It's a fun time KAMU Selamat datang di Kampung Bena, salah satu kampung adat tertua di daratan Flores, Nusa Tenggara Timur. Selain itu, Bena merupakan kampung kaya akan tradisi dan budaya. Hari ini, seluruh masyarakat Bena bersiap untuk Kasau atau Pesta Rumah Adat.
Aku pun turut serta membantu lho. Yang sedang aku susun ini nantinya jadi atap dari saw yang terbuat dari alang-alang. Alang-alang atau ilalang merupakan salah satu jenis atap yang banyak digunakan pada rumah-rumah dengan model tradisional.
Intro Untuk satu rangkaian atap dibutuhkan 30 gumpalan alang-alang teman. Ayo ikuti kegiatan Kasau hari ini, sekaligus mengenal lebih jauh tentang tradisi kampung BNH teman. Intro Sebelum pemasangan atap, tentunya ada ritual khusus yang dilakukan.
Setelah diberi ababa, semua mama-mama dan pemuda perempuan di kampung ini langsung membawa ratusan rangkaian atap ke depan sawu, agar lebih mudah diambil oleh bapak-bapak dan juga anak muda laki-laki yang bertugas memasangnya di atas rumah. Aku membantu pemasangan atap, teman. Untuk bisa memasang atap ilalang ini dibutuhkan juga tali pengikat.
Terdapat dua macam tali pengikat yang biasa digunakan yaitu tali ijuk yang berwarna hitam dan tali bambu. Tapi di sini biasa menggunakan tali ijuk karena dipercaya lebih kuat, awet, juga tahan lama. Arsitektur kampung Bena memang masih tradisional.
Terlihat semua rumah adatnya beratap alang-alang berpadu dengan susunan batu-batu gunung. Menjadi bukti teman bahwa kampung ini merupakan sisa peradaban megalitikum yang masih bertahan. Gotong royong dalam proses pembangunan rumah adat di Kampung Bena merupakan satu dari sekian banyak contoh gotong royong dalam aktivitas keseharian. Jika dulu gotong royong menjadi nafas dalam keseharian masyarakat Kampung Bena sekadar untuk bertahan hidup, kini mereka bergotong royong untuk menjaga tradisi leluhur dan wajib kita lestarikan. Saat ini ada 45 rumah adat yang ditinggali oleh 9 suku di Kampung Benang, yaitu suku Dizi, suku Dizi Azi, suku Wahto, suku Deru Lalu Lewa, suku Deru Solamai, suku Ngada, suku Kopah, dan suku Ago.
Rumah kampung Bena bernama Sao, tempat yang berfungsi sebagai tempat komunikasi dan berkumpul keluarga, kerabat dan menerima tamu. Pembuatan Sao dijalankan mulai dari proses seleksi kayu yang akan digunakan untuk bangunan rumah teman, karena tidak semua jenis kayu boleh dipakai. Setelah itu dilanjutkan dengan ritual memohon restu untuk memulai proses pembangunan Untuk pembuatan saw sendiri dibutuhkan waktu hingga satu bulan lamanya Sebagai kampung adat yang menjunjung tinggi budaya peradaban megalitikum, masyarakat kampung Bena memiliki upacara adat pada hampir setiap aktivitas kesehatan mereka. Salah satunya dalam proses pembuatan rumah adat yang menjadi ciri khas kampung Bena. Bagi masyarakat setempat, rumah adat ini adalah suatu tempat yang sangat menarik.
Rumah adat tak sekedar untuk ditinggali, tapi juga menunjukkan status mereka. Oleh karena itu, membangun rumah adat sangatlah penting bagi mereka untuk melestarikan tradisi leluhur yang sudah turun temurun. Pembuatan saw kali ini berbeda dari biasanya teman.
Menurut cerita warga setempat, ada hal khusus yang melatar belakangi dibangunnya saw ini. Katanya nih, salah satu anak perempuan dari suku Dizi-Azi mengalami sakit. Pihak keluarga lalu membawanya ke orang pintar yang sudah dipercaya oleh mereka Dan dikatakan bahwa penyebab sakitnya karena sang anak lupa dengan asal mula atau dari mana ia berasal Harusnya ia terlalu keras Ia tinggal di Sao Saratangke.
Tapi ia justru tinggal di Sao Nagonoe, suku Terusolomai. Sebagai salah satu syarat kesembuhan yaitu dengan membuat Sao ini. Tak heran kalau pembuatannya terbilang cepat teman.
Lembaran alang-alang diletakkan dan disusun pada rangka atau struktur atap Sehingga akan menutupi seluruh permukaan atap Serta melindungi secara fisik ruang di bawahnya Tahu tidak teman, atap alang-alang sudah digunakan sejak dahulu kala di seluruh penjuru dunia Dari Eropa, Afrika, serta Asia Hanya saja bahan atau jenis rumput yang digunakan berbeda-beda Sesuai dengan jenis rumput di tiap wilayah Teknis serta proses pembuatan dan pemasangannya juga berbeda-beda loh, sesuai dengan tradisi di wilayah masing-masing. Di Indonesia sendiri nih teman, pemakaian atap alang-alang juga ada di Lombok maupun Kupang. Bicara tentang kelebihan atap alang-alang, tentunya memberikan kesejukan di dalam bangunan, menciptakan kesan natural pada bangunan, berkarakter plastis sehingga mudah dibentuk menjadi berbagai jenis bentuk atap, serta teknik pemasangan. dan konstruksi yang berbeda.
Rangkaian kasau ini tidak hanya berhenti setelah pemasangan atap alang-alang saja loh teman, tapi berlanjut hingga tarian lengkap. dengan pakaian adatnya. Tari jai menjadi tarian wajib yang dibawakan saat kasau. Kali ini dilakukan sebanyak dua kali.
Yang pertama ini dilakukan hanya dari pihak keluarga dari suku yang bersangkutan dan berkeliling kampung. Tarijai adalah tarian tradisional masyarakat Ngada di Flores. Tarian ini merupakan tarian masal yang dilakukan oleh masyarakat di sana sebagai ungkapan rasa syukur dan kegembiraan.
Sering ditampilkan juga berbagai acara seperti perayaan, upacara adat, dan menyambut tamu kehormatan. Tarijai memiliki nilai-nilai penting teman untuk kehidupan, baik dalam bersosial dan bermasyarakat. Dari tarian ini kita bisa melihat loh bagaimana semangat kebersamaan. Persamaan itu selalu terjalin di antara mereka. Kini tari jai tidak hanya ditampilkan untuk acara adat tertentu saja.
Tarian ini juga sering ditampilkan di berbagai acara budaya, baik di tingkat daerah, nasional, bahkan internasional. Setiap dilaksanakan upacara atau kegiatan adat, pastinya akan ada penyembelian hewan. Biasanya nih teman, untuk membangun rumah, seseorang harus menyembeli sejumlah kerbau dan babi untuk upacara adat, agar rumah yang hendak dibangun diberkati oleh para leluhur.
Penyembelihan kerbau disebut toa kaba. Toa kaba dilakukan di ngadu, sebuah bangunan tempat adanya roh leluhur. Elemen dasar dari tiang ngadu adalah kayu. Ngadu merupakan simbol dari leluhur laki-laki.
Kerbau dipilih karena ukurannya yang besar, sehingga dagingnya bisa disantap oleh masyarakat kampung dan menurut warga, kerbau dipercaya agar lebih berkah. Sementara, welangana dilakukan di depan rumah. Untuk acara kali ini hanya ada satu kerbau dan belasan babi yang biasanya berjumlah hingga puluhan. Babi merupakan makanan sehari-hari yang dikonsumsi masyarakat Kampung Benang.
Musik Daging kerbau dan babi kemudian direbus tengah matang secara bersamaan. Di sini, kaum lelaki lho yang menjadi andalan. Sementara kaum perempuan menjalankan tugasnya untuk memasak nasi.
Katanya itu menjadi tradisi yang tidak boleh dilanggar. Nasi juga disumbang dari tiap rumah, yang nantinya akan dibagikan kembali ke rumah-rumah. Untuk kegiatan satu ini, aku tidak bisa ikut teman, karena memang hanya orang tertentu saja yang bertugas dan bagian dari keluarga. Pembagian nasi dan daging pun sudah ditentukan orangnya, yaitu orang yang mengerti porsi pembagian supaya adil dan merata.
Porsinya pun disesuaikan dengan jumlah keluarga di rumah. Semakin banyak anggota keluarga, semakin banyak nasi dan daging yang diberi. Masyarakat hanya tinggal bersiap mengaklima pembagian di rumah masing-masing.
Intro Beberapa rumah ada yang langsung memakan nasi dan dagingnya, tapi tak jarang nasi dan daging yang diberikan disimpan untuk diolah kembali menjadi makanan tradisional. Nah, habis ini aku mau ikutan mengolah makanan yang biasa dikonsumsi warga disini teman. Intro