Indonesia memiliki sekitar 23 juta hektare kawasan konservasi perairan. Itu berarti ada 23 juta hektare lautan Indonesia yang sudah secara resmi harus kita jaga bersama. Dari semua yang ada di dunia sampai ke seluk beluk yang belum pernah ditemukan.
Semuanya ada di sini. Keindahan, keanekaragaman, dan kesakralan laut kita adalah salah satu harta berharga yang kita miliki. Laut Sawu itu terletak di sini, di Provinsi Nusa Tenggara Timur.
Terdapat di antara Pulau Kumba, Pulau Sawu, Pulau Rote, Pulau Timur, dan Pulau Flores. Taman Nasional Perairan Laut Sahu memiliki luas sebesar 3 jutaan hektare. Taman Nasional Perairan Laut Sahu pun tidak tiba-tiba dibuat tanpa ada tujuannya. Yang paling penting adalah untuk melestarikan sumber daya laut dan ekosistemnya supaya sumber daya laut selalu sehat dan bertumbuh.
Bukan cuma itu, Laut Sahu dijadikan TNP atau Taman Nasional Perairan supaya perairannya dapat dilindungi. Misalnya agar terlindung dari illegal fishing atau aktivitas perikanan lainnya yang tidak sesuai dengan peraturan yang berlaku. Dengan dijadikan TNP, masyarakat sekitar Laut Sahu dapat hidup berkelanjutan sebagai nelayan atau bergerak di bidang pariwisata.
Laut Sahu punya 532 spesies terumbu karang dan 11 spesies yang endemic yang berarti cuma ada disana Disana juga ada kawasan hutan mangrove sekitar 5019 hektare dimana ada 15 spesies mangrove yang hidup disana dan perlu kalian tau Provinsi NTT itu adalah penghasil rumput laut terbesar di Indonesia. Laut sawo terkenal dengan habitatnya mamalia laut, seperti paus dan lumba-lumba. Di TNP Laut Sawo sendiri, ada 22 spesies mamalia laut yang dilindungi.
Ada 14 spesies paus, termasuk hewan terbesar di dunia, yaitu paus biru. Ada 7 spesies lumba-lumba dan ada 6 jenis penyu yang tercatat di TNP Laut Sawu. Pantai-pantainya pun sering jadi tempat persinggahan penyu untuk mereka bertelur. Dan pari manta pun juga banyak ditemukan di Laut Sawu. Selain kekayaan alamnya yang beragam, Laut Sahu juga menyimpan banyak tradisi dan cerita.
Salah satunya, cerita dari Pulau Rote. Dahulu kala, Nenek Moyang kita melaut dari Maluku menuju Rote. Namun, sebelum sampai ke Rote, kapal Nenek Moyang hancur.
Dan mereka terdampar di laut. Pada akhirnya, nenek moyang kita diselamatkan oleh kawanan paus dan lumba-lumba dan diantarkan sampai ke daratan. Maka dari itu, Suku Volatheic di Nusak Termanu melarang perburuan dan mengkonsumsi ikan yang tidak bersisik seperti paus, lumba-lumba, dan hiu.
Di Nusak Landu, masyarakat di sana melarang mengkonsumsi penyub limbing karena dianggap sebagai hewan yang terkutuk, di mana penyub limbing disebut sebagai penyusetan. Masyarakat Landu percaya bahwa mengkonsumsi penyublimbing dapat membuat mereka sakit. Perlu kalian tahu, di provinsi NTT itu terdapat 17 suku.
Dan di setiap suku itu ada sangat banyak tradisi dan kearifan lokal. Masyarakat NTT pun sudah mengenal konservasi melalui kearifan lokal dan upacara adat. Di antaranya ada Koahole, Hoholok Papadak, dan Lilifo.
Koahole itu sebuah ungkapan rasa syukur masyarakat di sana atas kemakmuran manusia, hewan, dan tumbuhan dalam satu kesatuan. Upacara ini dilakukan setahun sekali. Setelah itu ada Hoholok Papadak. Papadak adalah suatu sumpah adat yang berlaku di darat maupun di laut.
Yang ditujukan kepada pemimpin atau pengawas suatu kawasan alam yang dianggap dapat bermanfaat bagi masyarakat. Lalu ada Lilifuk, di mana Lilifuk adalah lokasi adat yang ditutup oleh masyarakat sekitar. Biasanya daerah-daerah pantai.
Kawasan Lilifuk dibuka setahun sekali saat sumber ikannya sudah memadai. Lilifuk bertujuan agar sumber daya ikan dimanfaatkan dengan bijak dan teratur. Intro Kita semua yakin Bahwa kekayaan alam di Indonesia Tak terhingga Selalu ada sesuatu yang baru Dan laut sawu Adalah salah satunya Namun Kekayaan alam yang besar juga Tidak akan bisa terjaga tanpa manusia-manusia yang cinta terhadap alamnya mereka sendiri.
Betapa kayanya Indonesia, jika manusianya pun juga ikut menjaga dan menyayangi alamnya. Seperti apa yang dilakukan oleh masyarakat sekitar Laut Sahu terhadap alamnya. Terima kasih.