Bismillahirrohmanirrohim. Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh. Teman-teman mahasiswa, tidak terasa ya kita sudah sampai pada pertemuan ke-6 di mata kuliah teori-teori belajar. Dan pada kesempatan kali ini, kita akan membahas tentang teori kognitif sosial.
Nah, untuk mengingatkan saja bahwa minggu lalu kita sudah membahas tentang belajar. ditinjau dari pendekatan behavioral dimana pada pendekatan behavioral itu seolah-olah manusia itu tidak dianggap sebagai makhluk yang memiliki akal sehingga perilaku manusia itu dipandang sebatas dari kehendak atau keinginan untuk mendapatkan reward dan menghindari hukuman atau punishment Lalu bagaimana perspektif kognitif sosial mengenai belajar atau mengenai perilaku manusia? Sebelum membahas lebih jauh, mari kita berkenalan dulu sekilas dengan Albert Bandura. Bandura, beliau adalah seorang ahli psikologi yang lahir di Kanada pada tanggal 4 Desember 1925. Dan belum lama ini, beliau meninggal dunia, tepatnya pada tanggal 26 Juli 2021. Nah, terkait dengan teorinya, Bandura ini mengkritik teorinya Skinner yang terlalu menekankan pada subjek hewan, bukan pada subjek manusia yang berinteraksi satu sama lain.
Jadi, atas dasar inilah, ia mengajukan teorinya yang cukup terkenal, yang diberi nama Social Learning Theory, atau Social Cognitive Theory jadi salah satu penelitiannya yang cukup banyak dikenal itu adalah Bobodol Studies atau Bobodol Experiment nanti untuk visualisasi lebih jelasnya silahkan anda cari di Youtube ya dalam eksperimennya jadi disini seorang anak kira-kira di usia awal sekolah ditempatkan di satu ruangan yang kemudian anak tersebut diperlihatkan tayangan video terkait dengan perilaku agresif dalam tayangan tersebut ada orang dewasa yang memukul dan kemudian menendang Bobo Doll lalu apa yang terjadi? ketika anak ini ditinggal sendirian hanya dengan Bobo Doll ternyata ia menunjukkan perilaku agresif yang Sama seperti yang ditunjukkan dalam video tersebut. Nah, dari studinya ini, Bandura kemudian menyimpulkan bahwa perilaku itu dipelajari berdasarkan proses imitasi atau modeling perilaku dari orang lain. Nah, ini pas ya dengan salah satu ungkapan Bandura yaitu, If what we see is what we become. Kemunculan dari studi-studi observational learning menjadi salah satu tantangan besar bagi kaum behaviorist tentunya.
Salah satunya dari penelitian Bandura dan rekan-rekannya ini. Jadi teorinya Bandura ini menekankan bagaimana lingkungan terlebih perilaku orang lain dapat menjadi model dari munculnya perilaku tertentu seseorang jadi teori ini juga percaya bahwa yang namanya perilaku itu dipelajari ini di garis bawahi bahwa yang namanya perilaku itu dipelajari tidak muncul begitu saja mari kita bahas bersama dalam video social cognitive learning teori ini selanjutnya Teori kognitif sosial ini membuat beberapa asumsi ya mengenai belajar. Yang pertama adalah plasticity.
Maksudnya adalah manusia atau kita ya, ini memiliki fleksibilitas untuk belajar berbagai tingkah laku dalam berbagai situasi yang berbeda. Jadi Bandura setuju dengan pendapat Skinner, tetapi Bandura lebih menekankan pada vicarious learning, yaitu belajar dengan mengamati orang lain. Kemudian, asumsi yang kedua adalah adanya konsep triadic reciprocal causation model atau triadic reciprocal determinism, yang mana tindakan atau perilaku manusia merupakan hasil interaksi di antara tiga variable Yaitu environment, behavior, dan juga person Nah nanti akan saya jelaskan lebih lanjut mengenai ini pada slide berikutnya Asumsi yang ketiga adalah agent perspective Berarti disini pada dasarnya manusia itu dapat mengontrol lingkungan dan kualitas kehidupan mereka Jadi Bandura mengemukakan bahwa Manusialah yang menciptakan sistem sosial, dan manusia juga merupakan produk dari sistem sosial.
Nah, salah satu komponen penting yang menjadi bagian ini adalah self-efficacy, atau dalam istilah bahasa Indonesia ini dikenal dengan efikasi diri. Apa itu self-efficacy? Jadi secara umum ya, Bandura... Mendefinisikan atau mengemukakan bahwa yang namanya self-efficacy ini adalah satu keyakinan individu yang mengenai kemampuannya dalam mengorganisasikan dan melakukan serangkaian aktivitas yang menuntut suatu pencapaian tertentu.
Atau hal ini juga berkaitan dengan penilaian seseorang mengenai kemampuannya sendiri. untuk melakukan perilaku tertentu atau mencapai tujuan tertentu yang terkait dengan penyelesaian suatu tugas atau situasi. Ini juga ada bagian tersendiri yang akan lebih detail dijelaskan kemungkinan pada pertemuan berikutnya. Asumsi yang keempat yaitu mengenai self-regulation, di mana manusia atau kita ini meregulasi tindakan kita melalui faktor-faktor internal dan juga faktor eksternal faktor eksternal ini meliputi lingkungan fisik dan juga sosial sedangkan faktor internal ini meliputi self-observation judgmental process dan juga self-reaction yang kelima ini ada moral agency yang mana...
manusia mengatur tingkah laku mereka melalui moral agency atau standar perilaku moral Nah, ini adalah triadic reciprocal determinism atau triadic reciprocal causation model. Jadi seperti yang sudah saya sampaikan sebelumnya, bahwa Bandura ini membahas perilaku manusia dalam frame timbal balik triadik, atau interaksi timbal balik antara behavior atau perilaku individu, kemudian environment, Ini adalah faktor eksternal yang berpengaruh terhadap pembentukan perilaku. Dan satu lagi adalah person, yang meliputi faktor internal individu.
Contohnya seperti kognisi, persepsi, dan juga self-efficacy. Istilah resiprokal atau timbal balik ini digunakan untuk menunjukkan interaksi yang triadik, jadi bukan hanya satu arah, kalau Anda perhatikan panah di sini anak panahnya itu tidak mengarah pada satu tujuan saja, tetapi ini pulak balik dalam konteks belajar teori ini berpandangan bahwa tidak hanya berlaku saja yang berpengaruh terhadap belajar kita tapi juga terdapat faktor lingkungan sosial dan juga faktor internal individu jadi tidak hanya reward dan punishment saja yang berpengaruh terhadap belajar tetapi juga ada faktor sosial dan juga faktor kognitif individu kalau dalam setting sekolah, berarti perilaku belajar yang dialami peserta didik tidak hanya dipengaruhi oleh pemberian reward dan punishment saja seperti yang disampaikan dalam teori pengkondisian, misalnya dari guru untuk memunculkan atau membentuk perilaku yang desirable tetapi ini juga tergantung dari faktor sosial dan faktor kognitif dari peserta didik contohnya, ini terkait perilaku akademik dan interaksi di antara ketiga determinan ini sederhananya begini, saat ini saya menyajikan video pembelajaran yang Anda simak dan pelajari saat itu juga Anda mulai memproses informasi Anda berpikir tentang apa yang saya katakan ini Nah ini yang saya maksud bahwa lingkungan ini mempengaruhi kognisi Lingkungannya yang mana ketika saya menyampaikan materi ini Ketika Anda memproses informasi, berpikir tentang apa yang saya katakan ini Ini adalah yang terpengaruh adalah kognisi Anda Atau faktor internal Anda Nah Mahasiswa yang tidak memahami satu poin materi, ketika menyimak apa yang saya sampaikan saat ini, mungkin saja akan menuliskan pertanyaan di WhatsApp group atau di forum diskusi Elena, atau kalau misalnya ini berlangsung secara sinkron, bisa jadi Anda akan mengangkat tangan untuk mengajukan pertanyaan. Nah, di sini gambaran bahwa Saat Anda sudah memproses informasi yang saya berikan, kemudian ketika Anda menemukan atau ada hal-hal yang belum Anda pahami, di situ akan mendorong perilaku Anda untuk mengangkat tangan dan mengajukan pertanyaan.
Nah, dari pertanyaan tersebut, maka di situ saya akan mengulas poin atau berupaya untuk menjawab pertanyaan dari Anda. Nah, di sini juga menjadi bukti. atau gambaran bahwa perilaku mempengaruhi lingkungan. Akhirnya apa?
Selanjutnya saya bisa saja memberikan Anda tugas untuk diselesaikan. Nah, lingkungan mempengaruhi kognisi lagi. Jadi ketika Anda mengerjakan tugas, kemudian Anda yakin, Anda percaya bahwa melakukannya dengan baik, nah ini perilaku mempengaruhi kognisi Anda, Anda sudah melakukan atau mengerjakan tugas itu dengan baik, kemudian Anda memutuskan bahwa Anda asik dengan tugas itu, Anda menyukai. Tugas itu, kemudian Anda bisa bertanya kepada dosen apakah Anda dapat terus mengerjakannya, dan kemudian dosen mengizinkan untuk melakukannya, maka di sini kognisi mempengaruhi perilaku, yang juga mempengaruhi lingkungan.
Atau contoh yang lebih kompleks lagi, Anda sebagai mahasiswa tentunya masing-masing ini akan menyusun strategi kognitif untuk berpikir secara lebih mendalam dan juga logis tentang bagaimana cara menyelesaikan masalah atau tuntutan akademik tuntutan akademik yang dimaksud disini misalnya saja tugas baik itu tugas individu maupun tugas kelompok atau persiapan untuk ujian tengah semester, persiapan untuk ujian akhir, dan sebagainya. Nah, Anda akan mengatur strategi bagaimana supaya Anda ini berhasil memperoleh nilai yang bagus, betul atau tidak. Nah, apakah Anda yakin mampu untuk memperoleh nilai bagus? atau mencapai prestasi akademik yang memuaskan? Nah, ini terkait dengan yang namanya self-efficacy.
Self-efficacy Anda itu tinggi atau rendah. Jadi, berdasarkan beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa self-efficacy ini merupakan faktor internal individu yang berpengaruh terhadap perilaku untuk mencapai prestasi atau mempengaruhi performa kita dalam mencapai nilai yang bagus yang terwujud dalam apa? pilihan tugas tugas yang Anda kerjakan itu tidak hanya satu saja dari beberapa tugas yang harus atau menjadi kewajiban Anda untuk menyelesaikannya Anda akan memilih tugas mana yang Anda anggap mampu atau lebih mudah Anda kerjakan terlebih dahulu begitu, ya ada kecenderungan seperti itu, selain itu juga ada ketekunan usaha yang dikeluarkan untuk menyelesaikan masalah atau menyelesaikan tugas-tugas akademik, dan ini pun juga akan tergantung pada pemilihan cara atau strategi yang menurut Anda efektif untuk menyelesaikan tugas tersebut nah, disini terlihat bagaimana Apa yang kita persiapkan, apa yang kita pikirkan, atau yang kita cari penyelesaian masalahnya, di sini kemampuan kognisi Anda akan mempengaruhi yang namanya perilaku akademik.
Begitu juga sebaliknya, proses atau perilaku belajar Anda akan membuat Anda mendapat nilai yang bagus, misalnya. Jika tercapai, akhirnya apa? Akhirnya, menghasilkan yang namanya ekspektasi positif ya, tentang kemampuan Anda.
Oh, ternyata apa yang saya upayakan selama ini berhasil ya, ternyata saya bisa dapat nilai bagus ya. Oh, saya mampu ya ternyata ya. Nah, ini yang akan membuat Anda semakin percaya diri. Atau dengan kata lain, self-efficacy Anda tinggi.
Sehingga apa? Sehingga Anda akan tetap atur. atau mengoptimalkan cara-cara atau strategi kognitif untuk tetap mempertahankan atau bahkan menghasilkan, meningkatkan perilaku yang diharapkan.
Di sini bahwa perilaku kita pun mempengaruhi yang namanya kognisi. Perilaku belajar ini tidak hanya muncul dari faktor internal saja atau dari kognisi kita saja, tetapi juga tentunya dipengaruhi oleh Faktor lingkungan, misalnya kalau fasilitas kampus mendukung atau memudahkan dalam belajar, kelas yang nyaman, koleksi perpustakaan yang memadai, akses penelusuran sumber belajar online yang lancar, Anda difasilitasi oleh dosen yang kompeten, di sisi lain juga. Kalau misalnya Anda di rumah, suasana rumah yang kondusif, untuk belajar, adanya dukungan dari orang tua, dan lain sebagainya.
Nah, faktor eksternal ini akhirnya juga menentukan perlindungan. perilaku belajar Anda. Lalu, bagaimana perilaku belajar Anda bisa mempengaruhi lingkungan dalam konteks ini? Nah, dari capaian atau hasil belajar Anda ini bisa menjadi dasar pertimbangan bagi dosen dalam menentukan rencana pembelajaran. Nah, ekspektasi dan perencanaan dari dosen, berarti ketika dosen merencanakan ini aspek kognisinya ya, kamu mungkin...
akan berefek pula pada lingkungan belajar Anda. Jadi, fasilitasi yang diberikan kampus juga dapat berpengaruh terhadap peningkatan belajar Anda. Seperti tadi, kemudahan akses jurnal, memperlancar Anda dalam menggarap tugas, dan lain-lain. Itu adalah pandangan dari teori kognitif sosial. Jadi, pandangannya itu tidak semata-mata.
melihat kecenderungan belajar itu dari reward dan punishment saja, tetapi juga dari faktor internal individu dan juga faktor lingkungan atau faktor sosial individu. Ketiga variable ini tidak harus memiliki kekuatan yang sama atau memberikan kontribusi yang sama, tapi biasanya memang yang cukup banyak berpengaruh adalah aspek kognitif atau personal individu, faktor internal individu. Dalam social cognitive theory, ini dikenal istilah observational learning, di mana kita atau manusia itu mampu belajar, baik itu mengenai sikap, keterampilan, ataupun tingkah laku di mana sebagian besarnya ini merupakan hasil dari pengalaman vikarius pengalaman vikarius ini adalah pengalaman dalam mengamati atau observasi terhadap model model yang dimaksud disini adalah individu atau orang lain dalam proses modeling Seseorang belajar melalui proses observasi, tapi perlu dikarisbawahi di sini bukan hanya sekedar meniru, ada proses kognitif yang terjadi di sini.
Contohnya, misalnya kita ini cenderung mengamati orang-orang di sekitar kita dalam berperilaku dengan berbagai cara. Individu yang diamati, yang seperti saya sampaikan tadi, yaitu model. Dalam masyarakat, kita ini dikelilingi oleh banyak model yang berpengaruh.
Seperti orang tua kita, karakter di televisi, teman dalam kelompok sebaya, guru atau dosen, dan lain-lain. Ada kecenderungan perilaku kita ini. merupakan hasil dari observational learning. Contohnya saja, bagaimana cara pandang mengenai satu hal, atau penampilan kita, bagaimana cara kita berpakaian, dan lain sebagainya.
Kita akan memperhatikan beberapa orang atau model ini dan mulai mengkodekan perilaku kita. Di lain waktu, kita dapat meniru atau menyalin perilaku yang telah kita amati. Mungkin saja kita ini terlepas dari apakah perilaku yang kita amati itu sesuai gender atau tidak. Tetapi, ada sejumlah proses yang membuat kita lebih mungkin mereproduksi perilaku yang dianggap sesuai oleh masyarakat.
terutama terkait dengan peran jenis mana yang wajar dilakukan oleh perempuan mana juga yang wajar dilakukan oleh laki-laki faktor yang mempengaruhi observational learning ini antara lain yang pertama adalah karakteristik model semakin mirip model maka semakin mudah individu terpengaruh oleh model jadi kita itu lebih cenderung memperhatikan dan meniru orang-orang yang dianggap mirip dengan diri kita, akibatnya apa? Akibatnya lebih mungkin untuk meniru perilaku yang dimodelkan oleh orang-orang dari jenis kelamin yang sama. Jadi perilaku yang dijadikan model ini akan mempengaruhi kita atau mempengaruhi pengamat melalui tiga cara.
Yang pertama adalah berperan sebagai petunjuk sosial untuk memulai perilaku yang serupa. Yang kedua, memperkuat atau memperlemah hambatan untuk menampilkan perilaku tertentu. Yang ketiga adalah memperkenalkan pola perilaku yang baru. Karakteristik model yang penting ini kita bisa melihatnya, yang untuk bisa ditiru, begitu kita melihat dari berbagai perspektif. Yang pertama adalah kaitannya dengan relevansi dan juga kredibilitas model bagi pengamat.
Misalnya dosen, oh itu kompeten atau tidak. Atau misalnya idola kalian, kalian suka siapa. Itu patut Anda jadi fansnya atau tidak. Atau patut dijadikan model untuk diri Anda atau tidak.
Kemudian yang kedua adalah prestis. Yang ketiga adalah kepuasan yang terjadi saat. perilaku itu ditampilkan oleh model ketika Anda memperhatikan seseorang yang menurut Anda punya kompetensi lebih tinggi dibandingkan Anda Anda itu akan tertarik atau tidak untuk mengamati model itu dengan seksama yang kemudian memungkinkan di kemudian hari Anda bisa menyalin atau meniru apa yang dilakukan misalnya dari cara berbicaranya dari semangatnya atau energi yang diberikan model ya kepada Anda misalnya begitu karakteristik yang kedua ini adalah karakteristik observer jadi orang yang punya kepercayaan diri dan harga diri yang rendah ini akan jauh lebih mungkin meniru perilaku orang lain daripada mereka yang punya rasa percaya diri dan harga diri yang tinggi kita juga sebenarnya akan mempertimbangkan apa yang terjadi pada orang lain ketika kita memutuskan untuk meniru tindakan seseorang itu kita mau menirunya atau tidak jadi disini seseorang itu belajar dengan cara mengamati konsekuensi dari perilaku orang lain Siapa ini orang lainnya?
Itu yang kita sebut sebagai model dalam teorinya Bandura. Contohnya, adik perempuan mengamati seorang kakak perempuan. Barangkali Anda punya adik ini atau Anda punya kakak, Anda posisinya sebagai adik. Misalnya, kakak atau adik Anda ini diberi hadiah untuk perilaku tertentu. Nah, kemudian...
Ada kecenderungan Anda melakukan hal yang sama atau lebih mungkin untuk mengulangi perilaku itu sendiri. Ini dikenal sebagai yang namanya vicarious reinforcement. Hal ini berkaitan dengan keterikatan pada model tertentu yang memiliki kualitas yang dipandang sebagai penghargaan.
Jadi kita akan memiliki yang namanya sejumlah model. Dengan siapa kita mengidentifikasi? Nah, ini mungkin orang-orang di dunia langsung kita, seperti misalnya orang tua, atau saudara yang lebih tua, atau bisa jadi karakter fantasi ya, atau orang-orang yang ada di media, televisi, atau Youtube gitu ya. Nah, motivasi untuk mengidentifikasi dengan model tertentu ini adalah bahwa kita punya...
kualitas yang atau bahwa model tersebut punya kualitas yang ingin dimiliki oleh kita sehingga ada kecenderungan kita meniru yang ketiga ini ada konsekuensi dari tingkah laku yang ditiru, reward yang bermakna ini akan mendorong seseorang untuk mencontoh perilaku orang lain sedangkan adanya punishment ini akan mengurangi kemungkinan seseorang untuk mencontoh perilaku orang lain tersebut ini disebut sebagai inactive Learning, ya. Jadi inactive learning melibatkan pembelajaran dari konsekuensi tindakan seseorang. Jadi kalau perilaku itu menghasilkan konsekuensi yang bermanfaat, berhasil, ya, ini akan cenderung dipertahankan.
Ketika konsekuensi apa yang dilakukan oleh orang lain itu menyebabkan Kegagalan, nah, di sini kita belajar untuk bisa jadi memperbaikinya atau kita tidak menggunakan atau tidak menirunya. Nah, teori kognitif sosial ini menekankan pada konsekuensi dari perilaku ya, daripada memperkuat perilaku seperti yang didalilkan oleh teori pengkondisian. Jadi, Konsekuensi dari perilaku ini berfungsi sebagai sumber informasi, motivasi, dan juga penguat.
Berkaitan dengan fungsi informasi, konsekuensi dari perilaku akan memberikan informasi. Apakah respon tertentu itu dapat dilakukan dalam situasi tertentu atau tidak. Selanjutnya, untuk fungsi motivasional.
Jadi, memunculkan harapan bahwa tindakan tertentu ini akan menghasilkan keuntungan tertentu pula atau tidak. Jadi, sehingga individu termotivasi untuk melakukan respon tersebut. Nah, terkait dengan fungsi penguat, di sini dapat mengatur perilaku yang telah dipelajari. Jadi, ada kecenderungan ya.
Ketika orang-orang di sekitar kita ini akan menanggapi perilaku yang ditiru dengan penguatan atau hukuman, jika seseorang itu meniru perilaku model dan konsekuensinya itu bermanfaat, maka individu tersebut kemungkinan akan terus melakukan perilaku itu. Contoh, Misalnya, orang tua Anda melihat Anda menyapu atau membersihkan rumah, atau sebagainya kamar tidur Anda. Kemudian, orang tua Anda memberikan penghargaan kepada Anda bahwa, oh rajin sekali kamu ya, misalnya begitu.
Dengan kata-kata atau bentuk penghargaan secara verbalisan. Nah, bisa jadi ketika setelah Anda mendengar itu, Anda... ada perubahan secara psikologis maksudnya adalah anda pun merasa senang ketika orang tua memberikan penghargaan seperti itu, kemungkinan ada kecenderungan anda mengulangi perilaku tersebut ini tandanya bahwa perilaku anda itu telah diperkuat yang namanya penguatan disini bisa eksternal atau internal dan bisa positif ataupun negatif jadi jika seorang anak yang menginginkan persetujuan dari orang tua atau teman sebaya nah, persetujuan ini mungkin saja merupakan penguatan eksternal tetapi perasaan senang karena disetujui, ide-idenya misalnya Anda menyampaikan ide, ternyata orang lain setuju dengan ide Anda, Anda merasa puas, Anda merasa senang, ini yang apa namanya, dinamakan sebagai penguatan interna.
Jadi, ada kecenderungan, ya, anak tersebut akan berperilaku dengan cara yang diakininya, ya, akan mendapatkan persetujuan. Karena apa? Karena anak tersebut menginginkan persetujuan.
Nah, Kemudian untuk penguatan positif atau negatif ini akan berdampak kecil jika penguatan yang ditawarkan secara eksternal itu tidak sesuai dengan kebutuhan individu. Jadi penguatan ini bisa juga positif, bisa juga negatif. Tetapi faktor penting adalah bahwa itu biasanya akan mengarah pada perubahan perilaku seseorang.
Sebagian besar manusia ini belajar berdasarkan hasil pengamatan atau vicariously learning-nya atau tanpa perilaku yang tampak saat mengamati atau mempelajari sesuatu. Sumber dari vicarious learning ini adalah mengamati atau mendengarkan model. Bisa saja model itu berupa subjek hidup.
Contohnya Anda mengamati atau mendengarkan dosen saat menyampaikan materi, misalnya seperti itu. Muncul secara langsung begitu ya. Tapi bisa juga Anda belajar secara simbolis atau bukan pada manusia secara langsung.
Misalnya Anda melihat televisi, seolah-olah hewan itu berbicara. karakter kartun, dan lain-lain atau misalnya lagi sumber elektronik dari televisi, komputer atau sekarang kan Anda mudah sekali melakukan penelusuran di Youtube atau dalam bisa jadi dalam bentuk cetak Anda belajar melalui buku koran, majalah dan sejenisnya jadi tidak hanya dalam hal ini yang saya tekankan, tidak hanya mengamati orang lain secara langsung saja, tetapi bisa juga secara tidak langsung melalui berbagai media. Dari berbagai sumber ini akan mempercepat proses belajar kita dan memungkinkan kita untuk mencari atau mengatur strategi untuk mendukung belajar.
Sumber vikarius juga dapat membantu kita agar tidak mengalami konsekuensi negatif secara pribadi. Misalnya, kita mengetahui bahwa ular itu berbisa atau ular berbisa itu berbahaya bagi kita. Kita tahunya dari mana? Bisa karena nonton TV, bisa karena baca buku, baca majalah, baca koran, atau Anda mendapatkan sumber informasi itu dari internet.
Atau langsung dari orang lain? Sehingga dalam hal ini kita bisa mengantisipasi hal yang tidak mengenakan terjadi, yaitu kalau ketemu atau kita berhadapan dengan ular berbisa, kita bisa mengantisipasi itu. Nah, kalau terkait dengan mempelajari keterampilan yang kompleks, Biasanya ini terjadi melalui kombinasi antara pengamatan dan juga performa kita. Contoh ya, dulu waktu sekolah, coba diingat-ingat lagi. Di mata pelajaran olahraga, materinya misalnya apa ya?
Materinya keterampilan dasar dribling, bola basket. Coba sambil diingat-ingat. Anda bisa jadi dulu.
Belum sama sekali terampil dalam men-dribble bola. Tapi saat materi tersebut, Anda bisa jadi dulu mengamati guru saat menjelaskan dan saat guru mendemonstrasikan atau memperagakan keterampilan dribbling tersebut. Kemudian Anda mulai menirukan atau mempraktikannya. Apa yang terjadi? Ini yang disebut sebagai modeling.
Lalu, bagaimana proses modeling itu dapat terjadi? Nah, di sini Bandura menjelaskan ada empat, mana individu akan mengembangkan proses kognitif dan keterampilan perseptual mereka untuk dapat memberikan perhatian dan memahami perilaku yang ditunjukkan oleh model. Kalau mengambil dari contoh yang sudah saya berikan pada slide sebelumnya, ketika guru itu menjelaskan dan memperagakan, keterampilan dribbling disitu Anda mulai mengembangkan proses kognitif dan juga mengembangkan keterampilan perseptual Anda Anda mulai memperhatikan apa yang disampaikan oleh guru Anda dan juga apa yang diperagakan oleh guru Anda kemudian tahap yang kedua adalah retention process, di mana individu mempertahankan atau mengingat perilaku model, sehingga nantinya dapat meniru atau mengulanginya di lain waktu nah, anda saat memperhatikan disitu pula anda berupaya untuk mengingat-ingat teknik atau cara yang dilakukan oleh guru anda ketika men-dribble bola dengan benar itu seperti apa kemudian tahap yang ketiga adalah production process, nah disini individu menerjemahkan gambaran mental atau representasi simbolik verbal dari perilaku model ke perilaku nyata secara fisik, dan selanjutnya menerima umpan balik, salah satunya dari lingkungannya terhadap perilaku tersebut.
Ketika guru telah selesai memperagakan, cara men-dribble atau teknik dribble yang benar kemudian Anda diminta untuk memperagakan atau mempraktikannya disinilah yang disebut sebagai production process Anda menerjemahkan apa yang diminta oleh guru Anda untuk mempraktikannya kembali atau memperagakan seperti yang dicontohkan kemudian Anda pun juga bersiap untuk menerima umpan balik apakah Apa yang Anda peragakan itu sudah benar, sesuai teknik atau belum. Apabila belum sesuai, maka Anda diminta untuk berlatih terus-menerus. Bisa jadikan seperti itu.
Kemudian yang berikutnya ada insentif dan juga motivational process. Jadi individu di sini memiliki pemahaman bahwa perilaku yang diimitasi akan mengarahkannya pada konsekuensi tertentu sehingga terjadi proses belajar untuk ia mengulangi perilakunya yang sama di lain waktu jadi kalau misalnya sudah tahu bahwa Anda sudah melakukan dribbling bola secara benar ada kemungkinan itu akan ketika Anda diminta untuk menjadi salah satu pemain basket di sekolah Anda Anda sudah bisa mempraktikannya Tapi kalau misalnya belum, Anda diminta untuk berlatih dulu. Kemudian, dalam hal ini, secara keseluruhan, Bandura ini berhasil menjelaskan proses imitasi individu terhadap orang-orang di sekitarnya. Jadi bukan hanya sekedar mekanistis seperti pandangan para tokoh behaviorisme sebelumnya. Namun, ada proses kognitif yang punya kontribusi dalam proses belajar yang terjadi ketika seseorang memodeling perilaku orang lain.
Jadi, contoh-contoh yang saya berikan pada pembelajaran kita kali ini, atau Anda mengingat kembali, bagaimana eksperimen atau hasil studi yang dilakukan oleh Bandura tentang Bobodol Experiment ini ternyata ini dapat dijelaskan melalui Social Learning Theory jadi Bandura berkata bahwa virtually every phenomenon that occurs by direct experience can occur vicariously as well jadi by observing other people and the consequences for them Nah itulah yang bisa saya sampaikan untuk materi kita pada pertemuan kali ini. Masih ada topik-topik yang menarik dalam bahasan teori kognitif sosial yang akan saya lanjutkan pada pertemuan berikutnya. Semoga bermanfaat. Saya akhiri.
Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.