Oke, jadi saya ini lagi di kantornya Shalendra. Jadi buat teman-teman yang belum kenal, ini Pak Yos, Yos Parengkuan. Founder dari Shalendra Capital, aset manajer salah satu yang paling besar ya Pak di Indonesia sekarang.
Nomor 6 terbesar sekarang. Nomor 6, AUM-nya berapa Pak sekarang? 32 triliun. Jadi aset under management Pak Yos sekitar 32 triliun. Dan saya ini kenal Pak Yos waktu saya masih umur 19 tahun sebenarnya.
Waktu dulu. Jadi ini salah satu apa? Suhu yang saya berguru.
Jadi saya terima kasih sudah kasih kesempatannya. Waktu itu saya pernah datang sebagai narasumber, tapi sekarang gantian nih saya pengen tanya Pak Yos. Oke, siap.
Nah, kita mulai mungkin simple dulu Pak, dari makro dulu. Sekarang kan Trump ini, orang fokusnya di makro itu tarif, tarif, tarif, dan tarif. Tanggapan Pak Yos ini bagaimana dengan tarif 19% ini?
Sebenarnya kan gini, kita harus melihatnya mungkin secara relatif kali ya. Karena yang kena tarif bukan cuma Indonesia nih. Betul.
seluruh dunia kena tarif dan untungnya kita mungkin salah satu yang agak dibawah gitu in terms of tarif rate-nya. Jadi menurut saya that's actually quite good news gitu loh. Dan ini akan membuka opportunity untuk Indonesia untuk juga bisa ekspor ke negara-negara lain juga gitu loh.
So, tarif ini memang sesuatu yang agak mengganggu. Impactnya menurut saya akan lebih besar ke Amerika sendiri sebenarnya daripada ke negara-negara yang kena tarifnya. Jadi kita belum pernah ngalamin sesuatu seperti sekarang ini, tiba-tiba dikenain tarif kayak begitu. Jadi ke depannya kita harus ngeliat efek inflasi ke Amerika seperti apa, efek ekspor kita ke mereka seperti apa.
Ini semuanya masih belum terbukti, belum kelihatan seperti apa. Karena selalu pelaku ekonomi itu ada saja jalan untuk menyesuaikan nantinya. Jadi mungkin impact-nya tidak sebesar yang orang-orang perkirakan. Pemikiran saya sih begitu. Nah ini mungkin saya ingin tarik sedikit ke belakang.
Shalendra ini kan sudah mulai dari 2006. Awal dimulainya. Dan Shalendra ini salah satu aset manajemen yang setahu saya itu tidak ada afiliasi di konglomerasi belakangnya. Karena kan biasa ada konglo, mereka punya aset manajemen arm-nya, tapi perusahaan lainnya sudah besar. Atau misalnya ada sekuritas, tapi dia gandeng juga aset manajemen. Shalendra ini kan...
Totally independent. Sebenarnya jarang di Indonesia. Buat teman-teman yang nggak tahu itu jarang. Biasanya ada punya sekuritas juga, ada punya aset management. Atau ada asuransi, atau ada bank.
Atau ada asuransi, atau ada bank besar. Atau bahkan pemerintah. Gimana Pak, survive untuk bikin ini dari 2006 bisa sampai sebesar sekarang? Kan ini industri sangat kompetitif Pak.
Aset management semua orang pengen jadi aset manager. Semua orang pengen bisa kelola dana orang. Pengen punya klien banyak. Nah gimana caranya Pak Yos ini bikin ini dari 2006?
Dan cuma bukan bagaimana caranya, tapi filosofi apa, Pak? Yang ditanamkan ke para mungkin MIMI di sini. Iya.
Jadi terus terang karena kita nggak punya afiliasi kemana-mana, kita 100% independen. Ada plus, ada minusnya. Minusnya adalah kita nggak punya privilege seperti beberapa kompetitor kita gitu loh.
Iya. Iya kan? In terms of access ke nasabah-nasabahnya bank atau asuransi, kita nggak punya tuh semuanya.
Tapi positifnya adalah... Orang sekarang mengerti bahwa yang namanya Shalendra itu, waktu kita mengambil keputusan investasi, keputusan itu selalu diambil secara independen dan komersial. Tidak karena grup kita lagi ngapain, kita harus support grup kita.
Jadi semua pemilihan saham atau obligasi yang kita beli itu totally independen berdasarkan fundamental analysis kita. Itu pertama. Yang kedua adalah, Kita ini percaya bahwa yang namanya aset management business, essentially is a trust business.
Jadi ini adalah bisnis kepercayaan. Yang kita lakukan selama ini adalah kita mencoba membangun kepercayaan masyarakat terhadap Shalendra. Gimana caranya kita membangun kepercayaan?
Kita educate klien kita, kita bangun brand awarenessnya, kita educate tim kita untuk educate kliennya juga. Bahwa yang namanya investasi itu nggak sesimpel yang mereka pikir. Dan kita selalu anjurkan klien kita untuk berpikir jangka panjang. Kita terapkan corporate governance di perusahaan kita. Dan pada saat yang sama kita perbaikin layanan kita terhadap nasabah dengan bantuan teknologi.
Jadi ini semua yang kita lakukan untuk membangun kepercayaan masyarakat terhadap Shalendra. Dan hasilnya... Terus terang cukup membanggakan gitu loh Karena untuk sebuah perusahaan seperti Shalendra yang tidak dibantu oleh siapa-siapa, kita survive, terbukti kita sudah survive.
Mulai dari nol di awal tahun 2007, sekarang kita mengelola dana 32 triliun. Nasabah kita adalah top tier, institutional investors juga. Itu membuktikan bahwa kepercayaan terhadap Shalendra semakin lama semakin membaik.
Kenapa orang bisa percaya? Karena orang melihat selama 18 tahun kita berkiprah di bisnis ini, kita nggak pernah melakukan yang aneh-aneh. Kita nggak ugal-ugalan lah istilahnya gitu Itu salah satu kuncinya sih Oke Nah ini kan yang saya pengen tanya adalah Gimana caranya Pak Yos ini kan semua orang di market ini punya style-nya masing-masing Apakah Shalendra ini kan long only ya setahu saya Long only Ini filosofi apa yang pertama kali mungkin bikin Pak Yos klik gitu kan Kayak zaman Warren Buffett Dia dulu pertama kan dia pernah belajar teknikal dulu tuh Terus akhirnya dia ngerasa oh ini bukan begini caranya Tapi Saham itu adalah sebuah bisnis yang harus di-value berdasarkan bisnisnya. Nah ini gimana caranya Pak Yos nyampai ke filosofi itu awalnya? Terus terang, filosofi investasi kita memang mengalami transformasi yang cukup signifikan sih.
Kalau dilihat dari awal kita mulai sampai sekarang ya. Transformasinya bagaimana? Kira-kira begini.
Waktu kita baru mulai Shalendra dulu kita mikir the best way untuk dapetin AUM dan nasabah-nasabah adalah dengan memberikan mereka maximum return. Segede-gedenya gitu loh returnnya Caranya bagaimana? Caranya adalah kita stick to Beberapa investment principles Yaitu fundamental driven Value investing And high portfolio concentration Ini tiga memang di tahun pertama Terus terang hasilnya luar biasa Fund yang pertama kali kita luncurin Namanya Shalendra Opti Growth Fund Waktu itu it's an equity fund 100 miliar Return di tahun pertama 144%.
Wah, luar biasa. Luar biasa, ya kan? Strateginya adalah value-driven, fundamental, high portfolio concentration. Waktu itu misalnya nih, kita ngambil posisi di United Tractors.
United Tractors itu 40% dari portfolio, loh. Karena ini discretionary fund waktu itu, ya kan? Dan kebetulan memang pas cold cycle-nya lagi mau berbalik arah, lagi mau naik, ya kan? Akibatnya ya tentunya hasilnya luar biasa, ya kan?
Tapi lama-kelamaan kita belajar bahwa yang namanya value investing, high portfolio concentration ini memang bisa menghasilkan return yang besar, tapi, sayangnya, sering juga NAV-nya jadi volatile. Sangat volatile. Sangat volatile.
Karena high portfolio concentration, dan value investing, kadang-kadang yang namanya value investing itu kelemahannya adalah sering kita punya satu ide bagus, tapi it takes time untuk ide ini untuk bekerja. nggak semua klien bisa punya kesabaran yang sama gitu loh. Akibatnya lama-lama kita belajar bahwa kalau kita mau menjadi institusi yang besar, bisa mengelola dana institutional investor yang besar, mungkin strategi yang lebih bagus adalah kita memberikan above average return, nggak harus luar biasa, return-nya nggak perlu spektakuler, tapi long term consistency is very important.
Oke. Nah, gimana caranya Pak untuk misalnya... Investor-investor ini pasti banyak yang menonton ini. Ada beberapa yang menonton ini, tapi kebanyakan retail.
Bagaimana cara mereka bisa membuat portfolio seperti itu yang konsisten dan tidak terlalu volatile? Karena orang banyak yang masuk ke sebuah fund, mereka mau investasi di sebuah fund, mereka tidak hanya mencari keuntungan yang paling tinggi, tapi mereka juga mencari keuntungan yang tidak terlalu tinggi. Bagaimana cara membuat keuntungan yang tidak terlalu tinggi? Unfortunately menurut pengalaman kita ya Kebanyakan orang nggak ngeliatin risk adjusted return. Oke.
Absolut aja liat. Iya, waktu mereka mau beli reksadana mereka liat, wah siapa nih yang top 5-nya nih in terms of return. Oke.
Ya pilih lah dari top 5 itu siapa. Sorti no sharpie-nya nggak usah diliat. Dia nggak diliat lagi tuh. Nggak diliat lagi sama mereka.
Yang penting return-nya dulu gitu loh. Dan ini memang salah satu problem yang selalu kita hadapin. Kita mencoba educate orang, tapi kebanyakan orang tuh tidak appreciate gitu loh.
Mereka cuma mau liat pokoknya tetangga sebelah bisa kasih return segitu. Kok kalian nggak bisa? Gitu loh.
Iya kan? Ini adalah masalah klasik yang kita hadapi bahkan sampai sekarang. Jadi kalau investor ingin membentuk portfolio seperti kita, sebetulnya tidak sulit-sulit sekali. Cuma ini berdasarkan mindset.
Masalahnya terutama investor yang generasi muda. Investor yang generasi muda ini kebanyakan mulainya waktu zamannya Covid. Waktu pasar, indeks masih rendah sekali, semua masih murah sekali. Beli apa pun naik.
Dan itu sudah berjalan selama 5 tahun. Jadi di mata mereka, kalau kita bilang kita punya produk yang bisa memberikan potensi keuntungan 20%, nggak seksi. Oke. Iya kan? Mereka bilang, wah, cuma 20%.
Itu besar sekali loh. Padahal 20-25% kalau kita kompaun 3 tahun itu double loh duitnya. Iya kan?
Cuma banyak, terutama yang di kalangan muda, buat mereka kurang seksi segitu. Iya kan? Jadi kayak saya bilang, masalahnya masalah mindset sebetulnya.
Kalau kita mau risiko yang terukur, ya kan, kita harus realistis. Gitu loh. Iya kan?
Yang namanya yang namanya risiko terukur tidak bisa memberikan keuntungan yang spektakuler. Jadi, itu semua tentang mindset. Jadi, stil yang berubah apa nih Pak?
Berarti dulu kan lebih agresif dengan portfolio yang konsentrasi. Sedangkan kan banyak investor yang berharga di luar yang sangat ibaratnya sangat menggaungkan konsentrasi ini seperti Chris Horn. Even Charlie Munger sampai di akhir beliau meninggal, dia bilang kan posisinya cuma 3 yang dia punya.
Satu Berkshire Hathaway, dua itu Costco, tiga itu Varnia Li Lu yang di China. Nah itu tanggapan Pak Yo sebagaimana terhadap hal itu? Karena itu yang saya praktekan di...
pribadi saya, saya nggak pernah punya ini kan personal tapi bukan fund ya personal saya nggak pernah punya lebih dari 3 sih Pak posisi dari dulu terus terang saya kalau pribadi juga saya tetap stick dengan high portfolio concentration karena menurut saya itu yang paling efektif tapi kalau kita mengelola dana orang, terutama di Indonesia peraturannya beda nih harus bikin produk kan? harus bikin produk kalau produk reksadana itu per posisi maksimum 10% dari total dana yang kita kelola tapi kalau produknya KPD atau discretionary fund Itu baru bisa kita kelola seperti investasi pribadi kita. Kalau balance fund juga 10% atau bisa di atas?
10%. Yang namanya reksadana itu maksimum per saham atau per obligasi 10% dari total dana yang kita kelola. Jadi berarti minimum harus punya 10 posisi kalau reksadana. Nggak bisa high portfolio concentration.
Kecuali kalau kita produknya KPD baru beda. Jadi perbedaan mindsetnya investor retail ini sama institusi itu apa Pak yang paling mungkin berbeda? Saya pikir kalau investor institusi itu mereka rata-rata sudah lebih sophisticated sekarang.
Dimana mereka juga sadar bahwa kalau return terlalu spektakuler mereka juga agak-agak curiga gitu loh. Dapat dari mana gitu loh. Bisa segitu ya kan.
Yang lain-lain returnnya katakan cuma 15%. Kok kamu bisa ngasih return 40% gitu. Main saham apa gitu loh ya kan. Nah itu akan diobok-obok tuh mereka tuh perutnya isinya. Apa sih sahamnya gitu ya kan.
Jadi kita harus hati-hati juga gitu loh. sementara kalau dengan investor retail, mereka nggak terlalu peduli. Mereka yang penting return-nya berapa, ya kan, kapan mereka mau tarik dananya bisa, udah mereka tenang lah.
Mungkin saya pengen masuk ini lebih detail, Pak, ke stock selection-nya Pak Yos. Gimana caranya Pak Yos itu, kan tadi bilang sangat fundamental kan, berarti ini deep research kita sebut, ya kan. Jadi Pak Yos bener-bener asal perusahaannya, pelajarin sampai di luar kepala.
Nah ini mulainya dari mana, Pak, untuk teman-teman yang masih awam ini? proses seleksinya nih yang paling gampang sih mulanya dari baca annual reportnya sih, baca financial statementnya yang diterbitkan, kita bisa lihat di website-nya IDX kalau saya biasanya saya mulai dari situ kalau saya melihat kok saham ini kayaknya menarik, industri-nya bagus valuasinya kok kayaknya murah banget ya, gitu loh valuasi murah itu nggak berarti beneran murah loh sering valuasi murah karena dari something wrong gitu loh, ada problem tapi biasanya saya Mulai dari situ, kemudian saya lihat financial statement-nya seperti apa, saya mulai melihat rasio-rasionya seperti apa, and then saya mulai bertanya gitu loh, ini saham ini murah karena memang ada problem, atau karena mispriced by the market? Oke, ya kan? Kalau dia mispriced by the market, itu yang saya cari gitu loh.
Ya kan? Karena market ini sering salah juga gitu loh. Mereka pikir, kadang-kadang mereka terlalu pesimis terhadap satu emiten, ya kan?
Mereka nggak sadar bahwa, suhu udut Banyak sekali terjadi perubahan yang positif. Itu yang kita cari biasanya sih. Jadi, 900-an saham itu Pak Yos harus liatin. Semuanya atau udah ada kira-kira stock universe-nya sendiri yang Pak Yos suka. Sama saya pengen tanya satu lagi, Pak.
Investor kan biasa punya circle of competence mereka. Misalnya, Chris Horn, dia punya beberapa perusahaan yang dia suka. Misalnya, rating agency, gitu kan.
Moody's, S&P. Misalnya, Bill Ackman, dia jago di Domino's Pizza. Dia jago di F&B, lah. Dia jago juga di Hilton, hotel-hotel, begitu.
Pak Yos punya nggak nih Circle of Competence? Kan Pak Yos tadi bilang dulu pernah main di United Tractor. Adakah certain sektor yang Pak Yos ini benar-benar lebih paham dibanding yang lain dan itu jadi universe-nya Pak Yos atau tetap dibuka seluas-luas? Saya buka seluas-luasnya, jadi saya nggak melimit diri saya sendiri terhadap sektor-sektor tertentu. Tapi saya punya list grup-grup tertentu yang saya coba avoid.
Oke. Ada blacklist-nya gitu kan? Saya punya blacklist gitu loh. Kalau di Indonesia biasa banyak begitu kan?
Iya, karena saya udah main saham udah 35 tahun. Saya udah ngalamin banyak sekali ups and downs. Saya sudah kenal sifat-sifat emiten tertentu. Mereka peduli atau tidak terhadap investor minoritas. Track record mereka selama 30 tahun terakhir seperti apa.
Saya sudah tahu itu. Jadi yang saya limit adalah grup exposure-nya. Jadi grup exposure-nya jangan dilimit, tapi kalau misalnya universa, semua yang ada di Indonesia.
Pak Yus secara personal, apakah 100% investor di Indonesia? Atau Pak Yus ada di luar mungkin, di India, di pasar emersi lain, atau di Amerika? 98% di Indonesia.
Oke, berarti strategi Payos kan Payos kelola fun nih untuk Shalendra ya, 32 triliun omnya. Untuk personal Payos berarti Payos hanya concentrated. Itu kira-kira berapa saham, Pak? Kira-kira, typically ya. Typically, ya.
Typically antara 6 sampai 8. Oke, jadi masih agak sedikit diversified ya sebenarnya. Sedikit diversified. Tapi antara 6 sampai 8 itu kan ada satu saham yang bisa 40% sendiri.
Sisanya karena gatel aja nggak tahan. Ini saya mau tanya, Pak. Kalau misalnya ada ide 6-8 terbaik, kenapa Pak Yos nggak taruh di 2-3 ide terbaik? Misalnya kecuali uangnya memang udah nggak bisa masuk. Karena ada saham di Indonesia yang memang nggak liquid, kan?
Jadi nggak bisa masuk. Itu kenapa ide ke-4, ide ke-5, ide ke-6, ide ke-7, ke-8 nggak dimasukin ke ide 1-2-3 uangnya? Karena...
Karena pasti 1-2-3 lebih baik, Pak. Iya. Karena pengalaman selama 35 tahun terakhir, ya kan? suggest bahwa kadang-kadang yang kita udah 100%, 1000% yakin, ada aja yang kita miss gitu loh. Dan ternyata kita salah.
So I need to protect myself against such mistakes. Dulu waktu saya baru mulai, mainnya biasanya all in gitu loh. Satu saham aja atau dua saham max gitu loh udah.
Tapi setelah kita punya portfolio makin lama makin gede, otomatis itu akan ke adjust gitu loh. Kita harus memperhitungkan resiko just in case kita ternyata salah. Oke, jadi harus memperhitungkan resiko juga ya Pak?
Of course. Karena kalau kita ingat Mark Twain itu pernah ngomong, Iran, apa yang Anda tidak tahu itu membuat Anda terlalu terlalu. Itu apa yang Anda pikir Anda tahu dengan pasti, itu bukan saja. Oke, menarik. Jadi bukan yang kita tidak tahu yang membuat kita celaka.
Yang kita pikir kita tahu benar ternyata tidak begitu. Itu yang membuat kita celaka. Saya ingin bertanya, dari Pak Yo sendiri, turnover portfolio-nya itu kira-kira seperti apa Pak? Apakah bisa berganti dalam waktu 3 bulan, 6 bulan, atau memang horizon-nya panjang?
Kalau saya biasanya horizon-nya panjang. Kira-kira turnover-nya berapa tahun sekali Pak? Per emiten di portfolio? Tergantung sih ya. Kadang-kadang nih, misalnya sekarang ada satu saham yang saya lagi pegang, saya baru mulai beli November kemarin, tapi sekarang sudah triple.
Agak kepikiran juga gitu loh ya kan Baru 8 bulan udah triple gitu loh ya kan Tapi typically saya bisa pegang saham itu 3-5 tahun Saya pegangin Karena waktu saya beli saham itu Saya udah pelajarin biasanya Saya udah yakin bahwa prospeknya bakalan bagus Dan menurut saya pengalaman saya adalah Untuk kita bisa optimize kita punya return ya kan kita harus berani pegang 3-5 tahun gitu loh biasanya. Nah Pak, apa pandangan Pak Yos terhadap, kan ada kubu nih kalau di luar negeri, akademisi lah kita sebutnya, yang sangat penganut efisien market hipotesis. Dimana misalnya di US nih, sulit sekali untuk mengalahkan indeks S&P 500. Misalnya di Indonesia juga ada indeks kan, misalnya MSCI Indonesia, atau ya IHSG. Menurut Pak Yos, teori itu benar atau enggak? Bahwa semuanya itu mungkin sudah priced in di market.
Kalau marketnya segitu efisien, Saya tidak mungkin bisa jadi saya yang sekarang. Tidak mungkin bisa jadi Dragon of Ideas. Kenyataannya market itu sangat tidak efisien. Dan sangat tidak rasional pelakunya.
Dan sering tidak rasional. Dan bisa tidak rasional lama sekali. Itulah yang kita coba take advantage dari market. Kalau marketnya terlalu efisien, susah kita kayanya. Untung marketnya tidak efisien.
Pak Yos ini punya prinsip nggak? Misalnya kalau Van Smith yang di luar negeri, punya si Terry Smith, itu kan dia punya prinsip di mana dia itu nggak boleh index hugging. Jadi MI yang bekerja di dia itu nggak boleh index hugging. Nah kalau di Shalendra sendiri, Pak Yos ini ada nge-balance nggak? Kayak misalnya oke, ada sedikit mirip sama index, tapi ada alfanya nih.
Iya, jadi ada Van-Van kita yang bener-bener basisnya itu stock picking kita bilang. Oke. Mereka conviction ideas. Contohnya seperti apa mungkin Pak? Nama Van ya?
Ada Shalendra Alpha. Fokus ke uang. Itu ide nya adalah, pengurusan uang benar-benar terbuka. Tidak peduli indeks mau ngapain, konsepnya adalah kembali kembali.
Kita cari saham-saham yang menurut kita terbaik dan kita Coba high portfolio concentration. Beat the market lah. Beat the market.
Cari alpha di situ. Tapi ada beberapa nasabah, misalnya nasabah-nasabah institusi besar gitu ya, mereka tuh nggak terlalu appreciate konsep seperti itu. Mereka yang penting, yang penting kamu bisa kalahin indeks deh gitu loh. Dikit aja nggak apa-apa gitu. Dikit aja nggak apa-apa.
Jadi kita bikin fund, beberapa fund kita itu, yang kita bilang sifatnya index enhancing. Oke. Jadi kita ikutin indeks, tapi kita cari alpha juga lah. On top of the index. Itu biasa berapa persen Pak yang dipakai untuk nyari alfanya berapa persen dan berapa yang ibaratnya hugging indexnya?
Yang hugging indexnya mungkin sekitar 80 persenan. Oke. 20 persennya nyari alfa lah.
Oke. Tapi itu bisa kalau dia naik bisa significantly outperform tapi kalau misalnya salah juga bisa underperform. Betul.
Tapi limited ya. Underperformnya limited upside-nya juga agak limited sih gitu. Seberapa sulit Pak untuk beating the index di Indonesia? Menurut saya gini.
Susahan US atau Indonesia menurut Pak Yos? Sama. Kalau kita lihat pengalaman di Amerika di mana-mana.
Alhamdulillah, sebagian besar manajer dana itu berhasil di indeks. Ini mungkin background sedikit teman-teman yang banyak yang nggak tahu, Pak Yos itu dari 1989 ya? Mulai investasi, ya. Itu juga pernah di market luar negeri juga kan, Pak?
Pernah, ya. Jadi gimana, Pak? Pengalaman beating the index. Pengalaman kita, apakah itu di luar negeri, apakah itu di Indonesia, sebagian besar manajer dana itu berhasil di indeks.
Itulah kenapa di tahun 1970-an John Bogle, founder of Vanguard, ya kan Dia terkenal dengan ide, dia bilang daripada kita cari jarum di tubuh jerami, beli aja jeraminya semuanya. Dan dia membuat yang namanya index fund. Kemudian berkembang menjadi ETF.
Dan sekarang menjadi sangat populer. Tapi menurut kita, kalau kita tetap percaya bahwa dengan fundamental investing, value investing, rigorous... cash flow analysis, dan lain sebagainya. Kita tetap bisa beat di indeks. Kebanyakan produk-produk kita, kalau kita lihat long term performance-nya, kita beat di indeks significantly.
By berapa persen, Pak? Challenged on average. Tergantung produk yang mana sih. Cuma itu out performance-nya, kalau kita tarik 3-5 tahun terakhir, bisa 30-50 persen. Jauh sekali berarti ya dari indeks.
Berarti itu strateginya pure bottom-up, nggak ada ikutin hype, nggak ada ikutin FOMO. Nah ini saya mungkin masuk, Pak. ke struktur market yang saya lihat sekarang kan saya kan aktif juga di crypto market, saya aktif di US market juga dan di Indomarket kan, saya melihat Indomarket ini strukturnya agak sedikit aneh pak dimana ini mengejar saham-saham yang orang banyak bilangnya non-fundamental tapi kan ada aliran yang sekarang bilang bahwa yang penting kan dapat duit tapi kan itu ibaratnya kayak kapal ya kan gak ada mesinnya kosong, ya didorong aja ya jalan gitu kan di kapalnya, sedangkan ada satu kapal nih yang sebenarnya mesinnya bagus Harganya bahkan lebih murah tapi orang nggak ke kapal yang ini, Pak.
Ini fenomena apa? Karena ini saya jarang lihat nih. Di emerging market itu jarang saya lihat.
Betul, betul. Market kita agak unik nih sekarang. Jadi saya pernah bikin tabel yang cukup simple. Satu tabel itu isinya 13 saham yang mengalami kenaikan luar biasa selama 2-3 tahun terakhir.
Satu tabel berikutnya adalah saham dari 4 bank terbesar di Indonesia. Kalau kita hitung 13 saham yang kita bilang konglomerasi ini, jumlah market cap-nya itu 4.400 triliun. Total market cap kita 13 triliun. Berarti ini sepertiga dari market cap kita.
Di sini uangnya? Di sini. 4.400 triliun.
Empat bank ini yang sudah punya track record puluhan tahun, market cap-nya cuma setengahnya. 2.200 triliun. Yang menarik adalah kalau kita hitung earnings-nya, Dari kelompok pertama, yang 4.400 triliun ini cuma sekitar 19 triliun total earnings-nya. Sedangkan itu satu bank aja lebih, Pak. Berarti kalau kita hitung PI multiple-nya sekitar 230 kali.
Yang empat bank ini market cap-nya cuma 2.200 triliun, tapi earnings-nya 185 triliun. Jadi 12 kali cuma PI-nya. Ini pertanyaan saya kenapa orang pilih ke sini, Pak, di banding yang jelas ini? Karena yang 12 kali ini nggak make money.
Sahamnya going nowhere. Yang ada orang banyak rugi. Selama 5 tahun terakhir.
Selama 5 tahun terakhir. Kenapa begitu? Karena kalau kita lihat selama 5 tahun terakhir, terjadi foreign net sale, equity outflows, sekitar 45 triliun. Dari Oktober kan tahun lalu? Yes.
Belum berhenti sampai sekarang? Belum berhenti sampai sekarang. Itu yang menyebabkan saham-saham bank ini, walaupun murah, nggak perform.
Jadi orang... Karena tidak ada alternatif lain, mereka bilang, gimana dong? Hidup harus terus. Kita tetap harus membuat duit.
Akhirnya orang lari ke Samsung. yang tadi kita bilang konglomerasi ini lah oke, ini sampai kapan pak? ini kira-kira market bisa irasional lebih lama dibanding investor bisa bersifat rasional karena mungkin banyak teman-teman yang gak tau saya juga aliran sebenarnya Warren Buffett banget saya pencinta Benjamin Graham oh gitu ya?
dan saya kan, saya nge-cover satu saham ini dari saya umur 15 tahun pak saham yang saya udah beli dari saya umur 15 tahun sekarang ini saya lihat saham yang sama ini itu menurut saya murah sekali karena kalau kita compare sama India punya misalnya HDFC Bank ya Kalau kita lihat PB multiple-nya, dia sudah di atas. Ini paling bawah, Pak. Dengan earnings yang konsisten bertumbuh tapi tidak ada yang lirik. Kenapa hal itu bisa terjadi dan kenapa apakah ini karena era internet kah? Retail lebih FOMO dengan ibaratnya lebih gampang dipompom?
Apa gimana, Pak? Apakah ada dampak? Karena saya lihat retail di sekuritas itu meningkat, Pak.
Beberapa sekuritas yang retail dominan itu sekarang di nomor 3, nomor 4. dibanding yang besar-besar kalau misalnya JPM dan lain-lain itu udah turun sekarang yang naik nih retail betul dan ini memang fenomena yang agak mengkhawatirkan menurut saya karena pemain-pemain retail ini mereka tergiur dengan return yang sangat fenomenal karena mereka melihat, wah tiap kali perusahaan IPO sekarang bisa arah 5-6 kali, 10 kali jadi semua pada ngejer Itu aja yang paling gampang menurut mereka. Pertanyaannya ini akan berlangsung berapa lama? Dengan valuasi yang sebenarnya sudah di luar nalar kita.
Nggak masuk akal. Kalau kita lihat dari PE multiple bisa 1000 kali, 1500 kali. Banyak Pak Esriwa.
Pertanyaannya, how sustainable is this? Terus terang saya nggak punya jawabannya. Saya nggak punya jawabannya. Cuma menurut saya fenomena ini bisa berlangsung selama investor-investor yang investasi yang benar ini tidak punya pilihan lain. Dan masalahnya dengan pasar kita adalah kita kekurangan IPO yang berkualitas, yang liquid, yang benar-benar punya fundamental yang bagus.
Itu yang kita kekurangan selama kita tidak disupply dengan mainan baru. Permainan ini bisa berlangsung cukup lama menurut saya. Nah ini menurut Pak Yo sendiri, Pak Yo sudah mengamati selama 35 tahun. Saya lihat Indonesia ini ada kemiripan beberapa saham yang saya amati di India Pak. Dimana beberapa saham ini dibuat floatnya awalnya kecil, dibesarin, masukin barangnya banyak, orang tambah lebih liquid, lalu dia mau masuk di MSC atau di FUZI.
Betul. Nah ini sejak kapan dibanding actually bikin perusahaan yang very profitable dan perusahaan yang sehat. Karena kan beli saham kalau ini pandangan saya bisa salah ya. Tapi pandangan saya, saya lihat perusahaan itu saya lihatnya, saya lihat perusahaan itu saya nggak lihat saham itu sebagai ticker atau stock symbol.
Saya lihatnya company saya pengen punya perusahaannya. Iya. Jadi Anda membeli sebuah bisnis, bukan? Iya, yang saya sudah cover dari 2015, yang saya masih kecil. Sekarang saya memiliki hampir 0,15 dari perusahaannya.
Jadi saya benar-benar percaya sama perusahaannya. Saya mau tahan sampai mungkin 20 tahun ke depan. Kenapa Pak, itu bisa terjadi?
Fenomena itu? Fenomena yang mana? Yang saham itu membuat flot kecil, naikin. Saya tidak tahu tujuannya apa. Bisa direpo kan soalnya.
Bisa direpo untuk dapat pinjaman. Tapi itu kan tergantung emitennya mau ngapain. Kenapa bisa terjadi di Indonesia seperti itu?
Karena buat... sebagian emiten atau calon emiten mereka ngeliat, wah ternyata bisa ya kita bikin seperti itu cari duitnya gampang gitu loh IPO kecil aja, ya kan IPO-nya pun tidak real mungkin cuma strategik IPO, kemudian sahamnya ditarik ke atas, digoreng bikin liquidity, and then waktu masuk MSCI dia bisa keluar dia bisa jualan tuh, ya kan sizeable gitu loh, ya kan and then on top of that, ya kan sahamnya bisa direpoin atau dijadiin kolateral di bank untuk mendapatkan pendanaan untuk mengembangkan bisnis lain. Untuk bisnis lain.
Tapi itu adalah insentif terbesar untuk emiten-emiten seperti ini. Karena saya juga kemarin sempat berpikiran, karena banyak yang nanya, misalnya saya baru investasi di salah satu perusahaan private 2024, banyak yang nanya, kenapa ini tidak IPO saja grupnya? Kalau saya bilang, saya tidak begitu cara cari uangnya.
Karena saya rasa, misalnya saya iPhone 5T itu price turn-nya mungkin kali 3 kali 4 gitu. Itu goreng ke 30T itu merem Apalagi saya punya follower Gampang sekali sebenarnya Tinggal direpo kalau kita mau beli tanah Bangun hotel lagi bikin di Bali Cuman saya gak ngerasa itu Value creating di dunia ini Tapi masalahnya sekarang juga banyak sekali kan Influencer muda seperti kamu gitu Yang ngepompomin saham Tapi kan itu biasa Sebagian untuk kepentingan mereka sendiri juga Biasa ada kepentingan di belakangnya Iya Atau di di sponsorin siapa gitu ya. Kalau saya kan nggak ada family-nya, Pak. Ini juga yang contribute terhadap fenomena ini gitu loh, menurut saya.
Karena banyak sekali influencer-influencer ini yang merasa bahwa eh ternyata bisa make money ya. Gampang nih kayak begini. Lumayan loh. Jadi memang zamannya berubah gitu loh. Nah ini bakal balik rasional lagi atau enggak Pak?
Menurut saya ya itu yang tadi saya bilang. Bahwa selama kita tidak dikasih pilihan lain. Orang akhirnya terpaksa ikutan main yang masih bisa make money gitu loh. Karena nggak ada lagi saham-saham lain yang bisa menghasilkan gain seperti itu. Sementara asingnya masih keluar terus karena alasan-alesan fundamental atau apa.
Jadi kita butuh asingnya juga balik gitu loh. Jadi kita harus pikirin bagaimana caranya kita bikin pasar ini lebih atraktif untuk investor asing masuk kembali ke Indonesia. Ini mungkin kita ngomongin tadi kan soal banyak P multiple dan segala macam.
Gimana caranya Pak Yos value a company? Let's say Pak Yos udah lihat nih dari laporan keuangannya, udah lihat sektornya apa, let's say sahamnya A, kita nggak usah sebut lah emitennya. Sahamnya A, gimana caranya Pak Yos tentuin yang namanya intrinsic value dari sebuah saham tersebut, emiten tersebut.
Pertama lagi, valuation adalah konsep relatif. Itu arti. Itu arti.
Apakah 5 kali PI murah? Belum tentu. Apakah 10 kali mahal?
Tidak juga. Tergantung prospeknya seperti apa dan lain sebagainya. Jadi biasanya saya compare dengan peers-nya seperti apa. Comparables. Dengan comparables-nya seperti apa.
Saya compare dengan market average multiple seperti apa. Dan kadang-kadang saya melihat di luar negeri itu saham-saham yang seperti ini, valuasinya seperti apa? Mungkin lihat di Thailand, India, Vietnam. Karena suatu hari, kalau perusahaan ini terus berjaya, suatu hari dia akan mulai menarik investor luar negara.
Dan investor luar negara ini akan membandingkan dengan pengalaman mereka di pasar-pasaran lain. Saham-saham seperti ini, valuasinya seperti apa? Jadi biasanya saya melihatnya seperti itu secara relatif. Itu untuk valuasinya.
Saya ingin bertanya, Pak. kan Pak Yos tadi bilang ada 6-8 nih nah kapan sih Pak Yos itu diset untuk jual kan tadi ada yang naik 3 kali belum dijual tuh ada yang mungkin naiknya 40% dijual ada yang mungkin naiknya 2 kali dijual ini apa nih Pak, matrix untuk jualnya karena kan biasanya di atas bisa naik bisa naik terus bisa dibiarkan ini apakah ini seni juga Pak apakah ada sekedar intuisi atau ada rumus pastinya dalam ini jadi kalau saya tuh waktu saya beli saham, saya udah catet tuh investment thesis saya ya kan Ada 5 alasan saya beli saham ini, A, B, C, D, E. Terus saya pantau, berdasarkan 5 tesis saya ini, target perasaan saya berapa? Menurut saya yang fair value-nya, katakan sekarang harga sahamnya 500, menurut saya fair value-nya harusnya 1.500, karena A, B, C, D, E ini. Dari 500 sampai 1.500, saya pantau terus, ada perubahan nggak di semua tesis saya ini?
Kalau ternyata ada perubahan, lebih baik, mungkin saya akan mengubah target, saya akan membaikinya lagi. Tapi kalau perubahan yang memburuk, maka saya akan mulai berpikir, ini tesis saya masih berlaku tidak? Atau saya harus menyesuaikan saya punya target ke bawah?
Sampai di titik yang menariknya saya akan mengambil keuntungan. Berarti tidak ada investasi yang ditinggal tidur. Karena saya bukan penganut investasi itu bisa ditinggal tidur.
Iya jangka panjang, tapi tidak ditinggal tidur menurut saya. Harus dimonitor menurut saya Iya, kalau saya kan juga monitor kan Harus dimonitor Tesis kita waktu kita masuk itu apa? Masih berlaku apa enggak?
Is it getting better or is it getting worse? Jadi di cover terus kan Di cover terus, iya kan Nah saran payos kalau untuk pemula itu berapa Pak? Apakah 6-8, duit mereka misalnya 10 juta, 100 juta atau 1 miliar bahkan Apakah worth it untuk 6-8 saham?
Gini, untuk para pemula sebetulnya menurut saya Pertanyaan pertamanya bukan masalahnya Sahamnya ada 6 atau 8 atau cuma 2 gitu ya kan Masalahnya dia itu bisa komit gak untuk memperhatikan saham-saham ini full time? Karena kalau kita mau jago main saham, gak bisa setengah-setengah gitu loh. Setuju pak.
Harus full time, kita harus obses gitu loh. Harus setiap hari mikirin, setiap hari ngeliatin, cari ide-ide terus. Gak bisa cuma setengah-setengah gitu loh.
Jadi dia punya gak waktunya untuk komit seperti itu? Kalau dia gak punya, mendingan beli reksadana aja. Setuju. Iya kan? Karena kalau dia nggak punya waktu untuk untuk mikirin, untuk perhatiin, pasti ujung-ujungnya nggak bisa bagus hasilnya.
Karena itu full-time job kan, Pak? It's a full-time job. Nah, ini banyak yang nggak paham nih, Pak.
Ada yang kiranya, oh itu bisa semua pasif ditinggal tidur dan segala macam. Mana mungkin bisa begitu? Ini aja kantor sini banyak orang yang rame, kan? Setiap hari kita terima berita, ya kan? Setiap hari beritanya berubah-berubah.
Kondisi ekonominya berubah-berubah. Ya kan? Mana mungkin nggak diperhatiin tiap hari. Nah ini step by stepnya apa Pak?
Untuk orang jadi seorang enterprising investor, dia mungkin mikir, oke saya mau full time di sini, menurut Pak Yus itu bisa kaya atau nggak lewat investasi? Of course. Of course.
Kalau kita komit. Kalau kita benar-benar mau belajar fundamental analysis itu seperti apa, kita punya waktu untuk memperhatikan saham-saham kita, cari ide-ide, survei kesana-kesemari. Kuncinya itu sih. Cuma kalau kita punya kerjaan lain kan susah.
Saya ada pertanyaan, Pak. Pak Yos itu mungkin investnya only public doang atau ada private juga? Ada private.
Saya investasi di F&B. Contohnya F&B-nya mungkin biar teman-teman tahu juga. Saya punya salah satunya mungkin kalau yang sering ke Bali mungkin tahu ada klub namanya Savaya.
Di Uluwatu ya Pak? Di Uluwatu. Kemudian di sini ada Cafe Kitsune. Di bawah itu di Asta ya? Iya.
Terus saya juga ikutan investasi di Titik Temu di SCBD. Jadi lumayan banyak lah investasi. Cao Cao juga Pak? Cao Cao juga. Jadi kita lumayan mirip ya Pak?
Ada beach club ya? Iya. Kalau kamu kan ikutan di Holy Wings ya?
Oh iya. Jadi ada ya Pak? Pembelian pribadi juga ada?
Ada ya. Tapi terus terang dari ya... Jadi ada investasi di F&B.
Saya investasi di painting juga. Oh di painting juga Pak? Indonesia lokal atau luar? Kebanyakan Indonesia. Sukanya siapa Pak kalau painting di Indonesia?
Saya suka yang old masters. Apa? Hendra Gunawan, Avandi, Lemeya.
Kayak gitu-gitu. Terima kasih. Terus terang dari semua pengalaman investasi ini, tetap yang paling enak main saham sih menurut saya. Karena paling liquid.
Kalau misalnya kita salah ya tinggal cut loss and then we can move on. Mungkin untuk pertanyaan terakhir nih Pak. Kalau misalnya Pak Yos, ini cuma boleh pilih dua saham. Tapi dua saham ini itu untuk anak Pak Yos dan untuk anak-anaknya mereka lagi. Pak Yos ibaratnya nggak boleh sentuh sama sekali.
Sampai Pak Yos nanti... dapat turunin ke anak-anaknya, Pak Yos nggak beli sentuh nih, dua saham ini. Apa dua sahamnya, Pak?
Dan kenapa? Harus sebut nama ya? Harus sebut nama soalnya.
Tapi ini balik lagi ya, ini nggak ada hubungan sama portfolio personal Pak Yos, dan yang challenger juga ya, ini pertanyaan saya doang. Pak Yos bakal pilih dua apa sahamnya? Dan Indonesia?
Oke, menurut saya, satu yang pasti ya, yang immediately comes to mind adalah BCA sih. Dan mumpung sekarang harganya lagi koreksi. Murah sekali. Menurut saya...
BCA itu kalau saya harus pilih satu saham buat anak saya, saya gak perlu pikirin for the next 20 years mungkin salah satunya BCA karena kalau kita lihat track recordnya luar biasa. Tesisnya apa Pak dengan BCA ini? BCA itu unik menurut saya, karena pertama-tama tim manajemennya menurut saya luar biasa kompiten dan sudah terbukti mengalami beberapa kali perubahan economic cycle mereka bisa handle, survive ya kan BCA adalah satu-satunya bank yang sejak mereka go public di tahun 2000, nggak pernah melakukan right issue. Jadi tidak pernah ada capital call.
Somehow mereka bisa manage dari internal cash flow mereka. Dan kalau kita lihat pertumbuhan labanya juga very consistent. Sampai sekarang dia masih bertumbuh sendiri. Yang lain ada yang turun, ada yang stagnan. Yang stagnan turun, itu pun yang stagnan itu udah dikatrol-katrol.
Ada yang udah turun nih. Iya kan, ada yang sudah turun. Tapi BCA sangat konsisten menurut saya.
Jadi, pasti salah satu dari mereka adalah BCA. Oke. Yang kedua, Pak? Yang kedua, belum kepikir sih. Belum kepikir.
Jadi, cuma satu. Karena itu kebetulan saham yang saya cover, Pak, dari 2015. Oh ya? Oke. Jadi, saya cuma punya posisi itu juga di Indonesia.
Iya kan? Kalau kita diamkan saja, keuntungan komponennya luar biasa. Sangat bagus.
Dari dividennya sudah hidup dengan sangat nyaman. Betul. Oke, terima kasih banget Pak Yos atas waktunya.
Keren banget. Thank you so much.