Baik, selamat pagi, siang, sore, atau malam. Jadi, pada pertemuan kali ini, kita akan membahas mengenai mental model. Jadi, mental model itu merupakan disiplin yang ketiga atau pilar yang ketiga dari fifth discipline oleh Peter Sengi. Jadi, yang pertama itu...
Critical Thinking atau berpikir kritis, yang kedua adalah Personal Mastery atau penguasaan terhadap diri sendiri, yang ketiga adalah Mental Model. Jadi pada pertemuan kali ini kita akan membahas apa itu Mental Model dan bagaimana penerapannya dalam kehidupan sehari-hari maupun dalam kehidupan organisasi. Untuk definisinya kita lanjut ke slide yang kedua. Definisi mental model. Ini ada dua definisi, yaitu yang pertama, mental model ini adalah asumsi atau paradigma.
Asumsi di sini bisa diartikan sebagai pendapat pribadi. Sebagai opini pribadi yang tentu saja antara orang yang satu dengan orang yang lain itu ada perbedaan. Pola pikir orang lain, asumsi orang lain terhadap suatu hal antara orang A dan orang B itu pasti memiliki perbedaan.
Ketika seorang, ketika dua orang atau tiga orang atau banyak orang dihadapi pada suatu situasi, pada suatu masalah, Dia pasti mempunyai pola pikir yang berbeda, mempunyai opini yang berbeda terhadap masalah tersebut. Ada yang mendukung, ada yang setuju, ada yang marah, dan lain-lain. Itu namanya asumsi atau pendapat pribadi atau opini. Lalu asumsi atau paradigma.
Paradigma di sini artinya merupakan sudut pandang, point of view, atau kacamata dalam melihat suatu permasalahan. Jadi mental model ini merupakan opini atau cara pandang yang ada dalam pikiran kita. Jadi mental model ini merupakan cara berpikir kita. Mental model ini nanti akan mempengaruhi bagaimana sikap atau bagaimana kalian memahami bersikap atau bertindak terhadap suatu kejadian, suatu situasi, suatu masalah.
Jadi mental model ini sangat mempengaruhi bagaimana seseorang dalam berpikir, memahami suatu masalah, atau dia bersikap atau bertindak terhadap masalah tersebut. Lalu asumsi ini umumnya berasal dari pengalaman dan pengetahuan yang telah dilalui sebelumnya. Jadi semakin...
Banyak pengalaman dan pengetahuannya, otomatis dia akan memiliki asumsi yang semakin baik, yang semakin luas, yang semakin banyak. Itulah kenapa ketika seseorang atau suatu organisasi memilih pemimpin, itu biasanya yang dipilih adalah yang berpengalaman atau yang paling berpengalaman dan yang paling berpengetahuan atau pendidikannya tinggi. Umumnya seperti itu ya, karena Dengan pengalaman dan pengetahuan yang tinggi atau yang banyak, itu akan memlatih atau membentuk mental model yang lebih baik. Idealnya seperti itu.
Lalu pengertian yang kedua, mental model ini merupakan sebuah kerangka kerja dalam setiap individu. Jadi ketika individu ini akan melakukan suatu kegiatan, suatu tindakan, Suatu pekerjaan, dia akan memiliki kerangka kerja bagaimana langkah-langkah dia melakukan kegiatan tersebut. Mental model juga bisa dikatakan sebagai pendekatan terhadap masalah yang dihadapinya. Jadi pendekatan di sini maksudnya adalah sebuah teori atau sebuah teknik yang digunakan dalam menghadapi masalah tersebut.
Mendapat suatu masalah, mendapat suatu... problem atau suatu yang harus dihadapi dia mempunyai teknik-teknik tertentu setiap orang pasti berbeda tekniknya ketika dia dihadapi suatu masalah ada yang menggunakan teknik yang terburu-buru misalnya tergesa-gesa tekniknya atau teknik yang orangnya santai atau ada orang yang menanggapi suatu masalah itu dengan panik ada yang santai, ada yang masa bodoh Tergantung dari mental model orang tersebut. Mental model juga bisa dikatakan sebagai konsep diri dalam mengambil keputusan. Jadi bagaimana seseorang itu memiliki konsep, memiliki rencana, memiliki pola dalam mengambil keputusan yang terbaik untuknya. Hasil dari mental model ini adalah mindset atau pola pikir.
Sering mendengarkan teman-teman, sering mendengar mindset. Mindset itu merupakan hasil dari mental model. Ketika seseorang melatih mentalnya, membentuk suatu mental model, dia akan melahirkan mindset. Jadi ketika seseorang menghadapi suatu masalah atau menghadapi suatu situasi, dia akan...
memiliki mindset-mindset yang berbeda ada orang yang ketika dia dihadapi ujian misalnya masalah tentang ujian tentang UTS, tentang UAS ada yang memiliki mindset yang panik besok ujian nih, harus belajar harus benar-benar bersiap harus benar-benar ngapalin hamil 2 sudah ngapain belajar-belajar akhirnya dia stres dan lain-lain ada yang mindsetnya santai gimana besok aja deh saya terima-terima aja nilainya berapa Tiap orang itu mempunyai mindset yang berbeda-beda. Padahal masalahnya sama. Masalahnya kurang lebih mirip.
Karena terbentuk dari mental modelnya masing-masing. Begitu ya. Untuk memahami konsep dari pembentukan mental model ini, dapat kalian lihat contohnya pada slide yang ketiga.
Kita lanjut ya ke slide yang ketiga. Ini merupakan sebuah film ya, sebuah film karyanya Christopher Nolan tahun 2010. Mungkin kalian tahun 2010 ini masih bocil ya, kayaknya belum saya di beberapa kelas kemarin itu belum ada yang pernah menonton film ini. Jadi ini film Inception yang menceritakan bagaimana sebuah upaya yang dilakukan. Upaya yang dilakukan ini, ada beberapa toko di sini, ada...
Ada Dom, Robert, Amos, Ariadne, dan Arthur Ada Mall, ada Saito Jadi cerita garis besarnya itu adalah Saito disini memiliki saingan bisnis bernama Robert Saito ini ingin menghancurkan bisnisnya Robert Bisnis keturunan atau bisnis warisan Bisnis warisannya Robert Jadi Saito itu ingin bersaing bisnis Tapi dia ingin menghancurkan bisnisnya Robert Tapi dia Tidak dengan cara memfitnah, dengan cara tipu daya dan lain-lain, tapi dia menyewa orang, menyewa dom untuk masuk ke dalam mimpinya Robert. Mimpi tingkat tiga, jadi mimpi, mimpinya lagi, mimpinya lagi Robert. Nah, itu mimpi yang di dalam mimpi sampai tiga tingkatan. Nah, masuk atau dalam hal ini adalah alam bawah sadar. Dom ini, Saito ini menyewa dom.
Untuk masuk ke alam bawah satannya Robert dan memberikan, menanam sebuah konsep di sana, menanam sebuah mental model di sana. Bahwa bisnisnya Robert ini jika diteruskan akan hancur. Sebaiknya Robert ini mengganti bisnisnya. Gitu, gitu adalah caranya. Itu dia cara mengalahkan bisnisnya Robert.
Jadi Dom bersama Imus, bersama Ariadne dan Archery ini masuk ke dalam... alam bawah sadarnya Robert, mimpi yang tingkat tiganya Robert tersebut untuk menanamkan bahwa bisnis lo ini gak akan berhasil, lo harus ganti bisnis gitu kurang lebih. Lalu intinya berhasil ya, intinya berhasil namun dalam pelaksanaannya itu ada tokoh Mal disini. Nah Mal ini merupakan istri dari Dom, tapi Mal ini sudah meninggal.
Istrinya Dom sudah meninggal tapi dia sering muncul di pikirannya Dom. Nah inilah mahal ini yang menjadi pengganggu. dalam misi-misinya dom. Dia mengganggu, merusak, atau mengagakkan rencana dom ini dan teman-temannya. Nah, ini juga terjadi dalam kehidupan kalian sehari-hari.
Ketika kalian berusaha mengambil keputusan, yang baik ya, suatu keputusan atau menciptakan suatu rencana. Untuk melakukan suatu tindakan, kalian sering menimbang-menimbang. Segala macam keputusan kalian itu sebenarnya berasal dari alam bawah sadar kalian. Alam mental model kalian.
Ketika kalian memiliki banyak pengalaman, memiliki banyak pendidikan yang baik, kalian akan menghasilkan keputusan-keputusan yang baik, cenderung baik. Tapi banyak pengganggu-pengganggu yang... Dalam hal ini mal disini ya, mal disini sebagai pengganggu dalam pengambilan keputusan atau dalam pembentukan mental model kalian. Mal ini ada ibaratnya sebagai sifat yang buruk, sifat iri, atau sifat rakus, sifat yang negatif atau mungkin ada omongan-omongan atau cibiran-cibiran dari orang lain sehingga kalian itu termakan oleh omongan tersebut sehingga kalian mengambil keputusan yang kurang baik atau kurang bijaksana itu ya, itu begitulah konsep mental pembentukan mental model dan dalam hal ini tuh pengambilan keputusan, bagaimana pengalaman-pengalaman kalian memberikan kalian sebuah merancang keputusan yang baik, tapi banyak-banyak penganggu disana, banyak yang menggangguin, banyak yang memberikan suara-suara... lain yang menyebabkan kalian itu semakin goyah dalam mengambil keputusan.
Kita lanjut ya, slide keempat. Di slide keempat ini ada sebuah pembelajaran bagaimana mental model itu dapat mengubah suatu kejadian yang awalnya buruk, kejadian buruk menjadi kejadian yang baik, atau menjadi hasilnya itu baik. Karena memiliki mental model, dalam hal ini adalah mental model bisnismen gitu ya.
Jadi tokoh yang disini ini beneran ya, beneran bonyok. Dia habis dipukulin, habis dirampok. Jadi namanya itu adalah Bernie Ecclestone.
Bernie Ecclestone ini, Bapak Ecclestone ini merupakan seorang petinggi di Formula One. Balap Formula One ya, balap mobil Formula One. Dia itu petinggi, dia itu pakai, menggunakan jam hublot namanya.
Jam hublot, nah pada suatu saat dia sedang pakai jam itu, dia itu kena rampok. Kena rampok, terus dia dipukulin, dihajar oleh perampok tersebut. Sehingga dia bonyok-bonyok, ini mukanya bonyok beneran, dipukulin, memar, matanya, terus ditonyok-tonyokin gitu ya.
Ketika dia dirampok dan dihajar, dipukul, dan bisa-bisa seperti itu, apa yang dipikirkan? Mungkin bagi teman-teman di sini yang mempunyai pola pikir yang biasa, atau saya juga, mungkin merasa ketika kalian dipukulin, kalian akan pasti mungkin ada yang lapor polisi, atau lapor pihak keamanan setempat, atau mungkin bikin IG story, mungkin lapor, atau bikin langsung ke rumah sakit, bikin visum, dan lain-lain. Begitu, yaitu mental model orang yang sederhana, orang yang umum.
Berbeda dengan Bapak Eccleston ini, dia mempunyai mental model seorang bisnismen. Jadi kalau bisnismen kan bahasa sederhana itu apa-apa jadi duit, apa-apa cuan, apa-apa biar untung. Bapak Eccleston ini langsung menghubungi pihak produsen Hublot ini.
Direkturnya, entah direktur atau bagian pemasaran, dia nelfon, saya habis dipukulin nih sama perampok. Sebelum nelfon, nah itu ya, saya habis dipukulin sama perampok. Ini fotonya, nah sebelum dia nelfon, dia memfoto dirinya sendiri dalam keadaan berlewat belur, sepertinya dia foto diri, terus dia nelfon ke pihak hublotnya, gue habis dirampok nih, habis dipukulin, gara-gara gue pakai jam hublot, gitu. Akhirnya, Pihak Hublot sendiri itu merasa bahwa ini merupakan peluang yang bagus untuk sebagai media promosi. Sehingga muncullah tagline, semacam semboyan, semacam kata-kata.
yang bisa kalian lihat di gambar itu see what people will do for a hublot lihat nih bagaimana orang-orang itu rela melakukan apa saja demi mendapatkan jam hublot jadi dia rela merampok, rela mengukulin saya demi untuk mendapatkan jam hublot akhirnya dipasang iklannya itu dikasih kata-kata akhirnya iklannya itu meningkatkan nilai penjualan dari Jang Hublot ini. Sehingga kedua pihak mendapat keuntungan. Si Bapak Ecclestone ini dapat duit dari jadi bintang iklan, padahal lagi bonyok begini, jadi bintang iklan dia. Terus Hublot mendapat keuntungan dari peningkatan nilai penjualan.
Itulah bagaimana pola pikir. Bagaimana mental model seseorang yang sudah terlatih, yang sudah banyak pengalaman, yang sudah banyak pendidikannya baik, itu bisa melihat suatu peluang dalam setiap permasalahan. Jadi teman-teman di sini nanti sebagai seorang pemimpin, sebagai seorang tenaga KSMA, Ketua organisasi atau anggota organisasi, ketika kalian mendapat masalah atau ketika kalian berada dalam suatu situasi yang tidak baik, jangan terlalu berfokus pada masalahnya, tapi fokuslah bagaimana menyelesaikan masalah tersebut.
Bagaimana kalian membalikan keadaan yang awalnya keadaan yang buruk, jelek, tidak baik, dibalik jadi keadaan yang baik. Bisa kalian contoh Bapak Ecclestone ini. Jadi lanjut ya ke slide yang kelima. Ini ada beberapa faktor yang mempengaruhi mental model di sini. Yang pertama ada deception atau tipuan di sini.
Apa itu tipuan? Nah tipuan itu sebenarnya sesuatu yang sebenarnya itu nggak ada. tapi dibuat seolah-olah ada.
Itu namanya tipuan. Sebenarnya itu nggak ada, sebenarnya itu kosong, tapi dibuat seolah-olah ada. Misalnya kalian ambil contoh ya, misalnya penipuan uang, misalnya penipuan jual-beli emas, misalnya.
Kan sebenarnya uangnya itu kan nggak ada, uang palsu nggak ada, uangnya kosong gitu. Atau jual-beli emas tipuannya, emasnya itu sebenarnya kosong. Nah, sama juga seperti ini. Tipuan-tipuan di situ sebenarnya tidak ada, tapi kalian merasakan itu ada.
Yang pertama, saya jelaskan, self-deception atau menipu diri sendiri. Nah, ini sangat sering terjadi. Bagaimana otak kalian itu menipu diri kalian sendiri. Sebagai contoh, ketika kalian dikasih suatu pekerjaan, ketika dikasih sebuah tanggung jawab, Belum pernah dicoba tapi kalian langsung bilang, oh saya nggak bisa, saya tidak mampu, ah mana mungkin, kayaknya nggak mungkin deh, kayaknya nggak bisa deh. Nah itu namanya self-deception.
Kalian atau otak kalian itu membatasi diri kalian sendiri. Ketika kalian mampu melakukan apa saja tapi otak kalian bilang, nggak usah deh, sulit tuh, mending nggak usah, mending bilang nggak bisa. Atau mungkin kalian males, terus otak kalian harusnya kalian bisa melakukan hal itu, melakukan pekerjaan itu, tapi otak kalian itu males, akhirnya otak kalian itu menipu dirinya sendiri. Aduh, nggak usah deh, capek, males, bilang aja nggak bisa. Nah, itu namanya self-deception.
Ini sangat mempengaruhi mental model. Ketika kalian terbiasa seperti itu, mental model kalian jadi males, jadi segala sesuatunya itu menjadi terbatas akhirnya. Kalian dikasih peluang, kalian merasa mental modelnya karena udah terbiasa menolak, jadi kalian males. Atau menutup diri sendiri sehingga semua pekerjaan atau semua peluang yang kalian dapetin itu akhirnya hilang. Itu namanya self-deception.
Ini hati-hati ketika terlalu sering self-deception, menipu diri sendiri, kalian akan memiliki mental model yang lemah. Terus yang kedua, deception yang kedua itu ada namanya deceiving other atau menipu orang lain. Ini hati-hati juga karena kalian...
Ketika terbiasa menipu orang lain, membohongi orang lain, termasuk juga white lie atau bohong putih. Atau ibaratnya kalian berbohong, mungkin kalian sebagai pemimpin, kalian berbohong untuk seolah-olah agar anak buah kalian itu merasa tenang, merasa baik. Jadi kalian bohongin anak buah. Itu nggak boleh ya, terbiasa seperti itu.
Kalian itu deceiving other atau menipu orang lain. Bohong putih aja gak boleh, apalagi bohong yang tujuannya untuk kejahatan, itu gak boleh. Nanti jadi terkebiasaan. Lalu yang ketiga ada namanya deceived by others. Nah ini dibohongi atau ditipu oleh orang lain.
Jadi ketika kalian ditipu oleh orang lain, dibohongi oleh orang lain, ini akan membuat mental model kalian itu justru semakin kuat, semakin terlatih sebagai... Bukan... Terlatih atau lebih tepatnya semakin pinter mental model kalian, semakin banyak pengalaman, apalagi pengalaman yang pahit, ditipu, dibohongi, didustai, dikecewakan, deceived by others, justru itu akan membuat mental model kalian itu akan semakin terbentuk, semakin cerdas, semakin...
bisa membedakan akhirnya yang mana yang benar-benar kebenaran, yang mana sebuah kebohongan seperti itu. Deception ini, khususnya deceived by others ini akan membuat, membentuk mental model kalian jadi semakin kuat, semakin baik. Terus mental model yang berikutnya ada boundaries, faktornya yang mempengaruhi mental model, ada namanya pembatas atau boundaries.
Jadi bagaimana sebuah... Batasan-batasan itu harus dilakukan, harus diterapkan gitu ya. Jadi contohnya misalnya dalam sebuah organisasi, kalian itu harus mengetahui yang mana namanya batasan, yang mana boleh dilakukan, yang mana tidak boleh dilakukan.
Yang mana tabu, yang mana tidak tabu. Yang mana dosa, yang mana sebuah kebaikan, yang mana amal. Termasuk juga antara hubungan antara anggota dengan ketua atau antara, contoh di kampus, antara dosen dengan mahasiswa.
Kita harus ada batasan di sana, yang mana boleh kita lakukan kepada dosen, yang mana tidak. Meskipun kalian dekat sama dosen atau akrab sama dosen, tapi kalian tetap harus ada batasan, harus membatasi diri. Yang mana, apa namanya, sopan, yang mana baik, yang mana... Hormat, terutama yang mana dekat sama dosen. Jangan sampai kebablasan, kalian merasa dekat sama dosen, merasa akrab, kalian lalu seenaknya atau malah kayak temen terlalu over, nah itu berbahaya juga itu mental modelnya nanti tidak baik, karena tidak tahu batasan, tidak tahu mana baik dan buruk, mana sopan dan kurang sopan, kalian bisa jadi...
orang yang tidak beretika lalu yang faktor lain yang mempengaruhi mental model adalah making decision, jadi kehidupan hari ini, apapun yang kalian miliki hari ini apapun yang kalian terima hari ini itu merupakan hasil dari keputusan kalian sebelumnya jadi dalam mengambil keputusan itu sebaiknya dipikirkan baik-baik Direncanakan baik-baik, dilakukan baik-baik, dan hasilnya pasti akan baik-baik. Lalu faktor yang keempat adalah obedience or disobedience, both are costly. Jadi kepatuhan atau ketidakpatuhan itu semua akan ada konsekuensinya.
Jadi ketika kalian patuh terhadap suatu aturan, Patuh terhadap suatu SOP. Mungkin di awal itu kalian merasa ribet ya ketika misalnya kalian ada protokol kesehatan dalam hal COVID. Misalnya harus cuci tangan, harus pakai masker, hand sanitizer, jaga jarak, hindari keluar rumah, dan lain-lain.
Kalian merasa bahwa kepatuhan itu akan membuat ribet. Aduh ribet banget sih mau keluar rumah aja pakai masker, nyari masker dulu. harus cuci masker, harus ganti pakaian setelah keluar dari rumah. Tapi semua itu bakal ada konsekuensi.
Paling tidak ada harganya ketika kalian terjadi suatu masalah, terjadi suatu situasi yang tidak diinginkan, kalian itu akan tercover, terlindungi. Misalnya juga dalam hal kedokteran misalnya, ketika dokter bekerja sesuai dengan prosedur, sesuai dengan SOP, pakai alat APD yang baik, alkes yang baik sesuai aturan, prosedurnya diikuti. Ketika terjadi... pasien tersebut misalnya meninggal atau pasien tersebut mengalami suatu keburukan kalian itu terlindungi, tercover dengan ini, karena kalian sudah melakukan pekerjaan sesuai dengan aturan atau patuh aturan, begitu meskipun awalnya ribet, tapi itu untuk melindungi diri kalian sendiri sebenarnya itu akan mempengaruhi mental model nanti, dalam mengambil keputusan ketika kalian patuh terbiasa patuh mental model kalian itu akan terbentuk sebagai hal yang baik-baik saja, kalau terbiasa tidak patuh, awalnya mungkin enak, santai kemarin saya gak pakai masker sehat-sehat aja, kemarin saya habis kumpul-kumpul sama teman-teman nongkrong di cafe, sehat-sehat aja, nah ketika terjadi suatu masalah, kalian pasti akan ikut terlibat juga akhirnya ketika teman kalian kena covid Atau ketika dokter tersebut ada kesalahan maltraktik misalnya, atau ada pasien yang meninggal, nah dokter tersebut bisa dituntut. Padahal ya, bukan dia penyebabnya, bukan dokter tersebut yang menyebabkan pasien tersebut meninggal.
Tapi bisa saja dokter tersebut dituntut. Karena dia bekerja tidak sesuai SOP, sehingga dia bisa dituntut bahwa dia tidak bekerja sesuai SOP bisa menyebabkan meninggal. Meskipun bukan itu penyebab utamanya. Jadi semua ada harganya.
Ketika mental model kalian terbiasa patuh, pasti ada dampak positifnya. Ketika terbiasa disobedience atau tidak patuh, waktu saat pasti ada konsekuensinya. Terus yang kelima, faktor-faktor yang mempengaruhi mental model adalah ada persepsi bagaimana kalian memahami sesuatu.
Pada sudut pandang kalian dalam memahami sesuatu, ada pengertian, ada konsep, asumsi, atau pendapat pribadi, ada generalisasi, ada cerita di sini. Nah cerita di sini adalah bagaimana cerita dari orang lain, atau pengalaman-pengalaman orang lain, atau kenyinyiran orang lain itu akan mempengaruhi mental model kalian, mempengaruhi mindset kalian ketika kalian mempunyai. Apa namanya? Sudut pandang, paradigma, atau asumsi terhadap suatu hal, terus kalian dengar cerita-cerita orang lain, mulai itu terpengaruh. Saya ambil contoh, misalnya kalian berteman sama si A, kalian berteman sama si A, terus kalian itu mempunyai asumsi, mempunyai mindset bahwa si A ini orang baik.
Terus ada cerita di sini, cerita dari si B. Si B ini ketemu kalian cerita. Si A itu orangnya nyebelin loh, suka manfaatin, suka membohongi, suka manfaatin temen. Abis dimanfaatin, terus kalian pasti dimusuhin. Nah, hati-hati dengan hal tersebut.
Ketika kalian terjadi suatu masalah misalnya dengan si A, ya mungkin si A itu terlambat datang atau dia minta tolong sama kalian, tolongin dong. Itu misalnya si A. Nah kalian merasa, oh iya bener juga si B.
Si B kemarin ngomong si A ini suka manfaatin. Sekarang si A ini minta tolong sama saya. Wah berarti bener nih si A ini suka manfaatin.
Nah itu hati-hati dengan cerita-cerita dari orang lain. Jangan sampai cerita-cerita negatif itu mempengaruhi mindset kalian terhadap suatu masalah atau suatu kejadian. Atau mungkin suatu orang.
Itulah merupakan faktor-faktor yang mempengaruhi dari mental model. Lanjut ya ke slide yang ke-6. Di slide yang ke-6 ini ada gambar, ceritanya ini adalah tukang sapu, mungkin atau tukang bersih-bersih, atau tukang sampah, atau tukang rongsok, boleh kalian asumsikan seperti itu.
Sebenarnya ini ada gambar khusus, cuman saya sempat googling-googling itu nggak ketemu gambarnya, jadi saya bikin gambar sendiri aja. Ceritanya ini ada fenomena orang nyapu, ya tadi yang saya jelasin entah itu tukang sapu, entah itu tukang bersih-bersih, atau apa namanya? Pasukan orin atau dan sejenis-jenisnya itu ya. Terus ada seorang ibu-ibu gitu. Dan anaknya.
Si ibu-ibu itu ngomong gini ke anaknya. Tuh, lihat. Tukang sapunya tuh, lihat tuh.
Nanti kalau kamu males belajar. Kamu mau jadi tukang sapu nanti. Terus anaknya bilang, Duh, nggak mau, Bu. Saya nggak mau jadi tukang sapu.
Saya pengen belajar deh biar sukses. Nah, gitu ya. Itu kan mental menanam. menanamkan sebuah mental model, sebuah konsep di kepala si anak, bahwa ketika si anak males belajar itu akan menyebabkan si anak tersebut jadi kehidupannya di masa yang akan datang itu menjadi buruk begitu kan, tapi ada suatu hal yang hati-hati disini ya, jadi kalian itu ketika kalian menjadi orang tua nanti berhati-hati dalam menanamkan sebuah konsep di kepala anak Apa yang terjadi kalau ketika ibu-ibu ini menanamkan konsep seperti ini?
Nah, si anak itu mulai berpikir nanti, oh, kalau saya males belajar, nanti saya jadi tukang sapu. Tukang sapu itu kan, bisa kalian lihat sendiri ya, ini contoh aja misalnya, tukang sapu itu kan kotor, bau, bau matahari, bau sampah, terus kerjaannya cuma begitu, gajinya kecil, pakaiannya lusuh, gitu. Sehingga suatu saat...
Ketika si anak itu besar nanti, ketika dia melihat si tukang sapu, melihat si tukang sampah, dia akan merasa si tukang sapu dan si tukang sampah ini kehidupannya itu tidak lebih baik daripada dia. Atau bisa saya bilang kehidupannya tukang sapu dan tukang sampah ini rendah. Si anak ini mungkin nanti di masa depan dia jadi anak yang sukses, kerja di perusahaan yang multinasional misalnya.
Dia merasa, wah tukang sapu kerjaannya jorok, kotor, bersih, tidak manusia rendahan. Nah seperti itu, hadih-hadi seperti itu. Bisa jadi bisa berpikir seperti itu, ah dia manusia rendahan, manusia yang gak berguna. Pasti dia dulu males belajar, males belajar terus jadi bodoh, bodoh gak bisa nyari kerja, akhirnya cuma jadi tukang sapu.
Akhirnya si anak tersebut merasa bahwa dirinya lebih tinggi, lebih hebat. daripada si tukang sapu atau si tukang sampah hati-hati dalam menanamkan mental model ini contohnya orang tua dengan anak sama juga dengan sebagai seorang pemimpin dengan anak buah hati-hati menanamkan mental model jangan sampai kita tuh ingin membuat perusahaan kita itu misalnya dalam kalian sebagai seorang ketua organisasi ingin membuat Organisasi kalian itu semakin sukses atau semakin baik begitu ya. Tapi cara kalian itu salah. Jadi kalian itu memaksa anak buah kalian, ayo kerja dengan cepat, kerja dengan giat. Kalau telat satu menit masuk kantor, potong gaji Rp50.000.
Telat dua menit, potong lagi 10%. Lalu telat satu jam, nggak dihitung masuk. Apa yang terjadi sama anak buah kalian? Anak buah kalian tuh akan merasa tertekan, merasa tidak, apa namanya, tidak semangat bekerja, karena belum kerja aja udah diancam-ancam seperti itu.
Belum gajian aja udah diancam-ancam, pake telat-telat dipotong gaji. Padahal kalian tuh ingin memajukan usaha kalian, memajukan organisasi kalian. Bagaimana caranya agar kalian itu bisa memberikan semangat? Ya, ganti kata-katanya dengan yang lebih baik.
Misalnya saya ambil contoh di sini, si ibu tersebut sebaiknya bilang, kalau kamu rajin belajar, nanti kamu bisa memberikan kehidupan yang lebih baik untuk mereka. Jadi kita tidak perlu menjelaskan bahwa kehidupannya tukang sapu ini buruk begitu. Tapi kita bisa memberikan contoh yang positif bagi anak, nanti kalau kamu rajin belajar, nanti kamu bisa...
Memberi pakaian yang lebih bagus untuk mereka, bisa memberikan gaji yang lebih layak, lebih bagus, lebih baik. Buat mereka bisa memberikan alat-alat yang lebih bagus, misalnya sapunya mungkin pakai robot, atau sapunya pakai mesin, atau sapunya langsung ngepel gitu kan. Nah bisa memberikan hal-hal seperti itu bagi mereka.
Jadi kamu harus rajin belajar. Nah itu dia. Jadi ketika anak diberikan hal-hal, ditanamkan hal-hal yang positif, lama-lama si anak tersebut akan memiliki mental model yang positif.
Si tukang sapu ini bukan pekerjaan yang buruk, bukan pekerjaan yang bau, bukan pekerjaan yang bad, bukan pekerjaan yang buruk. Tapi dia sebuah pekerjaan, memang job desknya seperti itu, memang pakaiannya seperti itu. Jadi ketika si anak mendapat rejeki, jadi atasannya dia harus membuat si tukang sapu ini menjadi lebih layak dengan pakaian yang lebih bagus, APD yang lebih lengkap. alat kerja yang lebih bagus, seperti itu.
Sama juga dengan kalian di organisasi, jadi jangan ditakutin dengan potong gaji, tapi berikanlah mereka motivasi, ayo kerja dengan semangat, deadline-nya tepat waktu, ketika deadline tepat waktu, hasil kerjanya bagus, nanti dapat gaji, nanti konsumennya puas, nanti dapat bonus, kalian bisa saya kasih bonus. Atau mungkin kalian kalau kerjanya tepat waktu atau lebih cepat, kalian bisa libur, dapat libur ekstra. Nah, gitu kan dia semakin termotivasi untuk melakukan kerja dengan baik. Gitu ya. Terus, contoh lagi.
Ini saya ambil contoh lagi bagaimana sebuah mental model itu terbentuk selama ini. Kalian kan mengenal konsep hitam dan putih. Konsep hitam putih.
Hitam itu adalah lambang dari keburukan. Lambang kejelekan. Lambang sesuatu yang buruk, yang jahat, sesuatu yang jelek.
Itu pasti lambangnya hitam. Ketika putih itu artinya baik, indah, cantik, bersih. Pokoknya sesuatu yang bagus-bagus lah putih, itu kan biasa konsep gitu kan. Ketika ilmu hitam berarti ilmu yang jelek, ilmu putih berarti ilmu yang bagus. Itu konsep dasar dari mental model sebagian besar orang begitu ya.
Nah itu yang jadi bahaya sekarang. Ini ya saya kasih contoh kasus ketika hal ini menjadi awal mula terbentuknya sikap rasisme. Ya, gak percaya. Ya, saya ambil contoh.
Ketika kalian melihat orang yang berkulit gelap, atau berkulit, saya bisa bilang berkulit hitam, berkulit gelap, apa yang ada di pikiran kalian? Pasti kan orang tersebut, wah, orangnya hitam. Gitu ya, pasti orangnya jorok, gak pernah mandi, kotor. Ya, terus apa lagi?
Berisik atau pengganggu. Terus ketika... ketemu dengan orang yang berkulit putih apa yang kalian ada dalam pikiran kalian pasti orangnya bersih pasti apik pasti cantik atau ganteng pasti baik orangnya bersih tidak jorok itulah cikal bakalnya rasisme ketika warna hitam itu diidentikan dengan hal yang buruk, ketika warna putih diidentikan dengan hal yang positif Apa yang terjadi? Nah, ketika kalian ketemu teman-teman kita yang dari daerah timur misalnya, yang berkulitnya cenderung gelap, kalian pasti mengira, wah, pasti orangnya jorok nih. Padahal belum tentu, kan?
Bisa jadi orang yang berkulit gelap itu dia lebih bersih, lebih telaten merawat diri. Bisa jadi yang berkulit putih justru jorok, justru jahat, justru... Apalah pokoknya yang negatif-negatif sifatnya. Justru suka berbohong, jorok, nggak pernah mandi.
Jelangkan yang berkulit gelap dia mandi rajin, bersih, apik orangnya. Itu yang menyebabkan hal-hal rasisme itu terjadi di kehidupan kita. Karena konsep hitam putih tersebut, konsep yang sebenarnya itu tuh nggak ada.
Itu tuh tipuan begitu loh. Nggak ada hitam itu jahat, putih itu jahat, nggak ada. Warna itu nggak ada sifatnya. Kulit manusia pun sama.
Ketika orang berkulit gelap dengan berkulit putih itu nggak ada sifatnya. Yang hitam, ada yang baik, ada yang bersih, telaten, ada juga yang jahat. Begitu juga yang putih. Ada yang memang baik, memang bersih, ada juga yang buruk sifatnya. Hati-hati dengan mental model atau dengan mindset yang selama ini ditanamkan.
Kita tuh nggak bisa menilai seseorang dari warna kulitnya, dari hitamnya dia atau dari putihnya dia. Itu ya, itu konsep bagaimana mental model itu sangat mempengaruhi keputusan kita. Ketika kita melihat orangnya kulit hitam, ah nggak mau ah berteman sama dia, dia orangnya jorok, tapi bukan belum kenal, ah nggak mau ah berteman sama yang kulitnya gelap.
Pokoknya dia kelihatannya jorok atau kotor, gak mau pacaran sama yang orang kulitnya gelap, jorok, kotor, nah itu kan belum tentu. Itu hati-hati dengan mindset kalian tentang bagaimana hitam dan putih itu mewakili sebuah sifat, padahal itu warna, warna itu gak ada sifatnya. Lanjut ya ke slide yang ke-7.
Di slide ini akan membahas bagaimana proses pembentukan dari sebuah mental model, sebuah mindset. Diawali dengan namanya penghapusan atau deleting. Ketika kalian mendapat sebuah informasi, sebuah berita, sebuah kabar seperti itu, kalian itu pasti akan mengalami, pasti akan pertama kali yang kalian lakukan itu pasti Penghapusan dulu, jadi bagaimana kalian memilah, memilih, menyaring, atau mungkin menghapus informasi yang kalian anggap nggak penting. Atau mungkin memilih yang penting-penting kalian simpan, atau disaring yang mana bagus, yang mana tidak bagus, itu kalian simpan yang bagus-bagus. Nah, seperti itu misalnya saya ambil contoh tentang informasi atau berita tentang kasus COVID-19.
Pada awal tahun, tahun Januari atau Februari 2020, ketika ada informasi tersebut, wah ada kasus nih di Hubei, China. Jumlah kasus ada kasus ada suatu wabah, suatu pandemi di Hubei, China. Jumlah korban sekian juta orang misalnya. Ini namanya virus corona.
Penanganannya, pencegahannya adalah dengan pakai masker, PHBS, cuci tangan, dan lain-lain. Cara penyembuhannya belum ditemukan, belum ada obatnya, dll. Nah itu segala macam informasi itu masuk, ya masuk. Kalian akan memilih-milih informasi mana yang kalian simpan. Misalnya kasus di Hubei, China, kalian simpan.
Jumlahnya sekian, ah nggak penting jumlahnya, kalian hapus. Lalu jumlahnya, lalu cara pencegahannya yang penting, kalian simpan. Terus dll. Itu ada proses di situ.
Bagaimana penerimaan informasi itu nggak bisa masuk semua, pasti dipilah-pilah dulu. Lalu yang kedua muncul namanya proses pembentukan. Jadi kalian itu mencari suatu pola, or ternyata pola penyebaran COVID ini adalah melalui udara.
Karena kalian mendapat informasi, kalian siap, oh udara, berarti dia nyebarnya melalui udara atau melalui apa namanya? Seorang yang gak pakai masker dia masuk ke hidungnya, penapasannya, terus menyerang paru-paru. Ada suatu pola di situ. Kalian mengerti bagaimana pola penyebaran penyakit COVID. Terus ada pemahaman.
Ketika pola dapat, kalian mulai memahami. Oh ternyata begitu ya penyebarannya ya. Oh ternyata begitu ya kegawatan virusnya. Oh ternyata begitu cara menanggulanginya, cara mencegahnya.
Ada pemahaman di situ. Lalu ada yang ketiga di sini, ada distorsi atau ada perubahan di sini ya. Perubahan makna atau pemahaman. Ada perubahan pemahaman yang kalian dapat ya, atau yang perubahan ini terjadi karena adanya bumbu-bumbu pengalaman atau bumbu dari pendidikan kalian.
Ketika kalian menerima informasi COVID, kalian mulailah menambahkan bumbu pengalaman. Dan untuk lalu, Waktu ada wabah, misalnya wabah SARS dulu, saya pakai masker aman dari COVID. Nah, jadi kalian menambahkan pengalaman tersebut, menandakan bahwa, oh ya benar, pakai masker ini benar-benar aman dari serangan virus.
Atau mungkin ada bumbu pengalaman negatif, misalnya, ah, dulu ada virus SARS atau virus pelu burung, aman-aman aja, saya nggak pakai masker, saya nggak cuci tangan, aman-aman aja. Nah, itu namanya bumbu di situ. Ya, entar bumbunya pedas atau bumbunya manis.
Sehingga bisa mengurangi atau menambahkan rasa dalam setiap mental model kalian. Bisa jadi kalian semakin yakin, semakin mantap terhadap mindset tersebut, atau malah semakin memudar dari mindset. Ah, gak yakin deh.
Ah, masa sih? Dulu saya pengalaman gak gitu. Dulu saya waktu...
Menangani pandemi, waktu menghadapi pandemi, nggak gitu-gitu banget. Nah, itu bisa jadi menambah atau mengurangi rasa, atau menambah atau mengurangi nilai-nilai mental model kalian. Lalu yang keempat, baru namanya ada generalisasi, atau menyamaratakan semua kejadian berdasarkan nilai yang telah terbentuk. Jadi ketika ada... yang ketiga ini, yang keempat ini stage yang keempat, di proses yang keempat ini generalisasi mental model kalian itu sudah terbentuk.
Ketika kalian ketemu lagi dengan masalah tersebut, kalian sudah punya mindset terhadap masalah tersebut. Misalnya di tahun 2020, kalian sudah punya mindset tentang bagaimana COVID itu. Ketika kalian ketemu lagi COVID di tahun 2025, misalnya ada wabah lagi, tahun 2025 wabah COVID atau mungkin wabah yang lain, kalian itu atau mental model kalian itu sudah siap.
Oh dulu waktu wabah 2020, saya pakai masker, saya pakai sarung tangan, saya selamat, saya sehat. Atau mungkin mental model yang negatif, ah dulu 2020 saya nggak usah pakai masker, nggak usah pakai cuci tangan, saya hidup-hidup aja tuh. Nah, itu namanya sebuah generalisasi. Ketika menemui lagi masalah yang sama atau menemui lagi suatu situasi yang sama, kalian itu akan cenderung melakukan hal yang sama. Melakukan...
tindakan itu lagi karena mental model kalian sudah terbentuk lanjut ya ke slide yang ke delapan Sebagai seorang pemimpin, kalian harus memiliki mental model yang baik. Jadi bagaimana, yang pertama ya, kalian itu harus bisa memimpin diri kalian sendiri. Itu yang pertama. Sebelum kalian memimpin orang lain, sebelum kalian memimpin suatu organisasi, Kalian harus bisa memimpin diri kalian sendiri.
Kalian harus bisa mengalahkan diri kalian sendiri. Ketika kalian bisa menaklukkan diri kalian sendiri, atau kalian bisa personal mastery, bisa menguasai diri sendiri, bisa menguasai lautan diri, master of your sea. Menjadi kuasa terhadap lautan ego, kalian menjadi penguasa lautan ego kalian sendiri, kalian itu sudah siap nanti memimpin orang lain. Pertama yang dilakukan memimpin diri sendiri adalah disiplin your mind, atau disiplinkan pikiran kalian. Jadi sebelum kalian mendisiplinkan orang lain, kalian harus disiplin dengan diri sendiri.
gitu ya, lalu yang kedua get rid of lustful thing, ya jauhi hal-hal yang sifatnya negatif, hal yang sifatnya napsu duniawi ketika kalian jadi pemimpin, jauhkan hal-hal tersebut ya, karena kalian itu memimpin menjadi ketua dari kelompok masyarakat kelompok anggota kalian Jadi segala keputusan, segala keuntungan atau kerugian dari sebuah anggota, kehancuran atau keberhasilan sebuah organisasi itu ada di tangan kalian. Jadi jauhkan hal-hal yang sifatnya negatif, yang sifatnya egois, hal-hal yang sifatnya menguntungkan diri sendiri itu dijauh-jauhin. Terus yang ketiga, think a correct thinking and take the trace out. Jadi berpikirlah atau rencanakanlah. hal-hal yang baik dan buang jauh-jauh hal yang buruk.
Terus yang berikutnya, ketika kalian sudah berhasil memimpin diri sendiri, kalian sudah bisa memimpin orang lain. Put God at the top of priority. Jadi yang pertama itu adalah ketuhanan yang Maha Esa.
Kalian harus... apa namanya, menaruh sifat, apa namanya mengutamakan Tuhan, jadi semuapun apapun yang kalian lakukan apapun yang kalian kerjakan apapun yang kalian rencanakan, itu harus diawali dengan Bismillah harus dilandasi dengan izin Tuhan gitu ya, lalu yang kedua ada fear of God, jadi takutlah pada Tuhan takutlah pada Sifat-sifat atau sikap-sikap atau tindakan-tindakan yang dapat membuat Tuhan itu marah sama kalian. Jauhkan sifat-sifat negatif tersebut. Lalu yang ketiga, be a giver, not a taker. Jadi jadilah pemberi, bukan pengambil.
Jadi apapun nanti keberhasilan dari organisasi kalian. Keberhasilan dari perusahaan kalian, keberhasilan dari institusi kalian, berikanlah atau berikan pertama kali itu kepada anggotanya atau anak buah kalian. Ketika kalian menerima suatu penghargaan, yang diberikan pertama kali itu adalah anggota kalian. Karena mereka sudah bekerja keras. Begitu juga dengan terima gaji dalam hal ini hal sepilih yang kita bahas ya.
Hal-hal umum misalnya gaji. Ketika kalian mendapat keuntungan, mendapat rejeki, mendapat bonus, hal yang harus diberi pertama atau orang yang harus diberi pertama itu adalah anak buah kalian atau anggota kalian. Berikan hak-hak mereka, ketika sudah diberikan baru kalian boleh menggaji diri kalian sendiri.
Jangan kebalik ya, kalian gaji diri sendiri, sisanya baru buat anak buah. Jangan sampai seperti itu. Terus yang memimpin orang lainnya keempat, the seed must live.
adalah ketika ya ketika kalian ingin memanen padi ketika kalian ingin panen panen padi panen beras hal pertama yang harus kalian lakukan adalah menanam padi the seed must live atau benih itu yang yang kalian harus lakukan di awal ketika kalian ingin panen padi nanam padi dululah ketika kalian ingin mendapat hal yang baik Tanam dulu hal yang baik tersebut. Ketika kalian ingin mendapat keuntungan, tanamkan dulu bagaimana misalnya cara mendapat keuntungan, cara menjadi pebisnis yang sukses, cara menjadi organisasi yang berhasil. Jadi jangan pernah berharap. Jangan berharap kalian itu pengen sukses, tapi kalian nggak pernah menanam kebaikan.
Pengen dibaikin orang, tapi kalian nggak. gak pernah baikin orang duluan the seed must lead benih itu yang harus dilakukan kalau ingin manen padi harus tenem padi terus yang kelima memimpin orang lain itu ada namanya konsep unbelief lead to disobedience ketidakpercayaan itu akan membawa ketidakpatuhan ketika kalian ya sebagai seorang pemimpin Kalian itu gak bisa memberi contoh, tidak bisa memberi keyakinan untuk anak buahnya, itu akan mengakibatkan ketidakpatuhan anak buah kalian, ketidakpatuhan dari anggota kalian. Atau kalian mungkin jadi anggota ketika pemimpin kalian itu gak meyakinkan, tidak pede, seperti itu, tidak yakin atau gak jelas pemimpin kalian itu, kalian lama-lama pasti ada ketidakpatuhan, atau mungkin anak buahnya menjadi pembangkang. atau menjadi apa namanya menjadi bandel gitu anak kuat gitu ya terus yang terakhir yang ketiga mental modelnya itu adalah mind is the leader or forerunner of all action mind is the leader or forerunner of all action jadi pikiran mental model mindset Rencana yang ada di pikiran kalian itu merupakan awal, merupakan pemimpin dalam setiap kegiatan, dalam setiap tindakan. Jadi ketika kalian mempunyai pikiran yang baik, perencanaan yang baik, itu akan menjadi landasan, itu akan menjadi sesuatu pemberi arah.
Jadi sebagai suatu pendahulu bagi setiap kegiatan-kegiatan, setiap action-action yang baik. Lanjut ke slide yang ke-9. Jadi ini merupakan proses perubahan mental model dalam sebuah organisasi. Yang pertama itu harus siap mengubah kebiasaan lama.
Organisasi tersebut ingin berubah ketika sebuah organisasi ingin mencapai sesuatu. Itu harus mengubah kebiasaan lama yang bisa dikatakan kebiasaan buruk. Terus yang kedua, mendapatkan pengetahuan baru. Get the new acknowledgement, get the new improvement.
Jadi dapatkan cari hal-hal yang pengetahuan baru. Cari informasi-informasi baru, cari metode-metode baru, cari cara-cara baru, cari teknik-teknik yang baru dalam menyelesaikan suatu pekerjaan. Pasti ada perubahan, pasti ada update, atau pasti ada metode-metode baru yang bisa kalian pelajari. Terus yang ketiga, ketika kebiasaan lama sudah diubah, pengetahuan baru sudah didapat. Nah, sadari bahwa yang selama ini dilakukan itu adalah keliru.
Kalian menyadari, itu menanamkan mindset di otak kalian bahwa ini yang sebenarnya harus dilakukan. Yang dulu itu salah, yang dulu itu kurang tepat. Ketika kalian mau menerima hal tersebut, mau menerima hal yang baru tersebut, itu pasti mental modelnya akan berubah. Ketika kalian menolak, otak kalian, aduh ini. Gak masuk akal nih, ini gak mungkin nih, yang dulu lebih bener yang dulu.
Nah, ketika kalian menolak seperti itu, seberapa banyak pun usaha mengubah kebiasaan lama atau kecoh. Bapak banyak pun pengetahuan-pengetahuan baru yang kalian dapetin itu gak akan bisa mengubah mental model kalian. Mental modelnya organisasi.
Karena dia gak accept gitu, gak nerima, gak nerimo segala macam perubahan. Dulu lebih bener, saya gak mau berubah, malah mental usaha untuk mengubah mental model bagi organisasi. Baik ya. Kurang lebih itu saja pemaparan mengenai mental model dari saya. Silakan teman-teman mungkin ada pertanyaan nanti bisa disampaikan di forum diskusi, bisa melalui grup WhatsApp atau pada saat kita bertemu tetap muka atau bertemu melalui Zoom misalnya.
Dan untuk kelompok tiga. Silahkan dibuat presentasi, jadi minggu depan untuk kelompok 3 itu kalian presentasi tentang bagaimana pengaplikasian atau penerapan mental model dalam kehidupan nyata atau di lapangan seperti itu. Bagaimana penerapan pengaplikasian mental model di lapangan atau di kehidupan nyata.
Jadi minggu depan kelompok 3. Saya persilahkan presentasi, persiapkan dengan baik. Minggu depan kelas ini untuk kelompok tiga. Jadi kelompok tiga yang akan mengajari teman-teman dan akan mengajari saya juga.
Bagaimana konsep mental model ini diterapkan dalam kehidupan yang nyata. Dari saya cukup sekian. Terima kasih sudah mendengarkan. PowerPoint dan membaca PowerPoint ini Sampai ketemu lagi di pertemuan berikutnya Terima kasih dan selamat melanjutkan aktivitas