Bandung Lautan Api Peristiwa Bandung Lautan Api adalah peristiwa kebakaran besar yang terjadi di kota Bandung, Provinsi Jawa Barat, 23 Maret 1946. Dalam waktu 7 jam, sekitar 200 ribu penduduk Bandung membakar rumah mereka, meninggalkan kota menuju pegunungan di daerah selatan Bandung. Hal ini dilakukan untuk mencegah tentara sekutu dan tentara nika Belanda untuk dapat menggunakan kota Bandung sebagai markas strategi militer dalam perang kemerdekaan Indonesia. Istilah Bandung Lautan Api sendiri menjadi istilah yang terkenal setelah peristiwa pembumi hangusan tersebut.
Jenderal Ahmad Nasution yang dalam pertemuan di Regenswig sekitar Jalan Dewi Sartika setelah kembali dari pertemuannya dengan Sultan Syahrir di Jakarta. Ia memutuskan strategi yang akan dilakukan terhadap kota Bandung setelah menerima ultimatum Inggris tersebut. Jadi, saya kembali dari Jakarta setelah bicara dengan Syahrir itu. Memang, pembicaraan itu di Regen switch di pertemuan itu berbicara lah semua orang nah disitu timbul pendapat dari Rukana komandan polisi militer di Bandung dia berpendapat Mari kita bikin Bandung Selatan menjadi lautan api yang dia sebut lautan api tetapi sebenarnya lautan air Ahmad Nasution Hai 1mei 1997 Istilah Bandung Lautan Api muncul pula di harian Suara Merdeka, tanggal 26 Maret 1946. Seorang wartawan muda saat itu, yaitu Aceh Bastaman, menyaksikan pemandangan pembakaran Bandung dari Bukit Gunung Letik di sekitar Pamungpe, Garut. Dari puncak itu, Aceh Bastaman melihat Bandung yang memerah dari Cicadas sampai dengan Cimindi.
Setelah tiba di Tasikmalaya, Aceh Bastaman dengan bersemangat segera menulis berita dan memberi judul Bandung Jadi Lautan Api. Namun karena kurangnya ruang untuk tulisan judulnya, maka judul pun diperpendek menjadi Bandung Lautan Api. Sedikit kisah yang melatar belakangi istilah Bandung Lautan Api. Kala itu, pasukan Inggris bagian dari Brigade MacDonald tiba di Bandung pada tanggal 12 Oktober 1945. Sejak semula hubungan mereka dengan pemerintah Republik Indonesia sudah tegang Mereka menuntut agar semua senjata api yang ada di tangan penduduk kecuali TKR diserahkan kepada mereka Orang-orang Belanda yang baru dibebaskan dari Kem Tawanan mulai melakukan tindakan-tindakan yang mulai mengganggu keamanan Akibatnya bentrokan bersenjata antara Inggris dan TKR tidak dapat dihindari Malam tanggal 21 November 1945, TKR dan badan-badan perjuangan melancarkan serangan terhadap kedudukan-kedudukan Inggris di bagian utara, termasuk Hotel Homan dan Hotel Pringer yang mereka gunakan sebagai markas.
Tiga hari kemudian, McDonald menyampaikan ultimatum kepada Gubernur Jawa Barat agar Bandung Utara dikosongkan oleh penduduk Indonesia, termasuk pasukan bersenjata. Ultimatum Tentara Sekutu agar Tentara Republik Indonesia atau TRI sebutan bagi TNI pada masa itu meninggalkan kota Bandung mendorong TRI untuk melakukan operasi Bungi Hangus Para pejuang pihak Republik Indonesia tidak rela bila kota Bandung dimanfaatkan oleh pihak sekutu dan nikah Keputusan untuk membumi hanguskan Bandung diambil melalui musyawarah Majelis Persatuan Perjuangan Periangan atau yang disingkat MP3 dihadapan semua kekuatan perjuangan pihak Republik Indonesia pada tanggal 23 Maret 1946 Kolonel Abdul Haris Nasution Selaku Komandan Divisi 3 TRI mengumumkan hasil mesyawarah tersebut dan memerintahkan evakuasi kota Bandung. Hari itu juga, rombongan besar penduduk Bandung mengalir panjang meninggalkan kota Bandung dan malam itu pembakaran kota berlangsung. Bandung sengaja dibakar oleh TRI dan rakyat setempat dengan maksud agar sekutu tidak dapat menggunakan Bandung sebagai markas strategi militer.
Di mana-mana asap hitam mengepul membumbung tinggi dan semua listrik mati. Tentara Inggris mulai menyerang sehingga pertempuran sengit terjadi. Pertempuran yang paling besar terjadi di desa Dayakolot sebelah selatan Bandung Dimana terdapat gudang amunisi besar milik tentara sekutu Dalam pertempuran ini Muhammad Toha dan Ramdan Dua anggota milisi BRI barisan rakyat Indonesia Terjun dalam misi untuk menghancurkan gudang amunisi tersebut Muhammad Toha berhasil meledakan gudang tersebut dengan dinamik Terima kasih gudang besar itu meledak dan terbakar bersama kedua milisi tersebut di dalamnya staf pemerintahan kota bandung pada mulanya akan tetap tinggal di dalam kota tetapi demi keselamatan mereka maka pada pukul 9 malam itu juga ikut dalam rombongan yang mengevakuasi dari bandung Sejak saat itu, kurang lebih pukul 24 atau tengah malam, Bandung Selatan telah kosong dari penduduk dan TRI. Tetapi, api masih membumbung membakar kota sehingga Bandung pun menjadi lautan api. Pembumi hangusan Bandung tersebut dianggap merupakan strategi yang tepat dalam perang kemerdekaan Indonesia karena kekuatan TRI dan milisi rakyat tidak sebanding dengan kekuatan pihak sekutu dan Nika yang berjaya.
jumlah besar setelah peristiwa tersebut TRI bersama milisi rakyat melakukan perlawanan secara gerilya dari luar Bandung peristiwa inilah yang mengilhami lagu Halu-Halu Bandung yang nama penjaga ditanya masih menjadi bahan perdebatan. Beberapa tahun kemudian, lagu Halu-Halu Bandung secara resmi ditulis menjadi kenangan akan emosi yang para pejuang kemerdekaan Republik Indonesia alami saat itu. Menunggu untuk kembali ke kota tercinta mereka yang telah menjadi lautan api.