Transcript for:
Peran Perguruan Tinggi dalam Kebangsaan

Saya panggilkan ya Bapak Dr. Andes Tatang Sudrajat SIP MSI, beliau lahir di Cianjur 7 Februari 1963, agama Islam, alamat perumahan Gria Bandung Asri, kemudian jabatan struktural sekarang beliau adalah dekan Fisi Punipertas Sanggabuana, kemudian beliau adalah Hai eh mahasiswa maha masih mahasiswa ya payah mahasiswa program S3 manajemen pendidikan Islam Universitas Islam Negeri Sunan Gunung Jati Bandung dan beliau juga riwayat pekerjaannya beliau adalah menjadi ketua KPU Kabupaten Bandung kemudian komisioner KPU Kabupaten Bandung dan sekarang sebagai dosen tetap Kopertis DPK visip Universitas Sangga Sangga Buwana, kami persilahkan Bapak. Saya di tengah, Bapak di tengah saja. Tidak apa-apa, saya nanti mau balik. Oke, ini usul dari pemateri Bapak Tatang.

Silahkan Bapak Ibu dosen Pancasila maju ke depan. Pak Koko, silahkan. Hai diantos dipayun Pak ada oke baik kita langsung aja nih pemateri pertama saya serahkan ke Pak cucu silahkan Pak Terima kasih Bapak kita langsung ke patah tang silahkan untuk pemateri selanjutnya Bismillahirrohmanirrohim Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh Selamat siang untuk kita semua. Saya akan mengajak untuk mengingat bagi yang sudah tahu atau memberi tahu bagi yang belum tahu beberapa hal yang pernah diucapkan atau beberapa hal yang pernah ditulis oleh beberapa tokoh dunia atau filosof dunia.

ataupun ilmuwan level dunia berkaitan dengan tema ini. Misalnya Konfuse, seorang filosof Tiongkok kuno, dia pernah mengatakan kalau diterjemahkan ke dalam bahasa Bandung, dengan mempelajari sejarah maka seseorang akan menjadi bijaksana. Artinya apa? Dengan belajar sejarah berarti satu bangsa, satu warga negara akan belajar untuk tidak melakukan hal yang sama di masa yang lalu yang merupakan kesalahan atau penyimpangan atau kekurangan Sehingga hari ini dan di masa depan kehidupan berbangsa akan lebih baik Kemudian Bung Karno, Soekarno dalam sebuah pidato dengan judul yang sangat terkenal, Jas Merah, jangan sekali-kali merupakan sejarah.

Kemudian Cicero, seorang filosof Romawi kuno pernah mengatakan, Historia vitae magistra, sejarah adalah guru kehidupan. Artinya apa? Kepada sejarahlah kita sebagai individu, kita sebagai warga bangsa dalam merawat keadilan.

Arifan Pancasila yang sesuai tema ini harus bercermin kepada sejarah. Sejarah dengan tiga dimensinya, dimensi masa lalu, masa kini, masa depan. Kelampauan, kekinian, dan keakanan. Kemudian Arnold Toynbee, profesor sejarah politik Inggris, dia pernah mengatakan, to study history is to build history.

Dengan belajar sejarah maka sama dengan membangun sejarah. Kemudian seorang perdana... Karena menteri Inggris abad 19 di Israeli pernah mengatakan right or wrong my own country. Benar atau salah tetap negaraku. Yang terakhir last but not least tentu saudara masih ingat.

John F. Kennedy terkenal dengan ucapannya jangan engkau tanyakan kepada negara apa yang telah negara berikan kepada engkau. engkau tapi engkau bertanyalah kepada diri sendiri apa yang telah berikan engkau berikan keberanian negara kira-kira begitu yang akan mengawali apa namanya presentasi saya bahwa perguruan tinggi ya dengan dengan judul yang saya sampaikan ya peran perguruan tinggi dalam turut turut memelihara atau me-me memperkokoh empat pilar MPR atau empat pilar kebangsaan Nah mengapa perguruan tinggi karena saya hakluyakin Hai Aku yakin atau Ainul yakin ya? Yakin sekali bahwa perguruan tinggi itu adalah kawah candra di mukanya.

Tempat tertempanya putra-putra terbaik bangsa yang akan mimpin negeri ini ke depan. Di level manapun. dilini manapun begitu.

Nah hanya perguruan tinggi yang saya yakini atau perguruan tinggi adalah salah satu komponen bangsa yang sangat strategis. Nah mengapa saya katakan turut memperkokoh karena tentu saja bukan. bukan hanya perguruan tinggi masih ada komponen bangsa yang lain yang diharapkan bisa memperkokoh empat pilar kebangsaan atau empat pilar bernegara ini nah tentu saja kemuliaan kalau kita bicara dengan yang tadi saya katakan berulang-ulang Bagaimana esensi dari sebuah sejarah mana sejarah Bagaimana kemudian kita menyikapi sejarah bangsa di masa lalu paling tidak setelah kita bernegara tahun 45 sampai hari ini adalah kita dihadapkan kepada berbagai persoalan persoalan berbagai tantangan berbagai permasalahan yang mau tidak mau harus kita hadapi dengan arif dan dengan kematangan karena apa karena hanya dengan seperti itu kita akan bisa menjadi bangsa yang lebih baik bukan zamannya lagi bukan masanya lagi kita saling menyalahkan begitu karena saya meyakini bahwa dengan tantangan pada hari ini dan kedepan tantangan bahwa bangsa ini merupakan bangsa yang majemuk, bangsa yang heterogen, beraneka ragam dari berbagai aspek, dari berbagai dimensinya, baik horizontal maupun vertical, itu satu kenyataan. Sudara masih ingat, Yugoslavia, negara besar atau negara berwibawa, di zaman Presiden Yosef Brozdito, selama puluhan tahun di Eropa, berantakan, hancur, lebur, menjadi lima atau enam negara. Kenapa?

Karena tidak bisa memelihara kebineka. peringkaan tidak bisa toleran terhadap perbedaan dan tentu saja ada faktor yang lain sehingga Yugoslavia sekarang tinggal nama dan bukan hanya bubar seperti Uni Soviet bukan hanya bubar tapi juga ditandai dengan genosida pembantaian manusia oleh manusia lain karena perbedaan agama dan suhu bangsa sehingga Yugoslavia tinggal nama sekarang berubah menjadi Bosnia Kroasia Serbia Macedonia dan yang lain-lain tentu ini pelajaran buat Indonesia Yang berikutnya adalah globalisasi. Revolusi industri 4.0, 4.0, nyata dampaknya sangat positif. Tapi juga perkembangan teknologi ibaratnya pisau bersisi dua.

Di satu sisi akan berdampak sangat positif bagi kehidupan berbangsa, pada sisi yang lain teknologi informasi dan komunikasi juga bisa menyeret bangsa ini kepada disintegrasi, sekurang-kurangnya kepada konflik sosial yang berkepanjangan, sekurang-kurangnya kepada... Makin menularnya hoax, makin menularnya makin berkembang biaknya ujaran kebencian, makin masifnya rasa permusuhan terutama di media sosial. Jokowi dan Prabowo tahun kemarin berkompetisi dalam pilpres, tapi sisa-sisanya ekor-ekornya sampai hari ini masih ada.

Bahkan Pak Prabowo sudah menjadi bagian dari kabinet Jokowi Amin, tapi kenyataannya ekor-ekor dari fliksi itu masih ada. Nah ini harus kita cermatkan. Oleh karena itu tentu saja mahasiswa sebagai calon penerima tongkat estafet pemimpin bangsa di masa depan yang digodok, dididik di perguruan tinggi.

Di perguruan tinggi ada mata kuliah wajib umum. Ada MKWU sesuai peraturan perundang-undangan. Pertama pendidikan agama.

Agama yang mana? Tentu saja agama yang dianut oleh masing-masing mahasiswa. Yang kedua adalah pendidikan Pancasila. Yang ketiga pendidikan kewarganegaraan. Yang keempat bahasa.

Indonesia. Itu disebutnya empat mata kuliah wajib umum yang wajib diberikan di perguruan tinggi program S1 dan diploma 4. Oleh karena itu, saya katakan sejak awal, perguruan tinggi punya peran strategis dalam merawat, memelihara, dan memperkokoh 4 pilar kebangsaan, 4 pilar MPR, Pancasila sebagai landasan ideal filosofis. Undang-undang dasar 45...

Tanhana Dharma Mangrawak Kan begitu bahasanya Oleh karena itu kita juga berhadapan dengan masalah Dalam mereka memelihara memperkokoh ini Masalahnya banyak sekali Tadi saya katakan sudah Hoaks, ujaran kebencian, rasa permusuhan Masih ada sampai hari ini Bahkan trennya makin Menguat Termasuk dalam Empat bulan terakhir Sedang kampanye pilkada serantak nasional Yang pencoblosannya tanggal 9 Desember tahun ini Nah saya perhatikan Di di berbagai media sosial, meskipun levelnya level daerah, tapi ini juga cukup mengganggu persatuan kita sebagai bangsa. Paling tidak di daerah masing-masing. Demikian juga saya melihat tantangan dan permasalahan yang lain.

Di antaranya adalah orang mempersepsi kebebasan itu se-KRPDW. Kebebasan di era reformasi dimaknai sebagai kebebasan yang absolut, kebebasan yang mutlak, kebebasan yang tanpa batas. Pada kebebasan yang dirancang oleh para perancang undang-undang dasar. Rancang Pancasila sejak awal tahun 1945, Soekarno dan kawan-kawan adalah kebebasan yang bertanggung jawab.

Hak yang menghormati, hak yang diiringi oleh kewajiban untuk menghormati orang lain. Nah ini adalah euforia reformasi. Pas kejatuhan Pak Harto tahun 1998, saya melihat, saya mengamati, saya mengobservasi, sebagian dari warga bangsa ini masih memandang bahwa kebebasan yang dimiliki adalah kebebasan sakar pingsun, kebebasan samaunya. Disini, Di sisi yang lain kita juga masih diperhadapkan dengan extraordinary crime, kejahatan luar biasa.

Apa itu? Pertama korupsi yang masih merajalela. Sebelum ada KPK maupun sesudah KPK, saya lihat trennya masih kuat tentang korupsi ini juga kejahatan narkoba. Di samping tentu kejahatan yang lain yaitu terorisme. Nah inilah permasalahan-permasalahan yang harus dihadapi oleh kita bersama.

Kalau ingin NKRI tetap ada, kalau bangsa ini ingin tetap utuh, bangsa ini dan NKRI tidak mengalami disintegrasi. Masih ada? Sudah habis. Inilah perlunya moderator ya begitu.

Sudah habis tapi saya ingin bertanya dulu Pak, tentang ujaran kebencian. Kalau anak-anak milenial sekarang itu kan pakai media sosial gitu ya Pak, sekarang itu lagi viral-viralnya gitu. Ada ujaran-ujaran kebencian.

kebencian yang dilakukan oleh influencer gitu ya kita sebut influencer lah gitu Oh dia bilang membanding-bandingkan antara si kaya dan si miskin Nah bagaimana nih cara menyikapinya buat anak muda nih biasanya gitu ya mahasiswa gimana tuh Pak cara menyikapinya gitu untuk pintar-pintar menggunakan kesehatan ya Tentu saja kan sebagai konsekuensi dari era revolusi industri 4.0 ini kan mensos sesuatu yang tak terhindarkan. Makanya kemudian negara merancang dulu lahirnya undang-undang ITE. Undang-undang informasi dan transaksi.

elektronik zaman saya kuliahkan tidak ada buku biaya jadi meskipun apapun tidak ada yang ada itu hanya ancaman pidana dalam kitab undang-undang hukum pidana sekarang ini kan berbagai macam apa namanya jeratan hukum akan akan menerpasi apapun nah oleh karena itu Itu menurut saya kebebasan yang kita miliki, hak yang kita miliki sesuai ketentuan undang-undang dan undang-undang dasar, berbagai peraturan perundang-undangan, itu harus dimaknai dengan kebebasan yang bertanggung jawab. Itu saja. Artinya apa?

Saya sering ditanya, Pak Tatang boleh gak kritik? Saya katakan bukan hanya boleh, harus. Negara, pemerintah harus dikritik.

Tapi kritik itu bukan ujaran kebencian. Kritik itu bukan rasa permusuhan. Bukan fitnah. Kritik itu adalah memberikan masukan, saran yang konstruktif, on the fact, dan berdasarkan solusi. Kalau ujaran kebencian lain lagi ceritanya.

Kalau rasa permusuhan lain lagi ceritanya. Anda apalagi kalau menggunakan medsos, akan berhadapan selain dengan undang-undang hukum pidana, juga akan berhadapan dengan undang-undang IT. Jadi keliru kalau orang mengatakan, Pak kritik sekarang tidak boleh ya, Indonesia kok seperti bukan demokrasi, ya karena Anda menggunakan kritik itu secara tidak bertanggung jawab. Karena Indonesia negara hukum, negara berdasarkan peraturan perundang-undangan. Kalau tidak ada peraturan berarti namanya negara samaunya, berarti yang berlaku ialah hukum rimba, bukan negara hukum.

Artinya apa? Artinya adalah homo homini lupus, siapa yang kuat, siapa yang akan menerakam yang lemah. Sedangkan kita... kita ini kan homo hominisusius siapa yang bermasyarakat dengan tertib dengan benar menegakkan aturan taat pada hukum dialah yang akan bisa membangun negeri ini begitu Nah ini saya kira yang penyikapan kita termasuk generasi muda ya dengan kecerdasan yang dimiliki mahasiswa sebagai generasi milenial sebagai orang-orang terpilih elected person begitu di negeri ini apa namanya yang cerdas yang yang cerdas sekali juga eh Apa namanya yang dewasa, yang arif dalam menyikapi berperilaku di medsos. Harus lebih banyak hati-hati gitu ya, apa yang kita utarakan di medsos itu.

Karena jangan lupa ada undang-undangnya, ada undang-undang ITE-nya gitu ya. Oke ini menarikan gitu ya, saya kasih kesempatan untuk dua orang penanya boleh silahkan. Untuk pertanyaan kedua Bapak. Ya boleh, umur menandakapi yang pertama. Untuk Pak Niza dari SMA 27 ya.

Hai kalau kita bicara karakter education kita bicara pendidikan karakter kita berbicara karakter ke Pancasila an begitu ya sebetulnya dari sudut pandang sejarah ya dari dulu sampai sekarang sejak Soekarno sampai hari ini di mata saya dari perspektif kebijakan pendidikan itu sebetulnya tidak ada yang baru sebetulnya Soekarno sejak awal sudah mengatakan nation karakter building membangun bangsa dan karakter jadi islah karakter sudah Soekarno gulirkan sejak beliau jadi presiden sebetulnya nah oleh karena itu sepakat tadi ya dengan Pak dari SMA 27 Panisah saya sering ditanya di berbagai kesempatan solusinya apa sih untuk memperbaiki keadaan bangsa dan negara dan negara bagi saya cuman dua bagi saya cuman dua pertama adalah low enforcement penegakan hukum tanpa pandang dulu yang kedua adalah keteladanan Profesor Arifin Abdurrahman guru besar ilmu administrasi mengatakan peladanisme Anda yang beragama Islam tahu bagaimana berwibawanya Bagaimana kokohnya Bagaimana bermartabatnya pemerintahan zaman khulafa ur-rosyidin yang bernama Umar bin Khotob al-farouk itu sangat luar biasa berwibawa karena apa beliau sebagai pemimpin benar-benar mampu menunjukkan keteladanan Apa itu keteladanan bersatunya antara kata dengan tindakan dan ucapan nah ini demikian juga di baik di daulat Bani Abasyi Misalnya kita kenal Umar bin Abdul Aziz. Nah oleh karena itu saya meyakini itu keteladanan siapa? Keteladanan semua pihak, semua pemimpin di berbagai lini, di berbagai sektor.

Termasuk saya sebagai kepala rumah tangga di rumah saya. Saya harus memberikan keteladanan. Baru pendidikan karakter yang dijalankan di sekolah akan efektif.

Misalnya begini, hey nak harus bangun pagi ya. Saya sendiri bangunnya jam setengah tujuh pagi misalnya. Hey nak jangan merokok ya, saya sendiri.

sambil merokok, bagaimana akan efektif kalau tidak ada keteladanan yang kedua dari Pak dari Universitas Kebangsaan dari Uni Teater kalau menurut saya begini tadi saya katakan kritik itu bukan hanya perlu, harus dalam sistem pemerintahan demokrasi karena apa? biar negara atau pemerintah sadar bahwa akan ada pihak yang selalu memelototi, yang akan mengkritik ketika saya di KPU 10 tahun dan pernah saya jadi ketua KPU... saya sangat senang ketika ada mahasiswa yang datang untuk demo sangat senang saya karena apa kami diingatkan berarti masih ada orang yang cinta kepada KPU waktu-waktu itu ya begitu ketika saya masih di KPU di antaranya mahasiswa Telkom yang sering mendemo saya Pak Pak cucu ya Nah oleh karena itu bagi saya harus saya beritahukan kepada adik-adik mahasiswa sudah sudah mahasiswa hidup di era pasca Suharto beliau jadi presiden sampai tahun 98 kemudian beliau mundur mengundur mengundurkan diri dibandingkan dengan hari ini dari aspek kebebasan berpendapat jauh lebih enak sekarang saya harus jujur mengatakan mungkin juga pacu tahu persis ketika lima tahun saya kuliah S1 sudah waktu itu kalau ada mahasiswa demo unjuk rasa keluar kampus pakai jaket alma mater pasti diskos pasti dipecat minimum diskos oleh rektor sekarang bagaimana boleh kok punya boleh pernah kami pacu ya kawan-kawan saya begitu, jadi saya tidak pernah demo unjuk rasa keluar kampus pakai jahat amat, makanya saya menyatakan ekspresi pendapat saya waktu itu lewat tulisan-tulisan di antaranya, yang saya tuangkan dalam berbagai media masa nama saya dikenal, saya dapat honor dan saya bisa menyampaikan kritik kepada pemerintah, koran PR ketika itu salah satu koran dimana saya sering menulis artikel dan saya bisa hidup di Bandung kurang lebih dalam satu bulan itu dua minggu bisa hidup dari dari honor dari koran-koran yang pernah saya kirimi artikelnya begitu jadi sekarang jauh lebih baik dari aspek kebebasan berpendapat begitu pandangan saya Terima kasih baik terima kasih kalau untuk diterima atau tidak terima nya yang penting itu sudah mengingini ya main informasikan gitu menyampaikan kritik kita gitu mungkin gitu ya Pak ya Aduh sayang sekali hakana Sebagai pernyataan penutup bahwa dalam rangka memperkokoh empat pilar kebangsaan Termasuk merawat kearifan nilai-nilai Pancasila.

Bagi saya, atau kalau boleh saya mengutip A. Agim saja. Boleh Pak.

Seorang ulama moderat. Beliau mengatakan 3M. Mulai dari hal-hal kecil. Mulai dari diri sendiri. Dan mulai dari sekarang juga.

Dalam rangka memperkokoh NKRI. Dan empat pilar yang lain. Pakai Merdeka enggak? Merdeka Pak.

Oke, terima kasih. Terima kasih. Tepuk tangan boleh dong untuk pemacari kita hari ini.