Intro Ayam dan telur, siapa yang tak mengenalnya? Protein hewani ini menjadi pilihan murah dibanding sumber protein hewani lainnya. Mungkin hanya kebetulan saja, pria berdarah Jawa ini juga bershiu ayam, hewan yang membawanya menuju tangga kesuksesan.
Namun bukan sebuah kebetulan ketika Bob Sadino memutuskan untuk berhenti bekerja dan memulai jadi wira usaha. Ketika saya kembali dari Eropa, masih bekerja untuk sebuah perusahaan, di mana ketika satu malam saya bilang sama ibu, besok saya nggak mau kerja. Itulah awal dari sebuah awal. Dia tidak ada komentar satu patah kata pun, dan itu sebetulnya kekuatan yang maha dahsyat, yang... mengakibatkan segala guliran yang ada hari ini.
Nah, di dalam perjalanan itu, sebetulnya yang menangkap peluang itu tidak otak saya, tidak pikiran saya, tetapi mata saya yang menangkap peluang. Apa yang saya tangkap? Saya lihat telur di Indonesia berbeda dengan telur yang saya makan di Eropa. Dari situlah saya terbentik pikiran saya bersama beberapa orang kawan untuk menulis surat kepada pembiak, breeder ayam di negeri Belanda untuk membeli beberapa ekor ayam di pikiran Indonesia.
Ya otomatis ketika ayam itu berproduksi 5 kilo, untuk dimakan pun terlalu banyak kan untuk kita berdua kan. Jadi saya jual. Perlahan namun pasti, Bob Sadino mulai mengecap manisnya keuntungan. Di awal tahun 1985 saja, perusahaannya mampu menjual 40 ton daging segar, 60 ton daging olahan, dan 100 ton sayuran segar per bulannya. Perjalanan Bob Sadino beralih jadi seorang wira usaha bukan tanpa kendala.
Awal memasarkan telur ayam negeri, ia dibantu istri. Menjajakannya dengan sederhana. Memasarkan dari pintu ke pintu. Saya jalan kaki, ibu bawa 2 kilo ke kiri, saya bawa 3 kilo ke kanan.
Saya ketuk semua pintu rumah orang Indonesia. Tapi seorang pun tidak ada yang mau beli telur yang saya jajakan tadi. Karena nggak ada yang ngerti. Dan ketika saya mengetuk pintu rumah orang asing, langsung dibeli.
Nah, keesokan hari lagi dia cerita sama kawan. Kawannya juga mau beli. Lama-lama permintaan banyak. Jadi kita tambah ayam telur lagi dari negeri Belanda.
Pengalaman Bob Sadino hidup di Eropa membuat ia dengan cepat memahami kebutuhan pasar ekspatriat. Usahawan tentu dia tidak menentukan siapa pelanggannya. Siapapun pelanggan yang datang membeli produk kita akan kita jual kepada mereka yang mau membeli kan. Tadi pada awal pembicaraan saya katakan tidak ada satupun orang Indonesia yang mau membeli telur yang kita hasilkan. Kecuali orang asing, dan dia cerita dari mulut ke mulut.
Akhirnya apa? Saya tidak ada satupun tanganan saya orang Indonesia. Kecuali mereka-mereka yang pernah tinggal di luar negeri. Gaya-gaya kedutaan, dia beli telur pada kita. Maka berkembanglah usaha ini, karena apa?
Karena dari pelanggan itu kita selalu dapat masukan. Bob, kamu sudah jual telur, tolong dong jual garamnya. Saya bingung kenapa yang diminta garam.
Akhirnya saya tahu bahwa garam pada waktu itu dijual dalam bentuk bata persegi itu, dijualnya di atas tikar di tanah. Tidak ada orang asing yang mau beli kan. Saya lalu mengadakan garam yang sesuai dengan apa yang disuguhkan sehari-hari di Eropa. Sudah, sudah ada telur, ada garam. Beberapa hari kemudian, Bob, kurang dong usia jual merica juga.
Saya cari merica yang baik, saya jual pada mereka. Peluang demi peluang ia tangkap, hingga akhirnya pada suatu masa, ia memutuskan untuk mendirikan pasar modern. Pasar yang jamak ia lihat sewaktu di Eropa.
Pasar yang membuat ekspatriat merasa nyaman berjual-beli di sana. Pasar modern itu lantas ia namai Kemcik. Sebagai pasar modern dengan metode swalayan, Kemcik menjadi buah bibir di kalangan ekspatriat. Penampilan Bob yang unik dengan celana pendeknya juga menjadi promosi tersendiri.
Tanpa perlu susah payah beriklan, usaha swalayannya banyak menangguk untung. Kemcik di masa awal berdirinya seperti gerbang menuju ruang dan waktu yang berbeda. Desainnya yang bergaya Eropa, dilengkapi dengan produk-produk dengan kualitas premium.
Ini cukup kontras, mengingat tingkat konsumsi protein masyarakat. masyarakat kala itu sangat rendah. Tahun 70-an, konsumsi protein hewani masyarakat Indonesia baru 6,78 kilogram per kapita per tahun. Meski secara langsung peran Kemcik tak terlihat, inisiatif Bob Sadino mengimport bibit ayam broiler sedikit banyak berpengaruh pada perkembangan peternakan di Indonesia. Puncak perkembangan ternak ayam terjadi di tahun 1996. Saat itu produksi daging ayam mencapai 926 ribu ton dan produksi telur ayam mencapai 630 ribu ton.
Produksi protein ayam dan telur ini berpengaruh pada tingkat konsumsi protein masyarakat. Gairah mendirikan pasar modern di Prakarsai oleh tiga sualaya di Jakarta, yaitu Hero, Gelail, dan Kemcik. Ketiganya sama-sama menjual produk yang variatif, mulai dari makanan segar, makanan olahan, hingga alat kebutuhan rumah tangga. Semangat modernisasi kala itu semakin membuat pasar swalayan ini mendapat tempat di hati konsumen.
Ruangan ber-AC, produk yang variatif, dan harga yang pasti menjadi daya jual utama pasar modern ini. Di awal berdiri, ketiga retail ini berjalan seiring karena pangsa pasar yang masih luas. Hero dan Gelayel kala itu fokus pada kalangan menengah.
Iklan dan promo yang gencar seiring dengan agresivitas pembukaan cabang. Sementara itu Kemcik yang melayani ceruk pasar spesifik memilih memusatkan diri pada pelayanan yang maksimal. Kualitas produk dan pelayanan menjadi perhatian utama.
Bob Sadino bahkan rela menyapa setiap tamu yang datang ke Kemcik. Begini, karena mereka itu pioneer ya, diantara Haridarmawan, Pak Kurnia, dan Bob Sadino itu adalah tiga cikal bakar retail Indonesia. Tanpa beliau bertiga mungkin landscape... Retail Indonesia tidak seperti sekarang.
Jadi mereka bertiga itulah yang benar-benar men-shape up ya, membentuk retail Indonesia sekarang. Mereka membeli pelajaran yang sangat berharga ya buat kita semua, Indonesia untuk bisa belajar. Karena untuk terjun di retail itu perlu passion yang sangat besar sekali di sini. Seiring kemudahan investasi, muncullah retail-retail kecil dengan format mini market.
Mereka muncul bak cendawan di musim hujan. Menjamurnya retail-retail kecil sekelas minimarket bagaikan pisau bermata dua. Di satu sisi membantu perekonomian, namun di sisi lain menggerus lahan pedagang kecil tradisional. Kemcik sendiri memilih untuk tidak agresif membuka cabang karena beberapa alasan. Kemcik ini awalnya saya ingin hanya satu saja.
Saya tidak mau kembangkan ke lain-lain tempat. Sampai kita ada satu posisi keterpaksaan, ketika bangunan Kemcik lama dibongkar untuk mendirikan sebuah bangunan tinggi, saya sewa tempat di Pacific Place, luas 2000 meter. Timbulah Kemcik kedua, tetapi tidak akan lagi ada Kemcik selanjutnya.
Cukup disitu aja. Ya ternyata seni hidup ini bagaimana seorang bisa mengatakan cukup. Enough is enough. Di bisnis retail premium, Bob tak perlu mengejar volume penjualan. Ketika mutu terjamin dan pelayanan memuaskan, maka ia leluasa mengambil margin keuntungan yang cukup besar di situ.
Kepercayaan yang diperoleh juga menjadi kunci sukses bisnis miliknya ini. Ini terbukti ketika wabah flu burung merebak, penjualan daging dan telur di Kemcik justru meningkat. Ketika Anda mengatakan ada penurunan orang belanja ayam, berbondong-bondong orang itu mencari ayam di tempat kita. Kenapa?
Karena selama ini yang kita layani mereka itu, ada problem macam-macam, mereka merasa aman beli ayam di tempat kita. Ya, karena saya juga memantau siapa pemasok kita. Bagaimana cara mereka melihara dan sebagainya, itu kami awasi.
Jadi tidak akan terjadi hal seperti itu bagi pemasok ayam dan telur kepada kita. Jadi ya orang ketika ada flu burung semua orang takut beli ayam, tapi semua orang datang ke KFC untuk beli ayam. Kualitas produk yang prima dirasakan Bob sebagai penuntun menuju peluang demi peluang. Keputusan Bob untuk mengekspor sayuran ke Jepang juga diawali dari kepuasan pelanggan akan produknya. Pelangganan Jepang pagi ke tempat kita melihat ini ada terung Jepang.
Dia kemudian mengobrol sama kita, mari kita ekspor ini. Dia mengajarkan kita bagaimana caranya. Lalu itu pun mula-mula saya ekspor 50 kg.
berikutnya adalah 100 kilo, berikutnya lagi 200 kilo, sampai akhirnya jutaan kilo saya ekspor ke Jepang. Ketika Jepang dilanda gempa, permintaan akan ekspor sayuran semakin banyak. Mintaannya bukan turun tapi melonjak, karena mereka gak punya makanan.
Bukan gak punya makanan, gak punya jenis makanan yang saya suguh kepada orang Jepang. Jadi panik orang Jepang permintaan naik. Nah sifat agrobusiness ini bukan seperti industri lainnya, bisa dipercepat dan diperlambat.
Dia akan ikut hukum alam. Tomat yang bisa dipanen sekitar 60-65 hari, bisa Anda percepat jadi 30 hari. Anda harus menunggu sampai 65 hari. Kini retail premium tak hanya dikuasai Kemcik. Di Jakarta saja berdiri beberapa retail berskala premium yang membuka banyak cabang.
Namun pengusaha berdarah Jawa ini tak gentar. Kemcik dikelilingi oleh gajah-gajah yang damadah, tapi dia tetap bertahan, dia nggak mati. Nah, kenapa dia nggak mati? Karena kita mungkin mengkhususkan diri dalam bidang makanan. Artinya, sekarang saya kembalikan lagi, arti saya memperkenalkan telur dan ayam di Indonesia, di mana itu adalah makanan orang asing.
Dikembangkan bagaimana menyuguhkan garam, bagaimana menyuguhkan merica. Dari orang asing saya dapat memasukkan bagaimana kita harus memilih daging, bagaimana kita mengerat-gerat daging, bagaimana kita membagi-bagi seekor sapi menjadi bagian-bagian yang masing-masing punya nama. Masing-masing juga punya tujuan masak tertentu. Ya kan?
Itu ada petanya. Jadi bagian, umpamanya di Indonesia hanya tahu adalah lulur. lulur dalam dan lulur luar.
Yang bahasa Inggrisnya itu untuk lulur dalam dikatakan tenderloin, dan lulur luar itu sirloin. Itu aja orang Indonesia tahunya gitu loh. Selebihnya dia nggak tahu. Padahal ada masih banyak lagi nama-nama begitu ya, di dalam keratan-keratan seekor sapi itu.
Untuk juga sekaligus membantu dari pembeli, dia mau membeli apa ketika dia ke pasar. Dan untuk penjual daging, dia akan tahu dia akan menyuguhkan apa kepada permintaan si pelanggan. Jangan lupa like, share dan subscribe channel ini untuk dapat info terbaru Gejolak 98 memang tak sampai membuat Bob Sadino bangkrut.
Namun pengusaha kelahiran Lampung ini menghadapi kenyataan baru yang lebih menantang. Dalam beberapa hal, ia terpaksa mengganti strategi usahanya. Ketidakpastian keamanan kala itu membuat ekspatriat banyak yang hengkang dari Indonesia.
Bob yang sebelumnya fokus pada konsumen asing ini, mulai memikirkan cara menarik minat konsumen lokal. Saya melatih pelangganan Indonesia saya bagaimana memilih daging, mengerat daging, menyimpan daging, dan sebagainya. Sehingga pada akhirnya yang... Warung kita itu dikunjungi oleh 100 persen orang asing, sekarang sudah menjadi 50-50.
Itu adalah usaha saya, ketekunan saya, bagaimana saya dalam tanda petik ya maaf mengajarkan dan mendidik orang Indonesia makan makanan-makanan orang Eropa. Ketika saya berhidroponik ria, itu pada pertama kali memperkenalkan budidaya tanpa tanah, itu sekaligus saya memperkenalkan, Anda tidak sadar bahwa sayalah yang memperkenalkan melon untuk pertama kali, jagung manis untuk pertama kali, paprika, brokoli, dan segala sayur-mayur yang Anda lihat di Kemcik itu, tadinya... Sebelum tahun 70 atau sebelum tahun 80 tidak dikenal orang.
Tidak dikenal orang. Jenis-jenis terong, jenis timun, macam-macam jenis sayur-mayur Eropa dan jenis sayur Jepang. Dua tahun pasca kerusuhan 98 memang masa yang paling sulit bagi semua pebisnis retail.
Tahun 99, pemerintah mengeluarkan Aturan Pemerintah No. 69 tahun 99. Aturan ini mencakup kewajiban label dan iklan pangan berbahasa Indonesia. Aturan ini berlaku untuk melindungi konsumen dan produk dalam negeri. Ini cukup menohok sektor industri yang bergantung pada impor makanan. Dan ini lebih terasa lagi di Kemcik.
Karena kala itu, produk yang dijual didominasi oleh barang impor. Strategi Kemcik yang khusus menjual barang impor premium mendapat tantangannya di sini. Karena hanya membeli dengan volume yang sedikit, Kemcik tak bisa begitu saja memberikan syarat label bahasa Indonesia kepada produsen di luar negeri.
Kini, akibat peraturan itu, impor produk premium yang ada di Kemcik berkurang drastis. Kekosongan itu lantas diisi oleh produk-produk lokal yang kualitasnya baik. Konsumen lokal pun mulai meleri Kemcik. Yang tidak disangka adalah, pembeli lokal malah lebih konsumtif dibanding konsumen ekspatriat. Produk super premium dengan harga selangit juga kerap dibeli oleh konsumen lokal.
Meski begitu, Kemcik tetap konsisten melayani permintaan. orang-orang asing. Mulai dari bumbu khas Eropa hingga daging kalkun masih tersedia di tempat ini. Selama ada permintaan kepada saya, saya akan selama itu juga saya melayani langganan itu.
politik mungkin ada tapi tidak saya rasakan serius ya mungkin ada dan saya pikir juga betapa pentingnya bidang usaha makanan ini karena setiap orang asing sebelum dia datang ke Indonesia pasti dia akan bertanya saya nanti kau sampai ke Indonesia kalau saya mau belanja makanan saya dimana jadi secara tidak langsung juga sebetulnya Kemcik punya pengaruh terhadap Orang pintar bilang investasi orang asing di Indonesia. Idealisme Bob mungkin didasari kepentingan bisnis. Namun diakui atau tidak, bisnis retail, terutama makanan, adalah salah satu pilar penting bagi perkembangan ekonomi Indonesia. Terima kasih telah menonton