Transcript for:
Sejarah Kerajaan Medang Kauripan

Al-Qisah Dahuluqala Terdapat sebuah kerajaan di Jawa Timur Yang bernama Kerajaan Medang Kauripan dipimpin oleh raja yang bernama Prabu Air Langga. Sang Prabu merupakan putra guna pria Dharma Patni dan Udayana dari Bali. Sang Prabu bisa menjadi Raja di Medan karena menikahi Putri Kerajaan Medan.

Terima kasih telah menonton Saat memasuki usia senja, Sang Prabu ingin bertapa. Tentu saja dia harus menyerahkan tahta terlebih dahulu kepada Putri Sematawayangnya dari Permaisuri, yaitu Putri Diyah Sanggramawijaya. Putri Diyah adalah putri yang cantik jelita. Mendengar keinginan ayahnya tersebut, Sang Putri justru menolaknya.

Karena dia sendiri tak ada keinginan untuk meneruskan tahta. Malah Sang Putri berkeinginan untuk menjadi seorang pertab. Ampun Ayahanda, dengan penuh hormat, hamba ingin menyampaikan sesuatu hal. Apakah itu anakku? Hamba tidak ingin naik tahta menggantikan Ayahanda.

Hamba hanya ingin menjadi perempuan. pertapa. Sebenarnya besar harapanku tata ini turun kepadamu anakku. Tapi jika memang keinginanmu ingin menjadi seorang pertapa, ya sudah, aku tak akan menghalanginya.

Setelah mendapatkan restu dari Prabu Air Langga, berangkatlah Sang Putri menuju ke sebuah gua yang bernama Gua Selomangleng. Kemudian Sang Putri dia, Sanggramawijaya, berganti nama menjadi Dewi Kilisuci. dikarenakan Sang Putri semata wayangnya menolak, maka Sang Prabu akhirnya menyerahkan tahta Kerajaan Medang kepada Putra salah satu selirnya.

Akan tetapi timbul masalah baru, Sang Selir memiliki dua orang Putra yang bernama Raden Jayangrana atau Mapanji Garasakan dan Raden Jayawarsa atau Sri Samarawijaya. Melihat kedua putranya tersebut, Sang Prabu kembali bimbang. Jika nanti aku menyerahkan tahtan kepada salah satu di antara mereka, bisa jadi menimbulkan iri hati, bahkan keperangan. Sang Prabu akhirnya mencari jalan keluar yang adil untuk kedua putranya. Dia memikirkan hal ini begitu lama, namun tidak menemukan jawaban.

Hingga akhirnya teringat dengan Empu Barada atau Arya Barada yaitu seorang pertapa yang terkenal dengan kebijaksanaan dan kesaktiannya. Terima kasih. Kemudian suatu hari dipanggilnya Mpu Barada untuk menghadap Sang Prabu. Di dalam pertemuan itu, Sang Prabu meminta Empu Barada untuk pergi ke Pulau Bali.

Empu Barada, tolong cari tahu tahta kerajaan milik Ayahanda yang berada di Pulau Bali. Apakah di sana masih ada tahta yang kosong? Baik, Baginda. Segera hamba laksanakan.

Akhirnya, Empu Barada berangkat menuju Pulau Bali. Namun sesampainya di kerajaan milik Ayahanda, Prabu Air Langga, tahta tersebut sudah diberikan kepada sang adik Prabu. Mendengar hal itu, Empu Barada akhirnya pulang ke kerajaan Medan untuk melaporkan hal tersebut. Dia segera menghadap Prabu Air Langga. Ampun Baginda, tahta milik ayah Baginda Di Pulau Bali itu sudah diberikan kepada adik Baginda Yang bernama Marakata Dan saat ini anak wungsu naik tahta sepeninggal Marakata Hmm, baiklah kalau memang seperti itu Tak apa, terima kasih empu Sudah melaksanakan apa yang aku minta Berhari-hari Sang Prabu memikirkan cara membagi wilayah kerajaan agar adil untuk kedua putranya.

Akan tetapi, tetap saja Sang Prabu Air Langga tak menemukannya. Nampak raut wajah bingung Sang Prabu. Hingga akhirnya dipanggil kembali Mbu Barada untuk menghadap Sang Prabu.

Ampun Baginda Raja, ada apakah gerangan? Sehingga Baginda memanggil hamba kemari. Aku berharap.

Belum menemukan cara menyelesaikan persoalan tentang tahta ini. Tolong bantu aku membagi kerajaan ini dengan adil untuk kedua putraku. Ampun, Baginda.

Jika diperkenankan, bagaimana kalau hamba saja? yang membagi kerajaan medang ini menjadi dua bagian yang sama besar. Hmm, itu lebih baik, empu.

Akan tetapi, bagaimana cara engkau membaginya? Serahkan semuanya kepada hamba Baginda. Hamba akan mengaturnya.

Baiklah, aku serahkan masalah ini kepadamu. Bu Barada kemudian mengambil benda berupa kendih sakti di tempat penyimpanan pusaka. Dengan kesaktiannya, Bu Barada mengambil tujuh sumber mata air untuk dimasukkan ke dalam kendi tersebut. Keesokan harinya, Mpu Barada terbang sambil membawa kendi yang sudah terisi tujuh sumber mata air itu.

Dia terbang mencari lokasi yang tepat untuk dijadikan pembatas antar wilayah. Ketika sudah berada di tengah wilayah Kerajaan Medan, Mbu Barada menumpahkan air kendinya. Secara ajaib, air yang tumpah dari kendi itu berubah menjadi aliran air yang deras. Secara perlahan, aliran itu membentuk sebuah sungai bernama Sungai Berantas.

Dengan adanya sungai tersebut, Kerajaan Medan terbagi menjadi dua bagian. Ampun Baginda, hamba telah selesai membuat batas kerajaan menjadi dua bagian sama besar. Wah, sungguh ini kabar yang mengembirakan untukku, Ibu.

Terima kasih banyak atas bantuanmu. Akhirnya masalah ini telah terselesaikan. Setelah kerajaan terbagi menjadi dua, Prabu Air Langga segera menyerahkan kepada kedua putranya, yaitu Raden Jayang Rana dan Raden Jayawarsa. Kini kuserahkan tahtaku kepada... kalian bagian kerajaan Medan sebelah timur sungai berantas kuserahkan kepadamu jayang negara kerajaan itu kuberi nama kerajaan jenggala bagian barat sungai aku serahkan kepadamu jaya warsa kerajaan itu kuberi nama kerajaan Tanjalu Setelah tahta kerajaan resmi diserahkan kepada kedua putranya, Sang Prabu Air Langga dengan tenang pergi bertapa ke sebuah tempat bernama Pucangan.

Selama masa bertapa, dia berganti nama menjadi Maha Resi Gentayu. Akhir cerita, wilayah Panjalu yang dipimpin oleh Prabu Jayawarsa kemudian berubah menjadi Kerajaan Kadiri dan yang sekarang disebut dengan Kediri