Transcript for:
Elemen Kreatif dalam Pendidikan

Salam dan bahagia Ibu dan Bapak Guru. Pada video kali ini kita akan membahas elemen pertama dari dimensi kreatif, yaitu elemen menghasilkan gagasan yang orisinal. Elemen ini berkaitan dengan dimensi bernalar kritis, Tepatnya pada kemampuan murid untuk mengajukan pertanyaan, mengidentifikasi, mengklarifikasi, mengolah informasi dan gagasan. Apakah gagasan atau ide yang paling berkesan yang pernah diutarakan murid ibu bapak di kelas? Atau sebaliknya, justru murid menghadapi kesulitan jika diminta mengeluarkan ide-ide baru? Jika iya, kira-kira mengapa ya? Ibu dan Bapak Dalam berkreasi secara orisinil, ternyata dibutuhkan keberanian untuk mengambil resiko. Stimulus seperti apa yang sudah kita berikan agar murid berani mengambil resiko dalam berkreasi? Dimensi kreatif menumbuhkan gagasan atau ide orisinal dari murid, baik gagasan sederhana sampai dengan yang kompleks. Perkembangan ini berkaitan dengan perasaan, emosi, pengalaman dan pengetahuan yang didapatkan murid sepanjang hidupnya. Kemampuan berpikir kreatif membuat pelajar Indonesia mampu mengklasifikasi dan mempertanyakan banyak hal. Di antaranya, melihat sesuatu dengan perspektif yang berbeda, menghubungkan gagasan-gagasan yang ada, mengaplikasikan ide baru sesuai dengan konteksnya untuk mengatasi persoalan, dan memunculkan berbagai alternatif penyelesaian. Elemen ini mengembangkan kemampuan murid menghasilkan gagasan untuk mengekspresikan fikiran dan atau perasaannya. Mari kita simak alur perkembangan elemen ini dalam setiap jenjang dan contoh pembelajarannya di dalam kelas. Pada jenjang paut, anak diharapkan dapat menggabungkan Beberapa gagasan menjadi ide sederhana, imajinatif, dan bermakna. Agar bisa menghasilkan gagasan, murid perlu diberikan ruang berkreasi. Selain balok, barang bekas apa saja yang bisa kita gunakan kembali? Pakai kaleng bu! Kalau saya punya banyak dus bekas susu Kira-kira bisa dibuat jadi apa ya kaleng susu, dus bekas, dan bungkus makanan? Jadi benar, Bu Caranya bagaimana? Tumpuk ke atas biar tinggi Gagasan membuat menara dari barang bekas muncul karena guru memberikan ruang berimajinasi. Jika guru sudah menentukan karya apa yang akan dibuat dan cara membuatnya, maka murid tidak mendapat stimulus untuk berpikir kreatif. Cara ini bisa ibu dan bapak terapkan dalam semua jenjang dengan menyesuaikan fase murid. Pada akhir jenjang SD, murid diharapkan mampu mengembangkan gagasan yang dimiliki untuk membuat kombinasi hal yang baru dan imajinatif. Misalnya, saat pembelajaran bahasa Indonesia, murid belajar mengambil nilai-nilai dari puisi yang dibacanya. Murid kemudian mendapatkan gagasan bahwa puisi bisa dipakai sebagai media bercerita. Gagasan tersebut kemudian murid kembangkan untuk hal yang lain. Saat diberikan tugas IPAS untuk menceritakan budaya di daerahnya, murid pun menggunakan puisi sebagai medianya. Gagasan tersebut bisa distimulasi, karena murid diberikan kebebasan dalam mengekspresikan tugasnya di sekolah. Cara ini bisa ibu dan bapak terapkan juga dalam jenjang yang lain. Pada jenjang SMP, Murid diharapkan dapat menghubungkan gagasan yang dimiliki dengan informasi atau gagasan baru, kemudian mampu menghasilkan kombinasi gagasan baru dan imajinatif. Misalnya, saat pembelajaran IPS, guru dan murid mendiskusikan permasalahan banjir di daerahnya saat musim penghujan datang. Murid kemudian diajak melakukan penelusuran cara-cara pencegahan banjir yang dilakukan daerah lain. Kemudian, guru memberikan ruang untuk mendiskusikan solusi banjir di daerahnya. Hasilnya, murid pun diminta menghasilkan gagasan baru tentang cara mencegah banjir yang sesuai dengan kondisi daerahnya. Gagasan ini dapat dikembangkan secara imajinatif menjadi sebuah karya infografis, model tiga dimensi, video, dan lain-lain sesuai minat murid. Pada contoh ini, guru mengajak murid mengeksplorasi gagasan yang sudah ada untuk dikembangkan dan dikombinasikan menjadi gagasan baru. Pada jenjang SMA atau SMK, murid diharapkan mampu menghasilkan gagasan yang beragam serta memikirkan segala resikonya. Murid mampu mempertimbangkan dari berbagai perspektif seperti etika dan nilai kemanusiaan ketika gagasan tersebut direalisasikan. Contohnya, murid mempelajari perubahan sosial akibat kecanduan gawai di lingkungan sekolah pada pelajaran sosiologi. Murid menyimpulkan bahwa salah satu dampaknya adalah kurangnya interaksi sosial saat jam istirahat, serta mereka cenderung kurang bergerak karena sibuk dengan gawainya. Dari kesimpulan ini, murid kemudian mengusulkan ada gerakan hari tanpa gawai. Di hari itu, murid dan guru bisa melakukan berbagai aktivitas bersama yang tidak menggunakan gawe, seperti bermain basket, board game, diskusi buku, dan lain-lain. Sebelum gagasan ini dieksekusi, murid diajak mempertimbangkan gagasannya dari berbagai perspektif, misalnya dari sisi peraturan sekolah, dari perspektif para guru, juga dari minat teman-temannya yang beragam. Pada jenjang ini, murid dapat dilatih memberikan gagasan yang tidak hanya berdampak pada dirinya, tapi juga lingkungannya. Sehingga kita bisa memantik mereka berpikir tentang gagasannya dari berbagai perspektif. Kegiatan ini juga akan menguatkan dimensi berkebinekaan global mereka, termasuk ketika murid memiliki gagasan tentang rencana masa depannya. Kita bisa mengajak mereka untuk memikirkan resiko bagi dirinya, keluarga, dan hal lainnya. Contoh-contoh pembelajaran pada semua jenjang tadi, semuanya memiliki kesamaan, yaitu murid diberikan ruang bereksplorasi dengan idenya sendiri. Hindari mengarahkan murid untuk menghasilkan tugas yang seragam. Kita bisa menetapkan kriteria sesuai kompetensi capaian pembelajaran dan level kognitifnya. Namun, dengan tetap memberikan keleluasaan untuk murid mengembangkan tugas dengan caranya sendiri. Saat murid mengalami kesulitan, kita berperan sebagai fasilitator dan memberikan bimbingan agar murid bisa menghasilkan gagasan. Misalnya dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan yang berkaitan dengan perasaan, pengalaman, atau pengetahuan murid. Dengan begitu, murid dapat menghasilkan gagasan dan hasil belajar yang beragam sesuai dengan kreativitas dan minatnya masing-masing. Pada akhirnya, stimulus tidak lagi datang hanya dari guru, tapi juga dari teman-temannya. Pelajar Indonesia yang kreatif adalah pelajar yang mampu menggunakan imajinasi dan pengalamannya dalam berkreasi. Mulai dari berkreasi untuk mengembangkan diri, menemukan kebahagiaan, hingga memecahkan berbagai persoalan. Selamat belajar Ibu dan Bapak Guru hebat! Salam dan bahagia!