Semoga tidak menyurutkan ya, malam ini kita belajar bersama, bersama tiga narasumber yang kece-kece pastinya. Nah, kita akan belajar tentang praktik baik, tapi sebelumnya izinkan saya untuk memimpin doa dulu ya, agar malam ini jalannya belajar bisa lancar. Sebelum kita mulai belajar, mari kita berdoa menurut agama dan kepercayaan masing-masing dimulai.
Selesai? Bapak-Ibu sudah disiapkan cemilannya belum malam ini? Sudah ya, mungkin ada sekitar 411 peserta. Malam ini kita akan bertemu dengan ketiga narasumber kece.
Yang pertama ada Pak Teo, kemudian ada Bu Lulu, dan yang terakhir ada Pak Noval. Pak Teo ini nanti akan menjelaskan praktik baik di jenjang paut. Lalu Bu Lulu akan menjelaskan di jenjang SMP dan Pak Noval di jenjang SMA. Nah, untuk supaya lebih kenal lagi, nanti saya bacakan CV-nya per masing-masing narasumber. Untuk satu narasumber, waktunya 20 menit.
Dan nanti Bapak Ibu akan bisa memberikan pertanyaan ataupun umpan balik setelah semua narasumber memaparkan penjelasannya. Oke, perlu dicatat dan diingat. Bapak Ibu malam ini harap mengikuti dengan tertib Yang kedua, dimohon tidak mencoret-coret slide ketika sudah dibagikan Dan yang ketiga, Bapak Ibu semisal nanti tidak terjawab pertanyaan secara langsung Boleh menanyakan lewat kolom chat ya Jadi silakan, siapa-siapa dulu Baik, langsung saja kita mulai ya Saya bacakan dulu untuk yang pertama Sebentar Sebentar Untuk yang pertama ini ada dari Pak Teo ya.
Pak Teo ini saya bacakan dulu. Diwayat pekerjaannya adalah Kepala Laboratorium Paut Anak Ceria dari Universitas Air Langga dari tahun 2016 sampai sekarang. Kemudian Pak Teo ini juga pernah menjadi guru TK. Ceria Universitas Air Langga 2015-2016. Lalu pengalaman melatihnya, beliau pernah gabung ditemu pendidik Nusantara ke-789.
Kemudian pernah bergabung di Wadah Inspiring Teacher 2021 dan 2022. Siap kurikulum kampus pemimpin merdeka, BIMTEK Transisi Paut SD Direktorat Sekolah Dasar. Praktik baik implementasi kurikulum merdeka dinas pendidikan kota Surabaya. Praktik baik pendidikan eksklusi, dinas pendidikan kota Surabaya. Dan Pak Teo ini punya minat dan hobi, senang belajar, membantu orang lain dan mengembangkan diri. Hobi saya bermain sambil belajar.
Namanya juga ini ya, di lingkup TK ya, pasti lebih banyak bermain dan belajar. Baik, tanpa berpanjang kata, saya persilahkan Pak Teo untuk menyapa para peserta yang ada di sini. Selamat malam Pak Teo, sehat ya.
Selamat malam. Kak Farah Lina, selamat malam juga Pak. Silakan Pak Teo. Oke, bisa langsung saya search screen ya?
Bisa, silakan. Baik, pada malam hari ini, 20 menit ke depan ya, saya akan menceritakan tentang teknik dan strategi assessment. yang baru saja kami lakukan dalam kegiatan projek penguatan profil belajar Pancasila di Paut Anak Ceria Universitas Erlangga. Jadi Paut Anak Ceria ini terdiri dari tiga unit, yang pertama Taman Penitipan Anak, Lompok Bermain, juga Taman Kanak-Kanak.
Oke, nah tujuan dari projek profil di... tahun ini, di awal tahun ini kami mengambil tema kita semua bersaudara lalu konteksnya kita menggunakan hari ulang tahun ke-79 Republik Indonesia fokus dimensi yang kami pakai pada saat itu adalah gotong royong dengan menggunakan semua elemen dan sub-elemen pada dimensi gotong royong nah bagaimana kami Menyiapkan assessmentnya, jadi waktu itu kebetulan Paut Anak Ceria juga merupakan laboratorium, jadi ada mahasiswa magang dari Fakultas Psikologi UNER, jumlahnya 7 orang, jadi saya mendampingi mereka untuk mendesain modul projek profil di awal tahun ini. Nah, seperti di panduan pembelajaran dan assessment, ini mungkin saya review sedikit ya.
Mungkin yang kemarin hadir ini juga sudah dijelaskan lebih dalam. Jadi dalam menyiapkan proses pembelajaran setelah kita punya tujuan pembelajaran, yang terlebih dahulu kita pikirkan adalah menyiapkan asesmennya atau ukuran keberhasilan dari tujuan yang kita capai. Kita dapat menemukan ini pada panduan pembelajaran asesmen di kurikulum Merdeka dan di panduan projek profil pun selaras.
Jadi yang direkomendasikan dalam merancang assessment adalah proses backward design. Kenapa? Karena dengan begini kita bisa memberikan ukuran keberhasilan yang sesuai dengan tujuan dan profil murid, sehingga nanti strategi yang kita lakukan akan bisa lebih terarah kepada tujuan yang ingin kita capai.
Nah, tantangannya di PAUD, kalau kita menggunakan... panduan dari pemerintah saat ini dimensi profil itu hanya ada di tahap akhir fase paut. Nah sedangkan usia paut ini kan rentangnya cukup lebar ya dari 0 sampai 6 tahun.
Sama seperti yang dialami di paut anak kriak, projek profilnya itu biasanya langsung dilakukan secara kolaboratif dari taman penitipan anak sampai... taman kanak-kanak. Nah sehingga yang kami lakukan untuk dapat mengembangkan indikator atau assessment bukti dari tujuan pembelajaran dari dimensi projek profil itu kami mengembangkan secara mandiri dari referensi-referensi yang kami miliki. Nah ini contohnya di elemen, sub-elemen kerjasama. Jadi kami menggunakan teori tahapan bermain sosial.
Nah, di tahap akhir ini kami menggunakan yang ada di akhir fase paut. Jadi, harapannya di akhir fase paut mereka sudah terbiasa bekerjasama. Nah, kenapa ini perlu dilakukan? Karena ketika kita menggunakan indikator akhir fase paut kepada semua anak paut, tentu nanti anak-anak yang usianya di bawah TKB itu pasti akan mengalami kesulitan karena target perilaku yang kita harapkan itu ternyata tidak sesuai dengan profil perkembangannya. Misalnya di kerjasama ini ada tahapan kooperatif play di tahap mahir, lalu di asosiatif play itu tahap lanjutannya, di tahap perkembangannya paralel play, lalu di tahap awal on-looker play.
Nah dampaknya apa kepada bagaimana kami mendampingi murid dan bagaimana kami menentukan strategi pembelajaran adalah dengan kami mengetahui, oh ternyata memang di usia tertentu anak-anak itu belum bisa bekerja sama. Bahkan tahapan kerjasama, tahapan bermain yang bekerjasama itu yang paling. Rendah adalah mengamati teman yang sedang bermain. Jadi ketika kami sedang berkegiatan bersama, lalu ada anak yang tidak ikut di dalam kelompok, dia hanya mengamati saja dari kejauhan, kami sudah mengidentifikasi, oh iya anak ini memang masih tahap awal dalam bekerja sama.
Kami tidak langsung akan sesegera mungkin mendorong anak ini untuk bisa bergabung dan bermain bersama, tetapi kami memahami bahwa untuk bermain bersama ini, untuk bermain bekerja sama, ternyata memang butuh tahapan yang cukup panjang prosesnya, seperti yang ada di slide ini. Kemudian di tahapan berikutnya ada parallel play. Parallel play ini ketika anak-anak bisa bermain berdampingan meskipun mereka sedang menggunakan alat mainnya sendiri-sendiri.
Jadi mereka sudah merasa tidak saling terganggu ketika ada orang lain yang main di sebelahnya. Kemudian dari tahapan parallel play ini, ketika ini sudah konsisten bisa dilakukan, nanti akan muncul interaksi-interaksi yang sebenarnya tidak direncana ada. itu sudah ke tahap asosiatif play.
Jadi misalnya ada anak yang sama-sama menyusun balok, mereka punya balok sendiri untuk disusun, mereka menyusun balok itu menjadi bentuk yang berbeda, tetapi dalam proses menyusunnya akan muncul interaksi-interaksi. Misalnya mereka bertanya satu sama lain, kamu bikin apa? Kamu pakai warna apa? Oh, aku bisa bikin ini loh.
Meskipun sebenarnya... Mereka mainnya tidak benar-benar yang membangun sesuatu bersama. Nah, setelah tahapan itu dilalui, baru anak-anak bisa bermain dengan kerjasama, dengan tujuan yang sama, dan menyepakati cara bermainnya. Nah, di sub-elemen yang kedua, di sini adalah komunikasi untuk mencapai tujuan bersama. Nah, di sub-elemen yang kami...
Pakai ini kami melakukan penyesuaian, jadi kami kontekskan dengan kebutuhan kami pada saat projek profil kemarin, jadi memang arahnya kami ingin membuat anak bisa saling menghargai, jadi menumbuhkan budaya gotong royong terutama di kelasnya sendiri-sendiri. Jadi banyak kegiatan bermain yang menstimulasi mereka untuk bisa bermain bersama teman-teman satu kelas. Karena ini tahun ajaran baru, jadi mereka butuh didorong untuk bisa menyesuaikan diri dengan kelas yang baru. Nah ini pun kami mengawali dengan anak bisa mengungkapkan kebutuhan pribadi dengan kata-kata yang sederhana. Baru kemudian di tahap berikutnya anak-anak baru bisa menyampaikan kebutuhan dan bisa mencoba mencari solusi.
Meskipun tanpa bantuan orang dewasa. Nah di tahap berikutnya baru ada pemahaman bahwa orang lain juga punya kebutuhan. Tapi untuk bisa menyesuaikan kebutuhan diri sendiri dan orang lain, mereka masih butuh bantuan orang dewasa untuk bisa tersepakat. Baru setelah itu anak-anak bisa memahami kebutuhan orang lain, bisa mengelola konflik, bisa bersepakat, dan bisa dilakukan secara mandiri. Nah yang selanjutnya saling ketergantungan positif.
Ini juga sama ya, jadi kami turunkan secara mandiri dengan referensi-referensi yang kami pakai. Nah nanti referensinya ada di slide terakhir, jadi ibu bapak nanti juga dapat menggunakannya, mempelajari referensi-referensi yang kami gunakan. Dan juga tidak menutup kemungkinan sebenarnya nanti ketika mengembangkan rubrik. begitu ibu bapak dapat menggunakan referensi-referensi yang memang dirasa relevan dengan kebutuhan satuan pendidikan ibu bapak. Saling ketergantungan positif ini juga dimulai dari mengenali kebutuhan diri sendiri.
Bisa menggunakan alat bantu. Kenapa ada alat bantu? Karena di tempat kami ini pendidikan inklusi, jadi ada anak-anak yang memang punya hambatan komunikasi secara verbal.
Jadi, Cara yang secara umum kami lakukan adalah menggunakan bantuan visual untuk mereka bisa berkomunikasi. Makanya di sini ada alat bantu gambar, supaya mereka dapat memahami kebutuhannya. Jadi misalnya kita menanyakan mereka mau main apa, itu ada dua gambar yang diperlihatkan, mereka bisa memilih, yang paling sederhana memilih dari dua pilihan.
Lalu dia bisa menunjukkan. mana gambar yang memang diinginkan itu adalah bentuk dari dia bisa mengekspresikan kebutuhannya. Bisa jadi itu juga dilakukan dengan menunjuk benda-benda yang memang ingin dimainkan. Biasanya menunjuk mainan.
Di tahap yang selanjutnya, anak-anak bisa menyampaikan kebutuhannya secara verbal dengan kata-kata yang sederhana. Juga... bisa menggunakan kalimat yang sederhana untuk mengungkakan kebutuhan, biasanya hanya terdiri dari subjek predikat gitu ya, misalnya mau susu, mau main, mau play doh, nah seperti itu. Nah di tahap yang selanjutnya, kebutuhan ini juga sudah bisa diekspresikan dengan kalimat yang lebih kompleks, jadi mungkin ada subjek, predikat, objek, dan keterangan gitu ya, atau setidaknya ada subjek, predikat, objek.
Nah ini ketika komunikasinya juga semakin... Kemampuan berbahasanya juga semakin baik, ini juga akan seiring dengan kemampuannya bisa menyampaikan kebutuhan dengan teman sebaya. Karena kalau kemampuan bahasanya masih belum bisa bercakap-cakap, ini memang masih akan terjadi rawan konflik dengan teman sebaya. Kemudian di tahap mahir, ini juga menggunakan apa yang ada di rujukan dari panduan kurikulum merdeka.
Yang di dimensi profil itu, jadi bisa menyampaikan kebutuhan sehari-hari, bisa menunjukkan empati dan kebutuhan untuk menyampaikan kebutuhan teman dan guru dan bisa menawarkan bantuan kepada teman. Nah untuk koordinasi sosial ini juga sebenarnya mirip ya, hampir sama dengan apa yang ada di kerjasama tadi karena kami mempelajari ini. Cukup beririsan, tapi hanya berbeda di tahap akhirnya saja.
Tapi di tahap yang sebelumnya ini sama persis dengan yang di kerjasama tadi. Kalau di koordinasi sosial itu sebenarnya levelnya lebih tinggi dari kerjasama, kalau menurut yang kami pelajari, jadi ada semacam negosiasi gitu ya, koordinasi sosial itu, dari dalam bekerjasama itu ada proses negosiasi dalam mencapai kesetakatan. Kemudian, ini untuk satu sub-element, ini kami tidak menggunakan rubrik, karena ketika kami melihat bahwa perilaku-perilaku di dalam elemen tanggap terhadap lingkungan sosial ini sifatnya tidak berjenjang.
Jadi untuk asesmen yang ini kami lebih menggunakan bentuk Deskripsi perilaku, jadi tinggal bisa di-checklist-checklist mana perilaku yang muncul. Jadi mungkin nanti ketika dilaporan lebih mendeskripsikan berapa banyak perilaku positif yang muncul. Seperti itu, jadi tidak berupa rubrik yang berjenjang begitu. Kemudian persepsi sosial, ini juga begitu.
Pertama, imitasi. Bisa mengimitasi ekspresi orang lain seperti tersenyum, lalu kemudian bisa mengenali reaksi orang lain di lingkungan sekitar, kemudian bisa mengenali reaksi orang lain dengan merespon terhadap reaksi tersebut, baru kemudian mengenali reaksi dan melakukan respon yang sesuai. Misalnya ada temannya yang sedih, berusaha menghibur, seperti itu. Nah ini juga...
Berbagi ini kalau kita tidak menyesuaikan dengan usia perkembangan anak, ternyata berbagi itu bisa jadi malah kurang tepat kita stimulasinya. Nah misalnya di sini, justru kalau di tahap 0-18 bulan, anak-anak itu sebenarnya akan lebih mudah berbagi, karena mereka bisa berbagi selama mereka dapat sesuatu untuk ditukar. Misalnya mereka...
Diminta memberikan mainan yang dia pegang. Ketika mainannya ditukar dengan mainan yang lain, anak-anak di usia ini akan dengan suka rela. Nah namun justru di tahap selanjutnya, usia 18-3 tahun berbagi itu jadi lebih sulit.
Karena ini memang rasanya egocentris. Anak-anak sudah menyadari kepemilikan, tapi sekaligus juga dia merasa barang-barang yang dia suka itu miliknya. Jadi masih proses belajar untuk memahami mana yang miliknya, mana yang bukan. Sehingga di tahap ini justru lebih menantang untuk memberikan stimulasi anak-anak berbagi.
Nah di tahap selanjutnya di usia 3 sampai 5 tahun biasanya anak sudah bisa mulai berbagi dengan dukungan orang dewasa ketika ada respon yang positif ketika perilaku berbagi itu muncul. atau ketika orang dewasa menunjukkan respon yang negatif ketika anak-anak tidak mau berbagi. Nah baru di tahap mahir, di 5 tahun ke atas, ini juga sesuai dengan yang ada di panduan, anak sudah bisa berbagi karena mereka sudah menyadari dampak sosial dari berbagi. Misalnya mereka menyadari kalau mereka suka berbagi, mereka juga akan disukai teman, dan teman-temannya pun akan disukai.
mau berbagi dengan dirinya nah mungkin itu dari saya ini referensi yang kami gunakan untuk membuat penyederhanaan dari assessment yang ada di panduan projek profil mungkin itu dulu dari saya terima kasih atas perhatiannya terima kasih ya Pak Theo ternyata kalau untuk level paut itu memang tahapannya begitu ada yang sampai mahir kemudian juga bagaimana mereka berekspresi itu ya Pak ya sedetil itu dan Bapak Ibu disini saya yakin juga akhirnya belajar untuk yang level paut itu P5-nya ternyata begitu. Nah, simpan dulu kalau masih ada pertanyaan. Kita setelah ini akan ada narasumber berikutnya.
Yaitu Bu Lulu. Ya, Bu Lulu sudah siap? Ya, saya bacakan CV-nya dulu ya untuk Bu Lulu.
Halo Bu Lulu. Halo Ibu. Sehat ya Bu Lulu?
Iya. Alhamdulillah sehat. Alhamdulillah, oke. Bu Lulu. Baik, Bu Lulu ini dari SDN Cemang Bakalan I ya, dulu backgroundnya, SMPN 3 Sidoarjo, SMA N1 Wonoayu, lalu Universitas Negeri Surabaya dan PPG Unisa.
Nah, experience-nya Bu Lulu ini adalah pernah menjadi guru SMT 3T ya, Bu ya. Dulu waktu tahun 2016-2017, lalu menjadi guru di SMP Insen Cendekia Mandiri 2019-2023, dan... Dari 2023 sampai sekarang menjadi guru di SMP Negeri 1 Buduran. Betul ya, Bu? Lalu beliau juga ahli di IT, Teaching Strategy, Communication Skills, and Creativity and Proactivity.
Nah, di sini Bu Luluh itu sudah punya asismen di Burun Semidang Olimpiade Guru Nasional tahun 2021, Guru Teladan SMP Instansiandakia Mandiri tahun 2022, guru konten kreator Indonesia Kementikut, influencer pendidikan, guru kreatif dan inovatif SMPN Satu Buduran. Nah, ini saya perlu belajar banyak nih sama Bu Lulu. Nah, di sini ada kata-kata dari Bu Lulu ya, meskipun saya teacher, tapi ini pakai bahasa Inggris ya, dibacakan sedikit ya Bu Lulu ya. I'm a professional teacher who has been teaching in the school for more than four years. The main reason why I am interested in this job is that education is indeed my passion.
Jadi passionnya memang di pendidikan ya, Bu Lulu ya. I will do my best for better education and future. My mission is making my class happy.
Jadi ingin kelasnya happy and enjoy to learn, semangat dan enjoy belajar. I don't want to just teach, but I want inspiring my students to achieve their best. Ya, bagus banget ini. Ya, Bu Lulu. Terima kasih.
Baik, sudah siap teman-teman ya Minta tolong dong teman-teman Tidak perlu mencoret-coret Screennya ya Karena kita sama-sama biar tertib Dan biar enak ya sebagai pendidik Tidak perlu untuk coret-coret Sudah siap ya, belulu ya Insya Allah Saya bagikan dulu sebentar Halo Bapak Ibu Terdengar suara saya? Terdengar, Bu. Oke, baik. Sebelumnya mungkin saya mau pantun dulu ya, biar nggak terlalu tegang gitu ya. Boleh ya?
Nanti dibalesin cakep gitu ya, Bapak-Ibu ya. Oke, saya mulai. Jalan-jalan ke Italia. Cakep. Jangan lupa beli pizza.
Cakep. Selamat malam, Bapak-Ibu guru semua. Mari kita mulai webinar dengan bahagia.
Selamat malam juga Bu. Perkenalkan ya Bapak Ibu, nama saya Ibu Luli Mas Nuna. Boleh dipanggil Bu Lulu.
Sebelumnya, bagaimana perasaan Bapak Ibu? Boleh ditulis di komen atau emotikonnya. Apakah sudah siap?
Kalau hari ini kondisinya sehat atau ngantuk atau bosen, boleh ya sambil... Nanti persiapan ini, minta tolong dibantu share screen ya, Bu Farah atau Bu Dina. Oke, Bapak-Ibu sambil tanya-tanya sebentar ya.
Bapak-Ibu kalau dengar kata assessment itu bayangannya apa nih? Kalau dulu kita di sekolah itu apa sih? Kalau dengar kata assessment atau pulangan harian, apa yang dipikirin sama Bapak-Ibu guru semua? Kalau dulu saya pernah ngajar, itu ada yang bahkan sampai kesurupan gitu ya, pas ujian, atau bahkan sampai sakit gitu ya.
Takut gitu kalau mendengar kata ujian, atau penilaian, atau assessment gitu ya Bapak Ibu. Kalau Bapak Ibu gimana? Kalau mendengar kata-kata assessment, waduh.
Iya, ujian gitu ya, pusing, penilaian gitu. Pasti sesuatu yang menakutkan. Bukan gitu ya Bapak Ibu ya, pasti sesuatu yang tidak menyenangkan gitu, karena kita seolah-olah di judge gitu ya, seolah-olah kita dinilai gitu ya, seolah-olah kita dihakimi gitu ya.
Kalau misalkan nggak lulus, eh nggak bisa menjawab soal, nanti bisa dihukum gitu, dihukum, maju ke depan, sambil kakinya berdiri gitu nggak sih Bapak Ibu? Atau misalkan pulang, nggak boleh pulang gitu ya, zaman-zaman dulu itu. Atau misalkan...
Kalau misalkan nggak bisa jawab soal-soal, terus habis itu nilainya jelek, bisa nggak naik kelas. Jadi hal yang sangat menakutkan sekali, assessment. Nah, pulangnya belah kanan ya, benar sekali.
SKS, sistem kebut semal, penasaran sama hasilnya. Nah, baik. Hari ini, alhamdulillahirrahmanirrahim, kita diberikan kesempatan untuk belajar. Mudah-mudahan kita sama-sama berbicara. mendapatkan ilmu yang bermanfaat ya Bapak Ibu.
Di sini saya juga masih belajar, nanti kita diskusi bersama, bukan bermaksud untuk menggurui atau paling bisa di sini ya Bapak Ibu. Oke, langsung saja. Webinar assessment bermakna bagi anak-anak, bagi murid.
Coba kita next, Ibu. Bantu next. Oke, ini tadi sudah kenalan ya Bapak-Ibu.
Jangan lupa follow IG saya sambil promosi ya. Karena di sana saya juga berbagi. Berbagi praktik baik.
Ada beberapa video-video atau konten-konten. Ya, at lulu imas. Mungkin Bapak-Ibu belum follow.
Silahkan bisa di follow ya Bapak-Ibu. Halo, Bu Nura. Sudah follow, terima kasih. Ya, next. Karena tadi sudah dijelaskan panjang lebar sama moderator kita hari ini, Bu Farah.
Tujuannya tadi kita akan belajar, sama-sama belajar, tentang bentuk-bentuk asesmen yang nggak hanya ulangan harian tes tulis aja. Terus kemudian kita juga akan sama-sama belajar tentang contoh-contoh asesmen atau praktik baik gitu ya, Bapak-Ibu. Next. Mungkin saya kulik sedikit aja ya. Kemarin sudah dijelaskan panjang lebar gitu ya.
Bapak Ibu tentang assessment, pembelajaran bermakna, terus ini mau nggak tertampil ya, tentang alur dari mana sih kita. Karena alur awalnya itu adalah dari capaian pembelajaran. Bapak Ibu baru ATP, terus menyusun TP, baru ATP, baru kita menyusun modul ajaran. Nah ini tadi sudah disampaikan sama Pak Teo ya, ada backward design. Jadi, Benar sekali menyusun penilaian dulu, baru kita bisa menyusun pembelajaran.
Ini ya Bapak-Ibu sekilas tentang KKTP, tentang asesmen. Kemarin sudah dijelaskan asesmen awal itu apa, asesmen formatif dan sumatif. Ini ada tabelnya mungkin biar Bapak Ibu lebih paham. Assessment awal itu sebelum pembelajaran. Nanti akan ada contoh-contohnya.
Kemudian yang formatif. Yang formatif ini selama pembelajaran berlangsung. Jadi banyak sekali contoh-contohnya. Bisa checklist, bisa exit ticket, bisa jurnal, bisa rubrik, bisa penilaian diri, dan lain-lain. Dan assessment formatif itu tidak digunakan untuk...
di rapor, seperti yang disampaikan di webinar sebelumnya. Terus yang sumatif itu adalah bisa juga banyak, bisa menggunakan lembar observasi, performa, praktik, produk, projek, portfolio, umpan balik dari asesmen hasil akhir ini, sumatif dapat digunakan untuk mengukur perkembangan murid. Jadi asesmen sumatif ini nanti yang akan dimasukkan di dalam rapor.
Ini sekilas saja, karena kemarin sudah lengkap banget dijelasin, jadi saya mungkin lebih ke contoh-contohnya. Jadi awal kita mau membuat assessment atau menyusun pembelajaran, itu kan kita menyusun dulu dari CP tadi ke TP, baru disusunlah alur tujuan pembelajaran. Saya bikinnya seperti ini ya Bapak-Ibu, kebetulan saya ngajar IPA kelas 7 di SMP. Nah, awalnya di... TP pertama ini, tujuan pembelajaran yang pertama itu, anak-anak tujuannya adalah membuat rancangan percobaan dan menyusun laporan hasil percobaan dengan metode ilmiah melalui kegiatan penyelidikan sederhana jadi ini tujuan pembelajaran yang harus dicapai pada saat itu gitu ya, next nah dari sini, apa yang kita lakukan sebelum pembelajaran, nah sebelum pembelajaran itu kita mulai...
Saya melakukan asesmen awal. Next. Gimana sih asesmen awal?
Contohnya, seperti ini ya Bapak Ibu, ada banyak contoh, ada yang saya beri, misalkan tentang science about me. Anak-anak mengisi tentang saya, science tentang saya. Apa yang mereka sukai, goals mereka apa.
Jadi terus mereka sudah nyusun tentang... Misalkan nanti nilai semester ini berapa sih? Jadi mereka saya suruh menuliskan di situ. Terus apa yang harus mereka lakukan untuk mencapai goals tersebut.
Terus cita-cita mereka apa. Terus mereka sukanya seperti apa. Pembelajaran yang seperti apa sih yang mereka ingin dapatkan atau ingin capai. Nah ini ada juga kreasi mereka sendiri.
Boleh dikreasikan. Kan anak-anak kadang-kadang kreatif gitu ya. Banyak ide-idenya gitu.
Kadang kalau kita kasih template, mereka nggak bisa berkreasi gitu. Nah, next. Ini contoh asesmen awal non-kognitif ya, Bapak Ibu. Jadi ada kognitif sama non-kognitif gitu.
Nah, selain itu juga, ini saya sebagai wali kelas ya. Saya sebagai wali kelas juga meminta anak-anak untuk menyusun. Jadi banyak sekali daftar pertanyaannya gitu ya.
Ada yang tentang saya dan juga tentang keluarga. Mereka pulang sekolahnya apa. apa mereka sekolahnya, berapa uang sakunya, bahkan gitu ya. Pokoknya informasi yang sedetail mungkin, yang perlu saya tahu belajarnya gimana, terus habis itu di rumah itu bagaimana kondisinya. Karena tidak sedikit ya, anak-anak itu yang ternyata di rumah itu, kenapa mereka nggak fokus belajar, karena mungkin di rumahnya memang sedang tidak baik-baik saja.
Jadi dari situ, dari asesmen awal ini, bisa kita tahu profil murid, dan kita jadikan... apa ya, sebagai sumber, bukan sumber ya. Kayak nanti kalau misalkan ada apa-apa sama anak ini, oh kita udah tahu duluan gitu loh. Jadi kita gunakan sebagai sumber data gitu. Next.
Selain tadi itu pakai tulisan gitu ya Bapak Ibu, kadang-kadang saya juga menggunakan teknologi gitu ya. cepet biar langsung gitu, bisa pakai Mentimeter, bisa pakai Quizzes, bisa pakai Google Form gitu ya, yang penting anak-anak itu bisa terekam datanya gitu, jadi kita tahu, oh gimana perasaan mereka hari ini, mereka udah siap belum buat belajar, atau mereka lagi capek gitu ya, atau mereka lagi apa nih gitu, jangan sampai kita memaksa anak-anak, misalkan bener-bener cuape gitu ya, habis olahraga, Agak yang benar-benar lari maraton gitu. Terus kita langsung paksa apalagi pelajaran IPA.
Kita kasih rumus-rumus gitu ya. Nah itu kita mungkin perlu oke santai dulu. Atau apa dulu nih gitu.
Jadi biar kita tahu juga kondisi anak-anak itu. Jadi terakhir Mbak Su. Nah ini juga kadang-kadang lucu juga gitu ya. Anak-anak itu ada aja.
Gimana biar pelajaran IPA menjadi lebih baik gitu ya. Saya harapannya apa sih mereka gitu. Nah itu mereka bisa.
menuliskan ide-ide gitu. Oke, ya gak ada gitu. Next.
Karena cuma pengen tahu, gak gitu. Halo, cek. Oke, habis hilang.
Ya, gitu ya Bapak Ibu. Terus ini mereka saya kasih soal-soal gitu kan, dan hasilnya nanti bisa dilihat. Next.
Ini saya pakai kuisis ya Bapak Ibu, biar lebih cepat, biar nggak ngoreksi satu per satu gitu ya. Nah, dari hasil yang tadi itu, ya ada yang dari mana-mana itu, terus kemudian saya kelompokkan gitu ya. Terus kemudian ini ada... Datanya gitu ya, jadi tersimpan datanya.
Yang non-kognitif kemudian, next. Nah, ini ada yang kognitif tadi dari kuisis tadi gitu ya, daun nilainya anak-anak betul berapa, skornya berapa gitu ya, baru nanti kita, ternyata anak-anak udah levelnya mana sih, mereka udah paham atau belum gitu ya. Ini masih ngomongin bakso ini.
Oke, next. Jadi gitu ya Bapak Ibu untuk asesmen awal mungkin Bapak Ibu guru semua sudah praktik gitu ya. Nah setelah awal tadi saya kan lihat capen pembelajarannya. Nah capen pembelajarannya itu kan anak-anak mampu melakukan pengamatan terhadap fenomena dan peristiwa di sekitarnya dan mencatat hasil pengamatannya.
Kemudian tujuan pembelajarannya ini mampu membuat rancangan percobaan dan menyusun laporan hasil percobaan dengan metode ilmiah melalui kegiatan penyelidikan sederhana. Nah Jadi di sini saya beri anak-anak ada rubriknya untuk menyusun laporan percobaan. Setiap tahun itu kayaknya saya beda-beda cara ngajarnya, tergantung sekolahnya.
Tergantung di sekolah itu ada nggak bahannya, ada nggak alat-alatnya mendukung atau nggak. Nah ini sedikit cerita, Bapak Ibu. Waktu itu kalau yang di... Sebelumnya saya di sekolah, mungkin fasilitasnya lengkap. Jadi alat-alatnya sudah lengkap, sudah ada di situ.
Jadi saya pakai lomba masak waktu itu. Lomba masak untuk anak-anak materi pengukuran. Jadi ada rubiknya.
Ini sebenarnya rubik asesmen praktik. Terus ini asesmen formatif. Asesmen formatif sebelum tujuan pembelajaran itu kan ada. Hal yang harus dikuasai dulu, yang dikuasai itu adalah anak-anak melakukan praktik pengukuran.
Jadi, waktu itu ada lomba masak, kayak cooking crash gitu ya, lomba masak gitu. Nah, anak-anak di situ mengukur masanya, mengukur volumenya. Nah, dari situ ketika mereka praktik, saya bisa menilai, mereka menyiapkan bahan yang sesuai apa enggak, melakukan pengukuran.
Benar apa enggak alat yang digunakan, benar apa enggak. Terus satuannya juga sesuai apa tidak. Nah, karena lomba masa ya waktu itu, jadi hasil produknya gimana gitu, sesuai apa enggak perbandingannya, nah rasanya gimana, terus ada laporannya gitu.
Nah, setelah itu baru kita olah gitu ya nilainya, jadi 4, 3, 2, 1 ini. Kalau misalkan maksimal dibagi 12 gitu, dikali 100. jadi nanti ada, oh ternyata ini nah selain itu, biasanya juga saya kasih catatan kecil gitu di anak-anak mana sih yang mereka perlu perbaiki atau mana sih yang mereka kurangnya dimana sih, atau biasanya pas mereka praktik gitu, kan sambil kita lihat gitu ya, udah bener gak kalau misalkan belum bener nah maka kita bisa langsung kasih tau gitu kan, atau kita kasih pertanyaan dulu, nak menurut kamu udah bener gak ini cara megang termometernya, misalkan... Kalau dipegang, gimana? Udah benar nggak? Atau gimana?
Terus, B, bisa tanya-jawab kayak gitu. Next. Oke.
Nah, selain itu kan kadang kita itu, apa ya, padahal form assessment itu kan nggak hanya tulis gitu ya, Bapak Ibu. Kalau di zaman kita sekolah dulu, itu kan... Hanya tulis gitu ya, kebanyakan-kebanyakan gitu.
Ulangan harian soalnya ABC-an gitu, soalnya pilihan ganda dan urayan gitu aja gitu ya. Sebenarnya banyak sekali formatif, bisa tulis, bisa tadi praktik, bisa checklist, bisa banyak tadi exit ticket. Kalau misalkan untuk mengetahui pemahamannya, jadi saya juga kadang selipin di soal-soal. Saya kasih soal-soal, misalkan soal-soal yang berbasis AKM, literasi dan numerasi itu juga masuk di dalam proses pembelajaran juga.
Tadi juga ada yang tanya. Gimana cara bikin rubiknya? Nah, untuk bikin rubiknya tadi, Bapak Ibu ya, sekarang itu di PMM itu Bapak Ibu tinggal klik yang asisten, asisten guru. Nah, itu ada Bapak Ibu, misalkan, tolong buatkan saya rubik tentang laporan percobaan. Nah, itu ada.
Kemarin saya coba, gitu ya. Jadi, Bapak Ibu kalau misalkan pengen, juga bisa dicoba, gitu ya. Terus ada aplikasi juga, website sih, namanya magicschool.ai.
Itu juga bisa. Untuk misalkan Bapak Ibu minta tolong bikinin rubik tentang ini, nanti akan langsung digenerate. Nah, kebetulan saya juga lihatnya di panduan penilaian dan buku guru Bapak Ibu.
Kadang saya lihat dari situ, kemudian saya sesuaikan, sudah sesuai atau belum, sama tujuan dan kegiatan yang akan saya lakukan. Cek, Bu. Aman sih ya, Bu. Oh iya, halo. Iya, Bu Lulu, waktunya masih 5 menit lagi.
Oh, udah 5 menit lagi. Nah, ini juga refleksi, Bapak-Ibu ya. Jadi, setelah pembelajaran, biasanya saya berikan anak-anak refleksi.
Refleksi tadi juga bisa masuk di formatif juga ya. Jadi, ada tujuan pembelajarannya, apa nih hari ini penilaian dirinya sebelum pembelajaran, gimana skornya, dia udah paham atau belum. Terus sesudah pembelajaran, sama setelah pembelajaran.
Terus refleksi pembelajarannya apa. Bisa dikasih emoticon gitu ya. Atau biasanya kalau kadang kalau tulisan gitu kan nge-print gitu kan banyak. Nah biasanya pakai Google Form aja biar cepat gitu.
Next. Sebenarnya ini ada di IG saya sih Bapak Ibu ya, contoh kegiatan assessment. Nah, meskipun saya ngajar IPA ya Bapak Ibu, bisa dilihat nggak ya? Ini anak-anak saya juga ajarin mereka debat gitu ya Bapak Ibu.
Jadi kita kan ada keterampilan abad dua satu, salah satunya kan komunikasi, thinking kritikal, kolaborasi, dan kreativitas gitu ya. Nggak usah diputar, nggak apa-apa nanti biar... Bapak-Ibu sendiri ya, lihat ya.
Kita back aja, nggak apa-apa, saya ceritain aja di presentasinya. Oke, nah itu juga di debat tadi ya Bapak-Ibu, di debat itu anak-anak meskipun kelas 7 gitu ya, jadi seolah-olah saya berikan mereka itu bermain peran gitu, jadi kayak ada hakimnya, jadi menteri ini, menteri ini, nah itu jadi. Tentang materi ekosistem gitu ya.
Jadi di sini juga sekalian langsung bisa saya nilai gitu ya. Dari mereka cara menyampaikan pendapatnya, terus isinya nyambung apa enggak gitu ya. Terus bagaimana mereka percaya diri gitu ya dalam menyampaikan pendapat.
Kayak gitu ya Bapak Ibu. Terus saya tuh nggak nyangka sih sebenarnya. Karena mereka kan masih kelas 7 gitu ya.
Masih kelas 7 tuh baru keluar dari SD gitu ya. Kayaknya nggak mungkin deh anak-anak bisa gitu ya. Ternyata ya bisa gitu.
Kadang kita tuh nggak percaya gitu ya sama anak-anak. Nah terus habis itu kemarin itu saya sempat juga sakit gitu ya. Jadi nggak masuk sekolah.
Tapi anak-anak itu ada waktunya praktek gitu. Udah kadung bawa alat-alat dan bahannya gitu ya. Jadi saya yaudah kalian praktek sendiri ya nanti di video. Ternyata mereka tuh udah nyiapin alat dan bahannya. Malah sampai bikin ID card sendiri Kelompok tiga ditulisin Anggotanya ini, ini, jadi setiap anak pakai ID card pas waktunya IPA itu saya gak nyuruh Gitu ya Bapak Ibu, jadi Apa ya, karena mereka udah seneng Mereka ini jadi Di anak-anak itu mereka seneng Menyenangkan gitu ya Jadi terus habis itu karena Di sekolah saya yang sekarang itu kan gak ada Fasilitas untuk Untuk praktek yang Kayak masa gitu ya Nah Tapi kemarin ada mereka itu ngambil percobaan yang kayak ada masanya gitu, sampai mereka bikin alat yang sederhana gitu ya, jadi keluar kreatifitinya juga.
Nah terus ini juga ada, waktu itu saya ngajar STEM gitu ya, Science, Technology, Engineering, and Mathematics. Di sini saya gabungan gitu ya Bapak Ibu, gabungan sama guru matematika, sama guru seni juga. Jadi ada permasalahan apa di sekitar lingkungan sekolah tentang pencemaran lingkungan. Yang nanti akan kita selesaikan bersama-sama. Nah itu ada projek.
Jadi nilainya tuh berbasis projek ya. Jadi ada jurnal. Jurnalnya juga. Meskipun gurunya beda-beda. Tapi karena ada jurnal itu.
Jadi tau oh anak ini. Kelompok ini masih sampai sini. Yang diperbaiki apa. Jadi ada kayak catatan-catatannya.
Jadi bukan mengejudge. Oh kamu jelek nih produknya. Tapi gimana prosesnya. Gagal waktu itu bikin sampah ya.
Dari. Puffing dari sampah gitu ya Bapak Ibu ya Mereka tuh ngumpulin sampah Banyak di sekitar situ Terus dibakar sampai jadi Puffing gitu Tapi pas waktu itu gagal gitu Nah saya biasanya tekan kan di anak-anak gak apa-apa gagal Justru dari kegagalan itu kalian belajar Kalau kalian gak pernah gagal Kalian gak akan pernah belajar Jadi gak apa-apa Kalau dulu kita ujian gagal kita akan gak naik kelas Tapi bagi saya ketika anak-anak gagal Justru mereka belajar Next Karena waktunya udah cepet ini. Tinggal dikit lagi kok, Bapak-Ibu. Ini contoh-contohnya aja ya. Kalau ini kemarin ada gelar karya di sekolah saya tentang kelas 9 sih waktu itu.
Assessment akhir gitu bagian anak kelas 9. Jadi ada pameran. Terus di situ anak-anak sebenarnya udah lama ya tugas-tugasnya mereka tinggal dipamerin aja sih. Ada kolaborasi juga dengan beberapa guru mata pelajaran.
Next. Nanti bisa dilihat sendiri ya, Bapak Ibu. Nah, ini yang tadi itu saya cerita, aduh praktik gitu ya.
Terus kemarin itu juga pas saya ada kunjungan fasilitator datang ke sekolah saya, nah, akhirnya kan nggak bisa masuk kelas. Terus saya gini, yaudah, nah ini bulu lu nggak bisa masuk ya, tolong kalian presentasi sendiri gitu. Ya, mereka presentasi gitu. Nanti videonya dikirim ke bulu lu. Nah, itu mereka presentasi, juga tanya-jawab.
Sebelumnya juga sudah saya kasih tahu ya, nanti penilainya berdasarkan ini-ini. Jadi mereka meskipun tidak ada gurunya, kayaknya juga tetap berjalan. Pembelajaran yang bermakna itu kayak gimana sih?
Meskipun sekolah selesai, tapi pembelajarannya tidak pernah selesai. Mungkin sudah selesai waktunya. Iya. Kayak sudah selesai ya.
Terima kasih Bapak Ibu. Ini ada kata-kata ya. Jadi, murid-murid kita itu mencontek di ujian itu karena sistem pendidikan kita itu lebih menilai nilai yang lebih tinggi daripada pembelajaran itu sendiri. Pembelajaran kita sendiri. Intinya seperti itu.
Oke, terima kasih Bapak Ibu. Mohon maaf apabila ada salah kata, nanti bisa tanya-tanya. selanjutnya, karena waktunya udah mepet banget Terima kasih banyak ya Bu Lulu, waduh ini tadi jadi belajar bagaimana merancang assessment formatif yang sebelumnya ya awal lalu sampai murid-muridnya sudah bisa inisiatif untuk presentasi sendiri walaupun Bu Lulu nggak berada di kelas Nah, ini sempat saya intip nih Bu Lulu, mulai ada pertanyaan kalau proyeknya kelompok, nanti nilainya bagaimana terus kalau sain di pondok itu bagaimana, nah tenang Nanti ada waktunya Boleh tanya ke Bu Lulu ya Atau nanti follow Ike dan Japri sendiri juga bisa ya Bu ya Oke Terima kasih banyak Bu Lulu Ya sayangnya sangat menarik Sudah apa namanya Mengaplikasikan banyak teknologi untuk pembelajaran Dan selanjutnya yang terakhir Tidak kalah kece Di sini ada Pak Noval Ini yang jenjang SMA Dan Pak Noval ini sepertinya keren banget ya Pinter banget IPK-nya itu sampai 4 ya Sempurna Jadi ngiri ya. Baik, saya ke narasumber berikutnya. Yang ketiga ya Bapak Ibu, saya izin membacakan CV-nya dulu.
Pak Noval ini guru fisika. Dulu juga ikut SM3TK Medikbud ya, di SMA Negeri 1 Semau Kabupaten Kupang. Pendidikannya S2, Pendidikan Fisika Universitas Lampung. Mendapatkan IPK 4,00 menjadi bisudawan terbaik ke 1. tingkat universitas wow, selamat ya Pak ya semoga bisa ini nih bisa meniru jejaknya nah, pasti yang namanya mahasiswa berprestasi itu organisasinya gak kaleng-kaleng ya nah beliau ini menjadi tim penjamin mutu dari April 2002 sampai sekarang ya jadinya Sekolah Islam Terpadu Indonesia wilayah Lampung ya Pak, halo salam Lampung Pak Lampung itu yang enak kopinya ya Pak betul oh iya anggap Ketabidang Divisi Pendidikan dan Pelatihan Persatuan Pendidik IPA PPI Indonesia Wilayah Lampung, Sekretaris 2 MGMP Fisika Kota Bandar Lampung dari Juni 2018 sampai sekarang.
Nah, ini tufolnya ITP 517. Lebih pinter dari saya, Pak. Iya, ini berarti tufolnya mantap ya, Pak ya. Pengalaman yang relevan menjadi fasilitator pendidikan guru penggerak angkatan 6-9-11 dari Juni 2020 sampai sekarang.
Instruktur Pembekalan Calon Pengajar Praktik Pendidikan Guru Penggerak. Lalu, banyak banget ini ya. Penghargaannya nih. Guru Peneliti Terbaik ke-1 JSIT Public Expose 2024. Guru Penerima Hibah Penelitian Sikis Research Grant 2021. Juara 2 Lomba Karya Tulis Ilmiah Guru di Senatalis FKIP Unila. Finalis Lomba Inovasi Guru dan Rumah Pintar PT Astra Internasional.
Bocoran dong Pak, biar pintar begini gimana Pak? Lalu publikasinya, artikel ilmiah, saya bacakan salah satu aja ya. Impact of integrating engineering design process into STEM makerspace on renewable energy unit to foster student system thinking skill. Ini sudah melakukan model STEM dan juga membuat buku ya Pak ya, tematik mitigasi bencana alam untuk siswa kelas 3 SD atau MI. Nah, karena waktunya juga berkejar-kejaran, maka silakan sesi ini saya persilahkan kepada Pak.
Noval, Monggo Pak Oke, terima kasih Kak Faro Atas kesempatannya Assalamualaikum Wr. Wb Selamat malam Ibu bapak semua, salam sejahtera bagi kita semua Tapi pun Iyapun, itu biasa salam Dari khas Lampung ya Kak Faro Sebagai salam pembuka Di dalam sebuah acara Tadi sudah diperkenalkan oleh Kak Faro Terima kasih banyak dan saya mohon izin Ibu bapak semua untuk menyampaikan praktik baik yang saya lakukan berkaitan dengan asesmen yang bermakna untuk murid. Mohon izin untuk share screen.
Ya Ibu Bapak, pada kesempatan malam hari ini izinkan saya untuk berbagi praktik baik tentang asesmen di jenjang SMA. Tadi Pak Teo sudah memaparkan di Jinjang Paut, kemudian Bu Lulu di Jinjang SMP, dan pada kesempatan kali ini saya akan memaparkan bagaimana penerapan teknik dan strategi asesmen Jinjang SMA yang pernah saya lakukan. Ini tadi sudah diperkenalkan, nama lengkap saya Ahmad Nopal Umam, dan aktivitas saya sekarang di Bandar Lampung. Langsung saja Ibu Bapak ya, sebelum saya mulai, ini mungkin kita sama-sama ya tidak banyak kesempatan. sepakatan yang perlu kita rundingkan, satu hal saja Ibu Bapak, mari sama-sama pada kesempatan kali ini kita belajar dari sebuah payung.
Payung akan berguna ketika bagaimana Ibu Bapak? Payung akan berguna ketika terbuka. Begitu juga hati dan pikiran kita akan lebih berguna ketika terbuka untuk hal-hal yang baru ataupun terbuka terhadap perbedaan. Sehingga pada kesempatan malam hari ini saya yakin Ibu Bapak banyak sekali pengalamannya, banyak sekali praktik baik yang sudah dilakukan.
Harapannya pada kesempatan malam ini yuk sama-sama kita terbuka menerima hal-hal yang baru dan menerima perbedaan agar pembelajaran kita lebih bermakna. Sesi ini saya akan memaparkan praktik baik asesmen yang saya lakukan, baik itu asesmen awal, formatif maupun sumatif di jenjang SMA. Kemudian harapannya setelah Ibu Bapak mendengarkan cerita dari saya, Ibu Bapak jadi bersemangat untuk menerapkan asesmen yang berdampak bagi murid. Oke, sebelum lebih jauh, kemarin kita dengan Bu Amel sudah memahami apa itu asesmen, kemudian apa jenisnya. Tadi juga praktik baiknya di jenjang PAUD sudah kita dapatkan dari Pak Teo, dari jenjang SMP dari Bu Lulu.
Nah sekarang Ibu Bapak, saya ingin mendengar ataupun membaca jawaban Ibu Bapak, pendapat Ibu Bapak berkaitan dengan asesmen, kira-kira seberapa penting sih, atau mengapa sih asesmen itu penting, terutama di awal pembelajaran. Boleh Ibu Bapak tuliskan di kolom chat. Oke, penting banget. Penting pemetaan murid.
Penting karakter signifikan murid. Oke, biar tahu kemampuan awal. Terima kasih. Oke, silakan. Mengapa sih asesmen itu penting kita lakukan, terutama di awal pembelajaran?
Oke, terima kasih Ibu Bapak. Ini sepertinya kita... sudah satu frekuensi ya, bahwa kita di sini, di ruangan ini, memahami bahwa asesmen itu penting kita lakukan, terutama kita lakukan di awal pembelajaran.
Terima kasih, Ibu Bapak. Kalau kita sudah tahu bahwa asesmen itu penting, memang asesmen itu penting, terutama di awal pembelajaran untuk apa? Pertama, kita paham bahwa itu untuk mengidentifikasi pengetahuan awal siswa, atau kita biasa sebut dengan... kesiapan belajar mereka. Kita juga bisa menyelesaikan materi pembelajaran kita, sejauh mana kompleksitas ataupun kesulitan yang akan kita berikan.
Dan terakhir, ini penting sekali, Ibu Bapak, bisa meng-engage atau memotivasi murid untuk bisa belajar di topik tersebut. Langkahnya, ini yang sebenarnya banyak hal yang bisa kita lakukan. Tadi sudah dicontohkan oleh Bu Lulu, bagaimana Bu Lulu mengidentifikasi di kelasnya melalui tulisan-tulisan, gambar-gambar. Ini untuk saya sendiri di jenjang SMA, Ada tiga hal yang biasa saya lakukan. Yang pertama, ini saya lakukan melalui diskusi singkat atau brainstorming.
Kemudian ada quiz atau pretest, dan terakhir ada games interaktif. Nah, kalau brainstorming, ini biasanya saya tampilkan gambar atau video sebagai stimulus. Dari gambar atau video tersebut, saya beri pertanyaan-pertanyaan pemantik yang tentu saja ada kaitannya dengan tujuan pembelajaran hari itu. Kemudian...
setelah saling diskusi dengan anak-anak, ini saya beri umpan balik berupa feedback, berupa apresiasi. Dan tentu saja nanti akan saya kaitkan. Sebagai contoh, kemarin saya mengajarkan sebagai awalan di pengukuran di kelas 10, saya menampilkan video tentang truk-truk yang odol, overload dan overcapacity. Overdimension Disitu banyak sekali kejadian Kecelakaan-kecelakaan yang terjadi karena Truck tadi over-overload Saya kasih pertanyaan Kira-kira apa yang menyebabkan Supertruck itu berani membawa Angkutan berlebihan Mereka menyampaikan bahwa Untuk hemat biaya dan sebagainya Kemudian saya terus giring Akhirnya saya bisa mengajak Anak-anak berkesimpulan Yuk nak pada hari ini kita akan belajar Tentang pengukuran Apa yang diukur Bagaimana mengukurnya, kemudian harapannya setelah tahu tentang pengukuran, kita bisa lebih bijak dalam menerapkannya di kehidupan sehari-hari. Kemudian pernah juga saya mengajak anak-anak untuk melihat sebuah gambar pipa, kemudian ditanyakan kepada anak, nah pernah nggak kalian melihat orang tua kalian mengukur diameter dalam pipa?
Biasanya ada yang belum paham diameter dalam itu yang mana, Pak? Akhirnya saya tunjukkan dia matap dalam itu yang ini Kemudian mereka, oh biasanya pakai penggaris Oh pakai penggaris ya Teliti enggak? Bisa rinci enggak? Dapatnya, angkanya Terus ada yang bilang, oh jangka sorong Berarti anak ini sudah tahu jangka sorong Anak ini bisa saya minta bantuannya Untuk menjelaskan bagian-bagian jangka sorong Jadi ini salah satu cara atau teknik Yang bisa kita lakukan untuk asesmen awal Yaitu melalui diskusi Dengan memberikan stimulus sebuah gambar ataupun sebuah video. Itu tentang diskusi.
Kemudian selain diskusi, di asesmen awal kita juga bisa lakukan kuis atau pretest. Ini tentu saja harapannya kita bisa tahu kemampuan awal siswa dari sini. Hanya saja ibu bapak yang harus hati-hati, ini kadang saya mau pretest, saya mau kuis. Nah, kita langsung saja kasih soal ke siswa.
Biasanya nggak memotivasi anak-anak, nggak bikin anak-anak engage. Ini malah bikin anak, aduh baru mulai dan isi soal. Maka baiknya ibu bapak kita gunakan aplikasi-aplikasi yang interaktif.
Contohnya banyak ya, kuisis, kahut, dan lain sebagainya. Ini bisa kita kerjakan secara individu ataupun secara klasikal. Ini tergantung dari tersediaan fasilitas di tempat kita.
Tapi kalau nggak ada... internet gimana Pak? Boleh juga pakai games interaktif Ibu Bapak.
Sama seperti quiz tadi, sama dengan free test tadi, ini kita pakai games interaktif. Hanya saja kalau tadi di quiz tadi ya, kita siswa mengerjakan soalnya secara sekaligus, kalau di games interaktif ini kita usahakan per soal atau per bagian itu kita jelaskan. Sebagai contoh, ini saya gunakan pakai games Greg Orwong. Saya kasih. Pernyataan-pernyataan yang berkaitan dengan materi hari itu benar atau salah.
Oke, kalau kalian merasa ini benar, silakan maju ke depan. Kalau ini salah, silakan ke bagian belakang. Jadi mereka akan bolak-balik sesuai dengan pemahaman mereka.
Oke, sudah yakin? Yakin. Oke, jawabannya salah. Langsung kita jelaskan kenapa itu salah.
Jadi ada deskripsi dari kita singkat. Tapi tidak terlalu mendalam karena itu bukan... Bukan belum mulai belajar ya Ibu Bapak, karena ini sebagai...
Engagement saja di awal. Belum menjelaskan secara mendalam. Kemudian juga bisa pakai four corners.
Nah ini sama saja sebenarnya. Sama seperti rank or wrong. Cuma bedanya optionnya banyak. Kalau tadi cuma benar atau salah. Sekarang optionnya ada banyak.
Jadi biasanya saya buat tempelan di dinding. A itu sebelah kiri. Belakang.
Kemudian B itu sebelah sini. C ini sebelah sini. Dan seterusnya.
Oke enak. Sekarang ini. pertanyaannya, gitu ya, silakan kalau kalian jawabannya merasa A, silakan ke sebelah sana, karena akhirnya saling berdiskusi gitu ya, sesuai pemahaman mereka, nah ini juga bisa kita gunakan, dan lagi-lagi tadi ya sama seperti Rai Orwang, kita kasih penjelasan tipis-tipis ya, tapi tidak mendalam, karena ini belum masuk ke dalam pembelajaran itu contoh assessment awal yang bisa kita lakukan gunanya untuk apa ya, tentu saja kita bisa melakukan pengelompokan dari sini... Kemudian juga kita bisa melihat, oh mau seberapa dalam nih, kompleks nggak nih materi yang akan kita jelaskan. Atau, oh kelompok ini kayaknya butuh bimbingan lebih lanjut untuk dalam pembelajaran.
Itu fungsi dari asesmen awal dan yang sudah pernah saya lakukan. Selanjutnya, asesmen awal sebenarnya bagian dari asesmen formatif. Di asesmen formatif ini saya akan menjelaskan selama proses pembelajaran. Kalau tadi asesmen awal itu kita untuk mendapatkan informasi kemampuan awal siswa tentang materi tersebut, nah kalau asesmen formatif ini tujuannya adalah untuk memantau. Memantau sejauh mana sama pembelajaran siswa got the point, atau dapat materi ataupun pemahaman yang kita berikan.
Jadi kalau dengan begitu, dengan di tengah pembelajaran ini kita bisa kasih umpan balik, sehingga siswa bisa sesuai dengan harapan kita pemahamannya. Untuk assessment formatif, ini ada empat hal yang pernah saya lakukan. Yang pertama, quiz, menggunakan aplikasi quizzes, atau kahut, atau mungkin latihan soal. Kemudian games interaktif, tadi pakai four corners, juga bisa kita lakukan selama proses pembelajaran.
Kemudian right or wrong juga bisa kita gunakan. Kemudian saya juga menggunakan estafet mind map, dan juga tebak kata. Untuk four corners dan right or wrong, saya rasa tadi sudah jelas ya.
Ini saya akan menjelaskan bagaimana menggunakan Estafet Mindmap. Estafet Mindmap ini saya biasa gunakan untuk materi-materi yang memang ada konsepnya itu saling terhubung. Saling terhubung satu sama lain. Sebagai contoh, di gerak lurus, besaran-besarannya, kemudian syarat-syarat atau ciri-ciri gerak lurus beraturan seperti apa, ciri-ciri gerak lurus beraturan seperti apa, ini bisa kita buat menjadi Estafet Mindmap. Gimana caranya?
Caranya, jadi anak-anak saya kelompokkan, jadi beberapa kelompok, kemudian nanti setiap kelompok saya modali dengan sebuah kertas flipchart, kemudian sebuah spidol. Nah, mereka saya minta berdiskusi dulu. Jadi mereka diminta untuk membuat mind map berdasarkan materi yang sudah dipelajari. Karena ini bersifat estafet, estafet nanti...
secara bergantian, satu orang hanya boleh menuliskan satu buah konsep di dalam main map tersebut jadi mereka akan berdiskusi, kemudian ketika pelaksanaan itu mulai dan tentu saja agar fair play ini biasanya saya minta tiap perwakilan kelompok lain untuk datang jadi pengontrol, pemantau di kelompok yang lain, jadi ada pemantaunya agar nanti fair play setelah selesai, perwakilan tadi... Saya berikan rubrik penilaian. Jadi harus apa saja yang muncul, kemudian keterkaitannya seperti apa.
Mereka yang menilai kelompok lain. Ini sebagai salah satu alternatif dalam melakukan assessment formatif. Kemudian selain assessment formatif menggunakan Estafet Mindmap, kita juga bisa menggunakan tebak kata.
Ini tebak kata untuk hal-hal yang berkaitan dengan konsep-konsep yang mungkin... Ada pengertiannya atau harus dihafal oleh murid gitu ya. Ini saya terapkan di materi energi terbarukan kemarin di kelas 10. Jadi saya siapkan beberapa kata kunci, kemudian deskriptinya seperti apa. Nah ini saya menggunakan aplikasi World World gitu ya. Jadi silakan, oke kata pertama saya deskripsikan tentang energi pengertian energi terbarukan.
Mereka mencari kata tersebut gitu ya. di dalam puzzle tadi. Nah, ini bisa kita langsung berikan umpan balik.
Terus, selain tadi ya berbentuk games interaktif, kita juga... Bisa melakukan asesmen formatif untuk mengetahui pemahaman mahasiswa dengan presentasi. Kalau waktunya cukup, ini biasanya saya lakukan presentasi klasikal. Kalau klasikal, saya yakin ibu bapak juga terbiasa di kelas menggunakan presentasi klasikal. Cuma yang harus kita tekankan adalah ibu bapak, kita harus jelaskan dulu poin-poin apa yang harus dipresentasikan oleh anak-anak.
Ini harus jelas. Jadi kita harus jelas. Poin apa saja yang akan dinilai, kemudian apa yang harus dipresentasikan. Kemudian, biasakan memberikan umpan balik sesegera mungkin. Biasanya, saya memberikan umpan balik dengan strategi ladder of feedback.
Jadi, menggunakan tangga umpan balik. Mulai dari apresiasi, kemudian konfirmasi, kemudian sampaikan hal-hal yang sudah baik. kemudian sampaikan yang harus dioptimalkan, apa masukannya, kemudian ditutup dengan apresiasi lagi. Jadi dengan seperti itu, alhamdulillah, saya melihat di kelas 10 tahun lalu, dari awalnya itu mereka malu-malu melakukan presentasi ketika mulai dibiasakan membelikan ladder of feedback, ini mereka jadi paham apa yang harus dipresentasikan dan bagaimana presentasinya tidak lagi baca.
Baca kopekan atau baca coretan Tapi betul-betul mereka Presentasi dengan Menghayati apa yang mereka presentasikan Kemudian Kalau waktunya kurang Untuk melakukan presentasi klasikal Saya biasanya menggunakan walking gallery Ini juga pasti sudah biasa ya Walking gallery ibu bapak Jadi bagaimana Siswa menyiapkan Bahan presentasinya dalam sebuah Kertas field chart, dalam sebuah Tayangan, dalam sebuah pameran, kemudian mereka membentuk stand-stand. Disiapkan satu orang yang presentasi, kemudian tiap kelompok saya berikan daftar penilaian. Jadi ketika mereka berkunjung, mereka juga menilai stand ataupun presentasi dari rakannya. Ini walking gallery. Kemudian, selain tadi, kalau tadi berkaitan dengan menguji pemahaman atau memantau pemahaman.
Bisa juga, Ibu Bapak, asesmen formatif yang kita lakukan itu melalui proses refleksi. Nah, ini yang bisa kita lakukan salah satunya adalah, yang paling sederhana menurut saya adalah menggunakan refleksi 4F. Ini bisa kita lakukan untuk memantau atau melihat siswa sudah sejauh mana memahami apa yang dilakukan, kemudian mereka dapat tantangan nggak, terus mereka punya rencana perbaikan nggak. Nah ini kalau yang pernah saya lakukan adalah saya menyiapkan kertas, kemudian menyiapkan sticky note gitu ya.
Kemudian saya kasih pertanyaan-pertanyaan pemantik, mereka menuliskan di kertas sticky note tersebut. Kemudian setelah selesai, di rolling gitu ya. Kertas refleksi itu di rolling, kemudian nanti ada beberapa anak yang menyimpulkan. Dari situ bisa dapat kesimpulan, oh apa nih pembelajaran selanjutnya harus seperti apa.
Kemudian apa perbaikan yang bisa kita lakukan, dan seterusnya. Selain refleksi 4F Ini juga bisa kita lakukan dengan penilaian diri Tadi untuk melihat sejauh mana pemahaman siswa Tadi sudah disampaikan oleh Bu Lulu Melalui bisa melalui lembar penilaian diri Kita siapkan lembarnya Ini kalau lagi rajin Ini kita jujur-jujuran aja Kalau saya lagi rajin saya buat lembar penilaian diri Kita anak-anak kasih lembar penilaian diri Tapi kalau misalkan sedang memang tidak keburu waktunya untuk membuat lembar penyelidikan diri saya biasanya menggunakan bull's eyes, bull's eyes itu saya tuliskan beberapa poin yang diajarkan pada lingkup materi di hari itu kemudian saya minta anak-anak men-checklist atau menempelkan sticky note pada bagian yang mereka pahami paling pahami, dan bagian mana yang tidak mereka pahami dari situ biasanya saya konfirmasi oke, ternyata bagian ini yang belum dipahami Jadi apa yang harus saya konfirmasi ulang Atau apa yang harus saya bahas ulang Akhirnya saya membahas ulang Berdasarkan tadi Yang anak-anak lakukan Atau kalau lagi benar-benar waktunya nggak sempat Ini biasanya pakai raise hand aja Yang penting kita sampaikan kepada anak-anak Nah oke sekarang Bapak ingin tahu nih Seberapa paham kalian tentang Konsep ataupun Materi yang Bapak tadi sampaikan Atau yang kita diskusikan tadi Boleh ditutup matanya. Boleh ditutup matanya. Oke, dari angka 1 sampai 10. Berapa pemahaman kalian untuk materi ini? Jadi, akan meresan, menunjukkan 6, 7, dan seterusnya.
Nah, itu biasanya kalau sebagian besar menunjukkan angka 7, resan angka 7, saya merasa oke. Mereka sudah pada ambang batas cukup memahami materi yang saya sampaikan. Tapi kalau sebagian besar ternyata di bawah 7, maka saya akan langsung konfirmasi kepada anak-anak. Oke, nak.
Bagian mana yang... Bagaimana ya? Ini biasanya Saya akan jelaskan ulang Sampai betul-betul tadi Anak-anak Memahami apa yang diajarkan Nah ini kalau digambar Mereka raise handnya pakai benda Yang menurut mereka Menunjukkan pemahaman mereka Menunjukkan topi, peci Tali dan seterusnya Nah itu assessment formatif.
Oke. Tadi saya sudah membahas assessment awal, kemudian sudah membahas beberapa bagian assessment formatif. Boleh kita bermain dulu Ibu Bapak? Boleh ya Pak, sebentar aja tapi ini waktunya soalnya. Oke, siap.
Siap, siap. Siap, siap. Oke, permainannya singkat saja. Saya akan menyampaikan beberapa pernyataan Ibu Bapak.
Kasih emoji ya di kolom chat Kalau benar, kasih emoji ke atas Kalau salah, kasih emoji ke bawah Oke, yang pertama Benar atau salah, teknik walking gallery Melibatkan siswa berpindah dari satu stand Ke stand lain untuk mengevaluasi pekerjaan teman mereka Silahkan, boleh dikasih emoji Di kolom chat Oke, sip Saya lanjutkan, yang kedua Benar atau salah? Refleksi 4F mencakup fact, feeling, factor, and future. Harusnya apa, Ibu Bapak? Fact, feeling, finding, and future. Sip, saya lanjutkan lagi.
Benar atau salah? Kita tidak memerlukan panduan atau rubrik yang jelas untuk melakukan self-assessment. Oke, sip ya. Harus ada panduan atau rubrik yang jelas untuk melakukan self-assessment. Selanjutnya, teknik tebak kata dapat digunakan untuk menguji pemahaman konsep dalam pembelajaran.
Benar atau salah? Oke, sip, betul ya teknik tebak kata bisa untuk menguji pemahaman konsep di dalam pembelajaran. Terima kasih, Ibu Bapak. Oh, terakhir.
Oke, terakhir. Benar atau salah teknik estafet dapat membantu siswa dalam memahami hubungan antara berbagai konsep? Betul ya, jadi estafet man-man bisa digunakan untuk membantu siswa memahami hubungan antara berbagai konsep. Sip, terima kasih, Ibu Bapak.
Nah, selanjutnya. Pembahasan terakhir ini terkait dengan sumatif. Tadi beberapa sudah disampaikan oleh Bu Lulu ya. Bagaimana sumatif kita lakukan. Kita biasanya sumatif itu dengan menjawab soal.
Siswa dinyatakan paham materi tersebut dengan menjawab soal. Karena memang tujuan sumatif untuk mengevaluasi efektivitas treatment kita. Pembelajaran kita biasanya menggunakan soal. Tapi Ibu Bapak dikurung...
Di kurukul Merdeka, ini beda dengan K-13. K-13 kan dulu ada KD kognitif, KD keterampilan ya. Pengetahuan keterampilan.
Nah, pengetahuan biasanya kita dengan soal. Keterampilan dengan unjuk kinerja. Kalau di kurukul Merdeka, kita tidak usah lagi dua-duanya.
Cukup saja salah satu. Nah, coba kita untuk proyek atau coba juga penilaian kinerja. Ini di materi energi terbarukan, saya memberikan proyek kepada anak-anak untuk membuat beberapa energi alternatif. Mereka memilih salah satu daerah yang akan ditangani krisis energinya, kemudian kira-kira daerah tersebut punya potensi apa untuk dijadikan energi alternatif, akhirnya mereka membuat produk akhir sebuah energi alternatif.
Di situ ada yang membuat briket dari daun kering, kemudian ada yang membuat mobil-mobilan dengan tenaga surya, dan ada juga yang menggunakan... membuat geogas. Dan tentu saja rubrik penilaiannya ini Idealnya ibu bapak memang kita diskusikan dengan anak-anak Kira-kira mereka apa saja yang mau dinilai Cocoknya, aspek apa saja yang akan dinilai Terus kira-kira kriterianya apa saja Ini kita diskusikan dengan anak-anak Kemudian boleh juga dengan penilaian kinerja ibu bapak Ini kalau biasa kita kenal dengan ujian praktik Ini saya contohkan di materi perubahan iklim Saya ajak anak-anak untuk membuat sensor mitigasi bencana alam Di situ mereka ada yang membuat sensor kebakaran hutan, kemudian ada yang membuat sensor kekeringan tanah, dan ada juga yang membuat sensor banjir, dan disitu juga tentu saja kita siapkan, kita diskusikan rubrik penilaian yang sesuai dengan kinerja ataupun alat yang mereka buat itu saja mungkin dari saya Ibu Bapak, semoga terpantik gitu ya bersemangat untuk menerapkan assessment yang berdampak pada murid silahkan berbagi inspirasi kira-kira dapat insight apa nih dari sesi ini, boleh ibu bapak posting di IG, dan jangan lupa jangan jadi guru, dan juga boleh ke akun saya dengan tagat assessment bermakna terima kasih banyak, saya akhiri saya kembalikan lagi kepada Kak Farod iya, terima kasih ya Pak Naval Umam kalau kayak gini jadi senang fisikan nih Pak iya banyak prakteknya nih, oke saya dulu sering remi di pak, fisikanya jelek ikannya merah, oke Bapak Ibu, tadi di kolom chat sudah ada yang banyak sekali pertanyaan dan juga presensinya kapan, habis ini apa, nanti link presensi akan dikirimkan di masing-masing grup juga nanti kita ada sesi foto bersama, nah sebelum itu silahkan nih, dengan waktu yang terbatas ini Bapak Ibu saya beri waktu untuk bertanya nah karena waktunya sudah malam Saya persilahkan dua orang dulu ditujukan kemana.
Nanti kalau misalnya ada pertanyaan lain, bisa japeri ataupun follow ke masing-masing narasumber. Oke, kita mulai dulu ya. Yang paling atas ada Bu Nur.
Silahkan Bu Nur, boleh open mic-nya. Halo Bu Nur. Suaranya kedengarankah Bu Nur?
Oh ya. Apa terdengar suara saya? Oh ya. Ya, terima kasih sebelumnya Bu.
Mohon maaf juga karena on-cam, karena ada kemalah teknis. Tidak apa-apa ya, izin. Tidak apa-apa, selamat. Saya menanyakan ke narasumber pertama, Pak Teo.
Pak Teo, ya. Karena berkaitan dengan asesmen di ruang lingkup. Paut.
Paut, oke Bu. Pertanyaannya. Halo, halo.
Iya, silakan. Terdengar, Bu. Silakan. Oh, iya.
Tadi sempat ditunggu oleh Bapak Tio, terkait asesmen paut. Misal tadi di sub-elemen, apa tadi, sub-elemen berbagi, itu ada setiap usia 0- Tiga, kalau tidak salah ya Tahap awal, tahap ini Tahap mahir Ada beberapa penilaian di situ Untuk menentukan Indikator-indikator di setiap usia Yang Bapak sebutkan tadi Itu terserah Guru Paut yang ujuk-ujuk buat sendiri Atau Guru Paut ini harus riset Baca-baca Jurnal atau Baca riset psikologi anak Perkembangan anak atau Itu ditentukan oleh Pribadi guru masing-masing Bapak Itu pertanyaan pertama Pertanyaan yang kedua Sering kami sebagai pendidik ini Menentukan tujuannya TP, assessment Tapi di lapangan Kadang anak memunculkan Penilaian yang di luar Yang kita tentukan Bapak Nah itu bagaimana Assessment yang seperti itu Kalau pandangan Bapak Teo tersendiri. Cukup pertanyaan dari saya.
Terima kasih atas kesempatannya Bapak Teo dan Ibu moderator. Terima kasih banyak. Terima kasih, Bu Nur.
Terima kasih, Bu Nur. Silahkan Pak Teo bisa langsung jawab. Oke, boleh langsung saya jawab ya. Jadi untuk menurunkan rubrik tadi, itu kita tidak boleh hanya dari persepsi guru saja. Paling tidak, kita pakai referensi perkembangan.
Setidaknya itu ada artikel gitu ya, artikel tentang tahapan perkembangan, terus semakin sumbernya itu semakin... rujukannya semakin akademis, itu semakin baik. Itu boleh buku, misalnya kalau yang paling sederhana yang berbahasa Indonesia itu keluarga kita. Itu kan ada ya, tahapan perkembangan dari berbagai aspek, dari usia 0 sampai 6 tahun. Nah kalau yang saya contohkan tadi, itu ada beberapa yang dari jurnal, ada beberapa yang hanya dari blog, tapi memang penulisnya adalah seorang praktisi.
sederhana gitu, tapi memang kebanyakan tadi yang saya pakai bersama teman-teman guru magang itu referensinya bahasa Inggris, jadi kalau ibu nanti ingin menurunkan rubrik dari dokumen-dokumen yang disediakan pemerintah itu setidaknya bisa pakai referensi tahapan perkembangan anak gitu ya, seperti itu lalu yang kedua, kalau ternyata ada perilaku... yang tidak terduga gitu ya, jadi kita sudah punya bukti dan assessment yang kita rencanakan, namun ternyata ada perilaku yang muncul di anak yang sebelumnya kita tidak rencanakan. Nah kalau menurut saya, selama perilaku itu ternyata meyakinkan guru, bahwa itu adalah perilaku yang menjadi bukti anak mencapai tujuan pembelajaran, itu boleh kalau di paut itu biasanya, yang direkomendasikan adalah dicatat secara anekdot atau pakai foto dulu didokumentasikan pakai foto dan video baru kemudian nanti bisa dicatat kembali dengan deskripsi atau disesuaikan dengan checklist atau rubrik gitu ya, jadi apa yang kita siapkan bisa ditambahkan contohnya mungkin nanti ada deskripsi perilaku ya ada perilaku baik yang sudah disiapkan, isinya 4 Tapi ternyata ketika proses pembelajaran ada perilaku yang dianggap, oh iya ya ini kan juga baik dan menunjukkan gotong royong. Tapi itu tidak disiapkan sama guru. Nah enggak apa-apa perilakunya ditulis aja.
Jadi ditambahkan di checklist. Karena memang di kurikulum merdeka itu kan kita sangat ini ya memang berusaha adaptif. Kalau memang ada sesuatu dokumen yang kita pakai dan dalam perjalanannya itu ada pengembangan itu sangat boleh gitu.
Bahkan. kurikulum satuan pendidikan pun itu dokumen yang hidup gitu ya jadi bukan hanya dokumen dibuat di awal tahun lalu ya sudah gak pernah ditambah-tambah tapi kalau ternyata ada proses belajar dari pendidik yang ditemukan dari berinteraksi dengan anak, dokumen itu bisa terus diperbarui gitu ya mungkin hanya dalam bentuk soft copy di google drive gitu ya, jadi itu nanti akan jadi sesuatu yang bisa dipakai perujukan untuk pengembangan dokumen di tahun ajaran berikutnya yang Justru di asesmennya pun bisa sangat lebih luas. Semoga bisa menjawab ya, Bu Nur.
Terima kasih atas pertanyaannya. Iya, terima kasih Bu Nur dan Pak Teo sudah berkenan menjawab. Nanti kalau ada yang kurang-kurang, bisa follow di IG ya, Pak ya. Boleh, at arousap. Oke, teman-teman nanti bisa catat.
Yang kedua, saya cek dulu nih. Waduh, sudah mulai banyak pertanyaannya ya. Kesempatan kedua. kedua untuk Bu Mailani Turang silahkan Bu Mailani iya selamat malam terima kasih atas kesempatan yang diberikan mengingat waktu saya langsung saja ya yang ingin saya tanya kepada narasumber kita malam hari ini yang hebat-hebat tentang durasi waktu ketika merancang SS ini mulai dari awal Sampai merancang instrumen-instrumennya, kemudian memberikannya kepada peserta didik, dan peserta didik menjawab setiap pertanyaan, kemudian sampai kepada guru menganalisis hasil asesmen ini, terutama asesmen awalnya, itu memakan waktu beberapa lama. Itu saja pertanyaan saya, terima kasih banyak.
Ibu boleh tanya, ibu jenjangnya apa ya? Guru di MAPEL apa? Sekolah mana?
Kalau saya jenjangnya SD, saya guru kelas 5. SD kelas 5, baik. Mungkin saya tanyakan untuk Bu dulu ya. yang masih mendekati walaupun dulu jenjanya SMP baik, silahkan Bu terima kasih terima kasih Bu Mayilani pertanyaannya, untuk waktu kadang kalau misalkan kita kan banyak banget ya pekerjaannya Bapak Ibu, makanya kita pilih assessment awal itu yang mana nih yang bisa cepat dan bisa langsung kita ketahui nah tadi kan ada beberapa teknik-teknik yang disampaikan oleh beberapa narasumber tadi, saya, Pak Noval, sama Pak Teo tadi sudah menyampaikan, ya Ibu ya, jadi mungkin bisa pakai teknologi seperti kuisis, atau kahut, atau dan yang lainnya, nah itu langsung terekam gitu ya. Kalau misalkan untuk pertanyaan-pertanyaan, SD ya, apa muridnya boleh bawa HP ya Ibu?
Kalau SD biasanya belum boleh bawa HP ya. Itu tidak diizinkan untuk dipakai. Oh iya, mungkin bisa cara yang seperti yang disampaikan Pak Noval tadi, jadi bisa langsung pertanyaannya atau pakai nulis juga boleh. Jadi bisa langsung tahu jawabannya.
Memang lebih cepat kita bisa pakai teknologi seperti tadi kuisis dan lain sebagainya. Memang kalau di SD kan terbatas tadi, jadi bisa menggunakan cara lain yang mungkin lebih sederhana lagi di SD. Untuk waktunya kita sesuaikan juga ya, karena nggak bisa langsung atau misalkan kita juga banyak gitu ya. Kalau SD itu berapa, waktunya berapa JP ya Ibu, kalau boleh tahu.
Durasi maksudnya, 3 bulan 1 JP. Berarti, iya ya. Kalau misalkan saya kan ini ya nggak setiap jam itu mengajar gitu ya. Jadi, Kadang masih ada jeda waktu, nah itu biasanya saya gunakan untuk mempersiapkan dan juga untuk mengoreksi tugas-tugas. Jadi misalkan ada jam kosong, kalau di SMP kan nggak jadi awal sampai akhir kan Ibu.
Jadi nanti kalau misalkan ada jam kosong itu biasanya saya gunakan untuk mempersiapkan dan mengevaluasi. Jadi disempil-sempilin, diatur sendiri sih sama kitanya. Kalau misalkan di SD mungkin ketika jam mapel ya Ibu bisa... Gunakan untuk mempersiapkan atau juga untuk mengoreksi.
Gunakan yang simple-simple aja, tapi juga sudah bisa membaca profil anak. Nggak perlu yang detail banget. Itu bisa di tahap-tahap yang mungkin kalau pengen detail banget, dikasih hari ini atau besoknya.
Hari ini mungkin pertanyaannya lima, besoknya ditambahin. Jadi nggak langsung berk dikasih banyak pertanyaan anak-anak. Mungkin itu sih Bu kalau belum puas bisa tanya Pak Noval barangkali ya.
Terima kasih. Terima kasih ya Bu, juga Bu Lulu. Nah, satu lagi nih ya, tapi tadi sudah banyak yang mengangkat tangan, cuman mohon maaf kalau malam ini tidak bisa terfasilitasi pertanyaannya, saya ganti ke yang kolam chat ya, karena di kolam chat juga ramai. Nah, yang terakhir ini untuk Pak Noval dari Budini KNBS. Ketika melakukan asesmen, situasinya ada slow learner.
Bagi kelompok belajar atau murid, slow learner ini kapan waktunya dan harus bagaimana berdasarkan pengalaman Bapak untuk melakukan pemahaman pada murid ini? Oh, maksudnya bagaimana memfasilitasi untuk siswa yang mungkin pemahamannya itu butuh waktu. Begitu ya, Bu? Silakan pertanyaan terakhir untuk Pak Noval Umam.
Oke, terima kasih, Kak Faro. Atas kesempatannya ya Bu Dini, kalau kita ketemu dengan siswa yang slow learner gitu ya, kemudian bagaimana kita ngasih treatmentnya untuk melakukan assessment? Nah ini yang biasa saya lakukan adalah biasanya ketika melakukan assessment untuk slow learner, saya dampingi, saya deketin gitu ya. Saya deketin, mengusahakan, memastikan bahwa anak tersebut paham tiap pertanyaan.
Jadi memastikan paham tiap pertanyaan yang saya berikan di asisten tersebut Jadi nomor satu, menurut kamu apa maksudnya? Nanti dia nyampaikan ini-ini Kalau belum paham dengan maksud pertanyaan yang kita berikan Saya kasih clue Saya kasih clue, kasih clue hingga akhirnya Oh, got the point, langsung dia ngisi Sementara untuk teman-temannya yang sudah bagus Saya yakin ya bisa dengan pertanyaan yang ada Sudah bisa dimengerjakan Itu berkaitan dengan asisten Tapi ini di assessment formatif ya, bukan sumatif ya. Kalau sumatif kan harapannya memang sudah mengevaluasi akhir ya, lingkup materi ya, tapi kalau di assessment formatif itu caranya.
Kalau dalam bentuk kuis memang kuisnya saya minta kerjakan secara berkelompok. Sehingga yang slow learner tadi saya masukkan ke dalam kelompok-kelompok yang heterogen. Jadi bisa terbantu dengan teman-teman yang sudah memiliki pemahaman yang lebih bagus.
Itu mungkin Bu Dini jawaban dari saya. Terima kasih Bu Dini atas pertanyaannya. Semoga terjawab dengan baik.
Dan teman-teman mohon maaf kalau malam ini memang baik yang bertanya langsung maupun di kolom chat belum bisa terjawab ya. Nanti bisa ketemu dengan Pak Teo, Bu Lulu maupun Pak Noval di sosmednya masing-masing. Nah karena waktu sudah menunjukkan pukul 9 lebih 2 menit ya. Mungkin Bapak Ibu sudah lelah ya. Atau mungkin gorengan kopinya sudah habis ya malam ini.
Kita akan tutup sesi malam ini. Saya berterima kasih sama Pak Teo, Bu Lulu. Dan juga Pak Noval ya Kapan-kapan mampir pekalongan ya Pak Bu, selamat kenal ya Dari apa namanya Beda daerah seperti itu Dan sebelum kita tutup Pamitan ya, tenang saja Untuk yang tidak bisa Gabung ke Zoom, nanti akan ada link Youtube di masing-masing grup juga presensi Boleh diramaikan nanti Sosmednya bisa tag, jangan jadi guru Dan yang terakhir, yuk kita Foto-foto dulu, bisa dibantu Untuk fotonya, mungkin Kak Dina.
Ya, Bu Faro saya bantu ya. Oh ya, Bu Lena. Minta tolong Bu Lena. Ya, Bapak Ibu ayo dibuka dulu videonya. Mohon untuk tidak cat dulu ya Bapak Ibu ya, supaya tidak menghalangi layar fotonya.
Oke, saya mulai dari halaman yang pertama ya. Senyum, satu, dua, tiga. Oke, slide berikutnya.
Tanyampe psoden Bapak Ibu. Tahan. Satu, dua, tiga. Oke. Slide berikutnya, slide ketiga.
Satu, dua, tiga. Slide empat. Satu, dua, tiga.
Sebentar. diulang ya slide 4 ya 1, 2, 3 oke slide 5 Masya Allah masih buka semua ya yuk 1, 2, 3 slide ke 6 1, 2, 3 oke lanjut lagi slide ke 7 1, 2, 3 Oke, sudah cukup Terima kasih Bapak Ibu semua Terima kasih Kak Lena ya Sudah membantu Nanti kita cek Iya Terima kasih Bapak Ibu Terima kasih Terima kasih Pak Leo dan Pak Sam Terima kasih Terima kasih follower saya Sampai jumpa Selamat istirahat. Assalamualaikum. Waalaikumsalam warahmatullahi wabarakatuh. Jangan jadi buru dan harus sehat-sehat selalu.
Amin, amin, amin. Itu juga sehat ya. Terima kasih baik-baik punya.
Sampai jumpa.