Intro Saatnya berbagi Intro Halo sahabat kualitatif Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh Jumpa lagi dengan saya Di channel curhatan riset kualitatif Sahabat kualitatif yang berbahagia Pada kesempatan ini saya hadir kembali sharing dengan sahabat-sahabat kualitatif semua atensi saya semoga sampai saat ini sahabat kualitatif kualitatif Indonesia selalu sehat walafiat dan selalu dalam kehidupan Allah subhanahu wa ta'ala sahabat kualitatif yang berbahagia pada kesempatan ini saya ingin sharing kembali terkait dengan metode hermeneutik yang bisa kita gunakan juga di dalam penelitian kualitatif Oke sahabat untuk hai hai Mari kita mulai saja pembahasannya Namun sebelum lanjut Bagi sahabat kualitatif yang merasa konten dalam channel ini bermanfaat Jangan lupa subscribe-nya ya gratis loh Dan jangan lupa juga beri like dan komentarnya ya Agar kalian selalu mendapat update video menarik Kita berikan kualitatif dari channel ini Oke sahabat kualitatif mari kita lanjutkan pembahasannya Pembahasan Mari kita lanjutkan saja pembahasannya. Sahabat kualitatif semua yang berbahagia, terkait dengan metode hermeneutik ya sahabat, di dalam penelitian kualitatif itu sebenarnya sama dengan metode yang lain. Tetapi ada yang menarik dari metode ini.
Metode ini sebenarnya menjadi model baru di dalam penelitian kualitatif. Kenapa model baru? baru karena dia mengutamakan dokumen karena bicara tentang teks ya sahabat ya jadi hermeneutik ini ya sahabat itu bicara terkait dengan cara menulis penelitian kualitatif untuk spesial atau spesifikasinya Kita gunakan memahami teks historis. Nah, jadi kalau secara teoritis begitu ya, sahabat, hermeneutik ini kan sebenarnya awal muasalnya itu menjadi cara atau metode yang digunakan untuk menafsirkan Pesan Tuhan kepada manusia gitu ya kira-kira aja sahabatnya mungkin kalau sahabat bisa searching di internet kira-kira banyak sekali pemahaman-pemahaman terkait dengan hermeneutik, jadi kalau kita lihat secara ringkas gitu ya, singkatnya hermeneutik ini ya metode yang digunakan untuk memahami teks secara atau head text historis ya sahabatnya jadi ini yang ingin dipelajari atau yang didalami atau yang digali itu terkait dengan pemahaman teks historis.
Lalu bagaimana itu bisa kita lakukan? Jadi pertanyaan itu, bagaimana kita bisa menggunakan hermeneutik ini? Tentu yang penting harus kita pahami terkait dengan konteks dan syarat penggunaan Metode ini ya, sahabat ya. Jadi, seperti kita ketahui, objek dari hermeneutik ini tentu teks historis yang dibutuhkan penafsiran.
Jadi, teks apa yang menjadi objek dari metode ini, gitu ya, sahabat? Yaitu teks historis yang membutuhkan penafsiran. Penafsiran yang bagaimana?
Nah, nanti kita akan... pas di dalam pembahasan mehermenetik ini ya sahabat ya nah di masa-masa sekarang kayaknya ini akan menjadi metode yang menarik untuk kita pakai di dalam melakukan riset, kenapa begitu sahabat? karena kita tahu ya sahabat ya di musim pandemi ini kan agak susah ya kita data terutama secara face to face atau wawancara yang harus ketemu itu agak susah. Nah, ini menjadi metode yang sangat recommended karena kita tidak perlu banyak hanya membutuhkan wawancara gitu ya sahabatnya jadi uniknya disini informanya itu adalah teks teks yang bagaimana teks historis yang memiliki atmaf yang yang membutuhkan penafsiran bukan berarti Tekst itu tidak jelas, tetapi penafsiran itu diharapkan dapat bermanfaat untuk kehidupan manusia saat ini. Itu yang menjadi konsen di dalam penggunaan metode hermeneutik ini.
Baiklah, itu kira-kira pengantar sekilasnya. Jadi, hermeneutik itu awalnya digunakan oleh... Dewa Hermes pada saat itu sebagai alat atau metode untuk menerjemahkan atau untuk menafsirkan pesan Tuhan kepada manusia. Nah, itu kalau kita searching di internet sudah banyak sekali informasi tentang itu. Nah, baiklah mari kita mulai terkait dengan hermeneutik sebagai metode penelitian dalam penelitian politatif.
Ya. Eh... Perlu sahabat ketahui, hermeneutik itu ada tiga bentuk. Bentuk pertama itu yang memperkenalkan Seymekor. Kira-kira 1768-1838.
Ini bentuk yang pertama, yang paling awal. Jadi, metode hermeneutik itu digunakan untuk apa? Untuk menaksirkan teks. yang diharapkan dapat dibahami makna teks historis tersebut.
Jadi teks historis itu ditafsirkan harapannya si penafsir atau peneliti dapat memahami makna teks historis tersebut. Lalu konteksnya dalam konteks kehidupan masa kini, tapi dengan cara mengajak kembali ke kehidupan masa lalu. Itu kira-kira di bentuk pertama ini.
Jadi penggunaan hermeneutik sebagai metode dalam bentuk pertama ini digunakan oleh peneliti untuk memahami makna teks dalam konteks kehidupan masa kini dengan cara mengajak kembali ke kehidupan masa lalu. Nah, mari kita lanjutkan pembahasannya. Apa yang dimaksud itu?
Asumsinya begini, sahabat. Di hermeneutik bentuk pertama ini, yaitu setiap teks selalu memiliki dua sisi. Sisi pertama terkait dengan sisi bahasa. Konteksnya apa? Artinya setiap bahasa, maaf, setiap teks memungkinkan dapat dipahami.
Kemudian sisi yang kedua secara psikologis. Artinya setiap teks selalu mencerminkan. Maksud pikiran dan pengalaman penulis pada saat itu, atau pengarang pada saat itu ya sahabat kira-kira.
Sehingga setiap teks memungkinkan proses pengungkapan arti penting teks menjadi mulai. Jadi ada dua sisi ini yang membuat teks historis itu diasumsikan bisa dipahami maknanya. Nah dengan dua asumsi ini dapat kita simpulkan Bahwa teks itu dapat dipahami atau dapat dimengerti maksud pikiran dan jiwa penulis teks historis secara objektif.
Jadi dengan asumsi tersebut, makna teks itu dapat dipahami sebagaimana asalnya. Asalnya siapa? Yaitu sesuai dengan si penulis pada saat itu. Jadi teks. Jadi maksud disini kita bisa meng...
Oh ternyata penulis pada saat itu maksudnya seperti ini, konteksnya seperti ini, dan maknanya seperti ini. Lalu apa manfaat untuk kita hari ini? Nah itu tentu harapannya dapat diaplikasikan dalam kehidupan masa kini, kehidupan kita hari ini.
Kemudian dapat memberi motivasi untuk kemajuan. dan kesempurnaan hidup manusia. Artinya, bisa menjadi aksi penggerak dalam perubahan sosial. Artinya, bisa menjadi landasan pacu bagi perubahan sosial yang ada saat ini. Itu secara rangkaian harapan antara proses pemaknaan, penafsiran terhadap teks itu yang dikaitkan dengan kehidupan masa kini.
Itu kira-kira ya, sahabat. Lalu, bentuk pertama ini Dinamakan hermeneutic objective. Lalu syarat peneliti dalam bentuk pertama ini itu apa? Yaitu pertama, karena kita harus bicara tentang masa lalu, jadi kita kembali lagi tadi bahwa memahami makna teks historis dalam konteks kehidupan masa kini dengan cara mengajak kembali ke kehidupan masa lalu, maka konsekuensi dari peneliti harus mampu mengerti atau mampu berbahasa seperti teks bahasa yang telah dipublis atau telah ditulis oleh penulis.
Nah, itu yang pertama. Yang kedua, harus memahami kondisi psikologis penulis teks yang akan di... Tafsirkan, artinya apa?
Berarti kita harus mengerti konteks histori dari si penulis, dari aspek psikologis. Apa itu? Kondisi psikologisnya kayak apa?
Misalnya, apakah waktu itu dia sedang berada dalam kondisi oposisi atau dalam kondisi yang berkuasa? Nah itu yang harus kita pahami ya, terkait dengan kondisi psikologis penulis teks pada masa lalu. Nah kemudian kita juga harus mampu berbahasa seperti teks bahasa yang akan kita tafsir. Itu yang harus kita penuhi syarat-syarat itu ya. Dengan dua syarat itu tentu kita akan lebih mudah melakukan atau menggunakan.
metode hermeneutik bentuk pertama ini nah oke itu bentuk pertama jadi kata kuncinya bahwa sahabat harus mampu bahasa dimana teks bahasa itu yang sahabat akan pahami jadi kalau misalnya teks bahasa itu yang sahabat ingin pahami adalah teks bahasa Jepang misalnya berarti ya sahabat harus tahu bahasa Jepang Atau teks bahasa itu adalah bahasa Jawa, misalnya, ya sahabat harus tahu bahasa Jawa. Kemudian si penulis itu adalah misalnya filosof yang ada di Jawa, misalnya berarti sahabat harus tahu kondisi psikologis si penulis itu. Sahabat harus pahami dulu, mengerti dulu konteks pada saat itu.
Sehingga dia menuliskan. teks historis yang sangat spektakuler misalnya, yang sangat populis gitu misalnya. Nah itu ya harus begitu, itu menjadi syarat bagi peneliti hermenetik bentuk pertama ini ya sahabat ya.
Nah itu kira-kira, lalu mari kita beranjak ke metode hermenetik bentuk kedua. Nah. Kalau yang bentuk pertama itu mengandalkan objektivitas dari teks dan kondisi psikologis si penulis teks, maka bentuk kedua ini namanya hermeneutik subjektif.
Itu yang mempopulerkan, ya kita bisa tahu ada Gadamer, ada Deridra, dan masih banyak tokoh-tokoh yang mempopulerkan hermeneutik subjektif ini. Apa itu? Sebenarnya dalam konteks memahaminya sama saja, yaitu memahami makna teksnya sama, ya. Tetapi yang bagaimana?
memahami magneteks historis dalam konteks kehidupan masa kini dengan mengabaikan konteks kehidupan masa lalu. Jadi kita berdiri sendiri, jadi kita tidak perlu mempelajari bahasanya, kita tidak perlu mempelajari kondisi psikologis penulis, ya tidak perlu, karena itu menjadi subjektivitas penafsir atau peneliti. di dalam menafsirkan teks yang sedang dia akan tafsirkan.
Asumsinya seperti apa? Jadi asumsinya setiap teks selalu bersifat terbuka. Jadi teks apapun itu terbuka sifatnya. Artinya mau ditafsirkan boleh, siapa saja yang menafsirkan boleh.
Jadi tidak ada batasan di sini. Artinya apa? Bahwa teks yang telah dipublikasi, Dianggap teks tersebut sudah berdiri sendiri dan terlepas dari konteks bahasa dan konteks psikologi penulisnya.
Nah, itu kira-kira. Ini memang membutuhkan kapasitas berpikir penulis yang cukup besar, ya sahabat. Karena dia tidak perlu menyandarkan pada kondisi masa lalu. Dia cukup menyandarkan pada... Dirinya sendiri, si penafsir, dengan kebutuhan konteks kekiniannya, kebutuhan konteks kehidupan masa kini, sehingga kehidupan masa lalu itu tidak penting di dalam mewarnai hasil penafsirannya.
Kalau begitu, apa simpulannya? Teks ditafsirkan atau dipahami berdasarkan tradisi atau kebutuhan kekinian penafsir teks. bukan berdasarkan tradisi penulis teks.
Jadi kita tidak perlu meninjau masa lalu. Tapi, ada tapinya, tradisi penulis teks tidak terpisah dengan tradisi penelusur teks. Jadi ada asumsi tambahan bahwa walaupun terpisah dalam konteks kekinian dan masa lalu, tetapi ada sambungan, ada pola yang mirip antara Kondisi masa lalu dan kondisi masa sekarang yang itu juga menjadi sandaran di dalam menafsirkan teks historis dalam metode hermeneutik bentuk kedua ini. Nah, di sini jadi sederhana syarat peneliti.
Ketika sahabat mau menggunakan metode hermeneutik bentuk kedua ini, ya sederhana saja syaratnya tidak perlu melepaskan diri dari tradisi. untuk masuk ke dalam tradisi penulis teks jadi sahabat tidak perlu masuk ke dalam tradisi atau tidak perlu mempelajari, tidak perlu memahami kondisi masa lalu si penulis teks tidak perlu ya sahabat tafsirkan saja gitu nah, lalu sandarannya apa? kan bisa bias nah, kemudian itu dibingkai dalam konteks apa?
bahwa penafsiran itu itu harus dapat diaplikasikan dalam kehidupan ini memberi motivasi untuk kemajuan dan kesempurnaan hidup manusia artinya Pak dapat menjadi motorik dalam perubahan sosial itu yang menjadi penting ya sahabat jadi harus sampai ke sana muaranya jadi tidak kemana-mana itu ya muaranya harus ke sana bahwa penafsiran teks itu harus tambah memberikan jadi berubah menjadi motivasi. Jadi, teks yang ditafsirkan itu, syarat-syarat bisa dimengerti, yaitu apabila dapat memberi motivasi, kemudian untuk kemajuan dan kesempurnaan hidup manusia. Jadi, bukan merusak. Jadi, tidak boleh arah ke sana. Jadi, tidak bisa digunakan untuk merusak.
Nah, itu ya kira-kira ya, sahabat. harus memberikan kebaikan bagi kehidupan masa kini dan bahkan kehidupan yang akan datang. Dan sehingga itu bisa menjadi apa? Landasan dalam pergerakan perubahan sosial.
Nah, ini sangat fleksibel banget gitu ya, Sabri. Dan saya kira ini menjadi menarik sekali, metode hermeneutik ini kalau kita gunakan menjadi metode untuk meneliti di penelitian kualitatif. Ada sangat luar biasa kesempatan bagi peneliti untuk membuat tafsir dengan catatan. Tafsir itu ya... tidak merusak tatanan kehidupan tetapi harus memperbaiki tatanan kehidupan masa kini dan masa yang akan datang nah ini hermeneutik bentuk kedua yang banyak menggagas atau mempopulerkan yaitu gademer dan degida silahkan bagi sahabat yang tertarik di hermeneutik bentuk kedua ini silahkan ini menjadi menarik sekali dan luar biasa menurut saya Apa kesempatan mengeksplor diri sahabat di dalam menafsikan sebuah teks yang kemungkinan itu bisa bermanfaat untuk kehidupan sahabat dan kehidupan lingkungan sahabat hari ini dan yang akan datang.
Ini kira-kira metode hermeneutik bentuk kedua. Nah, yang berikutnya ini metode hermeneutik bentuk ketiga. Namanya Hermenetic Pembebasan Tokoh yang paling getol mempopulerkan ini Sahabat bisa lihat ada Hasan Hanafi di sana Kalau sahabat perhatikan ya, kira-kira sekilas dilihat Hasan Hanafi ini sudah cukup populer di kalangan muslim Karena dia sangat terkenal dengan istilah Islamologi Islamologi 1, Islamologi 2, Islamologi 3, silahkan ada bukunya.
Itu menarik banget kalau sahabat mau menggali terkait dengan hermeneutik pembebasan. Nah, konteks hermeneutik pembebasan sama saja, yaitu memahami teks historis dalam konteks kehidupan masa kini tanpa mengabekkan konteks kehidupan masa lalu. Jadi, ini... mirip-mirip dengan yang pertama, tetapi tidak melupakan, tidak, apa ya, tidak, ya dia mencoba menggabungkan lah kira-kira hermeneutik bentuk pertama dan hermeneutik bentuk kedua.
Mari kita lihat asumsinya. Asumsi dari hermeneutik bentuk ketiga ini, yakni setiap teks selalu bersifat terbuka. Nah ini kan sama dengan hermeneutik bentuk pertama, eh kedua ya, sahabat ya, dan dapat diinterpretasikan oleh siapa saja. sama-sama, sama saja berdua.
Artinya apa? Setiap teks hanya yang telah dipublikasi, maka teks tersebut sudah berdiri sendiri, terlepas dari bahasa dan kondisi psikologi penulisnya. Karena itu, keaslian teks suci bukan ditentukan oleh lembaga agama, pemuka agama, atau lembaga sejarah.
Jadi ada tambahan di situ. Dia perkuat, artinya ada teks suci. Yang menurut Hasan Hanafi ini, bukan ditentukan kesuciannya oleh lembaga agama, pemuka agama, atau lembaga sejarah.
Sementara untuk memahami teks suci bukan monopoli, otoritas, atau wonang lembaga agama, atau pemuka agama. Artinya apa? Sebenarnya siapapun bisa menafsirkan teks suci itu.
Karena dia konsennya di teks-teks religius, kebetulan dia adalah muslim, maka Dia menggunakan basis teksnya adalah teks pewahyuan, wahyu ya kira-kira ya sahabatnya. Kalau sahabat baca buku Islamul Lumi 1, 2, dan 3, itu sangat terasa bagaimana dia membuat tafsir terkait dengan teks suci di kalangan muslim. Nah itu yang dilakukan oleh Hasan Arabi. Kemudian, Kalau kita lihat asumsi tersebut, maka simpulannya apa? Bahwa teks ditafsirkan atau dipahami berdasar tradisi.
Beginian, penafsir teks. Bukan berdasarkan tradisi penulis teks. Namun begitu, tradisi penulis teks tidak terpisah dengan tradisi penafsir teks.
Jadi, ya, sebenarnya tetap tidak keluar dari aturan main. Karena kalau dia muslim, berarti aturan main, ya, frame-nya frame. pemahaman agama, agama Islam misalnya. Nah itu frame-nya di sana. Nah itu tidak terlepas dari konteks itu.
Walaupun dia bebas dalam menafsirkan. Nah kalau dipertanyakan apakah nanti tidak liberal? Memang ini agak liberal ya. Karena yang dikedepankan adalah konteks keilmuannya. Konteks pengetahuannya bagi Hasan Rafi.
Kemudian, lalu kalau begitu syarat peneliti apa yang bisa menggunakan metode ini? Yang pertama, penafsir tidak perlu melepaskan diri. dari tradisi untuk masuk ke dalam tradisi penulis teks. Kemudian kedua, penafsir harus melepaskan diri dari dogma dan pemahaman yang ada, artinya tidak boleh ada keyakinan apapun sebelum menafsir.
Kemudian ketiga, penafsir teks harus memahami tradisi penulis teks. Jadi, ada tambahannya di sini ya, saya bilang. Jadi, kita tidak boleh terlepas dari, tidak perlu melepaskan diri dari tradisi kita hari ini, tetapi kita harus memahami tradisi penulis teks.
Artinya kita harus juga memahami situasi dan kondisi, serta bahasa yang ada di dalam teks yang akan kita tafsirkan. Jadi ini gabungan sebenarnya antara hermeneutik bentuk pertama dan hermeneutik bentuk kedua hermeneutik yang di apa yang di hai hai Kepopulerkan oleh Seymeker dan Hermeneti yang dipopulerkan oleh Gademer. Nah, Hasan Hanafi mencoba meramunya menjadi Hermeneti Pembelasan. Nah, ending dari penafsiran ini tentu sama.
Bahwa hasil penafsiran itu harus dapat memberi motivasi untuk kemajuan dan kesempurnaan hidup manusia. Itu yang menjadi kunci ya sahabat, sehingga tidak boleh tafsir yang digunakan oleh, yang dihasilkan oleh metode hermeneutik ini, itu merusak tatanan kehidupan sosial. Tidak boleh. mengacak-ngecek tatanan kehidupan sosial, itu tidak boleh. Nah, itu yang menjadi batasan.
Batasannya di situ sebenarnya, letaknya. Sehingga, kalau itu bermanfaat untuk kehidupan, maka sebenarnya itu juga menjadi kebaikan bagi si penafsir. Sehingga, ya tidak ada salahnya kalau kita menggunakan metode hermeneutik untuk kita memberikan taksil.
sir yang kekinian tetapi tidak merusak masa lalu, tradisi masa lalu, dan tidak merusak tradisi masa kini. Itu yang menjadi menarik penggunaan hermeneutik ini. Dan penggunaan hermeneutik ini, sahabat, lebih menonjolkan pada kekuatan teks.
Jadi, sahabat kalau meneliti dengan metode hermeneutik, maka... Kunci, data kunci yang sahabat harus kumpulkan adalah teks. Teks serta background teksnya.
Itu bentuk pertama dan bentuk ketiga. Tapi kalau bentuk kedua, ya bebas. Sahabat mau menafsirkan teks, silakan. Dengan cara sahabat sendiri, dengan kapasitas sahabat sendiri dalam menafsir sebuah teks historis.
Tentu batasannya apa? Harus bisa menjadi motivasi. untuk kemajuan dan kesempurnaan hidup manusia.
Itu yang menjadi batasan dari hasil tafsir yang sahabat sudah lakukan. Itu ya, kira-kira sahabat, mohon maaf kalau tidak begitu detail ya, tetapi ini menjadi tambahan informasi buat sahabat-sahabat semua di dalam menulis penelitian kualitatif ya sahabat ya. Semoga dengan tambahan pembahasan metode hermeneutik ini, sahabat kualitatif memiliki varian metode untuk menulis penelitian kualitatif.
Lalu bagaimana cara menganalisisnya dan apakah bisa Ada contohnya untuk menganalisis data kualitatif dengan metode hermeneutik ini. Sahabat ikuti terus channel ini, insya Allah di masa yang akan datang, saya akan hadirkan kembali terkait dengan bagaimana cara menganalisis data kualitatif dengan metode hermeneutik ini. Baik bentuk pertama, Bentuk kedua dan bentuk ketiga akan saya bahas dan saya akan ulas di video-video saya yang akan datang.
Demikian sahabat. Demikianlah sahabat konditatif semua. apa yang sudah saya sampaikan tadi terkait dengan metode hermeneutik dalam penelitian kualitatif, semoga apa yang saya sampaikan pada kesempatan ini dapat bermanfaat buat sahabat-sahabat semua dan dapat menjadi tambahan informasi bagi sahabat untuk menulis penelitian kualitatif dan bagi sahabat yang tertarik di bidang atau di Penggunaan metode hermeneutik ini Semoga ini menjadi Tambahan Informasi Buat sahabat semua Dan saya doakan Apapun yang sahabat rencanakan Di masa mendatang Semoga lancar selalu Dan menjadi berkah untuk sahabat sekalian Terima kasih Saya Bilahi Topik Walhidayah Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh