Baik anak-anak, remaja dan dewasa itu terserang dengan yang namanya, ini kalau dari dengar kata-katanya itu agak lumayan menakutkan, tsunami mental illness. Apakah benar, dok? Kita harus punya goal yang jelas, bahwa kita harus meningkatkan kualitas hidup kita.
Kalau kita cemas, semuanya akan jadi kacau. Sekitar 70-75% orang mengalami ansieti, mengalami depresi, dan mengalami PTSD. Sahabat Mika, apa kabar? Kembali lagi di Bincang Sehat Mika.
Sudah hadir bersama saya, Dr. Dian Widias Tutivitara, spesialis kedokteran jiwa. Dr. Dian, apa kabar dok? Baik, Alhamdulillah. Alhamdulillah. Sahabat Mika, pada kesempatan kami...
Kali ini kita akan membahas mengenai cara tepat mengatasi gangguan kecemasan. Karena memang bisa dikatakan mungkin kinerja atau mungkin kayak misalnya pekerjaan yang semakin banyak yang mungkin sekarang ini ngerasa bahwa lot pekerjaannya yang... yang tadinya dari jam 9 sampai jam 5, karena di rumah aja bisa kerja dari rumah, lebih panjang lagi.
Ini orang-orang jadi ngerasa kayak, aduh mau kayak ngapain ya? Ada kecemasan yang datang. Ini sebenarnya kalau bercerita mengenai kecemasan atau anxiety, itu ada perbedaannya nggak sih dok, sama yang biasa saja atau yang sudah akut gitu?
Iya ada. Ada perbedaannya. Kalau yang normal, ketika cemas, cemas itu kan suatu reaksi tubuh untuk mengatasi stres.
Nah, kalau stres itu hilang, maka cemasnya hilang. Tapi kalau yang namanya gangguan, walaupun stressnya sudah hilang, dia tetap cemas. Cemas yang berlebihan terjadi sepanjang hari.
Dia tidak bisa kontrol. Itu yang kita katakan gangguan. Ini menjadi gangguan berarti memang butuh bertemu dengan ekspert untuk bisa menangani itu gitu ya dok ya? Iya, jelas. Oke, dok, kadang nih ya, ada stigma orang-orang yang bertemu dengan ekspert, misalnya seperti dokter gitu ya, seorang psikiater.
Hah? Ketemu sama psikiater? Berarti kamu ini...
ini gimana untuk bisa mengurangi dalam tanda kutip stigma orang takut bertemu dengan psikiater atau spesialis kedokteran jiwa? Jadi untuk mengurangi stigma itu, kita harus punya goal yang jelas. Bahwa kita harus meningkatkan kualitas hidup kita.
Kalau kita cemas, semuanya akan jadi kacau. Kita nggak bisa kerja, performa kerja kita juga jelek. Kemudian kita juga relationship dengan teman-teman juga akan pasti terganggu. Makanya... kita datang ke pesiater adalah tujuan kita adalah untuk menghilangkan semua gejala itu jadi memang harus dilihat dari end goalnya gitu ya jangan sampai dengan kecemasan ini mengganggu tidak hanya pekerjaan, berteman sampai pasangan pun juga bisa berpengaruh gitu ya dok ya, sangat, sangat oke dokter Dian, ini bercerita mengenai kecemasan gitu ya, tidak hanya orang dewasa yang bisa mengalami yang namanya kecemasan remaja bahkan anak-anak pun juga bisa dilihat ya banyak sekali yang mungkin udah ada tuh anxiety-nya, dok oke Ini apakah ada perbedaankah menanganinya atau justru malah dari dokter gitu ya sebagai spesialis kedokteran jiwa itu ada hal yang memang sedikit tricky untuk ditangani nih dok?
Iya jelas beda. Ketika pada anak yang diperlukan itu bukan hanya kita kerja dengan anak itu tapi kita perlu kerja dengan orang tuanya. Modifikasi berlaku, modifikasi pola asuh pada orang tuanya menjadi suatu yang penting, esensial. untuk kesembuhan si anak. Satu lagi adalah kerjasama dengan guru.
Jadi kita kalau bekerja dengan anak, kita harus lihat guru dan orang tua supaya terapi kita cepat berhasil. Jelas beda. Kalau pada orang dewasa, mungkin kita bisa bekerja dengan orang dewasa itu saja. Tapi kalau pada anak, kita harus melibatkan mereka. Saya tahu.
Dokter, ini beberapa waktu yang lalu saya sempat membaca sebuah artikel bahwa sekarang ini di Indonesia, baik anak-anak, remaja, dan dewasa itu terserang dengan yang namanya ini kalau dari dengar kata-kata itu agak lumayan menakutkan tsunami mental illness Apakah benar dok? Benar, benar banget. Jadi pada saat kita pandemi kemarin hasil survei yang diadakan oleh PDSKJI di Indonesia itu sekitar 70-75% orang mengalami ansieti, mengalami depresi, dan mengalami PTSD.
Itu cukup cukup tinggi sekali angka itu dan pada saat itu kita fokusnya hanya pada Fisik, sekarang kita mulai fokus pada mentalnya Makanya kenapa terjadi mental illness yang begitu banyak yang datang ke psikolog atau ke psikiater Jadi memang harus dari kita sendiri yang mengetahui kapan kita butuh bertemu dengan expert Dan jangan lupa sahabat Mika, seperti yang disampaikan oleh Dr. Dian Jangan takut atas omongan orang lain, tapi percayalah pada diri sendiri Bertemu dengan expert adalah satu tujuan untuk bisa mendapatkan hidup yang lebih baik di kemudian hari Dr. Dian, terima kasih banyak untuk waktunya berbincang di Bincang Sehat Mika. Sahabat Mika, terima kasih banyak sudah bergabung bersama dengan kita di tayangan kali ini. Kami ingin mengajak sahabat Mika yang ingin bertanya seputar kesehatan, silakan sampaikan pertanyaan Anda atau apa yang ingin Anda tanyakan di kolom komentar.
Kalau begitu, saya bersama Dr. Dian pamit undur diri. Kita bertemu lagi di Bincang Sehat Mika episode berikutnya. Sampai jumpa! Terima kasih.
Mitra Keluarga Life, Love, Laughter