"Lu tuh cuma masuk grup nggak masuk circle!" Nah belakangan ini lagi rame meme tentang circle. Ya intinya lu tuh gak diajak lah. Dan sebagian orang mungkin mikir kalau meme ini tuh lucu gitu ya Tapi sebenarnya ada juga lho orang-orang yang kesinggung atau mungkin juga straggling parah gitu sama masalah sirkel pertemanan. Bahkan gue yakin semua orang, ya termasuk gua, termasuk lu, itu juga pasti pernah lah ada masalah sama circle. Ya kan? Bahkan mungkin banyak dari lu yang harus ngasih effort lebih, banyak dari yang mungkin ngerasa gak nyaman untuk masuk dan dianggap sebagai bagian dari circle tertentu. Di luar sana banyak loh, gua nggak lihat data sih tapi gue ngeliat banyak contoh temen gua, mungkin temen lu juga. Banyak orang yang maksa harus merubah lifestyle untuk merubah kebiasaan sampai mengubah mindset demi bisa masuk ke circle tertentu. Misalnya maksa gitu kan beli sesuatu misal beli mobil BMW padahal nyicilnya engap banget, beli iPhone KW, atau misalnya sampai minjem sana-sini buat nyamain lifestyle dengan circle yang akhirnya tersebut juga enggak dibayar. Well ada banget sebenarnya hampir berhasil contohnya Ana Delvey ya, Anna Sorokin di Inventing Anna. Ada juga enggak yang boncoz? Well ya banyak yang boncoz, yang akhirnya gara-gara nggak nyaman gara-gara maksa di circle tertentu jadi stres, jadi nggak punya duit. Yang gitu juga banyak. Tapi sebenernya yang jadi pertanyaan adalah wajar nggak sih kalau kita maksa buat ngubah diri demi kita bisa masuk circle? Well di satu video sebelum tidur ini gua mau jelasin beberapa fakta dan opini soal sirkel pertemanan dan gimana caranya supaya kita nggak terjebak di circle yang mungkin, pertama kita nggak nyaman, kedua nggak bikin kita berkembang juga dan malah ngerugiin kita. So tonton videonya sampai habis biar bisa dapet keseluruhannya insightnya. Oke? Pertama, gue bakal mulai dari pertanyaan dasar. Kenapa sih di dunia ini ada yang namanya circle? Emang sepenting itu? Well sebenernya ya kalau secara psikologi namanya manusia kan makhluk sosial. Dan ada istilah juga yang social proximity effect. Intinya kalau misalnya lu memang cocok sama orang ya lu bakal jadi circlenya mereka, dan habit temen lu, dan habit lu juga itu bakal menjadi ya habit circle lu. Jadi semakin sering menghabiskan waktu, semakin cocok, semakin besar juga kemungkinan lu bakal jadi circle, semakin besar juga kemungkinan lu bakal mengikuti habit circle lo itu. Kayak misalnya kalau lu berteman sama orang yang ngerokok semua ya bisa jadi lu bakal ikut ngerokok gitu. Dalam beberapa kasus memang ada yang nggak kebawa ngerokok misalnya, tapi ada satu habit yang akhirnya jadi kebawa. Entah misalnya habit ngomong kasar nya, entah misalnya habit untuk nongkrong di tempat tertentu, atau habit wah banyak lah pokoknya. Dan ini juga enggak hanya terbatas ke hal negatif, bisa juga gue jadi rajin belajar, lu jadi ambis, dan sebagainya. Jadi netral lah plus-minus saya kemungkinan besar akan ditiru. Itulah alasan kenapa sebenernya circle itu cukup penting karena sekali itu sebenarnya sangat definisi un siapa lu gitu. Circle itu itu bisa nentuin bahkan gimana kepribadian lo, gimana pola pikir lu, status sosial, lo ngerespon suatu kejadian, bahkan kolaborasi bisnis juga tercipta dari circle. Ya mungkin kalau bahasa sekarang gitu ya orang dalam, dan lain sebagainya. Kan itu ngomongin circle, dan yang bisa kita lihat sekarang dikit kan orang yang flexing gitu. Oh lu circle Android gua iPhone. "Bisa nggak berteman sama kalian? HP aku kan iPhone 6", "Jawab deh jawab..", "Nggak bisa, minimal kameranya tiga, harus iPhone" Sekarang kan banyak yang flexing kayak gitu, tapi kita kan nggak tahu sebenarnya di belakangnya tuh dia nyaman atau enggak, ngeluh atau enggak, stres atau nggak. Tapi kalau dari pengalaman gue, dari pengalaman konseling, mentoring, kan banyak klien yang ke Satu Persen. Banyak si yang masalahnya tentang circle. Yang akhirnya jadi stres, jadi ngeluh, jadi berusaha banget, bahkan sampai maksa karena takut gak bisa masuk circle. Atau mungkin kalau di komen-komen Satu Persen gitu ya, di IG gue tuh lihat banyak orang yang akhirnya milih buat sendiri. Bagus nggak sih? Well plus minus sebenarnya, tapi kalau kita bisa nemuin circle yang oke kenapa enggak kan? Salah enggak? Ya belum tentu juga, pilihan hidup orang. Tetapi kalau misalnya di kurikulum Satu Persen itu masuk ke level 3 dimana ya Elu kalau misal punya miningful relationship akan lebih bagus, akan lebih memudahkan lu untuk naik level 4. Ibaratnya ya ini tuh circle gitu sih. Nah yang jadi pertanyaan adalah sekarang circle lu gimana? Apakah worth untuk diperjuangkan? Apakah oke? Atau sebenarnya bikin lo stress, bikin lo gak nyaman? Tapi kalau bikin lo nggak nyaman tapi bikin berkembang bagus enggak? Nah ini kan sebenarnya kita bisa banyak ngebagi sirkel ke dalam kotak-kotak tertentu ya. Ada yang toxic, ada yang buat cerita doang, ada yang buat nongkrong doang kan? Tapi di video ini gue bakal bagi jadi 2. Ini gua kutip dari videonya Garry Tan. Sebenarnya dia salah satu role model gue sih. Orang keren lah pokoknya, nanti lu bisa cari sendiri. Cuman dia itu bilang bahwa ada dua tipe circle. Pertama adalah circle sociopath, yang kedua adalah circle creator. Maksudnya apa nih? Kalau sociopath simpelnya circle ini tuh cenderung punya tujuan ya untuk naik terus, sebenarnya ya sama ambis dan lain sebagainya. Tapi biasanya memang si sociopath ini ya ngasih bad influence dan cenderung ngerugiin orang di dalamnya. Nah sociopath ini adalah tipe-tipe orang yang cenderung flexing ke circle ini, terus habis dia ngambil sesuatu dia loncat ke circle yang lain. Dan sirkel sociopath ini sebenarnya enggak ragu buat ngebackstep orang demi keuntungannya dia sendiri. Jadi pragmatis banget lah. Tapi apakah bisa long last? Mungkin bisa, tapi akan ada saatnya sih dimana ya lo mungkin nggak nyaman, di mana lo mungkin capek, dimana ya lo mungkin gak ngerasa bahwa ini itu hubungannya authentic karena bener-bener ya udah cost and benefit, lo ambil, lo cabut. Nah sejujurnya memang kalau gua enggak rekomendasi lo untuk masuk ke circle ini sih. Di mana lu mesti flexing sana-sini lu mesti branding sana-sini yang mungkin nggak sesuai sama lu. Ya tapi kalau sesuai ya silahkan. Cuman kalo gue pribadi, gue sejujurnya memang prefer masuk ke circle itu yang creator. Jadi circle yang creator itu intinya mengutamakan apa? Mengutamakan membuat sesuatu. Cirkel yang isi ya bikin lu nyaman dan bahagia. Kenapa? Karena you're making something together cuy. Jadi lu bikin sesuatu bareng sama temen-temen lu yang satu scircle dan lu produktif, lu bertumbuh ke arah yang lebih baik. Dan di sini ya memang enggak ada orang yang berusaha untuk menjatuhkan satu sama lain karena ya emang tujuannya buat happy, buat bikin sesuatu untuk lu maju bersama-sama. Dan biasanya long term, nggak long-term kalau untuk yang ini karena apa? Karena ya sama-sama jujur, sama-sama suka sesuatu yang sama, dan sama-sama juga pengen produktif. Ini adalah circle yang memang patut lo perjuangin kalau menurut gue pribadi. Dan kalau lu lihat ini tuh terjadi cuy. Lu kalau pernah dengar yang namanya Paypal mafia, dulu tuh Elon Musk, sekarang kan dia terkenal banget ya sih Mas Elon ini. Feathertail itu semuanya itu datang dari satu single yang sama, Paypal mafia. Mereka bahkan dibilang mafia kan. Dan memang mungkin bisa dibilang punya kecenderungan untuk nerd di satu hal yakan? Kalau Elon Musk memang pengennya ke Mars, kalau Peter Thiel pengennya di start-up gitu kan sampai bikin buku Zero to One, kalau misal yang satu orang YouTube memang fokusnya di how to democratice videos, dan lain sebagainya. Jadi penting kan sebenarnya untuk nentuin circle yang bisa, bahkan mengubah dunia, dan bahkan jadi beberapa orang terkaya di dunia. Nah ini adalah circle yang memang patut diperjuangkan karena masing-masing orangnya ya punya karya, masing-masing orangnya passionate dengan sesuatu gitu, masing-masing orangnya ya oke juga. Gue juga sebenernya kalau dari pengalaman gue, gue pernah ada di, sebenarnya dua circle. Tapi mungkin di satu circle yang pertama ini nggak masuk yang sociopath sih. Gua memang berusaha banget menghindari yang sociopath. Tapi gua masuk ke, dulu itu circle yang ya udah menurut gua nggak ngebuat gue berkembang. Dulu itu kayak ketika sebelum gua kuliah, gua kan SMA ya awalnya gua mungkin agak sedikit nakal lah. Ya lu bisa baca lah di tulisan gue Ifandi Khainur Rahim "Sedikit Cerita Tentang SBMPTN dan Jaket Kuning". Lu bisa tahu lah kehidupan gue secara personal tuh di sana, ga akan gue jelasin lebih lanjut cuman intinya gue sempet masuk tuh ke circle yang memang gua ngerasa enggak terlalu nyaman dan gua nggak ngerasa seberkembang itu. Akhirnya gue cabut tuh. Masih berteman, masih. Cuman kayak gue cabut dari circlenya. Tapi gue nggak kebayang sih kalau kehidupan gua masih di circle itu mungkin gua nggak bakal bisa masuk UI, yang mana masuk UI tuh bikin gue jadi masuk BEM, dari masuk BEM gue jadi tahu pergerakan mahasiswa, dari pergerakan mahasiswa gue jadi bikin pergerakan sendiri jadi ketua BEM kan di Fakultas Psikologi UI, dan kalau gak ke sana, kalau gua enggak ke BEM, mungkin gua enggak jadi CEO cuy. Karena pertama ya karyawan-karyawan Satu Persen tuh anak-anak BEM juga. Pokoknya banyak sih privilege-privilege yang gua dapet. Gua enggak tahu ini sebenernya bakal menguntungkan dan gak berharap menguntungkan juga. Tapi gua surrounding diri gua dengan ya orang-orang yang mungkin ingin mencoba produktif, orang-orang yang baik dengan circle yang mungkin pengen maju bersama, akhirnya bisa nih maju alhamdulillah. Boro-boro kepikiran Forbes Under 30 kalau zaman dulu. Jadi gitu sih kalau menurut gue sih ya dengan gua sedikit speak up tentang masalah circle ini ya gue berharap lu bisa mulai aware dengan lingkungan sekitar. Lu mulai bisa bertanya sih dan mengevaluasi. Apakah circle gue sekarang ngasi manfaat, circle gua sekarang bikin gua berkembang enggak sih, bikin gua nyaman enggak sih, dan saling merugikan enggak sih? Kalau misalnya iya ya it's oke kalau menurut gua lu pengen keluar dari circle lo. Dan buat lo yang memutuskan untuk sendiri juga sampai sekarang nggak ada circle, kalau saran gue sih mungkin kalau gua boleh kasih saran ya, lu bisa cari circle sih. Caranya gimana? Nah ini mungkin yang susah ya buat yang sendiri buat yang circlenya toxic, dan sebagainya. Cuman sebagai awalan ya sebenernya lu bisa nonton video Satu Persen karena kita banyak video-video soal pertemanan, soal relationship. Udah banyak banget video tentang self awareness yang bisa ngebantu lo, terutama buat lo para Gen Z, kita udah bikin playlist khusus tentang Gen Z. Silakan dicek aja karena lu bisa belajar tuh banyak, soalnya ini kan enggak dipelajari di sekolah. Ini belajarnya di mana? Ya di kurikulum Satu Persen, kurikulum kehidupan. Silakan lu bisa tonton videonya satu persen. Tapi kalau memang lu ngerasa oh ini masalah kayaknya gua enggak bisa nonton video doang. Kalau saran gua ya memang konsultasi aja sama mentornya Satu Persen karena memang ada spesialisasinya. Dan yang tadi gua bilang di awal, banyak orang yang ke mentoring gara-gara masalah circle, temanan toxic, mungkin toxic relationship, dan lain sebagainya. Banyak orang yang merasa kebantu setelah ikut sesi mentoring. Kenapa? Karena kita ngasih, pertama, personal statement jadi setelah lu konsultasi, lu bakal dapet treatment apa nih yang sebenarnya lu butuh. Entah itu webinar atau apa, nanti bakal disaranin sama mentornya. Yang kedua, lu juga bakal dapat hasil psychotest. Jadi lu bisa ngelihat kepribadian kayak gimana, lu tuh orangnya kayak gimana, lo mungkin cocok karirnya di mana, lu cocok komunitas yang mana, circle seperti apa sih yang misalnya lu cocok, kenapa lu nggak cocok sama suatu circle. Lu bisa nanya sih ke mentornya Satu Persen, silakan ya. Memang nyari temen tuh susah zaman sekarang meskipun di era teknologi dimana kita makin terkoneksi, tapi justru kita malah makin ga terkoneksi ngga sih? That's why memang saran gue ya silakan subscribe kalau misal suka dengan video ini, jangan lupa juga follow berbagai macam sister company dari Satu Persen ya. Dari Si Paling Gen Z kita bikin di Instagram akunnya. Ada juga lifeconsultation.id, ada lifeskills.id, lu bisa belajar tentang kehidupan di berbagai macam kanal tersebut. Dan yang pastinya di Satu Persen Official sih yang di Instagram. Silahkan dengerin podcast kita, nonton YouTube kita. Dan ya udah kalau misalnya masalah jangan lupa konsultasi sih karena lumayan sih benefitnya dengan harga yang nggak semahal itu. Silakan lu bisa daftar di website kita atau lu bisa cek link pendaftarannya di description box. Gue juga udah bikin kode promo, diskon buat lu yang nonton video ini sampai habis sebagai reward ya. Thank you banget, that's all for now. Akhir kata gua Evan dari Satu Persen. Semoga video ini bisa membuat lo menjadi lebih baik ya seenggaknya Satu Persen setiap harinya. Dan semoga lo bisa menemukan circle yang ideal, yang bisa bikin nyaman, dan bikin berkembang. Oke sekali lagi gua Evan dari Satu Persen. Well, thanks.