Kenapa ada satu kelas sosial tertentu yang rela menerima didominasi oleh satu kelompok sosial yang berkuasa? Ini adalah sebuah pertanyaan yang sudah sejak lama menjadi concern dari teori Marxis. Dan jawaban atas pertanyaan tadi sampai pada satu konsep yang kemudian kita kenal dengan konsep hegemoni.
Di analisis klasiknya, teori Marxis menjelaskan bahwa hegemoni terjadi dalam relasi antara kelas sosial, yang dalam terminologi Marxis kita mengenal ada kelas proletar dan kelas berjuis, atau ada kelas kapitalis dan kelas pekerja. Nah, proses hegemoni terjadi yang dilakukan oleh kelas kapitalis terhadap kelas berjuis, dan itu berlangsung dalam relasi produksi atau relasi ekonomi. Dalam analisis Marxis yang klasik menyebutkan bahwa perkembangan masyarakat akan berlangsung secara dialektis yang kemudian kita kenal dalam teori Marxis sebagai teori materialismis historis di mana di situ ada proses dominasi yang dilakukan oleh kelas bourgeois terhadap kelas proletar dan secara berakumulasi nanti akan mendorong pada eksploitasi yang dilakukan oleh kelas berjuhis terhadap kelas proletar dan nanti menciptakan satu kondisi yang mendorong terjadinya perlawanan dari kelompok proletar.
Ini adalah ramalan dalam teori Marxist Klasik terkait dengan bagaimana satu kelas sosial tertentu mendominasi kelas sosial yang lain. Dalam peristiwa konflik yang kemudian dikenal dengan The Factory Council Movement atau gerakan Dewan Fabrik yang melibatkan antara para pekerja yang mereka melakukan protes dan demo terhadap para pemilik pabrik atau pemilik modal yang terjadi selanjutnya adalah bukan revolusi sebagaimana diprediksi dalam teori marxist klasik yang ada adalah masyarakat Italia justru berpihak pada Mussolini yang waktu itu menggelorakan sebuah ideologi yang disebut sebagai pasisme nah inilah yang menjadi satu konteks dimana teori hegemoninya Gramsci dikonstruksi sebagai upaya untuk menjawab pertanyaan yang disampaikan di awal tadi. Kenapa ada satu kelas sosial tertentu yang ditindas bisa menerima, dalam tanda kutip, dia rela untuk didominasi oleh kelas penguasa. Maka teori hegemoni klasik sebagaimana ada dalam teori Marxis, itu tidak bisa meramalkan yang terjadi dengan peristiwa di Italia tadi. Kematangan kapitalisme yang terjadi di Eropa waktu itu tidak serta-merta kemudian melahirkan revolusi dan melahirkan sebuah kelas sosial atau melahirkan satu sistem kelas yang namanya sosialisme, di mana tidak ada pembagian kelas sosial, kapitalis dan pekerja yang ada adalah sosialis atau kelas society.
Itu tidak terwujud. Nah, analisis dari Gramsci kemudian menemukan... Ternyata konsep hegemoni yang berlangsung dan ditemukan seperti dalam peristiwa pemberontakan para pekerja di Turin tersebut, bahwa hegemoni yang dilakukan oleh para penguasa itu tidak menggunakan mekanisme kekerasan atau menggunakan koersi. Nah, hegemoni yang dilakukan oleh pada kapitalis yang lebih lanjut, mereka justru melakukan satu hegemoni di luar hegemoni ekonomi.
Dalam hal ini, mereka melakukan hegemoni yang disebut sebagai hegemoni kebudayaan. Nah, yang dimaksud dengan hegemoni kebudayaan adalah upaya-upaya yang dilakukan oleh kelompok penguasa dengan memanipulasi kebudayaan, memanipulasi ideologi, kemudian juga memanipulasi institusi-institusi sosial, sehingga gegasan-gegasan atau ide-ide dari kelompok penguasa itu kemudian disampaikan kepada kelompok-kelompok yang ditindas. Nah, secara lebih jauh, Gagasan tersebut karena kemudian disalurkan melalui mekanisme kebudayaan, itu kemudian diterima oleh kelompok yang ditindas, dan mereka seakan-akan menjadikan ideologi tersebut sebagai ideologi mereka. Nah, inilah yang kemudian disebut dalam teori hegemoninya Gramsci sebagai common sense. Nah, yang dimaksud dengan common sense adalah cara pandang terhadap sesuatu, dan kemudian kita menganggap sesuatu sebagai hal yang wajar.
Nah, kita juga bisa melihat bagaimana misalnya Gegasan-gegasan dari kelompok penguasa itu disuarakan, kemudian disebarkan kepada kelompok-kelompok yang ditindas melalui berbagai cara. Misalnya kita bisa melihat bagaimana penggunaan media massa. sebagai wahana, sebagai media untuk menyebarkan gegasan-gegasan dari kelompok penguasa dan kemudian itu diterima, diserap oleh kelompok yang ditindas dan mereka seangkakan sedang tidak ditindas. Demikian juga dengan peran-peran instansi-instansi yang merupakan bagian dari pemerintah yang berkuasa itu menyuarakan gegasan-gegasan dari penguasa dan disampaikan kepada masyarakat. Nah dengan demikian kontribusi dari teori hegemoni Gramsci adalah menggeser dari analisis yang tadinya dengan kekerasan, dengan paksaan pindah ke hegemoni yang bersifat kultural, yaitu melalui proses ideologisasi yang disampaikan dalam berbagai cara, termasuk di antaranya media.
Saya bisa memberikan beberapa contoh bagaimana misalnya hegemoni pada level global. Nah kehadiran berbagai media yang sekarang kita gunakan setiap hari sesungguhnya adalah merupakan Kita bisa lihat itu sebagai media yang digunakan oleh rejim penguasa atau satu kelompok yang berkuasa untuk menyampaikan gagasan-gagasan mereka dan kemudian diterima oleh kelompok yang ditindas. Dan biasanya orang-orang yang berada dalam kelompok yang ditindas tidak merasa sedang dieksploitasi oleh kelompok penguasa. Ini adalah kontribusi penting dari teori hegemoninya Gramsci. Yang kedua yang bisa kita lihat kontribusi teoritis dari Gramsci.
Terkait dengan hegemoni adalah bahwa dalam proses hegemoni kita tidak bisa mengandalkan pada satu kelas sosial pekerja saja, tetapi harus berkolaborasi, harus menyertakan juga kelompok-kelompok sosial non-kelas. Misalnya dalam hal ini ada kelompok pecinta lingkungan, kelompok gender, kelompok keagamaan, yang itu sebenarnya bukan kelompok-kelompok kelas. Nah caranya adalah sebagai kelompok...
yang ditindas, bagaimana kita mengusahakan dari satu kondisi yang tertindas sampai pada perubahan yang dalam teori Marxist Klasik disebut sebagai revolusi, maka harus memberikan satu counter hegemony jadi hegemony tandingan dengan melibatkan banyak kelas sosial yang lain, kemudian menyebarkan gagasan-gagasan tersebut, sehingga nanti akan terjadi pertarungan ideologi, pertarungan gagasan, dan hegemony itu berlangsung bukan dengan kekerasan, bukan dengan koersi, bukan dengan paksaan. Tetapi dari apa yang kita lihat, dari apa yang kita rasakan, dan sebenarnya hegemon yang terjadi pada yang sekarang, kita lihat pada periode-periode sekarang berlangsung seperti yang dikonseptualisasikan oleh Gramsci. Kita juga bisa mengambil beberapa contoh dalam kehidupan kita sehari-hari, bagaimana media sosial, media mainstream, televisi digunakan sebagai alat.
penyebaran ideologi gegasan oleh kelompok penguasa dan sampai kepada masyarakat sehingga tingkat resistensi masyarakat yang ditindas tidak begitu kuat atau bahkan tidak ada terhadap kelompok penguasa. Terima kasih.