Transcript for:
Desa Rejo Agung: Sejarah dan Tradisi

Jawa Timur Jawa Timur Jawa Timur Jawa Timur Jawa Timur Desa Jawa Timur ini berletak kurang lebih 43 km dari pusat kota Jawa Timur Hai sekilas desa ini sama seperti desa-desa Desa Rejo Agung beragama Kristen Nenek saya itu bernama Supadri, yang laki-laki ya, yang perempuan namanya Nenek Kati. Semua itu yang akan nyari Bapak Talas di sini orang tujuh. Itu ada orang dari Kediri, dari apa itu, dari Nyombang. Itu ada sembilan orang. Cari, tunggu. Orang dari itu beli satu etar berapa. Lah orang tujukan babat. Babat itu mendapat jatah dari Belanda. Sudah selesai. Itu apa itu, makanan yang dikasih seperti krias. 2 gere itu habis jual tanah ada orang dari orang 9 tadi ya, orang 10 masuk dari jadi yang mendirikan desa itu orang 9 tadi tapi yang babat orang 7 Hai gelok termasuk nenek saya namanya nenek Sumpah orang tua saya ini sekarang RT ya orang tua saja hai hai Sekarang itu jabatannya RT, kalau dulu namanya zaman Jepang itu Bunguncok. Kejam. Tidak ada orang jual beras, tidak ada orang jual baju. Warung tipis, itu dibuat kartu buat baju. Jam 8 pagi, Jepang dan polisinya itu masuk ke rumah. Rumah-rumahnya ayah saya, ya rumahnya siapa saja. Langsung ke belakang, buka langsung. Kalau nasi ini tadi nasi putih, awunya itu Jepang yang ada, polis Jepang. Nggak boleh. Kalau nasinya ini gaplek, bangus, bangus, bangus. Jepang gitu. Pada awalnya, pada tahun 1907, ada beberapa tokoh, beberapa orang yang ingin menjadikan atau menjadikan sebuah tempat tinggal, mencari tempat tinggal. Kebanyakan orang-orang itu adalah dari daerah. Sehingga kalau kalian lihat, sini diputihkan gang, bukan jarak. Gang 1 sampai gang 8. Semuanya memujur ke utara-selatan Dan di Yang kebarat ini adalah jurusan Jalur yang memisah Yang memecah ini adalah jurusan Tapi gam ini memujur ke Selatan-utara Nah untuk penataan rumahnya Juga begitu Untuk rejakun tidak ada rumah Di belakang rumah Jangan lupa, tidak ada rumah di belakang rumah. Artinya mereka menghadap ke jalan semua, ungkur-ungkuran. Jadi berjadung dengan agama yang ada, agama Kristennya, ini menjadi satu kesatuan untuk perjalanan sejarah. Jadi tidak bisa dipisahkan, berjadung sendiri, terus gereja sendiri. Jadi ini menjadi satu kesatuan, perjalanan, prosesnya ini bahkan. Terima kasih. Ketika ada pergantian, ini tetap rundingannya, rumpukannya atau rapatnya tetap dengan tokoh-tokoh yang ada di gereja, tokoh-tokoh agama. Berdiri pada akhir masa pemerintahan Belanda, Desa Rejo Agung tidak memiliki cukup banyak peninggalan Belanda. Kursi-kursi yang terdapat pada gereja ini dan juga sebuah rumah yang dibangun sejak masa pemerintahan Belanda. Terdapat pula beberapa peninggalan di dalamnya yang mencerminkan zaman Belanda di rumah tersebut Sejak masa jabatan kepala desa yang keempat, yaitu pada tahun 1929 Terdapat pula peraturan adat dalam desa Rejo Agung yang telah dipatuhi secara turun-temurun Tanah sawah itu tidak boleh dibeli orang luar. Jadi tetap, tanah tidak boleh dibeli orang luar. Harganya di Kerja Bunga berjualan pada misalnya Rp3.000.000. Kalau di Kerja Bunga, katakan Rp100.000.000, mungkin di desa lain sudah Rp5.000.000. Jadi memang kendaraan untuk anak-anak ini. Karena kenapa dinamakan Jawa Gunung, Jawa itu rame, Jawa Gunung itu banyak hal lain. Jadi pertanian kemah nipah wajibnya itu ada mana kesimpulannya yang membeli nama gunung. Kami sebagai penerus-penerus punya kewajiban mempertahankan nama gunung. Itu yang pertama. Kedua, di desa Jawa Gunung itu hari minggu tidak boleh kerja di sawah. Jadi istilahnya harus ibadah. Kecuali nanti, kalau mati, panit pagi nggak boleh, kejabat nggak boleh. Jadi harapannya, kawasan-kawasan yang bersalah dengan itu, dengan KB, dengan Gedejo. Tapi yang namanya manusia kan nggak sama. Kalau di Gedejo, di pasar dan sebagainya. Sebagai desa yang sebagian besar beragama Nasrani, Desa Rejo Agung memiliki beberapa kegiatan peribadatan dan tradisi yang masih dilestarikan hingga sekarang. Salah satunya adalah kegiatan unduh-unduh ini. Unduh-unduh itu sebenarnya perayaan ucapan syukur untuk orang-orang yang berkaya. Hari ini sudah menjadi budaya untuk buka juit, sudah terpencahwirikan secara umum. Untuk ini adalah hari raya kondok tahun yang selalu dilakukan dalam satu tahun dua kali. Tahun dua kali biasanya bulan Mei sama bulan November. Terkait dengan dodo ini secara umum untuk meningkatkan persembahan atau rasa syukur kita kepada Tuhan agar apa yang kita lakukan Kita miliki ini diujud nyatakan melalui baik itu tanaman panenan padi ataupun kolam hijau yang dia punyai yang pantas dipersimpahkan. Itu pengumpulan bentuk natura, baik itu pisang, beras, hal-hal yang seperti di belakang yang kita lihat, parsel dan sebagainya. Sebagainya ini tujuannya kita punya target sebenarnya untuk kegiatan Umbung-Umbung ini dalam satu tahun. Kita di target-target kita, harapan kami persembahan ini untuk meningkatkan dari natural diubah menjadi... uang tujuannya untuk pelayanan di Jemaah rangkaian hari kedua itu bentuk syukurnya baik itu dari anak-anak balita untuk balita terus anak-anak yang setingkat SD remaja pemuda terus pembimbing guru-guru Ria ya ya atau guru-guru ngaji rasanya seperti itu sama Itu juga ikut terlipat di dalamnya termasuk orang-orang dewasa, semuanya terlipat untuk memberikan ucapan syukur dalam bentuk apapun, baik natura ataupun keuangan yang lain. Ya tujuannya tetap pasti itu adalah bentuk persembahan syukur kepada Tuhan. Agar semua pekerjaan menghasilkan berkat kecukupan untuk memenuhi segala kebutuhan. kebutuhan hidup saya pada awalnya pelabelan desa Kristen yang melekat pada desa Rejoagung dilakukan oleh masyarakat desa yang berasal dari Mojowarno kalau penyebaran di Jawa Timur itu itu dilakukan oleh setulnya oleh masyarakat biasa di awalnya mereka berada di Mojowarno Kabupaten Jombang Mereka ada di situ menjadi satu desa atau kampung gitu ya. Nah namun kemudian supaya mereka juga dapat mengatarkan kata sukacita ini, mereka juga pergi ke daerah-daerah yang lain. Nah salah satunya adalah yang ada di wilayah Kabupaten Jember yang sekarang disebut sebagai... Waktu itu hanya hutan, jadi ada tujuh orang seperti yang dipatungkan di bandara desa itu. Mereka adalah orang-orang yang menurut sejarah itu datang ke sini membuka hutan, tentunya dengan mendapatkan izin dari pemerintah dunia Belanda waktu itu, dan kemudian terbentuklah kampung ini, daerah ini dan dinamakan Kejohar. Desa Rejo Agung merupakan salah satu desa yang menyimpan unsur cerita sejarah lokal. Desa ini masih memiliki eksistensi semenjak diresmikan oleh pemerintah Belanda sejak tahun 1907. Karena kemampuan desa Rejo Agung untuk melestarikan tradisi dan budaya dari nenek moyang, Berdasarkan perencanaan pemanfaatan tata ruang desa, Desa Rejoagung diusulkan untuk menjadi desa wisata berbasis religi oleh pemerintah Kabupaten Jembat.