Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh Alkisah suatu waktu Rasulullah s.a.w didatangi oleh orang-orang pres yang mulai merasa bahwa dakwah Rasulullah sudah mulai mengancam kepentingan-kepentingan mereka mereka Lantas mendatangi Abu Talib lalu mengajak Abu Talib untuk melobi, untuk mengajak kepada Rasulullah apa sih sebenarnya yang Rasulullah inginkan. Karena mereka mengira Rasulullah menginginkan. inginkan harta, Rasulullah menginginkan tahta, Rasulullah menginginkan wanita. Maka mereka datang, lalu mereka berusaha untuk membujuk Rasulullah SAW menghentikan dakwahnya dengan menawarkan pada Rasulullah harta, sehingga Rasulullah menjadi orang paling kaya di Makkah.
Rasulullah ditawari juga tahta, sehingga beliau menjadi orang yang paling tinggi kedudukannya, dan juga ditawari wanita manapun yang Rasulullah inginkan. Tapi ternyata, tawaran itu... Ditolak oleh Rasulullah mentah-mentah Kalau mengatakan seandainya Matahari itu bisa diletakkan di tangan kananku Dan gula diletakkan di tangan kiriku Maka aku tidak akan meninggalkan urusan dakwah ini Sampai Allah memenangkanku Atau aku mati di dalamnya Jawaban Rasulullah sangat tegas sekali Tapi orang-orang Quraish pun tidak hilang akal Maka mereka mencoba untuk menyimpangkan Niatan awal Rasulullah Mencoba menyimpangkan ketaatan Mereka menawarkan Ya Rasulullah bagaimana kalau Kalau seandainya kita gantian sejak, kami akan menyembah Tuhanmu selama satu tahun dan engkau menyembah Tuhan kami selama satu tahun.
Alias mencampur adukan antara ibadah yang satu dengan ibadah yang lain. Maka saat itulah menjadi sebab atau asbabun nuzul daripada surat Al-Kafirun. Ya ayuhal kafirun, la'a'budu ma'a'budun, wa'la'antum a'biduna ma'a'bud, wa'la'ana'abidum ma'a'battum, wa'la'antum a'abiduna ma'a'bud.
maka turunlah surat ala kafirun yang berisi bahwa ini prinsip seorang muslim bahwasannya seorang muslim tidak menyembah apa yang disembah oleh orang-orang kafir dan orang-orang kafir pun tidak menyembah apa yang disembah oleh orang-orang muslim dan prinsip yang terakhir adalah prinsip toleransi yang diberikan oleh Allah SWT bagimu agamamu dan bagiku agamaku ya Yang sedang seru sekarang adalah saat orang berbicara tentang toleransi, mereka lupa bahwa toleransi bukanlah mengajak orang lain dengan apa yang kita yakini. Karena mengajak orang lain dengan apa yang kita yakini itu bukan toleransi, tapi namanya adalah dakwah. Namanya adalah provokasi.
Namanya adalah bujukan. Begitu pun juga ketika kita mengajak orang-orang di luar Islam untuk mengenal Islam, untuk mengetahui Islam, maka ini namanya dakwah bukan toleransi. Apa itu toleransi?
Toleransi sesungguhnya adalah kita mengetahui ibadah-ibadah kita. Kita mengetahui mengapa kita berbuat demikian, lalu membiarkan orang-orang yang lain untuk tidak berbuat seperti kita. Jadi lebih kepada bagaimana sikap kita terhadap orang lain bukan memaksa orang lain mengikuti sikap kita. Maka aneh, ketika dikatakan toleransi orang muslim terhadap orang-orang nasrani yang merayakan natal adalah dengan mengikuti sikap kita. mengikuti perayaan mereka atau memakai atribut-atribut yang mereka pakai atau mengunjungi tempat-tempat mereka atau mengucapkan selamat kepada mereka ketika mereka merayakan hari raya mereka ini bukan toleransi tapi ini adalah bagian sebagaimana kita lihat dalam asbabunuzul ayat tadi mencampurkan antara hak dan batil toleransi di dalam Islam kita meyakini Allah itu satu tapi kita tidak memaksa mereka untuk mengakui Allah itu satu Satu, biarkan pemahaman mereka kita dengan pemahaman kita.
Kalaupun kita mengajak mereka kepada Islam, maka itu adalah bentuk daripada dakwah. Toleransi adalah membiarkan mereka merayakan apa yang mereka yakini, tanpa kita ikut campur dengannya. Mengapa?
Karena ini adalah permasalahan akidah. Dan segala sesuatu yang terpancar melalui akidah, termasuk ibadah, itu adalah haram diikuti oleh orang muslim. Maka mereka merayakan hari raya, itu adalah bagian ibadah mereka.
Mereka memperingati apapun, itu adalah bagian ibadah mereka. mereka, dan ibadah-ibadah ini kita tidak boleh untuk mengikutinya, sebab lakum dinukum waliyadin biarkan mereka dengan ibadah mereka dan kita dengan ibadah kita tapi ada yang mengatakan tapi itu kan cuma itu kan cuma ucapan itu kan cuma kata-kata ya kalau kita berbicara tenang kata-kata ya semua juga kata-kata syahadat seseorang juga kata-kata ketika saya bersyahadat, ashadu an la ilaha illallah wa ashadu anna muhammad rasulullah, itu pun ada adalah kata-kata Seperti ketika seseorang datang kepada seorang wali, lalu dia bilang, Pak, tolong nikahkan saya dengan anak bapak. Lalu bapak itu berkata, saya nikahkan anak saya ini, binti ini, kepada Anda ini, binti ini, dengan mas kawin tersebut. maka dia menjawab, saya terima nikahnya ini cuma kata-kata tapi konsekuensinya luar biasa syahadat membuat konsekuensi kita menjadi beriman maka mengucapkan kata saya terima itu menyebabkan kita punya konsekuensi kita sudah menikah, ketika kita mengucapkan saya talah kamu misalnya kepada istri kita maka ini konsekuensinya adalah ada juga, maka setiap perkataan punya konsekuensi, maka kita tidak boleh memandang rendah hanya karena kata-kata tadi karena kenapa?
Pembedaan antara iman dan kafir itu juga kata-kata juga lalu bagaimana ada yang mengatakan kita cuma menghormati kok, penghormatan tidak harus dengan mengucapkan penghormatan tidak harus dengan mengikuti penghormatan Penghormatan tidak harus dengan lebur dan larut ke dalam perayaan agama orang lain. Saya secara pribadi, saya memiliki orang tua yang masih belum muslim. Dan penghormatan saya kepada mereka adalah membiarkan mereka melaksanakan ibadah-ibadah mereka. Tapi sayangnya, kadang-kadang orang muslim itu terlalu geeran.
Mereka merasa kalau mereka tidak ikut merayakan lantas, nanti ada yang tersinggung. Ada yang merasa terluka. Sebenarnya santai-santai saja, tidak ada masalah. Saya menjalani itu berkali-kali.
Dan tidak perlu ada masalah disitu Mengapa? Karena sesungguhnya seseorang yang mengikuti ajaran agamanya Maka orang ini bukan disebut dengan fanatik Tapi dia punya prinsip Tapi ketika kita tidak menjalankan agama kita Menjalankan ajaran agama kita Tapi justru mengikuti ajaran agama orang lain Inilah yang justru dikatakan oleh yang tidak punya prinsip Dan ingat Syaiton tidak mungkin menyesatkan manusia secara langsung Tapi dia akan sesatkan sedikit manusia sedikit, sedikit demi sedikit, sedikit demi sedikit dan tanpa sadar antara aktivitas kita dan aktivitas orang yang kafir sudah tidak ada bedanya mereka melakukan ini, kita pun melakukan ini mereka melakukan itu, kita pun melakukan itu, kecenderungannya pun sama, semuanya pun sama, nah lalu bagaimana ketika kita seolah-olah terpaksa harus mengucapkan, sebenarnya tidak akan selalu ada jalan kalau bagi orang-orang yang mau mencari jalan, Insya Allah, seandainya harinya pun mereka tersinggung karena tidak mau mengucapkan selamat kepada mereka dalam hari raya mereka biarkan saja itulah bagian daripada lakumti nukum waliyatin dan kalau mereka tersinggung juga berarti pertanyaannya adalah siapa yang tidak toleransi maka kaum muslimin toleransinya adalah lakumti nukum waliyatin bagimu agamamu dan bagimu agamaku tidak perlu untuk mengikuti apa yang mereka rayakan dan mereka pun tidak perlu untuk mengikuti apa yang kita rayakan kalau Kalau seandainya ada orang berkata, mereka datang ke rumah saya ketika lebaran, saya pun harus datang ke rumah mereka ketika mereka merayakan Natal misalnya. Mereka mengucapkan selamat kepada saya ketika saya lebaran, maka saya harus mengucapkan yang sama.
Bukankah ini sudah dimaksud oleh Rasulullah? Ketika asbabun huzul itu turun kepada kita. Lakum dirum waliyadin tadi. Maka kembali lagi, bagi mereka agama mereka, bagi kita agama kita, dan inilah yang dinamakan dengan toleransi di dalam Islam.
Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh. Sampai jumpa.