Transcript for:
Sejarah dan Kontribusi PT Kudang Garam

Inilah suasana lingkungan pabrik PT Kudang Garam di Kediri. Merah menyala. Dari tempat ini, setiap tahun pemerintah mendapatkan penghasilan cukai atau pajak rokok sekitar 90 triliun rupiah. Wow, ini angka yang sangat-sangat besar. Karena jika dikumpulkan... dalam 6 tahun bisa untuk membiayai seluruh pembangunan IKN Nusantara yang menelan biaya Rp 460 triliun. Nah, di salah satu sudut komplek pabrik ini, mengurangkan pembinaan pabrik yang terkenal. Menurut informasi yang saya peroleh, ada sebuah rumah besar, megah, dan mewah. Rumah tersebut miliki bos besar kudang garam. Seperti apa wujud dan suasana rumahnya? Yuk kita perusuhkan, sembari mencari tahu kisah tersembunyi tenukan keluarga pemilik perusahaan rokok legendaris di Indonesia ini. Assalamualaikum sedulur Kediri merupakan kota tertua di Jawa dan terbesar ketiga di Jawa Timur Kehidupan masyarakatnya terhitung makmur Berdasarkan data BPS, kota Kediri merupakan kota yang terbesar di Jawa Timur dan terbesar ketiga di Jawa Timur Berdasarkan data BPS, kota Kediri merupakan kota yang terbesar di Jawa Timur dan terbesar ketiga di Jawa Timur merupakan salah satu kota terkaya di Indonesia. Pendapatan PDRB per kapitanya tahun 2023 mencapai 541 juta rupiah, lebih besar ketimbang kota Jakarta Pusat. Namun harus diakui hal itu semata-mata berkat kehadiran PT Gudang Garam. Pasalnya sekitar 70% pendapatan kediri berasal dari sumbangsih perusahaan rokok tersebut. Kita memasuki area pabrik atau kawasan unit 1 Kudang Garam, Yalur. Lokasinya berada di sisi timur Sungai Berantas. Banyak sekali satpam yang berjaga di sini. Hampir di semua pintu masuk dan perempatan jalan, pasti ada pihak keamanan berseragam. Bicara tentang kudang garam, kisah suksesnya tidak bisa dilepaskan dari seorang sosok pria bernama Suryo Wonoijoyo. Saat masih balita, pria bernama Jowa Igwe ini ikut merantau bersama orang tuanya dari Fujian, China ke Sampang, Madung, Rang. Menginjak remaja, Surya pergi ke Kediri untuk membantu pamannya yang punya pabrik rokok Cap 93. Berkat bantuan Surya yang berbakat meracik saus rokok dan berdagang, pabrik pamannya berkembang dengan pesat. Sayang, karena suatu hal, Surya berkonflik dengan sang paman. Saat berumur 35 atau pada tahun 1956, Surya keluar dari pabrik pamannya dan mendirikan perusahaan rokok sendiri. Langkah tersebut diikuti oleh 50 rekannya yang lebih suka bekerjasama dengannya. Awalnya, Surya memakai nama Ingwi sebagai merek produknya, sesuai dengan nama Tionghoa miliknya. Tak dinyana, rokok kelopot buatannya tidak laku. Bisnis surya terseok-seok. Hingga pada suatu hari, Surya bermimpi melihat bangunan gudang penyimpanan garam di depan pabrik lamanya di dekat stasiun Kediri. Surya kemudian bercerita kepada salah satu karyawan terdekatnya yakni Sarman. Entah karena intuisi atau apa, Sarman bergerak cepat menakbilkan mimpi tersebut dengan menggambar sketsa bangunan seperti di mimpi bosnya. Sekecah itu langsung mengenal di hati Surya. Dia kemudian memakainya sebagai logo rokok buatannya dan mengganti nama rokok Ilwe menjadi Kudang Garam. Pada 1950, di kawasan Semabir Kediri atau yang kini menjadi lokasi PT Kudang Garam Unit 1 Surya resmi mendirikan pabrik dan memasarkan rokok bermerek Kudang Garam Singkat cerita, Kudang Garam sukses besar Bahkan pada tahun 70 dan 80an Kudang Garam menjadi perusahaan rokok terbesar di Indonesia dan Asia Tenggara Surya meninggal pada tahun 1985 dan meninggalkan nama Harum di Kediri. Saya sendiri juga mengagumi sosok Surya Wan Wijoyo. Tapi bukan kekayaannya yang membuat saya angkat topi. Melainkan sikap dan empatinya terhadap sesama manusia, terutama para karyawan. Berdasarkan cerita masyarakat sekitar, Suryo tidak pernah menganggap para karyawannya sebagai bawahan atau bahkan babu. Di mata para karyawan, Suryo juga bukanlah seorang bos. Suryo dianggap sebagai bapak sekaligus keluarga mereka yang bersama-sama mencari nafkah dengan membuat rokok. Alih-alih berlagak bos, Suryo justru sering berbaur dengan pekerjanya. Dia juga tidak pelit dan gemar bersedekah. Suryo punya kebiasaan unik. Dia kerap terlihat menancapkan mayang padi di tembok pabrik guna memberi makan burung liar. Juga sering terlihat menakurkan parutan kelapa di mulut yang semut untuk memberi makan mereka. Sejarawan kediri yakni Dukut Imam Itodo menyebut, Suryo mempertahankan bisnisnya dengan menjaga nilai luhur yang berlaku di masa Nilai itu dirumuskan menjadi filosofi perusahaan dan dituangkan dalam catur dharma perusahaan. Filosofi keempatnya berbunyi, karyawan adalah mitra usaha yang utama. Tidak heran jika karyawan gudang garam terkenal sangat loyal kepada perusahaan. Dukut Imam Midodo juga sempat berkata bahwa Suryo lebih jauh ini ketimbang orang Jawa. Tutur katanya halus dan menunjung tinggi teposnya. Kultur perusahaan yang dibangun Suryo terus dipertahankan. Kudang Garam sampai saat ini. Sebagai informasi, sekarang Kudang Garam dipimpin oleh anak ketiga Suryo yakni Susilo Wonomijoyo. Dia menggantikan sang kakak Rahman Halim Wonomijoyo yang meninggal pada tahun 2009. Nah, sekarang kita berada di kawasan Semampir atau area unit 1 Gudang Garam. Sebentar lagi, kita akan melewati rumah besar milik keluarga kaya raya tersebut. Ini dia rumahnya. Sekeliling rumah diberi tembok besar dan menjulang. Berada di tepi jalan Mai Jen Sungkono, rumah megah ini dijaga satpam 24 jam. Bahkan seringkali satpam-satpamnya sampai berdiri di tepi jalan. Sekarang kita lihat penampakannya dari atas jalur. Di depan rumah atau sebelah baratnya ada sungai berantas yang lebih naris. Beginilah suasana rumah dilihat dari atas. Keluarga Kudang Garam juga punya landasan helikopter pribadi lho. Namun tempatnya tidak di rumah, melainkan di sebelah selatan atau di luktu kantor utama PT Kudang Garam. Kayaknya asik ya lor punya helikopter pribadi. Oke lor, demikianlah musuhkan kita kali ini. Semoga bisa menghibur dan bermanfaat. Terima kasih sudah menonton. Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.