Transcript for:
Pelajaran dari Periode Demokrasi Liberal

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh bertemu kembali di youtube channel Anhar Gonggong bersama saya Mian An dan juga sudah ada Ayah dan kali ini kita berbicara atau mendiskusikan eee Periode demokrasi liberal dari tahun 1950 sampai 1958. Walaupun pada dasarnya sebetulnya Indonesia sudah mengalami beberapa periode demokrasi dan itu nanti akan menjadi bagian dari beberapa episode, tapi mungkin Ayah ingin memberikan dulu pengantar kira-kira untuk bisa memberikan gambaran sebetulnya apa yang sudah dilalui Indonesia dengan berbagai macam demokrasi yang pernah dipraktekkan sampai sekarang. Yang perlu dipahami sebenarnya begini, ketika kita sudah menerima dan berhasil mengambil kedaulatan kita sebagai bangsa merdeka dan menjadikan negara, kita kan dari tahun 45 sampai 59 kan kita dikuyuk-kuyuk oleh Belanda dan demokrasi kita ya memang... Ada macam-macam pergantian. Tetapi setelah kita, kedaulatan kita, kita ambil sejak tahun 50 sampai seterusnya sampai sekarang, maka kita melewati macam-macam demokrasi. Nah, sebenarnya persoalan demokrasinya sendiri tidak pernah menjadi persoalan dalam arti arti semua pemimpin kita menghendaki negaranya adalah negara demokrasi. Oke, isinya itu. Semua sejak kita berjuang, sejak kita berjuang dari pergerakan nasional, sebenarnya pemimpin kita itu memang menghendaki demokrasi. Nah, persoalannya adalah bukan pada demokrasinya, itu saja. Tetapi pada persoalan... yang berkaitan dengan jenis demokrasi apa yang akan kita jalankan. Nah inilah yang akan kita jelaskan nanti. Sampai sekarang kan kita tidak tahu demokrasi apa sekarang. Ada yang mengatakan demokrasi Pancasila, ya sama aja dengan apa yang pernah dilakukan oleh Soekarno kan, eh Soeharto. Makanya ini yang akan kita lihat prosesnya. kedaulatan kita kembali tahun 1950 sampai sekarang yang berbicara tentang demokrasi dan kita sekarang mulai dari apa yang sering dikenal dan disebut orang sebagai demokrasi liberal. Itu apa sebetulnya sih yang dikatakan dengan demokrasi liberal dan apa yang terjadi dalam periode itu? Oh banyak sekali. Selama 8 tahun. Selama 8 tahun itu demokrasi liberali itu sebenarnya meniru. Kita kan sebagai bekas jajahan, kita nggak punya demokrasi. Kita adalah bangsa yang tidak mengenal demokrasi. Bahkan selama kita dijajah sebenarnya, kita itu dijajah oleh dua sistem. Sistem kolonialistisnya Belanda, tentu saja otoriter. Sebelumnya. Sistem feodal, ya tentu saja. Jadi kita tidak pernah mengenal apa yang disebut demokrasi itu. Kita baru mengenal demokrasi setelah ada orang-orang terdidik yang berjuang pada pergerakan nasional. Jadi kita baru mengenal itu, berproses mengenalnya. Nah, inilah yang kita mau laksanakan setelah kita merdeka, maka ada macam-macam yang terjadi. Ada demokrasi liberal, ada demokrasi terpimpin, ada demokrasi Pancasila dan tidak tahu sekarang. Siapa namanya? Amin Rais ketika ketua MPR dalam reformasi ditanya, sekarang demokrasi apa? Jawabnya tidak tahu apakah dia bercanda atau beneran. Dia bilang demokrasi kita sekarang adalah demokrasi tidak-tidak. Nah sekarang kita bicara tentang demokrasi liberal Demokrasi liberal itu sebenarnya adalah demokrasi di mana semua orang, warga negara bebas memiliki kebebasan untuk mengeluarkan pendapatnya memiliki kebebasan untuk berorganisasi, memiliki kebebasan untuk mendapatkan ruang-ruang, untuk mendapatkan kesempatan, mendapatkan posisi dalam struktur negara, dan seterusnya itu. Jadi, dia bebas, liberal, bebas dalam pengertian itu. Nah, pada zaman itu juga, Karena ada kebebasan, ya partai banyak. Ada berapa partai? Ada, ya yang ikut dalam pemilu aja kalau tidak salah 48. Oh iya 48 ya. Ya pada waktu itu. Tapi sebenarnya ada persoalan juga itu. Jadi ketika awal Merdeka, Bung Karno mengundirikan satu partai, namanya Partai Nasionalis. Indonesia PNI itu tapi akhirnya ditolak lalu keluarlah maklumat presiden untuk pendirian daripada partai-partai pemerintah membuka ruang untuk warga negara mendirikan partai-partai dimulailah demokrasi setelah kita merdeka dengan demokrasi liberal ini. Gitu ceritanya. Nah, tapi demokrasi liberal selama 8 tahun itu banyak sekali yang terjadi. Iya. Kita mengalami macam-macam. Ada pertentangan di antara partai-partai. Iya. Macam-macam. Di antara 48 partai itu atau partai besar? Partai-partai besar lah. Yang duduk dalam kan Ada DPR sementara yang dibentuk. Asalnya dari KENI dan kemudian berubah menjadi DPR. Partai masuk di situ ada Mas Yumi di dalamnya, PNI di dalamnya, Partai Katolik di dalamnya, Partai Sosialis Indonesia di dalamnya, bahkan PKI dulu di dalamnya. segala macam itu lalu Partai Ngurba, Tan Malaka punya semualah masuk di dalamnya. Nah semua mendapatkan porsinya dan dalam proses pembentukan kabinet ada koalisi karena tidak mungkin sebuah partai mendirikan kabinetnya sendiri karena di dalam parlemen kan sudah ada macam-macam kekuatan. Ada macam-macam kekuatan. Jadi kalau misalnya PNI sendirian, tidak mungkin lah. Dia punya anggota cuma berapa? Di parlemen itu ya. Di parlemen. Nah, lalu kemudian terjadilah yang sering kita sebut dengan partai koalisi. Artinya ketika kabinet dibentuk, maka yang tokoh dari partai. yang diminta untuk membentuk itu melakukan lobby ke partai yang lain untuk mengajak dia masuk misalnya TNI diajak diminta oleh presiden untuk membentuk kabinet maka dia melakukan lobby ke partai-partai atau masyumi Iya kalau karena ketika itu kabinet jatuh banget itu itu demokrati. Tapi ada yang cuma 7 bulan, ada yang cuma sekian itu. Yang paling lama ketika itu 2 tahun. Lalu kemudian dalam prosesnya itu, maka mau tidak mau kan ada koalisi. yang ada satu persoalan bahwa yang tidak pernah ada partai yang mengajak masuk dalam kabinet itu adalah partai komunis PKI itu tidak pernah ada yang mengajak untuk masuk dalam koalisi itu waktu itu dipimpin sama siapa? apa? Aidit oh Aidit sudah Aidit nah tapi yang saya mau katakan begini Dia punya kekuatan juga dalam parlemen. Lalu, tapi persoalannya tidak ada yang mau mengajak dia. yang bisa diartikan sebagai apa? kalau tidak ada yang mau mengajak artinya tidak ada yang mau mengajak karena latar belakang ideologinya dan sebagainya apalagi sudah ada peristiwa Madiun yang waktu tahun 1948 itu salah satu faktor tetapi di tengah-tengah jatuh bangunnya kabinet dan banyak sekali persoalan ya Terjadi macam-macam konflik juga. Ambil sebagai satu contoh, masalah keamanan kita kan, masalah keamanan, lalu tentara. Ketika itu juga, maka ini yang melahirkan peristiwa 17 Oktober nanti. Ada pertentangan antara partai-partai yang ada di parlemen dan... tentara. Tentara merasa tersinggung oleh karena berbagai komentar yang diberikan oleh anggota DPR sementara waktu itu. Nah, yang terjadi adalah karena kemarahan tentara itu akhirnya tentara minta kepada Presiden Soekarno agar supaya membubarkan DPR. tentara membawa tank ke depan istana yang dipimpin oleh kapten, waktu itu pangkatnya masih kapten, Kapten Kemal Idris naik tank, lalu katanya diikuti oleh masyarakat, sekitar 30 ribuan orang datang ke situ dan meminta Presiden untuk membuarkan DPR. Tapi Presiden tidak mau. Nah, lalu kemudian waktu itu ada cerita bahwa Nasution Simatupang ketika itu posisinya adalah Kepala Staf Angkatan Perang. Lalu kemudian Nasution Kepala Staf Angkatan Darat datang ke Presiden dan mengangkat. Tapi... Ini saya pernah dengar dari dari Simatupang ya Soekarno menolak dengan alasan ya kalau itu saya lakukan, saya tidak demokrat Oh, demokratis ya Saya tidak, saya adalah seorang demokrat, jadi kalau saya melakukan itu, ini keterangan yang saya pernah peroleh dari Pak Simatupang waktu satu kesempatan Nah akhirnya, gak jadi dibubarkan kan, ya yang terjadi adalah Justru yang dipecat adalah Nasution diberhentikan sebagai Kepala Staf Angkatan Darat. Lalu kemudian Simatupang jabatannya dihilangkan. Jadi ada proses pergumulan yang sedemikian. Di lingkungan Angkatan Darat itu terjadi pertentangan-pertentangan. Jadi dampak dari... peristiwa 17 Oktober ini banyak sekali. Gatot Subroto yang ketika itu Panglima TT7, teritorium 7 yang berpusat di Makassar, ditangkap dan sebagainya. Jadi di Jakarta, pengganti Nasution, itu yang Anda dapat. tidak disetujui, lalu kemudian waktu mau dilantik siapa namanya Sultipli Lubis waktu itu berkedudukan sebagai wakil kepala staf, larang kalau mau apa namanya, mau upacara kegiatan kan ada musik, ya for musiknya, lalu dilarang oleh Sultipli Lubis apa yang terjadi grup musiknya kalau tidak salah kebakaran itu dibawa untuk kegiatan itu jadi ini hanya menunjukkan betapa rumitnya situasi ketika itu belum nanti dalam prosesnya karena jatuh bangun kabinet lalu kemudian ada tuduhan bahwa pemerintah lebih banyak diduki orang Jawa, pemerintah lebih banyak memberikan prioritas kepada Jawa, dan segala macam. Komandan-komandan di daerah melakukan berbagai tindakan-tindakan tertentu, semacam protes gitu. Maka terjadilah macam-macam. Tetapi juga memang di lingkungan pada waktu itu proses pergumulan di antara partai-partai ya memang terjadi. Dalam arti kata... Terutama partai gede ya, Pak? Iya. Di situ ada PNI, di situ ada Mas Yumi, di situ ada PKI, di situ ada NU. NU itu tadinya satu dengan Mas Yumi, tapi kemudian pecah tahun 1952. Dan bentuknya partai. Menjadi partai, jadi tadinya. Malah pendiri Mas Yumi itu salah satu di antaranya adalah neneknya Gus Dur, P.S. Hari. Tetapi oleh karena dalam... pergumulannya, merasa dirinya selalu disingkirkan oleh pembaharu dan pembaharu itu adalah Natsir CS, lalu kemudian maka orang NU disingkirkan merasa tersingkirkan nah tahun 1952 dalam rapatnya di Palembang di rapatnya di Palembang, lalu kemudian pecah menjaga menjaga partai namanya partai MU Oh oke kemudian ya macam-macam juga terjadi persoalan di kalangan tentara yaitu yang berkaitan dengan eh tentara ini kan iya seperti Nasutun tuh kan tamatan bereda walaupun di Bandung simatupang juga bereda di Bandung orang dan orang-orang yang lain seperti kawilarang segala macam semua itu adalah orang-orang yang berpendidikan militer Oh jadi tahu bagaimana susunan dan bagaimana seseorang harus menjadi memiliki terima ketika kita berjuang kan banyak orang yang enggak tahu militer Iya Iya kan Kahar Musyakar itu enggak ada pendidikan militernya cuma pendidikan pendidikan Pandu Pandu HW di kampungnya kan yang penting bisa membicarakan orang banyak pangkatnya letnan kolonel dan sebagainya lalu ada ide ketika itu mau mengadakan semacam rasionalisasi ini idenya Pak Hatta juga lalu kemudian mau dilaksanakan Nasution mau melaksanakan dan sebagainya, tapi mengalami kendala nah itu terjadi pergumulan lagi artinya diantara at tentara ada yang setuju ada tentu saja komandan-kommandan di daerah gak setuju jadi terjadi macam-macam persoalan semacam itu ada pemberontakan terjadi di dimulai dengan DITI nya Kartus Wiril di Jawa Barat lalu kemudian berkembang apa namanya ke tempat lain, Aceh, Aceh juga terjadi persoalan kemarahannya apa? tadinya provinsi tersendiri jadi waktu awal kita merdeka itu Aceh adalah provinsi tersendiri tiba-tiba dirubah menjadi hanya bagian dari Sumatera Utara nah itu yang melahirkan kemarahan juga kan kemarahan orang Aceh Nah nanti dikembalikan, akhirnya dikembalikan lagi menjadi satu provinsi. Tapi pemberontakannya tetap terjadi. DTI downgrade tetap terjadi. Lalu kemudian di Sulawesi Selatan juga ada DTI, Karmusakar. Karmusakar juga melakukan pemberontakan itu karena apa? Dia minta agar supaya resimennya Pasukannya itu dibentuk satu resimen Hasanuddin Lalu ditugaskan ke Sulawesi Selatan Nah oleh pimpinan tentara di pusat Temba Sunasutio tidak setuju Akhirnya terjadilah persoalan-persoalan semacam ini Maka lalu kemudian terjadi pemberontakan Nah seperti juga Kalimantan Selatan Ibnu Hajar sama. Oh iya, iya, iya. Ibnu Hajar sama, cuma pangkatnya beda. Ibnu Hajar itu cuma letnan satu. Kalau Kak Armusakar letnan koloner. Iya, beda lah. Kalau Daud Brehm malah pernah gubernur. Iya kan? Macem-macem seperti itu. Jadi ini semua dalam kondisi demokrasi liberal itu terjadi pergantian kabinet yang ganti-ganti dan seterusnya. konflik diantara partai-partai ini juga misalnya ketika Sukiman menggantikan Nadsir, Sukiman itu juga tokomasyumi. Lalu kemudian ketika itu harus diketahui kondisi internasional dalam arti kata perang dingin. Oh sudah perang dingin ya. Dari 1945 sampai 1985 itu kan perang dingin. Lalu kemudian orang Masyumi itu dianggap lebih dekat pada Amerika. Lalu kemudian ketika Natsir jatuh diganti oleh Sukiman, Sukiman melakukan semacam tekanan bahkan penangkapan kepada orang-orang komunis dan sebagainya. Ada perjanjian, katanya ada perjanjian rahasia, apa dan sebagainya. Tapi itu adalah... Jadi yang saya terangkan ini hanya untuk menunjukkan bagaimana rumitnya situasi dalam demokrasi masa itu. Karena jatuh bangun kabinet, lalu angkatan darat pecah dan sebagainya. Lalu ada macam-macam peristiwanya juga dan sebagainya. Lalu kemudian Presiden Soekarno ini ada satu persoalan. Dia tidak posisinya sebagai presiden dalam negara yang bersifat parlementer Itu tidak ada posisi untuk mengambil kegiatan-kegiatan politik Dalam arti kata yang menentukan dia hanya sebagai presiden Kalau kabinetnya jatuh, ada orang partai, dia tunjuk Dia yang melantik Nah itu yang menyebabkan mengapa Misalnya sebagai satu contoh Mengapa tadinya Nadsir dengan Soekarno itu berjauhan Salah satu diantaranya adalah oleh karena Nadsir menghendaki agar Soekarno setelah dia dilantik sebagai Perdana Menteri Artinya Nadsir dilantik sebagai Perdana Menteri Ya Soekarno jangan ikut mencampuri urusan ini Karena posisi kedudukannya adalah hanya presiden konstitusional. Presiden konstitusional. Padahal memang kalau kita mengacu pada sistem demokrasi itu, pasti kan Perdana Menteri ya. Perdana Menteri. Kabinet sebagai pemimpin kabinetnya kan Perdana Menteri. Ya, pemimpin kabinet dan yang menjalankan negara. Tapi kan Soekarno merasa dirinya, nah saya cuma tanda tangan aja. Kekuasaannya bisa terletaknya pada Perdana Menteri ya. Nah, oleh karena itu orang sering salah mengerti juga tentang posisi Soekarno nanti saya terangkan waktu demokrasi terkini. Nah, ini yang jadi soal juga itu. Dan itu yang menjadi salah satu faktor juga. Nah, tapi akhirnya apa? Tapi ada kegiatan-kegiatan, walaupun kabinet jatuh, ada kegiatan-kegiatan yang sangat penting yang dilakukan dalam kondisi itu. Salah satu diantaranya adalah konferensi Asia-Afrika. Jadi Perdana Menterinya ketika itu, Ali Sastro Amidjojo, lalu kemudian dia lakukan pendekatan kepada negara-negara Asia dulu, lalu kemudian ada konferensi Kolombo untuk merumuskan itu, dan singkatnya akhirnya... konferensi Asia Afrika bisa dilakukan di Bandung dan kalau kita kesana kan selalu ada dan gedungnya sederhana tapi zaman itu adalah gedung yang mewah termasuk gedung yang baik pada zaman itu lalu yang datang hebatnya berapa? 29 negara ada Coenlai, ada Nasir, ada segala macam toko-toko besar maka ada hasilnya kan Salah satu diantaranya yang terpenting itu bahwa konferensi itu mengakui bahwa Airian Barat itu punyanya Indonesia. Dan naruti kembali ke Indonesia. Jadi ada dalam kondisi yang rumit, situasi yang kacau tanda kutip, ada perbuatan-perbuatan hebat juga yang dilakukan. Mengapa yang dituju oleh Presiden Soekarno itu adalah? Asia dan Afrika gitu ya ketika itu kan bekas jajahan semua Asia dan Afrika untuk mempersatukan kekuatan Asia dan Afrika bukan presiden ya presiden setuju tapi kan perancangnya macam-macam Alisa Sturamijoyo sebagai Perdana Menteri jadi ya Alisa Sturamijoyo mau membangun kekuatan baru diantara negara-negara bekas jajahan ya Amerika yang semuanya bekas jajahan kan oke maka lalu kemudian diadakan kompensi kalau datang ke sana masih ada hasilnya apa dibangga-banggakan sampai sekarang dan saya kira memang itu perbuatan sangat historis pada zaman itu dan hasilnya pun hasilnya pun salah satunya yang tentang Irian Barat itu ya untuk Indonesia tapi bagi negara-negara yang lain pun sangat berarti karena itu untuk kepentingan memang tujuannya untuk membangun kekuatan diantara negara-negara Asia Afrika ya paham itu tokoh-tokoh besarnya jadi di tengah-tengah seperti itu memang ada juga nah lalu yang menjadi persoalan juga ketika itu adalah sejak tahun 1953 hmm persoalan kapan pemilu akan diadakan. Pemilu pertama. Lalu dari tahun 1953 itu ada semacam kampanye untuk nanti akan ada pemilu dan sebagainya. Nah, Presiden Soekarno pada tahun 1953 dan ini adalah kaitannya dengan... pemilu juga, walaupun dia datang bukan sebagai tokoh partai, tapi sebagai seorang presiden. Tapi dalam salah satu pidatonya di salah satu wilayah di Kalimantan Selatan, dia mengeluarkan pernyataan bahwa yang cocok bagi Republik Indonesia, bangsa Indonesia ini adalah Dasar negaranya harus nasional. Oh marah, lahir kemarahan diantara terutama diantara orang-orang Islam. Alasannya, ya Soekarno gak boleh ngomong seperti itu. Dia kan presiden, dia gak boleh ngomong tentang apa dasar negara dan segala macam. Ini buku ini sayuti meliki. wartawan itu, wartawan yang juga punya jasa mengerti mengerti kianasta proklamasi lalu kemudian tetap wartawan mengikuti perjalanannya Presiden Soekarno dia tulis buku yang cukup tebal dan saya pakai dalam berbagai kesempatan itu Demokrasi Pancasila dia terangkan latar belakangnya, tujuan ngomongnya dengan Bung Karno dan sebagainya tapi sempat cukup lama, mungkin sekitar 3 bulan itu terjadi polemik tentang kata-kata Bung Karno. Dasar negara itu. Tapi kan bukannya memang dasar negaranya udah ada kan? Memang ada, tetapi waktu itu dalam pemilu kan orang akan bicara lagi. Bung Karno ya sebenarnya udah. Iya kan? Iya, udah. Tetapi kan nanti dalam kondisi setelah... pemilu, kan yang dibicarakan kembali lagi persoalan yang menyebabkan badan konstituante tidak bisa merumuskan pembukaan dan dasar persoalan itu jadi singkatnya setelah lama akhirnya kabinet Burhanuddin Rahab naik akhirnya dia yang berhasil melakukan pemilu Oke, tahun 1955 ya? Tahun 1955, dan saya baru baca saja. 1955 sampai? 55 berapa partai pak? 55 itu kalau nggak salah yang itu 24 partai Oke Lupa saya, tapi sekitar lebih dari sekian lah puluhan Lalu apa namanya setelah pemilu, saya baru baca buku tadi Yang menarik itu begini Ternyata kan sebelum pemilu DPR sementara sebelum pemilu kan yang nomor satu Mas Yumi nomor dua PNI lalu ada jumlah sekian dari partai sosialis dan sebagainya jumlahnya banyak seakan-akan partai-partai besar apa yang terjadi? hasil pemilu itu tidak seperti itu partai sosialis yang tadinya suaranya kalau tidak salah dalam DPR sementara itu 17, jadi cuma dapat 5 kursi. PKI yang tadinya cuma berapa kursi? 13 kalau nggak salah dapat 39 kursi. Jadi ada pembalikan-pembalikan. Tadinya yang nomor 1 di situ Mas Yumi, sekarang nomor 1 TNI. Oh. BNI dapat suara 8. juta lebih, Mas Yumi dapat 7 juta lebih. Jadi Mas Yumi nomor 2? Iya, dari segi jumlah suara, tapi dari segi jumlah kursi, posisinya sama, 57 kursi di DPR. Sama, tapi jumlah kursi yang diperoleh lebih banyak. Lebih banyak, eh, jumlah suara lebih banyak yang diperoleh. Jadi ada faktor-faktor menarik seperti itu. Lalu kemudian berjalanlah setelah pemilu, maka justru terjadi pergolakan besar lagi. Karena ada macam-macam tuntutan seperti tadi saya katakan, ada bagaimana perpecahan di antara tentara. Misalnya karena mereka menuntut. seakan-akan bahwa ini kok semua yang dipikirkan cuma Jawa dan sebagainya, lalu terjadi perpecahan, lalu kemudian mereka di daerah-daerah membentuk semacam organisasi-organisasi, ada dewan-dewan. Dewan Banteng, Dewan Menguni, segala macam lah. Di Sumatera Barat ada Ahmad Husein, dan segala macam ada Dahlan Jambek. Di Sumatera Utara ada Simbolon, di Sumatera Selatan juga ada, di Kalimantan Selatan juga ada, di Sulawesi Selatan. Sulawesi pada umumnya ada Sumual dan sebagainya. Nah semua ini membentuk semacam dewan-dewan itu. Misalnya yang pertama kali, makanya orang Permesta itu pernah nelfon saya, Pak Anhar kenapa sih orang menyebutnya PRI Permesta padahal Permesta itu lebih dulu dibentuk. Permesta itu dibentuk pada 2 Maret 57 Permesta itu April 58 Peberwari Pereri 58 Masa Pererinya dulu disebut Padahal dia belakangan Sebetulnya itu apa sih tak? Kalau itu bisa dikasih tau sedikit Permesta itu Adalah Semua Dewan-Dewan ini menuntut Untuk melakukan perubahan pemerintahan dan pembangunan di luar Jawa. Intinya itu sebenarnya. Nah lalu kemudian dalam pergolakan ini misalnya juga supaya kabinetnya dirubah. Misalnya tuntutan Ahmad Hussein itu ganti kabinet. Bahkan dia kirim ultimatum ke pemerintah pusat dalam jangka lima hari. Jadi kabinet... kabinet Juanda harus diganti dan yang membentuk kabinetnya adalah Hatta Hamengkubwono Oh sudah ditentukan siapa saja ya jadi pembentuk kabinetnya adalah memang tapi Sukarno menolak dengan sendirinya, tapi dalam prosesnya kemudian memang tapi yang menarik itu apa setelah pemilu memang baru saja saya baca buku itu Burhanuddin Harahab sebagai orang Perdana Menteri dan partainya dari Masyumi, begitu pemilu selesai, maka dia lakukan semacam berbagai pengangkatan pejabat-pejabat di lingkungan pemerintahan. Dia mengatakan ya, orang-orang PNI diberikan kedudukan yang tidak penting, sementara orang PSI dan orang Masyumi diberikan kedudukan yang penting dan sebagainya. Nah, setelah melalui proses panjang, Kan tentara setelah Nasution ini kan pecah-pecah terus setelah peristiwa 17 Oktober itu. Tapi akhirnya setelah melalui proses, akhirnya Nasution kembali diangkat sebagai Kepala Setapang Ketandaran. Lalu kemudian tuntutannya... tuntutan terjadi pemberontakan itu lalu kemudian disini kelihatan bahwa ternyata persoalan dalam negeri kita itu Amerika ikut campur juga jadi misalnya dikirimkan senjata permesta itu dikasih senjata Alang Pop pernah kesini lalu melakukan bom, ada macam-macam mau menembak istana, lalu Presiden Soekarno mau dibunuh di Cikini, macam-macam, macam-macam peristiwa seperti itu. Itu adalah bagian daripada kerumitan situasi yang terjadi pada periode itu. Lalu kemudian dalam situasi... Seperti itu, mulai tahun 1957, Presiden Soekarno itu sudah mempunyai pemikiran supaya bagaimana menyelesaikan persoalan ini dengan mengganti sistem pemerintahan demokrasi. Sudah ada dalam pikirannya. Karena liberal itu ya seperti itu, semua orang bisa berhendak untuk menyampaikan keinginannya. Iya, artinya tentu. Kebebasan itu juga ada aturannya, tetapi tetap menurut Soekarno. Dan memang Soekarno ini sejak tahun 1932 bahkan diulang dalam 1 Juni 1945 itu sudah menyatakan nanti kita jangan menggunakan demokrasi barat. Jadi ide Soekarno yang anti-demokrasi liberal. Itu sudah ada tahun 30-an. Ya, jadi itu di buku Di Bawah Bendera Revolusi apa Indonesia Menggugat? Di Bawah Bendera Revolusi. Itu ditulis oleh Soekarno tahun 1932. Dan itu dia menulis dua artikel di dalam buku itu. Tentang? Tentang bagaimana dia tidak mau menggunakan demokrasi. Demokrasi Barat atau Demokrasi Liberal karena Demokrasi Liberal itu lebih mementingkan demokrasi politik dan melupakan demokrasi ekonomi. Nah, oleh karena itu ketika dia bicara pada tanggal 1 Juni 1945 dalam rangka merumuskan jawaban idenya, ide jawabannya tentang pertanyaan. Dari Ketua DPUPK, Dr. Rajiman, KRT Rajiman, pertanyaannya kan begini, kalau kelak kita merdeka, apa dasar negara yang akan digunakan? Dan dia minta supaya semua anggota menjawab atau memberi keterangan tentang hal itu, tapi nanti akan kita terangkan lagi yang lain. Cuma dalam... Tanggal 1 Juni itu, 45 Soekarno mengulangi lagi. Oh. Jangan. Nanti kita gunakan demokrasi barat, demokrasi liberal, karena demokrasi liberal itu hanya mementingkan demokrasi politik dan mengabaikan demokrasi ekonomi. Maka dia selama 8 tahun itu, dia tidak mempunyai kekuatan untuk melawan. para pemimpin-pemimpin yang memang pendidikannya kan barat dan mereka ada yang pernah sekolah di negeri Belanda ada segala macam, sementara Soekarno kan Soekarno kan hanya selalu di dalam negeri dan mengetahui barat itu lewat literatur nah semua idenya itu beda dengan Hatta Sahrir yang pernah hidup di tengah-tengah kehidupan orang Belanda Dan Soekarno pemahamannya tentang demokrasi ya lewat. Lewat apa? Membaca ya? Membaca. Berbagai macam buku, oke. Maka kemudian karena tidak mempunyai kesempatan tetapi dalam periode itu kan banyak sekali peristiwa yang tadi sudah saya terangkan. Begitu banyak ada dewan-dewan, ada gejolak, ada segala macam. Ada tuntutan agar supaya kabinetnya segera diganti lalu dumat. Hatta sama diganti oleh formatur antara bersama antara Bung Hatta sama Hamengkubono IX dan seterusnya. Nah, di tengah-tengah ke macam-macam situasi tanda kutip darurat itu maka Presiden Soekarno mengeluarkan idenya. Yang pertama yaitu apa yang dikenal dengan konsepsi presiden. Ya, konsepsi presiden. Konsepsi presiden itu membentuk semacam dewan nasional yang semua anggotanya itu nanti masuk. Semua kekuatan politik yang ada harus masuk di dalamnya. Dan nanti itu yang akan membicarakan tentang macam-macam hal. Termasuk? demokrasi, segala macam pokoknya itu semacam mau dikatakan Dewan Penasehat juga, iya juga bisa dikatakan semacam mewakili semua kekuatan-kekuatan yang ada nah lalu kemudian membentuk kabinet jadi dua yang utama dalam konsepsi presiden itu Yaitu Presiden minta agar supaya dibentuk sebuah Dewan Nasional, lalu kemudian membentuk juga sebuah Kabinet Gotong Royong. Nah Kabinet Gotong Royong ini maksudnya semua kekuatan politik masuk termasuk PKI yang selama ini orang tidak mau. Nah lalu kemudian terjadi lagi, lalu Bung Karno mengajak tokoh-tokoh partai ke istana. dengan satu pertanyaan, bagaimana pendapat mereka tentang konsepsi presiden. Jadi, Bung Karno tidak langsung menggunakan, merumuskan ide-nya itu tadi langsung direalisasi. Enggak, dia tanya juga. Dia tanya dari semua kekuatan politik, jadi semua masyumi diajak, Partai Katolik diajak, Partai PT. Semua diajak. Nah, lalu pertanyaannya, bagaimana pendapat pemimpin-pemimpin partai ini, pemimpin politik ini, tentang konsepsi presiden yang diajukan oleh Presiden Soekarno. Nah, dalam pertemuan itu, dia langsung menjawab tidak dua. Yaitu Partai Katolik dan Partai Masyumi. Lalu kemudian juga nanti Partai Sosialis juga, lalu NU juga, dan semuanya. Yang mendukung adalah PNI, PKI, dan Murba kalau nggak salah juga, dan seterusnya. Jadi ada dua kelompok lagi. Nah, tetapi lalu kemudian ditolak. Selanjutnya, walaupun idenya konsepsi presidennya itu ditolak, nah dia kembali dengan berdasar pada pikirannya yang konsepsi presiden itu, dia melontarkan ganti demokrasi liberal dengan demokrasi terpimpin. Nah terjadi dialog lagi. Nah dalam proses itu akhirnya dia minta supaya kabinet membicarakan. Perubahan itu? Iya, apakah supaya kabinet Juanda membicarakan bagaimana pendapat kabinet tentang demokrasi terpimpin. Lalu kemudian dibicarakan. Ternyata kabinet menerima bahwa demokrasi terpimpin bisa digunakan untuk menggantikan demokrasi liberal. Terjadi lagi. Nah, persoalannya adalah kalau kita menggunakan demokrasi terpimpin sebagai sistem atau landasan sistem. mengatur kehidupan bernagaga kita persoalannya adalah undang-undang dasar yang mana yang kita gunakan undang-undang dasar apa yang kita gunakan, persoalannya adalah undang-undang dasar 45 udah gak berlaku oh jadi selama 1950-1958 gak? iya, memang gak kan undang-undang dasar yang berlaku ada dua undang-undang dasar yang berlaku buka undang-undang dasar Federal, tentang federal ini ada yang menyebut undang-undasar federal 49, ada juga yang menyebut undang-undasar federal 50 karena disahkannya tahun 50. Nah setelah kita kembali ke negara kesatuan, undang-undasar federal dirubah menjadi undang-undasar sementara. Nah undang-undasar sementara itulah yang berlaku dari tahun 50 sampai dengan 50. 59 Dekret Presiden. Oke, pantasan saya selalu kadang kalau itu ngomongkan bahwa pernah UDS, Undang-Undang Dasar 45 nggak dipakai. Memang nggak, aku paham. Jadi tahun 50 sampai 58 ya? 59. 59 ya untuk Dekret Kata. Tetapi Undang-Undang Dasar 45 ini selalu sebenarnya dalam awal saja sudah dilanggar. Sukar itu dalam Undang-Undang Dasar 45 nanti saya terangkan lagi saja. Undang-Undang Dasar 45 itu kan sistemnya sistem presidensil. Lalu kemudian Bung Karno membentuk Kabinet September 45. Nah tiba-tiba itu sesuai dengan Undang-Undang Dasar 45, artinya presidensil bentuknya. Tapi kemudian 2 bulan kemudian, bulan November, ganti jadi Kabinet Parlementer. Padahal Undang-Undang Dasar... Sahril sebagai Perdana Menteri pertama, tapi lupakan itu dulu, nanti seperti itu. Nah, lalu pertanyaannya adalah undang-undang dasar yang mana atau yang kita gunakan? Masalahnya adalah badan konstituante hasil pemilu 55 itu bertugas untuk membuat sebuah undang-undang dasar definitif, mengganti yang sementara. Rencananya seperti itu. Tapi oleh karena pergolakan yang berkaitan dengan Demokrasi tadi Bukan, yang berkaitan dengan Rancangan pembukaannya Oke Pembukaan undangan dasar yang akan dibuat itu Itu selalu terbentur pada faktor Yang akan menjadi Pembukaan itu Pancasila Atau apa namanya? Piagam Jakarta terjadi pergumulan nah ketika akhirnya Presiden diminta untuk bicara di depan Badan Konstituante untuk menyampaikan bahwa bagaimana kalau Badan Konstituante menerima saja Undang-Undang Dasar 45 sebagai Undang-Undang Dasar yang diberlakukan Kalau demokrasi terpimpin itu dijalankan. Dalam rangka menjalankan. Nah, terjadi pergolakan lagi. Dalam konstituante sampai perdebatan panjang, akhirnya diadakan dua kali pemungutan suara. Selalu tidak berhasil mencapai kolum. Dua per tiga tambah satu, kan aturannya. akhirnya gak jadi nah setelah buntu seperti itu maka akhirnya angkatan darat Asuncion mengusulkan kepada presiden bagaimana kalau dengan dekret aja pada mulanya Presiden Presiden Soekarno ini selalu ada dalam dirinya merasa dirinya seorang demokrat jadi pada awalnya dia tidak mau tapi oleh karena situasinya ini akhirnya dia mengeluarkan itu akhirnya dia menerima menerima dekret Presiden menerima usulan dekret Presiden itu ya nah Ada yang menarik di situ sebelum The Crit itu keluar, ada di dalam bukunya, ada bukunya ini, Saipudin Suhri. Oh, iya iya iya. Ayah dari menteri agama yang dulu, Saipudin Suhri. Saipudin Suhri itu adalah Sekjen Partai Nandatululama. Oke. Nah, tengah malam, ini tengah malam sekitar jam 2, diceritakan dalam buku itu. Sekitar jam 2 malam, Saifuddin Suri dapat telpon dari rumah Idham Khalid, minta segera datang karena ada jenderal perwira yang sedang menunggu. Datanglah. Tapi dalam buku yang lain, ada juga yang mengatakan bahwa Saifuddin Suri ditelpon, dia diminta datang, bakda maghrib. Ya pokoknya malam lah Nah lalu tengah malam datang lah Nah ternyata Nasution Sudah nunggu disitu Dan Lieutenant Kolonel Siapa lupa saya tapi Posisinya Komandan CPM seluruh Indonesia Gitu Jadi Komandan CPM Markas Besar Angkatan Tarat Lalu Nasution bertanya Bagaimana pendapat NU kalau kita kembali ke Undang-Undang Nanda Serempat V dengan Dekret Presiden? Itu pertanyaannya. Nah, lalu Idham Malik menjawab dengan bertanya kembali. Dia katakan begini, menurut buku itu. Ya bagi kami tidak ada masalah. Persoalannya adalah di mana tempat Tiagam Jakarta di dalam The Crit itu. Ada di sini nih. Dalam The Crit itu. Saya lihat dulu. Pokoknya begini. Isinya itu intinya adalah Consideran terakhir dari sebelum masuk ke diktum pemberlakuan dari Undang-Undang 45 itu, maka biasanya kan ada pengantar. Consideran. Nah, alinia terakhir dari consideran itu menyatakan bahwa kami berkeyakinan bahwa piagam Jakarta menjiwai. Oke, menjiwai. Sekaligus. merupakan satu kesatuan dari konstitusi tersebut. Jadi dikembalikan posisi piagam Jakarta ini menurut konsideran itu tidak bisa dipisahkan dengan undang-undang dasar 45. Dalam arti kata pembukaannya tentu. Nah seperti itu. Yaudah selesai. Begitu keluar ternyata jadi artinya apa yang mau dikatakan itu? Dalam konsideran itu menunjukkan bahwa ada lagi cara menyelesaikan persoalan dengan konsensus. Iya kan? Kan Nasution datang mewakili pemerintah, datang kepada mewakili Soekarno, datang kepada NU yang dianggap mewakili. Lalu ditanya gimana pendapatnya. Tidak ada masalah, tetapi ada usulannya seperti ini. Dan itu diterima. Artinya apa di situ? Ternyata bahwa para penelitian kita ini selalu mampu mempertemukan, selalu menemukan konsensus di tengah-tengah krisis. Tetapi ya, membawa kebaikan untuk bersama. Iya, tentu saja. Dalam arti ini, lengkap buku ini, bagaimana proses kembalinya. latar belakang kembalinya ke undang-undang dasar dan segala macam ini bukunya Yamin. Kalau ini tujuh bahan pokok indoktrinasi ini buku dipakai di dalam semacam kalau dulu ada BP7, tapi sebelumnya ada lembaga yang disebut Lembaga Indoktrinasi Manipul Ustek. Oh ya, Manipul Ustek ya. Itu lembaga. Nah itu, indoktrinasi Manapoli. Ini bahannya, ini juga bukunya Yami. Lalu, nah berdasarkan itu maka keluarlah nanti dekret presiden tanggal 5 Juli 59. Nah artinya apa? Sejak tanggal itu maka berlakulah demokrasi terpimpin. dan demokrasi liberal dibuang oh sudah berhenti selesai itu artinya perdebatan perkelahian krisis yang terjadi selama 8 tahun coba diselesaikan oleh Soekarno dan Nasution dengan kembali ke undang-undang 1945 lewat dekret presiden 5 Juli 1945 maka disitulah berlakunya demokrasi ter... pimpin selesai satu periode demokrasi liberal dan menuju ke terpimpin oke pemirsa demikian kita tadi sudah mendengarkan cerita bagaimana perjalanan Indonesia selama di demokrasi liberal ada berbagai macam peristiwa, kejadian yang mungkin kalau diceritakan mungkin akan terlalu banyak jadi ini berusaha untuk diperingkas nanti mungkin akan ada cerita-cerita lain yang berkaitan dengan itu ya tapi untuk episode kali ini kita sudah mengetahui bagaimana cerita tentang demokrasi liberal dan berhenti selesai di tahun 1959 dilanjutkan di demokrasi terpimpin oke, kalau gitu ada tambahan lagi? atau sudah? ya sudah, mau apa lagi? oke, kalau gitu nanti The next episode-nya adalah demokrasi terpimpin. Terima kasih sudah menyimak episode YouTube channel Anhar Gonggong untuk kali ini. Jika suka dan senang dengan video ini, bisa di-like ataupun di-subscribe dan juga bisa di-share ke media sosial yang pemirsa milikin. Dan mungkin yang belum tahu akan jadi tahu dengan... share-an atau subscribe-an pemirsa semua oke, kalau gitu sampai ketemu di episode selanjutnya, terima kasih daaah