šŸ“ˆ

Strategi Investasi dan Pasar Indonesia

Sep 10, 2025

Summary

  • Diskusi ini merupakan wawancara mendalam antara narasumber dengan Pak Yos Parengkuan, Founder Shalendra Capital, salah satu manajer aset terbesar di Indonesia dengan AUM sekitar 32 triliun rupiah.
  • Topik utama mencakup filosofi investasi, dinamika pasar modal Indonesia, pengalaman dan strategi pengelolaan portofolio, serta faktor-faktor yang memengaruhi perilaku pasar saat ini.
  • Beberapa insight dan praktek langsung dibagikan menyangkut stock selection, value investing, serta pengelolaan risiko portofolio—baik untuk institusi maupun investor individu.
  • Penutup berisi saran saham pilihan jangka panjang dari Pak Yos, terutama BCA, serta pesan penting tentang pentingnya edukasi, mindset, dan konsistensi dalam investasi.

Action Items

(Tidak ada action items eksplisit pada transkrip yang perlu ditindaklanjuti.)

Makroekonomi dan Isu Tarif Global

  • Kebijakan tarif 19% global saat ini dipandang relatif menguntungkan bagi Indonesia karena posisinya masih di bawah banyak negara lain.
  • Dampak terbesar diperkirakan akan lebih terasa di Amerika Serikat dibanding negara-negara sasaran tarif.
  • Efek terhadap inflasi di AS dan ekspor Indonesia masih bersifat menunggu dan perlu waktu untuk benar-benar terlihat dalam data.

Independensi Shalendra Capital & Filosofi Bisnis

  • Shalendra Capital beroperasi sepenuhnya independen, tanpa afiliasi konglomerasi, bank, ataupun pemerintah, sehingga keputusan investasi diambil secara objektif dan komersial.
  • Prinsip utama yang dijalankan adalah membangun kepercayaan melalui edukasi nasabah, penerapan corporate governance, serta peningkatan layanan berbasis teknologi.
  • Keberhasilan survive dan tumbuh tanpa afiliasi besar diyakini hasil konsistensi dan transparansi selama 18 tahun terakhir.

Transformasi & Strategi Investasi Shalendra

  • Awal berdiri mengedepankan high portfolio concentration, value investing, dan fundamental driven investment — berbuah hasil spektakuler namun sangat volatil.
  • Dengan pengalaman, Shalendra mengubah strategi untuk menekan volatilitas dan fokus pada konsistensi return di atas rata-rata (above average return), bukan return tertinggi.
  • Investor institusi lebih menghargai konsistensi dan risk-adjusted return, sementara investor retail lebih berorientasi pada absolute return.

Edukasi Investor & Diversifikasi

  • Investor ritel cenderung tidak memerhatikan risk-adjusted return, hanya fokus pada ranking return.
  • Untuk membangun portofolio konsisten, diperlukan mindset yang realistis serta kesiapan terhadap risiko terukur.
  • Untuk reksadana, aturan membatasi alokasi maksimal 10% per saham sehingga portofolio harus lebih terdiversifikasi, berbeda dengan akun discretionary atau pribadi.
  • Pengelolaan dana pribadi Pak Yos cenderung high concentration (6-8 saham), namun tetap mempertimbangkan risiko jika terlalu fokus pada 1-2 ide.

Stock Selection & Circle of Competence

  • Proses awal seleksi saham selalu dimulai dari annual report dan financial statement, lalu menganalisa apakah suatu saham undervalued karena problem atau sekadar mispriced oleh pasar.
  • Pak Yos tidak membatasi universe saham yang dikaji, tetapi menghindari grup-grup tertentu yang secara historis bermasalah kepada investor minoritas.
  • Secara pribadi, 98% portofolio Pak Yos tetap di saham Indonesia.

Manajemen Risiko & Portfolio Turnover

  • Menyadari kesalahan prediksi, portofolio didiversifikasi untuk mengurangi risiko jika keyakinan terhadap satu saham meleset.
  • Holding period tipikal 3-5 tahun, tetapi keputusan jual/beli mengikuti perubahan pada investment thesis yang sudah dicatat saat pembelian awal.
  • Tidak ada investasi yang bisa benar-benar ā€œditinggal tidurā€; monitoring dan evaluasi secara berkala mutlak diperlukan.

Efisiensi Pasar & Fenomena Market Saat Ini

  • Pasar Indonesia dianggap tidak efisien dan sangat dipengaruhi perilaku irasional investor, berbeda dengan teori efficient market hypothesis.
  • Banyak saham dengan fundamental bagus justru underperform karena arus modal asing keluar, sedangkan saham-saham ā€œkonglomerasiā€ dan non-fundamental naik tinggi karena likuiditas dan peran investor retail.
  • Struktur pasar berubah, IPO berkualitas masih kurang, dan fenomena influencer turut memperkuat tren saham gorengan—dinilai berpotensi berlanjut selama belum ada alternatif investasi yang menarik dan arus asing belum kembali.

Valuasi & Intrinsic Value

  • Penilaian nilai intrinsik saham selalu bersifat relatif; perbandingan dilakukan terhadap peers, rata-rata industri, bahkan pasar negara lain yang sejenis.
  • Investment thesis dan target harga ditetapkan di awal untuk setiap saham; jika tesis berubah membaik atau memburuk, target harga disesuaikan dan keputusan jual/beli diambil.

Saran untuk Investor Pemula

  • Kunci utama bagi investor pemula adalah komitmen waktu dan tenaga untuk benar-benar memantau portofolio dan melakukan riset; jika tidak mampu, disarankan berinvestasi melalui reksadana.
  • Profesi investor saham yang sukses adalah pekerjaan penuh waktu, bukan aktivitas pasif.

Investasi Pribadi & Diversifikasi Aset

  • Selain investasi saham, Pak Yos juga melakukan investasi pribadi di bisnis F&B (contohnya Savaya, Cafe Kitsune, Titik Temu) serta koleksi seni lukis (old master Indonesia seperti Hendra Gunawan).
  • Namun, saham tetap dianggap instrumen investasi paling likuid.

Saham Pilihan Jangka Panjang

  • Untuk warisan jangka sangat panjang (next generation), Pak Yos menegaskan pilihan utama adalah saham BCA (BBCA) karena fundamental dan manajemen yang sangat solid serta reputasi pertumbuhan laba konsisten tanpa right issue.

Decisions

  • Strategi portofolio institusi Shalendra difokuskan pada konsistensi return — Rationale: volatilitas tinggi justru tidak dihargai investor institusi; konsistensi lebih penting untuk pembangunan bisnis berbasis trust.

Open Questions / Follow-Ups

  • Berapa lama fenomena dominasi saham gorengan dan undervaluation bank besar akan berlanjut di pasar Indonesia?
  • Apa trigger yang diperlukan agar investor asing kembali masuk serta IPO-IPO berkualitas lebih banyak muncul di Indonesia?