Waktu saya kuliah dulu, saya tasnya itu pakai ekspor, terus pas lagi ada duit, makanya jadi body pack. Pas mau naik gudong, pakainya Eiger. Waktu itu saya mikir, kalau itu merek-merek dari Erolpa loh ya. Ternyata baru tahu kalau itu sebenarnya produk Bandung, yang sudah mendunia.
Nah, podcast kita kali ini spesial karena di samping saya sudah ada Pak Christian Sarsono, CEO dari PT Eiger Indo MPI yang memproduksi semua merek-merek yang aku sebutin tadi. Dan... Kita akan bahas strategi, inovasi, people, culture yang ada di Eigerindo. Sehingga bisa membuat perusahaan anak bangsa ini, asli Bandung ini, bisa mendunia. Pak Kris, makasih banget waktunya.
Terima kasih juga. Jauh-jauh dari Bandung loh nih main ke studio saya nih. Wah luar biasa banget nih.
Tapi saya senang sekali Mas Indra. Terima kasih juga kesempatannya. Dengan senang hati, senang banget. Aku tuh udah lama penasaran sebenarnya pengen undang Pak Kris kesini.
Karena memang ya kan produk-produk yang tadi aku sebutkan kan memang aku pake kan. Anak-anakku juga pake gitu ya. Dan kisah dibaliknya tuh juga luar biasa. apalagi kalau kita mau bicara dalam konteks tadi itu, strategi inovasi gitu ya, dan kita kan pengen ya teman-teman yang UKM, kan dulu kan Eiger Indo kan juga UKM kan, ketika memulai kan, UKM yang benar-benar waktu itu, mah, kayaknya Pak Kris ini juga dulu, waktu pas join pertama kali dengan Eiger Indo pun, juga masih UKM kan, betul kayak kan?
Betul, betul. Hidup UKM. Iya. Nah kita pengen UKM kita juga berakhir kayak Eiger Indo dong, bisa mendunia gitu, dan mudah-mudahan obrolan kita ini, yang nggak lama ini bisa memberikan clue lah, petunjuk bagi teman-teman, khususnya pelaku UKM ya.
supaya dia bisa naik kelas juga kayak Egerindo. Gimana strateginya, inovasinya, people, culture, dan lain sebagainya. Mohon dibocorkan semua ilmu-ilmunya.
Siap, Mas Indra. Kalau buat Mas Indra kita bocorin. Oh iya, untuk teman-teman yang nyemak doang.
Kita bocorin semuanya supaya bisa di copy lah ya. Jadi banyak produk anak bangsa yang bisa sehebat Egerindo nantinya. Betul, betul.
Boleh nggak kita ngobrol dulu dengan, sebelum kita masuk ke inovasi, strategi, people, culture, kita flashback dulu deh Pak Chris. Boleh nggak cerita, ya, Pak? Eigerindo tuh kayak gimana sih dulunya kan Dulu kan belum ada brand Eiger malah di awalnya ya Iya Terus jadi sekarang Eigerindo Terus kemudian momen dunia tuh Boleh gak di bocorin dong itu Kisahnya dulu tuh kayak gimana sih ketika memulainya Supaya kita semua tuh jadi ngeh ya Bahwa ini gak ujuk-ujuk tiba-tiba gede loh Ada kisah di awalnya loh Itu kayak gimana?
Iya Oke, Mas Indra terima kasih kesempatannya Dan memang start pertama itu kita start dari brand ekspor dulu Jadi pertamanya itu adalah brand Exxon. Jadi mungkin Mas Indra tadi sempat pakai tas ekspor juga ya pertama. Nah, brand ekspor ini berdiri itu tahun 1979. Dan founder kita Pak Ronnie Lukito pada waktu itu beliau lulusan STM. Beliau waktu itu orang tuanya punya satu toko tas.
Merknya macem-macem. Dan beliau itu membantu orang tuanya. Sampai akhirnya terinspirasi untuk bisa buat satu brand sendiri. Nah... Singkat kata dari sana muncul brand ekspor pada tahun 1979 itu dan akhirnya terus berkembang Tahun 1989 itu pertama kali muncul brand Aiger Nah perbedaannya kalau brand ekspor pada waktu itu lebih identik dengan tas sekolah Waktu itu mungkin anak remaja ya semua pada pakai itu Sedangkan brand Aiger ini kita fokus khususkan itu ke brand outdoor Intro Jadi untuk kepenggiat alam semua.
Nah nanti dari sana tahun 1993 itu keluar brand body pack mas. Jadi kita di grup kita ini ada 3 brand yaitu brand export, kemudian brand body pack, dan berikutnya brand Eiger. Dan kan sekarang Eiger ini udah ke mancanegara ya, bahkan kan beritanya mau sampai ke Swiss. Kapan rencananya itu mau buka outlet di Swiss? Kalau dari yang kita sudah rencanakan kita akan buka toko di Swiss itu sekitar bulan Januari tahun depan.
Tahun depan 2023 ya? Dan itu di bawah atau di kakinya Gunung Eiger. Karena Eiger itu kan nama gunungan ya di Swiss ya? Betul, nama gunung. Nah, mungkin banyak yang belum tahu kok Eiger namanya ya.
Dan ini Eiger itu kan betul-betul merek lokal, merek dari Indonesia. Sebetulnya Eiger itu memang terinspirasi dari gunung di Swiss sih mas. Itu termasuk gunung yang cukup sulit untuk didaki juga.
Nah, tapi E-I-G-E-R itu sebetulnya punya ada satu singkatan sendiri tuh mas. Jadi E-I-G-E-R, E-nya tuh Education. Jadi kita selalu identik gimana sih kita bisa berikan satu edukasi, kita sharing satu edukasi Bagaimana bisa mendaki yang baik, bagaimana kita juga bisa sama-sama sharing di komunitas ini Supaya semuanya bisa bentuk ada satu pendidikan yang terbaik untuk sama-sama kita kembangkan Kemudian I nya itu inspiration mas sebetulnya Bagaimana penduduk ini bisa menginspirasi seseorang yang tadi mungkin beliau tidak bisa melakukan satu hal Dia terimisasi untuk melakukan satu hal yang lebih baik, dia bisa bertumbuh secara pribadi, karakter, sama kompetensinya Kemudian G-nya bicara green life.
Jadi memang Iger pada waktu tahun 2022 kemarin, 22 April, Iger itu mencanangkan sustainability report. Jadi kita berkomitmen, memang ini satu target yang cukup jauh jangka panjang ya mas. Tahun 2030 kita berusaha untuk menurunkan pengaruh yang dampak negatif kita terhadap bumi ini.
Mengurangi sampah fesien, semua ya. Dan kita... Komit untuk melakukan penghijauan. Dia banyak sekali aktivitas yang ke arah kesana.
Green life dan E-nya itu bicara tentang experience. Dimana Iger itu harus berikan satu experience untuk pelanggannya. Untuk karyawan kita juga.
Berikan satu pengalaman yang terbaik. Khususnya experience di bidang tropical adventure. Karena negara kita negara tropis. Nah R yang terakhir itu responsibility.
Gimana tanggung jawab Iger. Untuk bisa memberikan yang terbaik untuk bangsa kita. Untuk tanah air kita tercinta. Untuk masyarakat sekitar.
Sehingga bisa berdampak. Nah itu EIGR. Cuman karena memang startnya terinspirasi dari gunung di Swiss. Yaudah kita berusaha untuk. Oke lah kita buka toko di sana.
Dan harapan saya. Terima kasih atas dukungan semua teman-teman Eigerian di sini. Kita berdoa supaya itu bisa terwujud juga. Untuk bawa produk lokal ke mancanegara. Sebenarnya kan Eiger kan.
Ini bukan kali pertama ada upaya untuk keluar. Negeri kan ya? Betul Kan sudah pernah ada di Singapura Di Malaysia kalau nggak salah Betul Sudah ada Itu produk apa tuh? Eiger atau export Atau body pack gitu Yang udah keluar negeri Itu produk Eiger mas Eiger Tahun 2006 Kita kerjasama dengan Pengusaha lo KWMKM juga Yang buat Dinding panjat Dinding panjat buatan Itu dari resin Nah Kita ngesponsorin Waktu itu Kejuaraan dunia di Singapura Tahun 2006 Eiger dengan Produsen ini KWMKM juga sebetulnya ya Dan Pada tahun 2006 itu akhirnya kita buka kerjasama dengan orang di Singapura, kita buka di sana juga. Lalu tahun 2010 kita juga sempat kerjasama juga dengan satu orang yang kita kenal juga buka di Dortmund mas waktu itu.
Di Jerman ya? Di Jerman, betul. Itu buka store atau itu hanya event base atau itu memang store itu menjadi channel penjualan di Jerman? Ya, untuk yang di Singapura kita memang buka store juga. Kerjasama dengan orang di sana Dan untuk yang di Jerman pun Itu bentuknya memang toko mas waktu itu Cuman mungkin Waktu itu kalau kita lihat Untuk bisa memasarkan satu produk Itu betul-betul harus punya Satu konsep yang kuat di sana Dan memang Pada waktu itu kita Berusaha untuk bisa apa sih Diferensiasinya dari Eiger dengan brand lain Nah karena kebutuhan Di dalam negeri pada waktu itu Cukup tinggi mas Indra Akhirnya kita memutuskan supaya kita fokus dulu ke dalam negeri dulu nih.
Karena bukan apa-apa. Untuk masuk ke satu produk, saya yakin kita itu harus bisa mempersiapkan channel distribusinya, promosinya. Kita kenal ekosistem di sana.
Akhirnya kita fokuskan, ini dalam negeri itu masih banyak peluang yang belum kita garap tuh mas. Oh akhirnya nggak diterusin ya yang di Jerman, Singapura, Malaysia tuh nggak diterusin. Betul.
Kita mundur setahap dulu mas waktu itu. Dan kita waktu itu mulai tuh buka. channel distribusi cukup agresif pada waktu itu. Di Indonesia atau di luar? Di Indonesia.
Oke. Nah itu startnya dari sana mas. Nah kita akan ngomong lagi tuh tentang rencana Go International-nya. Tapi aku pengen balik dulu nih Pak Kris ya, ngomongin tentang bahwa Eger mulainya dari UMKM juga.
Iya kan, kecil banget ya Pak Kris Prancita. Pak Kris sendiri dulu mengawalnya jadi orang QC ya. Benar.
Quality control yang misain barang gitu ini nggak oke nggak. Kok Mas Indra tahu sih? Oh tahu.
Soalnya saya juga dalam ini istri saya kan juga gigang fashion kan bisnisnya kan. Oh iya iya iya. Dulu ketika mulai pertama kali juga begitu gitu. Jadi bahwa semua yang besar teman-teman tuh pasti mulai dari yang kecil gitu. Nah yang jadi pertanyaan tuh kan gini.
Pak Kris banyak teman-teman pelaku UKM nih ya. di fashion misalnya, kan kategorinya fashion ya tas, sepatu, dan sebagainya kan ya topi, baju banyak teman-teman pelaku UMKM itu yang dia stuck, gak keluar dari zona UKM-nya Mungkin ketika 1 miliar pertama itu sesuatu banget, karena bisa naik jadi 10 miliar dalam setahun. Mungkin naik jadi 20 miliar, tapi tetap di situ, nggak bergerak. Yang aku mau tanyakan itu apa yang bisa membuat Eiger Indo, konteks perusahaan ini. Kita nggak hanya bicara produknya, kan ada ekspor, ada body pack, dan Eiger.
Ini perusahaannya, apa yang bisa membuat Eiger waktu itu, bisa keluar dari zona UKM-nya, Pak. Sehingga RR sekarang udah menjadi perusahaan besar, bahkan siap untuk ekspor. Itu apa, Pak?
Strateginya apa, gitu? Atau mungkin ada faktor-faktor tertentu yang teman-teman UKM mungkin belum bisa lihat, atau belum bisa miliki yang... Atau bahkan kita nggak tahu sama sekali, Mak.
Justru nih, Pak Kris ini jauh-jauh dari Bandung, kita pengen korek ini apa tuh rahasianya, gitu, Pak. Ya Mas Indra ini menarik sekali ya, memang kalau saya lihat perjalanan Eiger itu dari tahun 1989 sampai tahun 2006 khususnya, itu betul-betul pernah merangkak dari UMKM. Jadi memang kalau saya lihat industri kita masih apa, waktu itu apa adanya, kita juga masih kerjasama dengan beberapa supplier kita, maklum-maklum kita ya. Nah memang ya kalau saya lihat perubahan yang cukup signifikan, biasanya kan kita fokusnya itu hanya tiga ya Mas ya.
biasanya brand, produk, sama distribusi kita fokusnya ketiga ini jadi memang waktu itu yang saya merasakan cukup banyak perannya itu pada saat perubahan itu pada saat kita menggandeng komunitas waktu itu untuk di brand jadi kalau saya lihat kita hidup karena banyak komunitas yang mendukung sebetulnya simple-simple aja sih waktu itu aktivitasnya dari brand Kita lihat ada komunitas melakukan ada event apa nih, ada misalnya kegiatan camping, kegiatan outdoor juga, ada yang lain. Dari brand ini akhirnya kita bisa makin mengembangkan, mulai dikenal tuh pertama untuk dari brandnya ini. Nah terus di produk, memang saya belajar banget dari founder kita, Pak Ronnie Lukito, beliau itu orang yang sangat perfeksionis sekali untuk kualitas produk.
Jadi memang mulai pertama itu kita cenderung produk orientasi ya Mas ya. Jadi memang gimana sih caranya supaya bikin produk itu kalau bisa jangan sampai ada salah. Kalau bisa produk itu yang terbaik. Nah semangat untuk bisa achieve sesuatu hal yang betul-betul kalau bisa itu lakukan yang terbaik.
Itu tuh cukup menular mas ke tim dari Eiger ini semua ya. Jadi kita berusaha untuk bisa menghasilkan sesuatu hal yang lebih baik. Untuk bisa kita kalau bisa aktivitas itu kan banyak sekali ragam ya.
Aktivitas outdoor ini. Jadi kita... Fokus pada fungsi, pada kekuatan mas.
Sama kekuatan fungsi dan kalau bisa produknya ini harus awet. Secara kualitas. Nah dari sana.
Distribusi. Nah terus distribusi. Distribusi memang waktu itu kita masih tergantung banyak ke department store mas.
Waktu itu. Sama toko outdoor tradisional. Waktu itu. Nah memang ini harus bergerak kalau saya lihat. Distribusi ini ada sejarah yang memang mulai dari kita di department store.
Akhirnya kita bisa sewa di shopping mall mas. Nah terus udah gitu sampai akhirnya kita ke street level store. Street level store ini keluar dari mall.
Nah memang perjalanan itu cukup panjang mas waktu itu. Tapi saya lihat kunci dari kita lakukan adalah kita harus lakukan satu inovasi yang berbeda mas. Dan kita harus bisa lakukan satu hal itu. semaksimal mungkin ke kualitas itu kita berikan yang terbaik untuk konsumen kita.
Titik turning point-nya itu di tahun berapa Pak? Jadi dari UKM yang akhirnya stuck di situ-situ aja sampai ada satu titik gitu ya, yang kemudian akhirnya naik gitu ya. Itu inget nggak Pak Chris itu kapan dan apa pemicu dari turning point-nya itu?
Atau inflection point-nya itu? Oke. Nah pada waktu tahun 2002 saya bergabung dengan Eiger Mas, dari 2002 sampai 2006. Saya merasakan bahwa peran distributor ini ada beberapa retailer kita yang bekerja sama, terus kita mulai bangun toko sendiri, dan karena produk kita bisa diterima oleh komunitas, mas, akhirnya itu terasa peningkatannya itu cukup signifikan. Nah, turning point yang pertama itu tahun 2006, karena kita bisa bangun pabrik sendiri, mas, waktu itu. Jadi pabrik yang kita kelola secara profesional produksinya, dan itu akhirnya kapasitas kita mulai banyak tuh.
Jadi memang ini ada satu tahap Fokus itu lebih ke produk orientated mas waktu pertama. Yang penting oke kita produksi banyak, kapasitas cukup, produksi lakukan yang terbaik, kita ganteng komunitas juga, promosi brand baik. Nah akhirnya mulai bergerak tuh dari 2006. Tahun 2006 sampai 2014 saya lihat itu growth-nya cukup signifikan tuh mas untuk yang di omset kita sama pengembangan di distribusi kita. Oke, jadi tadi aku melihat bahwa Pertama adalah brand itu sendiri dengan kerjasama sama komunitas ya.
Betul. Komunitas penggiat alam. Yang itu ketika ada event disupport, berarti sponsorship gitu ya. Benar-benar. Akhirnya lebih dikenal, lebih dekat dengan mereka gitu.
Dan itu akhirnya menjadi word of mouth lah ya. Akhirnya orang ngomongin tentang brandnya Eiger gitu. Betul. Yang kedua adalah di produksi. Iya.
Akhirnya punya pabrik sendiri. Akhirnya buat produksi yang lebih banyak gitu. Sejauh mana memang dua itu yang... Kunci ya, karena begini, saya melihat teman-teman UKM juga ada juga yang memanfaatkan komunitas, mungkin kalau sponsorship, nggak tahu lah ya, mungkin karena anggaran agak terbatas, tapi kalau memanfaatkan komunitas, iya jelas gitu ya.
Ada yang mulai produksinya juga lebih digenjot gitu. Tetapi kan itu nggak jadi jaminan, bahwa ketika produksi kita makin banyak, kita dekat sama komunitas, otomatis terjadi lompatan itu kan ya. Nah apakah memang, yang gini, Jadi apakah memang gara-gara gue udah produksi banyak, terpaksalah gue jualan nih.
Jadi akhirnya justru kepepet karena ngeliat gudang yang penuh itulah yang ngebuat justru malah jadi kreatif untuk jualannya. Jadi pemicunya jangan-jangan karena gue udah punya pabrik sendiri, banyak produknya gue nggak punya pilihan lain. Atau memang murni karena traction dari market setelah kuat dengan komunitas akhirnya demandnya tinggi. Atau ada faktor yang lain? Aku penasaran nih, beneran penasaran.
Mantap mas. Ada sebetulnya ada dua hal yang cukup penting mas disitu. Saya lihat kita harus nangkap dulu kebutuhan dari market itu seperti apa.
Nah memang saya lihat waktu tahun di 2006-2015 persaingan itu nggak seperti sekarang ya mas ya. Jadi maksudnya pada waktu itu pabrik tas itu bisa dihitung pada waktu itu ya. Pabrik yang brand outdoor pun juga nggak sebanyak sekarang pada waktu itu ya. Tapi memang yang saya rasakan karena kita fokusnya gimana produk udah berkualitas aja lah. Kalau bisa kita lakukan yang terbaik di sana.
Nah kita lakukan juga ada dari komunitas kita coba tanya juga kira-kira apa sih masukan untuk produk kitanya. Terus begitu dari sini kita lakukan ada satu ekspedisi mas waktu itu. Kita lakukan ada beberapa kali ekspedisi kita tes produk kita ya. Supaya produknya itu betul-betul bisa kalau istilah sekarang itu fit in dan market fit.
Jadi sesuai dengan kebutuhan dari komunitas. Nah selain itu kalau saya lihat di teknologi sih mas waktu itu yang cukup. Jadi karena lain produksi kita waktu itu masih agak jarang yang produksi tas, produksi equipment itu dengan menggunakan teknologi yang mesin-mesin yang cukup baik. Nah waktu itu founder kita dan sama-sama dengan manajemen agri yang lain semua kita berusaha untuk bisa lakukan itu. Mesin yang terbaik, kita lakukan yang terbaik ya.
Supaya kita berikan ada satu hal, oke kita persepsiin dulu lah. Karena itu masih produk-produk main detail itu masih kuat. Yang penting agar itu berkualitas pada waktu itu.
Nah itu yang waktu itu kita pakai. Nah ini tuh berbeda mas, se fase sampai 2015 ya. Nah 16 itu tuh transisi, dan sekarang 2020 ke depan, kita tuh sudah berubah lagi mas strateginya.
Ya tentu saja ya. Setiap fase dari sebuah perusahaan itu Pasti membutuhkan strategi yang berbeda Betul Apalagi semakin kesini kompetisinya udah berbeda Dibandingkan sebelumnya Betul Aku akan ngejar sampai kesana Karena aku pengen belajar beneran nih Pak Chris Sama-sama saya juga belajar banyak sama Sindra Ini seru banget ya kalau ngomongin ini Oke Katakanlah gini Jadi aku coba recap ya Jadi pertama emang Ini lebih kepada Product centered lah ya Jadi karena Pak Rony itu kan juga sangat perfectionist tentang produk ya dia serius banget, pokoknya buat produk yang paling bagus yang fit dengan customersnya, makanya kan ngobrol minta feedback ke para penggiat alam tadi kan, ikut ekspedisi nyobain langsung gitu kan, kalau ada yang kekurangan, ada yang ngeluh, langsung diperbaiki intinya gimana caranya supaya agar itu menjadi produk yang paling baik bagi penggiat alam, itu dulu fokusnya kesana, dan dengan merangkul banyak pelaku komunitas penggiat alam itu, otomatis nanti... Ada identik, jadi brand Eiger identik dengan penggiat alam. Karena banyak dipakai oleh mereka, dilihat banyak orang, dan akhirnya orang ikut-ikutan mau beli. Oke, aku bisa memahami itu.
Waktu pas lagi Aker memutuskan untuk buat pabrik sendiri, itu kan biayanya kan nggak murah. Itu ada investasi atau itu murni bootstrapping? Jadi bener-bener dari dana perusahaan sendiri yang diputar itu?
Iya. Kebetulan itu semuanya dari dana kita sih, Pak. Dan mas, karena setelah growth itu, kita ambil sebagian, kita sisihkan, dan akhirnya kita bisa bentuk pabrik itu pada waktu itu.
Jadi bukan dana dari investor itu ya? Bener-bener dana dari kuntungan yang disisihkan ya? Iya.
Organik banget ya Tentu saja begini Produknya udah bagus nih Udah deket dengan komunitas Customer-nya Eiger Sehingga pasti World of Mossas sudah ada Identik antara Kegiatan alam dengan Eiger Udah mulai kebangun Tentu saja kan supaya bisa Choose naik gitu Distribusi tadi Yang ketiga tadi Itu kan saya lihat Itu pasti megang peranan kunci kan Yang sebelumnya jualannya hanya di mall, kemudian ada yang keluar mall gitu ya Itu boleh nggak diceritain itu? Jadi apa sih yang menjadi pembeda utama? Sebelumnya dan setelahnya ya, sebelumnya yang itu kok kayaknya ini kita Traction-nya nggak terlalu banyak, penjualannya nggak terlalu banyak, begitu pas lagi Distribution strateginya itu diubah, tiba-tiba langsung wah penjualannya langsung naik gitu Itu dimana tuh bedanya sebelumnya dan setelahnya itu pak? Iya, nah Ini Mas Indra mengantarkan saya ke fase kedua nih Mas.
Setelah produk orienti tadi. Mungkin kalau teman-teman UMKM, apa aneh. Maksudnya itu kan satu hal yang lumrah produksi. Terus begitu bicara brand buat ada apa.
Nah mungkin ada sebagian hal yang menurut saya itu ini hasil dari pembelajaran kita setelah kita produk orienti. Mas Indra ya. Nah waktu itu kita masarin di toko tradisional. Kita masarin di devstore.
Toko tradisional itu apa? tradisional itu toko tas dia jual macam-macam merek tuh mas. Jadi dia di luar mal atau dalam mal? Dia di street level sih biasanya.
Dia punya toko sendiri. Ruko atau rumah Ruko biasanya. Nah dia tuh jual campur-campur tuh mas.
Kalau misalnya masuk multi brand semua ya dan kalau misalnya orang masuk ke dev store juga mas Indra itu kan orang akhirnya bisa masuk ke sana itu tinggal gimana rejekinya kita orang menunjuk gitu mas. Gak ada bedanya semuanya. Meskipun kita buat yang terbaik apa Walaupun itu orang nggak akan bisa bedakan.
Nah mulai dari fase di 2015 ke depan. Kita lakukan strategi yang berbeda Mas itu. Jadi kita mulai bergeser nih. Dari produk orientated.
Mulai masuk ke customer oriented. Itu mulai berubah tuh barengan. Jadi misalnya start pertama itu dari produk.
Produk hari ini kita buat. Kita buat maksimal. Kita buat kualitas.
Pasti itu ada komen masukan. Dan besoknya mungkin ada brand lain. Yang langsung.
Bisa copy ya? Bisa copy, Pak. Itu nggak sulit gitu untuk bisa copy.
Atau oke lah, ada istilah ATM, amati, tiru, modifikasi. Amati, tiru, melek-melek katanya. Sebenarnya nggak masalah, Mas. Kita kan memberkati untuk pesaing kita. Kita sama-sama di pasar ini.
Kita semua saling mendukung. Tapi bicara tentang story, Mas. Kalau waktu itu kita lakukan ada satu yang disebut ekspedisi Borneo. Di mana kita melakukan satu ekspedisi ke daerah hutan yang masih.
jarang sekali dikunjungi di sana dan itu ada cerita di sana kita belajar gimana sih iklim tropis di sana kita banyak belajar dengan penduduk di sana kira-kira gimana sih mengubah satu keba akhirnya keba itu alat bawa dari penduduk di sana di Kalimantan akhirnya bisa dibuat dipodifikasi, bekerja sama untuk bisa menghasilkan satu story nah story inilah yang kelihatannya itu susah ditiru mas karena kita lakukan ada satu cerita terus berikutnya Orang masuk ke toko, kenapa sih akhirnya saya lepas tadi dari dev store tradisional mulai berubah. Oke kita kerjasama dengan toko-toko retailer kita, tapi yang kita fokuskan harus ada story. Dibuatlah toko itu, jangan tasnya dicampur macem-macem.
Oke, gimana nih saya kerjasama dengan retailer yang tokonya full ager. Terus setelah gitu dia tata tuh, mulai konsepnya semua. Orang masuk itu katanya kalau mau... masuk toko retail yang paling baik mas itu bukan ngeliat produk tapi liat teater katanya, jadi berbicara tuh si toko ya, jadi dia bisa ada satu ngerasain oh ini tuh kategori ini dia perfungsi, ada story ini, story ini dia masuk tuh bisa enjoy nah itu kita coba arahkan ke situ mas akhirnya toko-toko tradisional ini beberapa yang ingin kerjasama dengan kita, kita tetapkan supaya orang masuk ke toko yang dikelola Eger ataupun toko yang dikelola oleh si retailer kita, itu orang gak bisa bedain Oh ini sama-sama nih, pokoknya AirGear tuh ada satu cerita.
Nah kebetulan founder kita Pak Roni Lukito itu cukup tertarik dan punya passion untuk bisa bangun toko yang bikin story itu. 2012 kita dirikan flagship store pertama AirGear di Bandung mas, di Jalan Sumatra. Nah itu cukup unik mas bangunannya, jadi pake tenda, kesannya tenda outdoor, dari kayu, kayunya juga ada story, kayu bekas pakai. bekas rel kereta, kita gabung nah story-story inilah yang kita kumpulin gitu mas akhirnya orang datang kayak, oh ini tuh ada satu experience baru Nah kita mulai masuk ke fase itu. Terus di distribusi.
Kita mulai yang tadinya. Tadi toko-toko retailer tadi. Kita mulai cabut tuh dari dev store.
Supaya gak tadi mas datang ke dev store. Oh saya pilih-pilih mark ini. Nah kita pindah. Bikin ke shopping mall.
Masuk ke shopping mall. Bikin satu showroom. Sama ceritanya. Sama disana. Sama kita mulai masuk ke street level.
Kita bangun juga disitu. Nah fase inilah mas. Yang akhirnya menjadi satu. Antara si brandnya. produknya, terus udah gitu si channel distributionnya itu yang mulai agak berbeda dengan brand-brand lain gitu mas ya itu mulai masuk ke fase kita coba paham nih experience yang didapat oleh customer itu seperti apa.
Itu menarik ya jadi yang tadinya murni product oriented dan sedikit mengabaikan bagaimana produk itu dipresentasikan ke publik karena ya berpikir kalau kita punya produk yang bagus otomatis orang milih ya, ternyata... nggak juga ya, karena kan orang kan semua orang paham ya tentang kualitas dan lain sebagainya, asal tunjuk aja gitu kemudian di fase kedua tadi akhirnya memutuskan untuk keluar dari Dep Store membuat toko sendiri, bisa yang di street level berupa Ruko, bisa juga di mall tapi outletnya milik kita sendiri isinya hanya produk kita sendiri dan didesain supaya jadi teater ada eksperiensialnya disana, sehingga story-nya Eger tuh muncul sehingga Eiger ya beda dengan yang lain dong karena ya kita eksklusif kita punya story, ada macam-macam disana orang lebih gitu ya itu kan kos semua itu ya buka Ruko sendiri itu kan Ruko milik sendiri kan ada yang kita sewa juga ada yang kita beli juga tapi itu kan intinya bukan mitra gitu kan itu kan bener-bener cabangnya Eiger sendiri itu kan semuanya kan uang semua itu keluar it's a big investment dan itu kan juga mengandung resiko, iya kalau berhasil, kalau nggak, cost-nya udah kadang gede gitu ya nah apa yang bisa membuat orang tuh akhirnya mau datang ke toko Tiger dan kemudian era beli dan sampai ya rekomendasi lah, karena kan namanya bisnis itu kan hidupnya dari rekomendasi sebenarnya kan nggak bisa berharap cuma dari first purchase aja ya nah itu apa tuh yang bisa memastikan bahwa investasi besar untuk ngebangun toko sendiri di mall atau di street level itu beneran akhirnya bisa nge-boost sales. Betul. Itu apa tuh, Pak?
Ya, sebetulnya cost ini lebih ke investasi ya, Mas. Kita lihat memang dalam satu investasi itu, kita bisa tahu investasi itu benar atau salah setelah investasi itu dijalankan. Iya, itu dia makanya kan. Tinggal kita lihat analisa nih resikonya seperti apa. Saya ingat sekali, Mas, waktu itu tahun sekitar 2010, mungkin saya pertama kali, Buka Ruko pertama tuh mas di Malang ya.
Waktu itu kita. Oh malah di Malang ya? Itu setelah flagship yang di Bandung jadi?
Sebelum itu. Oh malah sebelumnya flagship? Iya sebelum.
Tapi itu bentuknya bukan flagship lah. Ruko ya. Terus kita mulai coba nih. Start dari devstore. Kita masuk.
Selalu ada satu hal tuh yang. Yang membuat kita itu. Harus berupaya keluar dari comfort zone kan mas.
Kalau misalnya kita pertahankan. Hanya bicara tentang. Oke di devstore kita nego.
Misalnya bagi hasilnya. Bicara apa. Mungkin hasilnya tuh gak akan bisa cepetan.
Iya gak akan signifikan. Tapi kan yang saya guru saya sih mas Indra ya. Harus lakukan sesuatu yang lompatan. Satu hal yang berbeda. Nah waktu kita pindah itu memang gak mudah mas waktu itu.
Pindah pertama ke ruku. Aduh ini narik orang traffic gimana. Akhirnya kita lihat tuh community yang di sekitar situ siapa. Kita kerjasama. Kita datangkan misalnya ada pembicara.
Ada event-event. Dia datang ke sana. Akhirnya mereka tau. Oh ini Eger nih.
Eger tuh jadi rumah kita. Saya selalu prinsipnya kalau buka toko itu harus jadi teman dan jadi konsultan. Jadi maksudnya datang ke sana tuh mereka tuh bisa homie. Nggak bicara tentang ini tuh harus dijual atau ada apa, itu cerita lain.
Tapi yang penting mereka ngerasa ini tuh rumah saya. Mereka bisa berkumpul sama-sama. Nah setelah dari sana, kita baru ekosistem itu terbentuk tuh mas. Karena waktu dulu... periode 2015 mungkin online tuh nggak seperti sekarang.
Nah, nanti saya cerita yang periode 3-nya tuh setelah 2020 ya, setelah after pandemi, itu beda banget mas strategi agernya ya untuk ke depannya. Nah, setelah komunitas itu terbentuk, masuk ke toko akhirnya toko itu mulai hidup lah. Dan saya melihat model yang ini tuh ternyata bisa diterapkan di banyak lokasi mas ternyata. Jadi kita panggil orang datang buat aktivitas.
Tadi tetap EIGERI kita lakukan. Kita kasih edukasi, inspirasi, kita tampung semua. Akhirnya itu siang seiring itu bisa berjalan. Memang saya akui nggak semua investasi itu berhasil mas.
Tapi kalau misalnya kita bisa minimize risknya, itu mungkin hanya 10%, 5% kita bisa lakukan. Dan ada satu hal juga. Kadang-kadang kan ini... Bicara investasi itu kaitannya ke resiko juga mas. Nah pada waktu Pak Roni Lukito kembali...
untuk memimpin Eger jadi CEO mulai 2015 waktu itu beliau lakukan ada satu hal yang radikal mas, terobosan jadi waktu itu, Dep Store kita upayakan supaya kita kurangi dan kita bisa masuk ke toko-toko sendiri ini yang diperbanyak mas waktu itu dan memang pada waktu itu distribusi ini cukup bagus mas akhirnya bisa kita duplikasi yang tadi ya komunitas dateng dan akhirnya bisa cerita Eger nya tuh jadi utuh mas bukan salah sih bicara dengan dev store kalau misalnya konsep kita memang tadi lebih ke oke produk biar orang datang traffic bagus ya itu tergantung policy dari masing-masing company sebetulnya tapi waktu itu kita pengen bicara eger itu harus dilihatnya utuh ada satu story yang bisa dilihat di sana nah kita sesuaikan tuh jadi menurut saya kunci untuk teman-teman semua kalau saya boleh sharing itu adalah adanya kesatuan antara brand, produk, sama distribusi ini jadi terintegrasi mas, orang tuh ngeliat itu jadi satu semua ada story, dia disajikannya dimana, itu yang justru akan dihukum jadi utuh ya, yang itu gak bisa didapet kalau di department store karena saturated man produknya dan yang aku tangkep tadi ya dari cerita ruko pertama di Malang itu itu kan berarti kan kalau dalam bahasa kerennya sekarang itu minimum viable product jadi sebelum Eiger investasi gede-gedean untuk buka flagship untuk buka banyak ruko dimana-mana, terus dulu udah di Malang buat satu aja dulu kita pikirin gimana caranya datengin orang ketika eksperimentasi A, B, C dilakukan ketemu formulanya, ternyata ini formulanya baru di scale, baru buka flagship di Bandung, baru buka di tempat-tempat yang lainnya betul aku mau gali yang fase 3 Ini kayak MCU juga ya, Marvel Cinematic Universe ya, ini fasenya udah fase ketiga nih ya. Nanti ada Thanos yang dateng kayaknya. Sebelum ngomongin fase tiga deh, aku masih tertarik untuk menggali tentang Eiger itu sendiri. Karena kita tadi udah ngomongin strategi ya.
Jadi bahwa brand, keterlibatan komunitas, produk yang memang dibuat se-fit mungkin dengan customers-nya, sebaik mungkin, dan juga distribusi tadi ya. dengan eksperimentasi ketemu air punya jalur distribusi sendiri. Saya percaya bahwa strategi sebagus apapun baliknya ke orang.
Karena kan orang yang mengekskusi strategi itu. Betul. Dan orangnya bukan cuma bicara 1, 2, 3. Kan jumlah karamnya berapa sekarang? Sekarang hampir 2 ribu mas. Banyak kan?
Dan gimana caranya supaya 2 ribu orang itu punya visi yang sama, punya value yang sama, bergerak kerja, berpikir dengan... yang relatif sama gitu kan supaya harmoni kan itu kan berarti ada peran kultur disitu nah boleh nggak Pak Chris share dong dengan kita gitu gimana ya caranya Pak Chris, Pak Rooney pada saat itu bisa ngembangin orang yang ada di dalamnya, ngebangun kultur yang ada di dalamnya gitu supaya bisa semua strategi yang kita omongin tadi itu beneran bisa terwujud karena tidak mungkin, mau secanggih apapun Strateginya kalau misalnya people-nya nggak ngerakin itu strategi kan nggak ekskusi ya budayanya nggak melekatkan semua orang untuk bergerak ke arah yang sama kan nggak mungkin. Nah itu apa tuh apa namanya ya formulanya gitu ya ngebangun people dan culture di Eiger itu gimana? Iya nah Mas Indra pertanyaan ini tuh dua pertanyaan tapi saya jawabnya jadi satu karena itu sebenarnya jawaban fase tiga Mas. Nah, berarti kita ngomongin fase 3 dulu atau?
Fase 3 dulu aja deh ya. Fase 3 dulu, oke. Nah, tadi bicara tentang story semua ya. Itu kurang lebih fase di 2014 sampai 2020. Kita udah mulai bisa rangkum utuh tuh. Integrated marketing yang mulai jalan ya di sana.
Terus udah gitu bisa bikin ada satu, tadi sebagai teman, sebagai konsultan. Nah, masuk fase di 2019, itu ada perubahan culture pada waktu itu. Jadi kenapa reasonnya sebetulnya apa?
Waktu itu kita menyadari, itu Parone sempat bilang ke saya juga. Karena secara grup company kita, itu bless and blessing sebetulnya. Itu bicara tentang care for people dan care for environment waktu itu.
Dari sana kita bisa menarik kesimpulan bahwa Iger ini harus care ke people. Banyak orang yang mengartikan care to people itu kan berbeda-beda pada waktu itu. Padahal apa sih yang disebut dengan blessing, memberkati, memberikan berkah. Itu adalah memberi nilai tambah yang menambah kebaikan untuk orang untuk jangka panjang.
Sebetulnya masuknya ke situ. Jadi kita harus melihat bahwa semua orang itu adalah satu kekuatan. Mulailah fase yang akhirnya masuk ke kita lebih ke customer centric mas pada waktu itu. Jadi 2019 ke depan kita mulai semua sepakat.
Oke kita harus lihat ke customer nih mulai pada waktu itu. Dulu mungkin lihat tapi... Lebih ke produk, lebih ke story ya mas.
Lebih bukan melihat dari segi customer-nya. Nah inilah fase yang ketiga mas. Seiring dengan digital transformation.
2018 kita mencanakan ada Edit7. Agriendo Digital Transformation. Ada beberapa hal, 7 poin yang akan kita perbaiki pada waktu itu.
Dan kita sepakat lakukan digital transformation. Tapi di dalamnya itu ada unsur people-nya mas. Karena teknologi sama people-nya akan mendukung ke sana. Nah akhirnya kita mulai tuh kita tambah platform untuk teknologi, kita kembangkan sistemnya untuk di teknologi, kita beralih ke SAP untuk ERP-nya, dan ke people-nya pun kita mulai lakukan.
Karena apa? Tanpa ada human experience atau employee experience, kita nggak akan bisa sampai ke tahap customer experience. Itu nggak akan bisa. Karyawan kita yang merasa dia tidak diperhatikan. gak akan mungkin berikan pelayanan yang terbaik jadi berikan pelayanan terbaik untuk karyawan dulu, nanti customersnya akan terlayani secara otomatis dengan baik nah kita baru mulai tuh di 2019 karena kita sadar set culture lubah tadinya yang drive mengemudikan orang drive itu kan disiplin, relationship terus udah gitu integrity kemudian victory sama Execution, pokoknya bicaranya harus cepat, kalau perlu produk itu ada ide cepat keluar gitu ya semua.
Nah akhirnya kita berubah jadi ke share. Share itu bicara tentang servanthood, harmony, agile, respect, dan empowerment. Hampir semua itu bicara tentang gimana sih kita menumbuhkan kompetensi orang mas akhirnya. Nah fase itulah 2019 itulah mulai satu fase yang berbeda. Kita mulai benahi semua touch point dengan customer kita mas.
Dengan didukung oleh teknologi. Kita kembangkan banyak sekali platform di sana yang mendukung gimana sih beri pelayanan lebih baik ke konsumen kita. Supaya mereka berikan kemudahan. Feedback bisa kita terima lebih baik, Mas. Karena begitu penting feedback dari customer.
Kita merasakan, mungkin kita pernah mengalami masa-masa dulu ya, Mas ya. Pada saat kita kok kayaknya nggak begitu paham feedback customer, ada apa? Nah, 2021 ke depan, kita itu perbaiki itu semua, Mas.
Supaya kita bisa menyerap, kita sadar bahwa feedback... customer itu begitu penting ya bukan hanya feedback dari expert tapi customer penting semuanya itu bisa bergabung jadi satu dari situlah mas akhirnya kita sepakat culture people development untuk bisa menjadi satu bagian dari strategi bisnisnya Eiger nah itu tadi kan berarti kan pindah dari drive ke share itu berarti culture ya? itu adalah culture ya berarti core values sebutannya core values yang membangun culture betul betul Yang dilakukan secara konkret oleh manajemen Iger untuk ngebangun core values share itu apa tuh?
Nah banyak company yang terjebak untuk culture itu lebih ke artefaksinya mas ya. Buktinya. Contohnya misalnya dia pasang banner ya.
Ritual ya. Semangat semua ritual. Bikin event ya.
Kebersamaan. Terus gue itu semangat panggil motivator ya untuk ke culture ya. Nggak salah sih sebetulnya dengan itu.
Tetapi kita merasakan bahwa. Untuk membentuk satu culture, itu start harus ada perubahan dari asumsi orangnya. Apa yang, pengalaman apa yang dia alami sehari-hari di kerjaan.
Contohnya mas, bicara siar, hanya itu harmoni. Harmoni itu meminta kita untuk, ayo dong, kalau ada masalah, ada apa, berani speak up, berani bicara. Dengan respect, tapi berani, muatasan, gimana, kita bisa sampaikan pendapat kita.
Harus berani untuk keberikan pendapat. Tapi kalau kenyataan sehari-hari mas, misalnya saya atau dari tim saya sebagai leader, anak buahnya baru nanya langsung di, udah lu jangan banyak tanya, lu lakukan aja begini ya. Nah mereka pasti akan ngerasa, ini secara artifaknya kok bicara harmoni, tapi kenyataannya gue alami experience-nya, kok saya nggak seperti itu ya.
Nah dia nggak akan merasakan, jangankan harap dia berubah jadi culture mas, akhirnya dia akan merasakan, oh ini pengalaman yang saya terima itu nggak sesuai. Nah. Pentingnya untuk membuat budaya itu, kalau menurut saya itu ada dua.
Ada role play-nya dan ada role model. Role play itu harus bisa membentuk suasana di kantor itu yang sesuai dengan harapan di culture-nya, Mas. Bukti konkret yang kita lakukan, kita Senin itu ada sharing group discussion, Mas.
Semua bahas, lepas, kita harus informal. Waktu itu kita bicara ada event-event menarik setiap satu kali satu minggu. Terus kita lakukan juga ada internalisasi siir yang bentuknya eksperensial mas.
Mereka boleh ngungkapin semua ya. Kita bentuk juga kayak kemarin saya ke beberapa divisi. Saya bentuk ayo dong kalau biasanya ada masukan ada apa gak usah kasih nama lah.
Kasih masukan saya sendiri yang akan jawab mas satu persatu ya. Udah mereka muntah tuh keluar semua ya segala. Gak apa-apa buat saya itu pelajaran.
Suara mereka tuh berharga. Tujuannya apa? Kita menciptakan bahwa semua itu mereka berharga.
Mereka... menjadi satu orang yang jadi ujung tombak untuk ke bisnis ini. Jadi saya merasakan mas, apa kesimpulan untuk di strategi ketiga itu, yang tadinya di product oriented, bicara langsung tentang story, masih tentang produk, integrated marketing di fase dua. Di fase tiga, itu antara teknologi, people. dan bisnis itu akan membentuk pengalaman yang berharga untuk karyawan dan pelanggan.
Wow keren banget itu. Itu udah jadi kayaknya 2 semester tuh. Bagi yang lagi ngerjakan disertasi atau tesis atau skrimsi ya, langsung hubungi Pak Chris. Karena itu udah selesai dari jamin A nilainya. Wow 3 fase ya.
Itu keren. Karena memang... Saya juga bisa ngebayangin sih, itu tuh sebuah kenisayaan.
Memang biasa kalau teman-teman UKM, ketika dia mulai bisnisnya, pasti fokusnya di produknya dulu. Yang baik kan? Yang enggak apa-apa. Kan produk atau layanan kita kan solusi untuk pelanggan.
Benar. Di awal kita harus buktikan dulu bahwa kita bisa, produk kita, layanan kita benar-benar bisa jadi solusi. Buktinya dipakai kok.
Tapi ketika kita mau naik kelas, enggak cukup. Sekedar punya produk yang hebat yang jadi solusi enggak cukup. Kita harus menjangkau pelanggan yang lebih luas lagi. Harus ada keterikatan antara customer dengan brand-nya kita.
Maka akhirnya masuk ke fase yang kedua dengan distribusi, dengan story-nya. Itu full kita kontrol dan kita invest kemana-mana. Integrated marketing. Sampai satu titik di mana itu nggak cukup lagi. Karena kalau untuk gedein ini perusahaan, balik lagi kita harus ngandalin orang-orang kita.
Karena orang-orang inilah yang... punya ide-ide brilliant, punya inovasi-inovasi itu kan lahirnya dari orang kan ya? yang menyentuh customer, yang melayani customer itu kan orang-orang kita maka fokusnya akhirnya yang awalnya di produk, yang kedua kemudian di distribusi story integrated marketing, akhirnya kembali kepada people, dengan teknologi sebagai enabler dibaliknya yang semua itu akhirnya melahirkan value yang paling tinggi untuk customer cakep banget, pandemi mas Gue mau ngomongin pandemi boleh ya?
Boleh boleh. Pandemi kan gak ada yang naik gunung tuh. Itu gimana 2 tahun kemarin tuh pandemi? Pertanyaan yang bagus banget mas.
Waktu itu memang kita cukup kaget juga ya pertama kali ya. Kita belum ada persiapan yang cukup. Di sana kok tiba-tiba orang gak datang ke toko kita. Kita harus waktu itu PKM ya.
PPKM ya dulu masih apa sih namanya SD, SB SD, SB itu mah itu lagi PSBB PSBB PSBB sudah SB mah lotre oke ketawa ketawa generasinya waktu itu kita merasakan bahwa kok tiba-tiba pengunjung berhenti mas waktu itu ya nah saya sempat berpikir keras juga pada waktu itu karena memang kok orang-orang gak ada pada berani datang ke toko semuanya sepi semua tapi kita tetap jalankan apa sih yang maksimal bisa kita lakukan. Nah, waktu itu kita sepakat pada waktu itu ada ide dari Pak Roni juga, kita switch Pak. Waktu itu kita switch semua yang tadinya bikin tas, akhirnya buat baju APD. Waktu itu kita switch.
Itu sosial atau bisnis? Nah, kita muncul lah istilah karena pada waktu itu kita baru declare tentang values kita, agresir, kita gembar-gemborkan lah gerakan untuk agresir ini. Ini bukan bicara tentang pencitraan sebenarnya mas, karena kita tulus untuk bisa membantu pada waktu itu. Jadi semuanya itu kita bantu tuh, kita APD, kita produksi untuk semua ya. Terima ini kan nggak bisa terus-menerus mas, ini mungkin kuat untuk bisa menjadi network kan yang baik di sana.
Nah kita lakukan inovasi pada waktu itu kita keluarkan produk yang disebut dengan Aiger Protect. Aiger Protect ini adalah produk yang waktu itu kan kita masih takut ya, maksudnya keluar rumah, apa-apa harus tertutup, ada apa semua. teknologi outdoor kita terapkan di agar protect ini mas supaya orang tuh ngerasa lebih safe pada saat dia keluar dan itu cukup bagus mulai dari masker serialnya semua tapi itu produk komersil ya? artinya itu memang tujuannya profit kan?
yes, itu komersil kalau yang tadi yang APD itu lebih ke CSRnya sih untuk kita bantu tapi CSR ini kenapa? supaya kita tetep lah kita merasa kita bisa berbuat sesuatu kan untuk bangsa kita sekaligus menghidupkan value share itu secara konkret setuju, setuju jadi mereka setuju Juga lihat ada pembelajaran nih. Corporate food juga beri contoh itu kan.
Untuk lakukan itu. Nah yang berikutnya. Kita masuk ke.
Eiger Protect. Terus kita bikin Eiger Comfort mas. Eiger Comfort ini. Memang teknologinya kita pakai outdoor.
Tapi baju yang nyaman sehari-hari dipakai di rumah. Saya sempat sih waktu itu ada story juga. gue udah daripada keluar dulu gak aman camping di rumah gimana deh caranya gitu ya pake agar comfort gitu terus kita bikin seru-seruan cerita tentang camping di rumah ada aktivitas di rumah ya yang akhirnya tuh bisa diterima juga tuh sama orang pada waktu itu ya nah itu bicara di produk di distribusi kita langsung lakukan hal yang berbeda mas kita bentuk ada yang disebut dengan waktu itu sih masih agak tradisional kita sebutnya whatsapp business sebetulnya nanti nextnya kan jadi platform yang berbeda Jadi kita bisa shopping online tapi langsung ke toko.
Jadi ke toko itu bisa kita sedang bentuk platformnya terus berkembang terus mas. Jadi katalog dari tiap toko itu ada, mereka bisa akses, mereka bisa beli langsung. Dan itu cukup bagus mas pada waktu itu.
Dan pada waktu itu kita lihat ada perkembangan yang cukup signifikan dari penjualan e-commerce kita mas. Karena waktu itu hanya sekitar 2% akhirnya bisa berkembang sampai ke 17,5% sampai 20% pada waktu pandemi. Yang dijual dulu produk tadi, yang comfort, protect tadi itu ya? Dan di luar produk itu juga mas, produk sehari-harinya. Jadi kita banyak keluarkan juga produk yang Aiger 1989 disebutnya.
Nah Aiger 1989 ini tuh bukan untuk naik gunung mas, tapi kesannya tuh masih ada outdoor looknya dapet. tapi dia tuh bisa dipakai kemanapun untuk bisa di rumah, bisa di mall bisa ke tempat itu untuk traveling itu tuh orang tuh banyak yang kita sebutin outdoor outdoor adapter Jadi mereka bukan orang naik gunung, tapi ide-idenya mereka stylistnya, mereka masih pakai itu gitu mas. Yang penting bisa gayanya kayak pendaki gunung, padahal sebenarnya nggak bisa naik gunung.
Itu saya itu. Pendaki gunung 100 meter dong, nggak usah-ngusah. Tapi yang penting gayanya dulu bisa foto.
Gayanya dulu, iya. Nah, itu cukup diterimanya cukup bagus tuh mas. Jadi banyak sekali, dan ini pangsa pasarnya banyak. Jadi mereka yang nggak suka naik gunung, sampai akhirnya...
Setelah pandemi ini kita ngerasa banget, orang yang udah kelamaan kejenuh di rumah ya mulai keluar nih camping satu akhir pekan ya, camping pake camper van ya, camping untuk keluarga, cuma barbeque-an, isi konten, yang penting gue ada konten nih buat gini ya, terus healing-healing kan sekarang lagi musim nih ya, semua healing akhirnya. Itu tuh meledaknya ke situ mas, jadi bukan ke yang hardcore achiever, disana memang masih ada pasar juga yang achiever ya, kalau achiever kan ini yang sifat orang yang... komit untuk lakukan aktivitas ekstrim lebih, naik gunung dia 2 hari, besoknya dia harus bisa 1 hari, kurang lebih gitu, tapi yang di outdoor adapter ini, itu justru banyak sekali orang yang akan masuk ke situ Jadi ngebuka market baru ya, pada saat pandemi justru. Betul.
Produk baru, market baru gitu ya, itu berkah pandemi juga lah ya. Bener, bener. Dan memang strateginya akhirnya kita berkembang ada kategori riding, dan juga ada kategori untuk 1989 yang untuk lifestyle mas. Nah orang juga kan sekarang banyak yang naik motor, motornya apa aja, nggak usah motor besar juga, tapi mereka bisa satu hari, mereka bisa ride and camp. Jadi setelah naik motor, dia bisa camping dengan temen-temennya, udah gitu besoknya dia bisa kembali.
Nah ini tuh jadi trend mas, akhirnya jadi lifestyle. Nah memang akhirnya ini yang akan membantu untuk bisa bertumbuhannya dari situ. Nah kaitannya dengan Go International nih. Kan berarti kan pertama kita Eiger ya, mau ke Swiss ya. Ke bawah gunung Eiger ya.
Rencana kedepan tuh selain di Swiss, di Eiger itu, itu dimana lagi? Mau merambah kemana lagi? Iya. Nah konsisten ke visi-misi brand ya mas ya. Sebetulnya kan memang arahnya ini ke tropical.
Jadi kan sebetulnya misi kita, kita bawa pengalaman untuk bisa di kehidupan outdoor di tropical. Kita persembahkan pengalaman terbaiknya untuk konsumen. Jadi memang fokusnya untuk di tropical. Berarti di tropical countries. Tropical countries.
Nah memang orang nanya, Swiss kan bukan tropical. Nah kenapa reason kita masuk ke Swiss? Swiss itu secara persyaratan itu luar biasa.
Kalau saya lihat persyaratan produk. jadi kita bikin satu range khusus sebetulnya ini untuk membuat kita keluar dari comfort zone kita ke growth zone itu memaksa untuk naik di kelasnya kalau yang udah paling susah ini aja kita bisa lakukan harusnya di tropical jadi kita mulai masuk nih ke Malaysia nanti nextnya mungkin ke Thailand dan kita akan konsisten terus masuk ke tropical mas karena secara ini diferensiasi kita kan sebetulnya ya untuk bisa buat disitu apa sih mas tantangannya untuk bisa menaklukkan pasar global ya? Itu apa? Misalnya teman-teman UKM pengen ikutan, gue juga pengen masakan produk gue di global market gitu ya. Itu apa mas tantangannya?
Ya, tantangannya nomor satu materi yang selalu mas Indra sampaikan, inovasi mas. Gak ada yang lain. Jadi gimana sih kita bisa memberikan satu solusi, satu inovasi, yang akhirnya menjadi jawaban untuk konsumen.
menurut saya itu yang paling penting jadi tantangannya banyak orang bicara saya kasihkan produk yang terbaik, sebetulnya bukan tapi gimana sih kita bisa jadi, tadi bisa diberikan satu solusi untuk pain dan needsnya dari konsumen nah ini kan banyak sekali cara untuk bisa lakukan kesana mas kita tampil dengan produk yang berbeda kita jadi solusi, kita kembangkan people-nya tadi mas menurut saya paling penting, dan kembangkan tadi enabler untuk di teknologinya, untuk bisa membangun pada prinsipnya Konsumen yang sekarang, itu kan konsumen yang... Pengen apa-apanya cepat, mudah. Anywhere, anytime, any device katanya. Nah, gimana tuh caranya kita bikin, saya sering istilahkan jadi seamless experience.
Dia mau belanja online, offline, dimanapun dia berada, dia dapatkan experience yang sama. Dan dia dapat jawaban yang untuk semua permasalahannya dia. Nah, harapannya itu itu sih mas. Tantangannya.
Gimana caranya kita bisa memastikan semua checklist tadi itu terpenuhi ya. Supaya bisa diterima di market global. Betul. Terakhir nih Pak Kris nih. Bagi teman-teman khususnya yang pelaku KM nih.
Yang nonton disini. Apa nih saran dari Pak Kris untuk teman-teman ini. Supaya mereka juga bisa ikut naik kelas. Seperti Eiger.
Iya. Kalau dari saya. Kita dimanapun. Kita harus terus belajar mas. Menurut saya itu paling penting disitu.
Karena saya merasakan fase saya. di Eger ini, kita bisa bertumbuh disini karena kita terus belajar berusaha untuk tahu dan kita bisa melakukan hal yang tidak bisa, tidak biasa, tidak pernah cakep tuh biasanya kan kalau orang udah bisa dia pasti udah ahli lah lakukan itu tapi gimana sih ada satu quotes yang disebutnya itu push your limit kita gak akan pernah tahu limit kita dimana kalau kita gak dorong tuh mas nah UMKM kalau saya pikir pasti fokusnya itu banyak keempatan di sana. Tapi ini balik lagi mas. Kadang-kadang kita sering mikirin hal-hal yang sebetulnya di luar kontrol kita.
Tapi hanya untuk concern. Jadi contohnya misalnya kita mikir oh pertamak naik. Daya beli turun. Harga naik. Nah yang kita stresin itu yang nggak bisa kita ubah.
Tapi kita lupa sekian banyak ada hal yang bisa kita kontrol. Bisa kita kendalikan. Nah yang tadi tuh. Kita harus bisa lakukan.
Saya silahkan itu willingness to do more mas. Lakukan maksimal, terus pahami customer kita. Nomor satu itu, itu.
Nggak ada produk jelek, nggak ada produk bagus. Kita paham customer itu jadi jawaban nggak untuk customer itu. Nah selain itu, setelah willingness to do more ini, baru kita lakukan eksekusinya dengan tim mas. Jadi saya selalu ada istilah, kita selalu ada 4T mas.
Jadi tim, teman. Kemudian ada teknologi, dan nomor satu itu ada Tuhan. Wah luar biasa.
Jadi 4T ini. Jadi maksud saya 4T ini circle-nya itu harus tepat. Jadi misalnya tim perkuat, kemudian teman network mas.
Saat kita niatnya bagus, network-network itu akan datang. Tim, teman, Tuhan, kemudian teknologi. teknologi yang melengkapi itu pada akhirnya. Menjadi yang memampukan ya. Yes, betul.
Wow, cakep banget. Thank you so much. Makasih banget saya belajar banyak pada kesempatan kali ini.
Sama-sama Mas Hinta. Mudah-mudahan kita bisa ngobrol lagi nanti. Siap. Thank you banget.
Sukses terus Mas Hinta. Makasih ya. Thank you.