak pakai agama lagi. Agamanya ditinggal di mobil.
Jangan bawa-bawa agama. Bagaimana kita orang Muslim tidak bawa agama? Kita masuk kamar mandi saja, agama suruh bawa.
Iya kan? Jangan joget di kamar mandi. Ada aturannya. Jadi objektif subjektif itu gak betul itu.
Jadi kalau orang belajar Islam disuruh keluar dari Islam. Ada mahasiswa Indonesia datang oleh seorang profesor. Dia prof. Anda, kami enggak teliti Anda karena Anda terlalu dekat dengan profesor ini.
Jadi karena Anda terlalu dekat dengan profesor ini, maka Anda enggak kami wawancara. Karena Anda ini terlalu dekat, sehingga nanti subjektif. Ini anda keliru begitu, kalau teori anda pakai untuk Rasulullah dan sahabat nabi itu berbahaya. Berarti sumber berita yang soheh tentang nabi Muhammad SAW itu gak bisa dari sahabat.
Karena sahabat nabi terlalu subjek. terlalu dekat dengan Rasulullah kita pendekatannya bukan begitu pendekatan keilmuan dalam Islam bukan objektif subjektif tapi kejujuran Hai meskipun dia dekat ya tapi dia jujur maka Maka yang diverifikasi dalam ilmu hadith itu adalah siapa dia. Dia dobit atau tidak? Dia cerdas atau tidak?
Dia pelupa atau tidak? Dia fasik atau tidak? Dia pembohong atau tidak? Itu yang di track recordnya. Bukan dia dekat atau tidak dekat.
Sahabat Nabi itu sangat dekat. Bahkan terlalu dekat dengan Rasulullah. Sangat cinta Rasulullah.
Bahkan rela mati untuk Rasulullah. Itu kadang-kadang dalam teori obyek suci itu tidak bisa dipakai. Oh Anda terlalu subjektif.
Ya Gak ada begitu kita Yang ketiga ya sekalian Sifat pendidikan Islam itu sepanjang hayat Meliputi pendidikan formal Informal dan non formal Ini nanti kalau kita mau islamisasi ya Salah satu konsepnya ini Jadi pendidikan Islam itu sebenarnya, pendidikan dalam Islam itu sepanjang hari dan sepanjang waktu. Cuma sekarang ini kan kita dipaksa ya dalam kurikulum untuk mengatakan misalnya ini ada formal, informal, non-formal. Misalnya saya ada seorang profesor, jadi kalau profesor Muhammad Nur datang saya temani beliau sampai pernah 3 hari, pernah 4 hari.
Karena selama saya teman dengan beliau itu saya kayak kuliah 1 tahun. Orang mengatakan, ya itu tidak pendidikan, karena itu tidak formal. Itu masih banyak, masih saya cebak dengan pertanyaan. Berikut ini tokoh-tokoh yang autodidak, belajar tanpa guru. Hamka, Muhammad Nadsir, kemudian Hasbiasi.
Sidiki, kemudian siapa lagi? Banyak yang menjawab hamkah. Hamkah itu otodidak.
Belajar tanpa guru. Saya bilang, sejak kapan Anda punya teori begitu? Hamkah bukan otodidak.
Beliau dididik oleh ayahnya. Didedik oleh Buya Malik Ahmad, didik oleh banyak ulama-ulama di Padang. Muhammad Nasir bukan otodidak, meskipun formalnya hanya lulusan AMS atau SMA.
Muhammad Nasir belajar sama Ahmad Hasan, belajar sama Haji Agus Salim. Dulu tradisi keilmuan kita tradisi mula zaman. Mereka belajar sama ulama-ulama ini.
Meskipun gak pake rapot Gak ada Saya waktu SMA Saya SMA saya IPA SMA Negeri, saya tinggal di pesantren Pesantren saya tradisional Waktu saya di pesantren itu Gak terfikir saya udah dapat ijazah. Gak terpikir sama sekali. Tapi di pesantren itu, saya harus ngaji lima kali sehari.
Jadi abis subuh saya ngaji. Kalau saya udah abis subuh ngaji, saya udah bawa tas ke sekolah. Karena jarak pesantren saya ke sekolah itu sekitar 2 kilo, kilo, saya harus jalan kaki dan gak lain, jadi subuh itu udah siap bawa tas ke sekolah nanti habis dari sekolah dulu SMA cuma jam 12 habis dari sekolah pesanten, siang itu ada pengajian lagi habis asal ada pengajian lagi kitab Fadkul Mu'in kemudian habis maghrib ada ngaji Quran, habis isya itu ngaji Al-Jurumiyah, Muriti, Fadkul Korib itu di abis isya Nah biasanya saya hanya sempat belajar SMA itu jam 2 pagi, jam 3 pagi.
Waktu zaman saya, waktu itu pesantrennya belum ada listrik. Jadi belajarnya pakai apa itu? Kita bilang ubli ya, pakai lampu yang minyak itu ya.
Kalau nanti hitam hidungnya. Tapi di pesantren saya dulu, udah tidurnya gak pake bantal, gak ada alas, jadi tidur di lantai aja. Pake ubin, mandinya di kolam, segala macem lah gitu ya. Makannya gak karuan-karuan, makan, minum air mentah, cuma dulu gak sakit saya tuh.
Di pesantren, dulu tuh. Tanya ibu saya dulu, dia prinsipnya gini, kalau kamu semakin menderita semakin sukses. Kalau, bu itu susah makannya kayak begitu.
Ibu saya bilang, itu paman kamu dulu di pesantren makan daun. Ya udahlah. Tapi asik gitu. Saya, tapi bukan itunya. Yang menarik dari sistem pendidikan pesantren tradisional ketika itu apa?
Kita itu, Pak Kiai itu, kalau ngajar sekarang Pak Kiai masuk masjid, langsung dia tunjuk. Tiga orang dari sekitar 8. 80 santri, baca yang kemarin, ya kalau baca kan sistem Jawa itu ya ya apa namanya, kita pakai sorogan Jawa itu jadi Alhamdulillah, ikulillahikagunganallah, utawikumupadak, ikukobar, na'at dan seterusnya, Mano itu dalam sistem tradisional Sorogan itu dipakai jadi kalau misalnya Pak Kiai tiga orang disuruh baca gak bisa Pak Kiai pulang gak mau ngajar ya, nah itu yang gak bisa itu kita pulang bukulin rame-rame. Ini kamu gara-gara kamu.
Jadi waktu besok kita mau masuk ke pengajian lagi, kita menghafal betul. Sore itu kita sibuk untuk, yang kemarin gimana bacanya? Kita takut. Kalau udah hafalan fa'ala yaf'ulu fa'alan, ma'afalan fa'uwa fa'il, ma'af'ulun, uf'ul atam, itu gak hafal, suruh berdiri sama kakak itu.
Berdiri. Angkat satu kaki sampai pengajian selesai. Dulu pernah Umay Rama ke Bujonegoro di alun-alun habis santri itu semua nonton Umay Rama siapa yang nonton Umay Rama dihukum ya dasar santri ya nanti dihukum Pak Kiai Tapi saya gak ikut nonton sama irama Yang ngaji tinggal di pesantren Cuma 4-5 orang aja Hampir semuanya pergi ke Dan semuanya pulang dihukum betul Nguras kali Jadi jam 12 malam harus membersihkan kali Asik di pesantren dulu Dulu gak terpikir Kita pendidikan formal, informal Gak ada Kita dulu meskipun begitu Ngaji serius, ya ngafal Ya setor ke Kiai Gak ada sistem Ada rapotnya gak Sampai sekarang saya keluar itu Gak ada rapot di pesantren itu Gak ada ijazah juga Pokoknya Kiai waktu itu cuma mendekankan Kamu harus punya ilmu Dan itu Dan ilmu itu harus bermanfaat.
Sudah itu saja. Saya pernah ngisi imtihan, apa namanya, kelulusan di pesantren persis di Bentar, di Garut. Kiainya cerita, Ustadz Mokhtar sudah meninggal. Dia cerita begini, kami ini terpaksa memberikan ijazah pada santri-santri kami.
Karena dulu waktu saya masih nyantri, enggak ada ijazah. Malah kiai saya pernah ijazah itu dirobek. Ya kenapa?
Mudah-mudahan ini tidak menjadikan kamu tidak ikhlas mencari ilmu. Ada lagi Kiai yang ngasih ijazah karena terpaksa mengatakan mudah-mudahan ijazah kamu gak bisa dipakai. Karena dulu takut kalau Anda mencari ilmu untuk cari kerja.
Ini di pesanten ya, ceritanya dulu begitu. Dan sekarang masih ada Pak Ibu. sekalian.
Pesantren kayak begitu. Saya sudah keliling pesantren. Saya pernah diundang ke Langitan, Sidogiri, Situbondo.
Malah saya ketemu ke Abdullah Fakih sebelum dia wafat. Jadi pesantren Sidogiri itu pesantren umurnya sudah 3 tahun. 275 tahun Hampir 300 tahun Sampai sekarang masih bagus Kalau mau nanti kesana silahkan dicek Santren ini Menurut saya pendidikan Islam yang unik Dia hebat Maju BMT nya itu katanya sih ratusan miliar Asetnya besar sekali Tapi kalau kita kesana Kurikulumnya Mereka gak mau baik kurikulum pemerintah Kemudian apa Gak mau dibantu oleh pemerintah. Jadi duit pemerintah itu menurut mereka subhat. Ya karena campuran dari sumber halal dan sumber haram jadi satu.
Itu susah juga nih kalau ikuti Kiai nih. Tapi hampir semua ngerokok disitu. Dari Kiainya sampai Santrinya kalau seminar begini tuh, oh ini kebal-kebul, itu apa namanya?
Ahlul Hisab. Apa namanya? Itu Hisab semua.
Ini wawancara Kiai nya sama Hidayatullah Kenapa Pak Kiai ngerokok? Kalau di Langitan Santan NU itu di Langitan itu Itu sudah tulisan gede Daerah bebas rokok Nah itu di Langitan dilarang, di Gontor sekarang udah dilarang juga Nah di sidogiri ini masih unik, kenapa Pak Kiai tidak merokok? Dijawab, Pak Kiai itu bercanda. Saya ini kan NU, kalau saya tidak merokok nanti saya dikira Muhammadiyah.
Ya udahlah yang awal masih merokok ya, masih ada lah. Jadi sebenarnya pendidikan itu sepanjang waktu. Saya di sekolah itu mulai saya terapkan begini, tidak ada kurikuler, kokurikuler, ekstra kurikuler.
Nggak ada formal, non-formal. Non formal, informal, semuanya pendidikan itu formal. Jadi kalau murid selesai sekolah jam 12, sore dia datang ke rumah gurunya lagi, itu bukan non formal, itu formal. Itu serius belajarnya.
Di pesantren banyak saya koreksi manajemennya Saya bilang Anda kan ada pesantren Ada pesantren ada sekolah Biasanya begini Di pesantren itu ada Ada dua kurikulum Ada kurikulum pondok ada kurikulum sekolah Terus ada tulisan KBM Baru jadwal jam 7 Itu KBM Kegiatan belajar mengajar Saya tanya Kiai nya Yang tadi di masjid ngaji itu Itu apa bukan belajar mengajar Nah ini keliru Karena berarti anda Mengecilkan arti belajar di masjid itu Enggak betul Karena yang di masjid itu juga belajar mengajar Ya, ini ada di Insan Cedegia, ada penanggung jawab kurikulumnya yang lagi nulis disertasi dengan saya. Saya minta merombak kurikulum PAI-nya. Jadi kurikulum menilai agama Islam itu jangan yang di kelas saja.
Malah sekarang kita lagi mencoba ya. bagaimana supaya pendidikan agama Islam itu kelulusannya ditentukan semua guru. Kan tadi kan semalam saya cerita misalnya gini Pak, ada guru fisika, guru matematik, guru ini.
Sekarang masih Masing-masing mau islamisasi di mata pelajarannya. Jadi guru komputer ngasih nilai itu komponen ibadahnya masuk, komponen akhlaknya masuk. Padahal pelajarannya komputer. Itu menurut saya tidak kurang tepat. Jadi harusnya gini, kelulusan agama itu ditentukan oleh semua guru.
Jadi misalnya kalau dia di biologi akhlaknya baik, dia lapor aja ke guru agama. Jadi kalau dia pelajaran agamanya bagus, tapi akhlaknya tidak baik berdasarkan laporan semua guru. guru, kalau bisa orang tua sekalian, maka anak itu tidak lulus.
Ini memang masih perlu didiskusikan. Tapi saya ini baru menggali dari berbagai kasus, guru-guru ini yang kita jadikan bahan pelajaran. Apakah, bagaimana cara kita menentukan?
Kasusnya begini, ternyata anak-anak yang tawuran, yang dulu malah bunuh orang SMA 6 itu, bagus nilai agamanya. Jadi nilai pendidikan agamanya itu bagus-bagus, tapi kerjaannya tahu. saburan sampai ada yang bunuh jadi enggak nyambung antara nilai agama dengan akhlak itu nah ini sekolah ini perlu karena sering itu membedakan itu ini sekolah ini formal ini non-formal informal sekarang semua pendidikan sebetulnya formal karena semua tolabul ilmu itu penting dalam Islam begitu juga kurikuler ekstra kurikuler kokurikuler Hai segini contoh Rasulullah bersabda al-mu'min Orang mu'min yang kuat, lebih senang, lebih disintai, lebih baik, lebih disintai oleh Allah daripada orang mu'min yang lemah.
Itu kan maknanya berarti seperti di kontor, salah satu prinsip pendidikan, lima prinsip itu adalah berbadan sehat. Pancat jiwanya itu berbadan sehat. Jadi seharusnya, namanya berbadan silat itu masuk kurikuler.
Masuk inti itu. Saya bilang, daripada anda ajarin anak drum band. Di pesantren saya minta, pelajaran silat itu wajib fardu'ain. Jadi jangan di, kalau ini dia tidak, itu bisa jadi ciri juga itu. Kalau mahasiswa Abdurrahman ini salah satu cirinya jagoan silat.
Itu hanya bagus itu. Jadi masuk kurikulum wajib pesanten, apa pesanten? Hadisnya jelas kan?
Jadi biar semua mahasiswa Abdurrahman keluar dari sini, itu sabu hitam. Itu ditakuti itu benar. aja kalau gak percaya itu. Udah gak usah belajar yang banyak-banyak deh.
Pokoknya disini orangnya kuat-kuat, sehat, siap dikirim ke Syria, ke Palestine, ke mana-mana. Itu udah bagus itu. Pokoknya lulusan Abdurrahman itu misalnya imannya bagus, akhlaknya bagus, bisa jujur, tadi itu berada sehat, itu udah bagus. Bagus itu. Kadang-kadang kita terus terang.
Saya pusing kalau nyusun kurikulum. Kemarin, saya buka jurusan baru di UIK itu, jurnalistik Islam. Semua modifikasi dari KPI, komunikasi penyelenggaraan Islam.
Ketika kita promosikan KPI, enggak laku. Ketika kita promosikan jurnalistik Islam, laku banyak. Biasanya dapat masing-masing 4, 5. Masuk kita journalistik Islam ada 30 Wah naik ini animonya mahasiswa Tapi kemudian kita saya bilang Coba bapak ibu sekalian lihat kurikulumnya Kalau kita ikuti kurikulum yang dari Kementerian Agama ini Gak jadi apa-apa Sarat jadi wartawan itu apa? Satu sekarang ini, kalau mau jadi wartawan, bisa bahasa Inggris, itu mutlak.
Kalau gak bisa bahasa Inggris, gak bisa jadi wartawan. Sekarang bahkan lesan dan tulisan. Sekarang ada syarat lagi yang tambahan, bisa salah satu bahasa asing.
Yang kedua bisa nulis Yang ketiga punya mental kuat Orang Jawa bilang dablek Wartawan itu harus tahan banting Gak bisa dia dikit-dikit malu Gak bisa Ya itu apa namanya sudah Pokoknya dimaki-maki dicaci harus-harus tahan Saya udah biasa dulu kerja satu hari pulang sampai kantor gak dapet berita Itu dimaki-maki Kamu ngapain aja seharian? Goblok, nah itu biasa itu Jadinya kita marah gitu ya, saya kerja seharian gak dapet itu udah dunia Apalagi kalau gaya-gaya Jawa pos Ya itu Spartan kerjanya Pokoknya kita kalau dulu masih pakai patcher saya matiin daripada pusing Ya udah pulang ke rumah, dan kita sudah sampai rumah ditelepon lagi, balik ke kantor beritanya belum beres ada capek matiin aja, padahal besok dimarahin itu apa namanya syarat-syarat ini harus dipenuhi sementara ikuti kurikulum, saya bilang, lihat kurikulum ada sosiologi ini, sosiologi itu ngapain saya belajar begitu banyak mata pelajaran, mata kuliah yang sebetulnya tidak dibutuhkan untuk dia berkarir di bidangnya Ini nanti memang tugas berat ini, untuk review kurikulum lagi gitu ya. Bagaimana, sementara saya bilang, dia harusnya bisa bahasa Inggris. Bahasa Inggris dia ajar di kelas, kita udah tahu pasti gak bisa udah. Bagaimana saya bisa bahasa Inggris?
Kirim ke pesantren bahasa Inggris. Baru dia bisa. Iya kan?
Maka kirim ke satu pesantren, yang khusus pagi, siang, malam dia belajar bahasa Inggris. Setelah dia belajar bahasa Inggris, baru masukkan ke kampus lagi. Belajar lagi. Jadi kadangkala antara kurikulum kita menuhi SKS. Ini gak nyambung Biasanya dosen sangat paham Jadi kalau kita sekarang Mau mendidik, kita menjadi profesional Ya harus benar-benar Nanti SKS nya diatur aja Gimana caranya Memang susahnya kadang-kadang dosennya Mencari dosen yang profesional Juga gak gampang Hai nah ini tentang adab sekalian ini banyak ada seolah-olah sebenarnya bukan istilah asing ya ayat di baro juru waladawu awa hadukum waladawu khairun lahu min ayat asad tako kulayaw min binis fisok ya Allah bersabda akrimu awladakum wa aksinu adabahum hai hai Ini kan perintah Rasul, muliakan anak-anak kalian dan perbaiki adab mereka.
Jadi, adabani robbi, wa nasyatu fi bani sa'ad. Tuhan ku telah mendidikku. Jadi makanya Prof. Nagib Alatas memilih istilah yang tepat untuk pendidikan itu bukan tarbiah, tapi takdim.
Sebenarnya tarbiah itu juga tidak keliru. Tarbiah, ta'lim, taskiah itu bagian dari proses pendidikan. Hanya menjadikan dia orang yang beradab. Robba, yorobi, tarbiatan.
Itu kayak sama sebetulnya kulukum roin. Setiap kamu adalah pengembala. Pemimpin, pengembala.
Setiap kamu pastur. Bahasa latinnya pengembala itu pastur. Jadi pastur itu artinya pengembala.
Makanya simbolnya kompas itu kan pengembala. Karena memang dalam filosofi mereka mengambil filosofi pengembala. Kulukum roin di situ.
Setiap kamu pengembala. Setiap kamu pastur. Tapi ini pastur sudah jadi istilah khusus.
Ini lunggotan ya. Kalau secara bahasa, pastur itu menjadi pengembala. Pastur itu ada pastur bebek, pastur kambing, pastur sapi, pastur ayam, bisa. Cuma istilah pastur kan sudah jadi khusus. Itu tidak boleh kita gunakan.
Sudah menjadi istilahan. Sama kayak ginilah. Buddha itu artinya yang tercerahkan. Sudara Siddhartha Buddha. Gautama.
Ada Buddha enlightened yang tercerahkan. Tapi kalau kita sudah tercerahkan pikiran kita jangan mengatakan saya sudah menjadi Buddha sekarang. Kayak katolik artinya universal.
Katolikos. Jadi jangan kita mengatakan saya berpikir secara universal. Saya berpikir secara katolik.
Istilah itu gak bisa dipakai. Sama kayak Islam. Aslama yuslimu islaman. Artinya berserah diri memang luhotan.
Tapi maknawian istilah kan gak bisa kita pakai. Jadi tidak bisa mengatakan Paus itu seorang muslim yang soleh, yang mutakin, eh maaf, iya gak bisa. Tapi ada orang Hindu nanya ke saya, Pak saya menurut Anda saya ini muslim bukan? Ya bukan lah.
Ya Sob, ada cendekiawan yang waktu itu mengatakan apapun agamanya, kalau dia berserah diri pada Tuhan, dia Muslim. Muslim dalam makna generik. Itu tidak tepat, bukan istilah.
Ini hadis-hadis tentang Adam. Jadi itulah, baik-baik sekalian ya, saya ini belum, Islamisasi segala macam itu prosesnya kesana sebenarnya. Bagaimana kita sekarang menghilangkan dewesternisasi, decolonization, karena memang sifat dari...
apa namanya, ilmu keilmuan Barat. Ini sifatnya adalah kolonisasi. Kita dibuat tergantung. Coba dalam konsep ekonomi.
Jadi silahkan dibaca bukunya Prof. Wan itu. Dia menggambarkan bagaimana proses sekarang perlawanan terhadap Barat. dari Afrika, dari Cina, dan lain-lain. Mereka merasa bahwa selama ini ilmu-ilmu yang mereka pelajari sangat materialis dan eksploitatif.
Akhirnya ilmu-ilmu itu yang menghasilkan keserakan kepada perusahaan alam dan seterusnya ada di situ. Makanya sekarang mereka mau melahirkan indigenous knowledge. Ilmu sosial Afrika, ilmu sosial Cina. Nah kita tidak mengikuti itu, kita Islam.
maka kita gunakan Islamic knowledge bukan berarti Islamisasi kemudian kita menempel apa kata-kata Bismillah atau dan lainnya tidak tidak hanya itu ya ya pesawat supaya Islami ditulis Bismillahirrohmanirrohim atau handphone supaya Islami mereknya diganti handphone al-fatihah jadi bukan semata-mata seperti itu tapi lebih penting lagi adalah kalau dalam sains, dalam sains misalnya kedokteran, biologi, dan sebagainya itu yang lebih penting adalah filosofi of sainsnya. Bagaimana tadi kita memandang fenomena alam ini. Karena ayat-ayat Allah ini, alam ini kan ayat-ayat Allah. Wafil ardi ayatun dilmukin wafi'an fusikum awalatum sirun.
Tapi untuk ilmu-ilmu sosial memang lebih rumit terus terangannya. Kemarin ada di Universitas Juanda di Ciawi itu. Waktu dosen-dosennya diskusi mereka nanya, ya kan, Fakultas Hukumnya nanya, Pak gimana Islamisasi Fakultas Hukum?
Saya bilang, ya hukumnya Hukum Khafir, gimana mau di Islam kan? Ya, tapi Gak bener juga kalau Anda keluar di Fakultas Hukum itu Anda harus menguasai Hukum-hukum kontemporer, kan itu hukum Yang berlaku Karena kita bisa menggunakan hukum-hukum Yang berlaku ini untuk membela Orang-orang yang dizolimi Ada juga sebagian sekarang ini Datang ke saya Membawa buku Judulnya Kalau bukan Tauhid apalagi Di buku itu semuanya kafir Anggota DPR kafir Ikut pemerintah kafir Ada teman-teman yang punya Pemikiran bahwa ikut pemilu ini Termasuk Syirik Akbar Karena itu bagian dari demokrasi Itu Syirik Akbar Kita udah undang di MIUMI itu kita undang Dari CAT, dari Butahrir Dari PKS, dari PBB Untuk mendiskusikan masalah ini Sekarang kita bilang Apa yang yang kita maksud dengan sistem misalnya. Demokrasi itu apa? Kita kaji betul. Jadi ilmu-ilmu kontemporer ini, terutama ini, bisa kita Islamisasi, bisa.
Tapi ilmu-ilmu itu bukan berarti kemudian diganti sama sekali, tidak. Karena Anda juga harus belajar hukum yang berlaku. Kan ini hukum tohut, Pak. Iya, saya tanya sekarang.
Kalau tanah Anda dirampas, terbit sertifikat baru, Anda mau memperjuangkan hak Anda terhadap tanah itu, Pak, Pakai hukum apa? Pasti pakai hukum yang berlaku. Tapi di samping itu, di fakultas hukum menurut saya, wajib Anda ajarkan hukum Islam. Jadi dia harus tahu mana hukum yang sekarang berlaku, dan mana hukum Islam.
Jadi tidak dikotomis. Sekarang kan lucu, kayak di kampus UIK aja masih ada. Ada fakultas ekonomi. Tapi di FAI ada jurusan ekonomi Islam.
Saya bilang, berarti yang di sana ekonomi apa? Saya bilang, di sini ekonomi Islam, di sana ekonomi apa? Bilang ekonomi kafir, susah juga. Di sini ada pendidikan Islam, terus di sana? Ada FKIP, Fakultas Keguruan Pendidikan.
Jadi pendidikan apa di sana? Kadang-kadang itu yang sekarang masih dikotomis. Karena itu bagian dari dulu sejarah pendidikan kita, memang dikotomi.
tahun 1966 ada penpres nomor 11 dari Bung Karno waktu itu 65 atau 65 penpres 11 itu pada umat islam dikasih hadiah IAIN pada golongan nasionalis dikasih hadiah Gajah Mada Di Jogja itu Akhirnya dikotomi Jadi pendidikan Islam waktu itu diarahkan Untuk memenuhi tenaga-tenaga Di Departemen Agama Makanya jurusan IAIN kan begitu kan Fakultas Syariah Urusannya jadi hakir Hakim fakultas tarbiah lulusannya jadi guru agama ini yang lulusan apa untuk jadi penyuluh agama fakultas dakwah itu sekarang udah enggak enggak memenuhi syarat lagi ya seperti itu agar sekarang jadi win ya jadi win mereka enggak mau Islamisasi semua win kalau kita lihat Win Aceh terakhir ini bilangnya kami tidak Islamisasi kami integrasi saya tanya yang diintegrasikan apa? Karena integrasi beda dengan Islamisasi. Kalau integrasi itu, ini misalnya ilmu psikologi, ilmu Islam, diintegrasikan.
Itu bukan Islamisasi. Kalau Islamisasi, pertama kali yang dilakukan adalah disekularisasi dulu. Dewesternisasi dulu. Jadi maksudnya apa? Di dalam ilmu psikologi itu, ada teori-teori, premis-premis, asumsi-asumsi yang bertentangan dengan Islam.
bersihkan dulu. Baru dibersihkan, kita lihat nanti ada unsur-unsur dalam psikologi yang tidak bertentangan. Mungkin saja ada bagian-bagian ilmu-ilmu empiris berdasarkan eksperimen yang bisa kita pakai.
Karena nanti dalam Islam, kita tidak menolak ilmu-ilmu empiris. Tapi yang kita tolak adalah ilmu-ilmu empiris yang kemudian dijadikan dasar untuk menafsirkan wahyu. Itu tidak tepat.
Karena untuk menafsirkan Al-Quran dan Sunnah bukan menggunakan pendekatan empiris. Tapi menggunakan pendekatan dekatan ulumuddin menggunakan ilmu tafsir menggunakan apa namanya usul fikih dan lain-lain itu jadi tidak bisa belajar mu impris nanti mengalahkan ilmu Wahyu jadi integrasi belum tentu Islamisasi belum sampai Hai jadi nanti kita diskusikan secara lebih jauh ya Bagaimana proses yang berlangsung di dalam satu kampus ya Insyaallah Ini luar biasa karena sudah Sudah apa namanya ya Ada tekad yang besar Untuk bagaimana kita Proses Islamisasi setidak-tidaknya Kita sudah berjalan Sedang berjalan karena ini Masalah yang tidak ringan masalah besar Dan kita menghadapi hegemoni yang luar biasa Sistem yang luar biasa Menghegemoni kita sampai sekecil-kecilnya pun Ya seolah-olah kita ini Harus mengikuti Ya Terima kasih sekalian, saya kira demikian Dan bermanfaat Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh