Transcript for:
Konsep Wilayah dan Pertumbuhan

Bukaan ya kita belajar geografi aku mau tanya nih sama kalian Gimana kira nih teman-teman Indonesia kan luas banget ya Ibu kotanya ada satu tapi menurut kalian cukup gak pusat pertumbuhan di Indonesia nih Nur Sahel, Reika, Haliza cukup gak? Jakarta aja sebagai ibu kota dan sebagai pusat pertumbuhan di Indonesia nih. Gimana, Alisa? Enggak, enggak cukup. Betul banget. Aku setuju banget sama Eyu. Jadi, teman-teman, pusat pertumbuhan di Indonesia itu enggak cukup satu. Dan coba nih, tebak-tebak tidak berhadiah ya. Kira-kira... Ada di mana aja nih pusat pertumbuhan Indonesia selain Jakarta nih teman-teman. Betul banget. Jadi pusat pertumbuhan Indonesia itu ada 5 teman-teman sampai detik ini. Ingat ya, aku ulangin ya. 5 sampai detik ini. Loh, bisa nambah? Ya, siapa yang tahu. Loh, kok bisa nambah? Emang apa sih dasar dari pemilihan kota Medan, Jakarta sebagai kota pusat? Pertumbuhan di Indonesia, tahu nggak nih? Nah kalau Jabodetabek, pusat pertumbuhannya ada di Jakarta tuh, Haiza. Ayo, kenapa Medan bisa jadi pusat pertumbuhan? Kenapa Surabaya bisa jadi pusat pertumbuhan? Kenapa nggak Riau? Kenapa nggak Padang yang jadi kota utama pusat pertumbuhan? Ayo, iya betul banget, Aura. Kenapa Surabaya bisa jadi pusat pertumbuhan? Jadi teman-teman sebenarnya ada syarat-syaratnya yang harus dipenuhi. Tapi aku tidak akan ngomongin sekarang. Karena memang itu yang materi kita hari ini di konsep wilayah dan tata ruang satu. Nanti kalian akan diperlengkapi sebagai misalnya kalian mau jadi calon-calon pemerintahan. Menjadi seorang bupati, gubernur, bahkan presiden. Ini kalian harus wajib tahu konsep wilayah dan tata ruang. Terus misi kita hari ini apa dong? Yang pertama, ada Aura, Latisha, Nimade, Putu, Jessica itu bisa nih. Identifikasi jenis-jenis wilayah berdasarkan karakteristiknya. Kayak tadi ada wilayah nodal, ada wilayah formal. Terus nanti aku bakalan punya kuis yang berpikir banget ya untuk menjawabnya ya. Apakah kamu bisa? Bisa dong. Yang kedua, misinya kalian bisa mengidentifikasi ngapain sih ada perwilayahan. Ngapain sih ada pembangunan wilayah? Yaudah gitu-gitu aja ya nggak sih sawan? Dan yang ketiga terakhir ini bisa mengidentifikasi tiga teori pertumbuhan wilayah. Kegiatan kita akan dibagi menjadi dua. Nah ini teman-teman. Oke kalau gitu kita langsung masuk ke yang pertama ya teman-teman. Mengidentifikasi karakteristik wilayah, jenis-jenis wilayah. Istilahnya ada beberapa. Yang pertama ada daerah. Oke, simple itu. Sekarang tugas kalian, kasih aku satu contoh daerah. Kasih aku satu contoh daerah, teman-teman. Betul banget Jessica, Sumatera Utara. Betul banget Dinda, Jakarta. Nah, itu daerah. Ada batas administratifnya. Ya, sip. Thank you Faisal Reza. Istilah dalam konsep wilayah yang kedua adalah lokasi. Nah, lokasi itu tempat kejadian perkara. Bisakah kamu mention satu contoh lokasi? Hana, Sabem, Ravli. Oh, Ravli, oh my God. Kita ketemu di sini. Yes, lokasi misalnya. Nih, aku gedein ya. Aku gedein. Jalan Terusan Gang M. Yusuf. Jalan, nah itu satu titik di permukaan bumi Jadi kalau lokasi itu kayak kamu share log dong Nah kalau di whatsapp gitu ya kan Misalnya ayang kamu pengen nemuin kamu Share log dong yang Nah share lokasi Istilah dalam konsep pilihan ketiga adalah kawasan Nah kalau kawasan ini dibangun dengan tujuan tertentu Sekarang tugas kamu kasih aku satu contoh kawasan di sekitar kamu deh Oke, kawasan apa? Kalau Tangerang Selatan itu daerah. Nah, kawasan, ayo. Ini belum ada yang benar nih. Betul, Meria. Kawasan hutan lindung. Tengku Nurul Aisyah, bagus banget. Dua jempol. Kawasan industri. Kenapa sih dibangun kawasan industri? Tujuannya apa? Tujuan tertentunya adalah agar pabrik-pabrik itu ngumpul di satu tempat sehingga pembuangan, salah satunya ya, pembuangan limbahnya itu bisa lebih baik pengelolaannya. Iya, bagus banget. Oke, nah ini materi inti kita hari ini wilayah dan perwilayahan. Aku nggak bakal kasih contoh karena ini yang akan kita obrolin. So, kita langsung masuk ke yang pertama teman-teman, wilayah. Ini aku cepat aja minta tolong lebih perhatian sama ayang aku di sini ya. Jadi teman-teman, wilayah itu ada dibagi jadi dua. Kalau di buku kalian. Wilayah formal dan wilayah nodal. Ulang ya. Wilayah formal dan wilayah nodal. Kalau gurumu, kalau di bukumu, kalau soalmu bilang wilayah fungsional. itu sama aja dengan wilayah nodal. Nah bedanya apa? Kalau formal itu terbentuk atas keseragaban wilayah. Dia itu statis plus statis. Ya gitu-gitu aja dari dulu. Contohnya apa teman-teman? Kasih aku satu contoh wilayah formal. Nggak usah jauh-jauh di sekitar kalian aja deh Rafli Juli. Dia... Yang dia itu dari dulu gitu-gitu aja gitu. Keseragaman itu apa? Satu jenis. Satu jenis. Pegunungan Latisha bagus, Preti bagus, Pegunungan. DKI Jakarta itu adalah wilayah formal. Tapi kalau ada yang bilang gini, Jabodetabek, Jakarta, Bogor, Tangerang, Bekasi. Itu wilayah nodal. Ingat, nodal itu harus ada interaksi antar wilayah, teman-teman. Misal Jakarta, Jabodetabek. Jakarta sebagai pusat pertumbuhan. Depok sebagai pusat permukiman. Tangerang sebagai pusat kawasan industri. Tapi mereka itu saling berinteraksi. Gitu. Mind blowing ya. Dan ingat, yang namanya wilayah formal itu batasnya jelas. Ingat, wilayah formal batasnya jelas. Batasnya jelas, teman-teman. Aku taruh sini ya, batas jelas. Misal, wilayah pegunungan. Ya udahlah, sejauh mata kamu memandang ada wilayah pegunungan, yaudah itu wilayah formal. DKI Jakarta ada batas jelasnya? Ada. Tapi kalau nodal itu gak bisa. Kita hanya bisa melihat interaksi di dalamnya. Kedinamisan di dalamnya. Nah kalau masih bingung coba kita soal dulu deh. Intinya formal itu adalah wilayah yang statis. Dari dulu gitu-gitu aja gak ada interaksi. Sedangkan nodal itu ada interaksi. Oke kalau gitu kita quick. cek, tapi mohon maaf lahir dan batin ini boleh jawab di chat aja langsung jawab di chat yuk Wilayah kutub, wilayah persalahan, wilayah kemiskinan itu wilayah formal. Tapi kalau fungsional dia itu dinamis heterogen serta ada jaringan transportasi untuk apa? Balik lagi ke kata kuncinya yang tadi teman-teman udah kasih aku di kolom chat interaksi. Kalau ada interaksi berarti apa dong? Yes, dinamis. Nah, itu kata kuncinya. Kalau wilayah homogen itu kayak wilayah mati ya. Sampai sini ada pertanyaan? Kita masuk ke yang kedua, teman-teman. Setelah tahu konsep wilayah, kita masuk ke konsep perwilayahan. Pertanyaanku buat kalian semua yang ada di sini. Ya walaupun ini blur ya. Tapi ini Indonesia. Apakah provinsimu ada cahaya? Aku ulang ya. Apakah provinsimu ada cahaya? Galan deh ya. Rifki ada cahaya nggak? Ada. Ayessa ada. Oke ada. Pertanyaanku berikutnya, apakah cahaya di provinsimu seterang masa depan? Bukan, seterang Jakarta. Jakarta mana lagi? Ini Jakarta nih. Ya kira-kira di situ lah ya Jakarta ya. Walaupun itu udah banten sama Jawa Barat. Jelas tidak. Oke, pertanyaan selanjutnya, apa nama provinsimu? Ada yang terang, Danica. Danica di mana? Ada yang bilang enggak. Ada yang bilang enggak tahu. It's okay. Ada yang bilang Capri, okay. Oh my God, Kalimantan, Banten, Jawa Tengah. Guys, jangan sia-siakan belajar di Brand Academy Online ya. Ini teman-teman kamu se-Indonesia. Siapa tahu nanti bisa sama-sama satu PTM. Babel, Jawa Barat, Riau. Oke. Nah teman-teman, ternyata nih, ternyata. Eh, bentar. Apakah pembangunan di Indonesia sudah meratih? Kalau begitu, apa jawabanmu? Melihat gambar ini. Dengan pertanyaan-pertanyaan tadi. Belum. Nah jadi gini teman-teman, Indonesia yang segede tadi dibagilah menjadi beberapa wilayah, nah itu perwilayahan. Faktor yang mempunyai pembangunan dan pertumbuhan wilayah pertama ada lokasi, sumber daya alam, sumber daya manusia. Nanti lokasi ini akan berkaitan juga dengan aksesibilitas ya. Gitu, gimana sampai sini? Aman gak nih? Udah terjawab ya kenapa Babel, kenapa Capri, kenapa Kaltim belum bisa menjadi kota utama pusat pertumbuhan Indonesia. Jadi teman-teman, ada tiga nih. Pertumbuhan, polarisasi, sama tempat sentral. Wih, sering masuk ujian nih. Siap gak? Siap gak? Belajar sambil aduk kode serece. Kita mulai dari yang kedua. Paling sering keluar di ujian, yaitu kutub pertumbuhan. Bagaimana isi dari kutub pertumbuhan? Jadi gini teman-teman, disebutlah Bapak Francois Perraux, orang Perancis. Nah ini yang tadi di awal nih. Iya teman-teman, Bapak Francois Perraux bilang gini, pertumbuhan itu terjadi pada kutub-kutub pertumbuhan dan intensitasnya berbeda-beda. Lihatlah Medan, lihatlah Jakarta, lihatlah bagaimana lampu yang ada di Medan versus lampu yang ada di Jakarta. Beda bukan? Padahal sama-sama kutub pertumbuhan loh. Ternyata kalau misalnya kita ambil studi kasus Jakarta saja, Jakarta jadi kutub pertumbuhan, Ya Jakarta ini bisa Memberikan dua daya, teman-teman. Daya tarik atau daya dorong. Simpel gini, ya. Ini aku cepat aja. Ini aku cepat aja. Daya tarik terung memberikan efek negatif. Dengerin aku ya, efek negatif. Kenapa Jakarta akan menarik sumber daya manusia dari wilayah lain? Sehingga akan terjadi pemusatan di Jakarta, pemusatan tenaga kerja. Bagaimana dengan wilayah yang ditinggalkan? Usia produktifnya ke Jakarta loh. Usia non-produktif ya tinggal di kota yang ditinggalkan. Wah bagaimana tuh pertumbuhannya? Pasti akan tersendat. Benar ya? Berbeda dengan Dedorong. Kok Dedorong ini dampaknya positif teman-teman? Kenapa? Jakarta mendorong wilayah sekitarnya untuk juga maju kayak dia. Aman lah, kota pertumbuhan aman. Gimana dengan polarisasi sama tempat sentral? Polarisasi ekonomi Bapak Gunar Midal Awas kebalik ya Karena beberapa kali kulihat ada pertanyaan tentang penemu Gunar Midal Dia bilang pemusatan akan menyebabkan kesenjangan wilayah Contohnya apa? Ya udah contohnya tambah lagi Jakarta ya kan Ibu kota kita tercinta nih Teman-teman Kalau seluruh sumber daya manusia Sumber daya alam terpusat di Jakarta, investor modal terpusat di Jakarta, apa yang akan terjadi? Yes, jawabannya ada di slide. Kesenjangan wilayah, which is, itu nggak baik, teman-teman. Bapak Gunar Midal juga bilang gini, teman-teman. Teori polarisasi ekonomi bisa menghasilkan dua efek. Efek, ada backwash efek. Pertanyaan aku, manakah yang cenderung menghasilkan dampak positif? Sprit atau backwash? S, sprit. B, backwash. Oke, yang sprit itu efek sebar, yang backwash itu efek serap. Efek serap, ini efek sebar. Lucunya, spread effect sama back post effect sebenarnya kayak sama-sama aja sama teori kutub pertumbuhan kan. Gaya sentrifugal sama sentripetal, iya gak sih? Sama aja ya kan? Cuma hati-hati aja pokoknya, aku wanti-wanti kalian. Kalian harus tahu ya, kalau teori polarisasi itu pakai istilah spread effect. Kalau teori kutub pertumbuhan itu pakai yang gaya sentrifugal, sentripetal. Sebenarnya sama aja. Gampang kan? Oke, kita masuk ke tempat sentral. Ini yang geografi banget dan ini yang sering banget keluar di ujian. Gimana itu? Nah, jadi teori tempat sentral itu Bapak Kristaller, teman-teman. Intinya dia ngomong kalau mau jadi tempat sentral, lokasinya harus strategis. Beda banget dengan kutub pertumbuhan sama polarisasi. Yang ngomongin duit, duit, duit, uang, uang. Kalau tempat sentral itu ngomongin lokasinya harus strategis. Dan ini ada dua hal yang kamu harus perhatikan dalam mengidentifikasi teori tempat sentral. Menurut Bapak Walter Kristaller, tempat sentral dalam hal ini pasar hanya bisa melayani sepertiga dari keseluruhan wilayah. Ini menurut Bapak Walter Kristaller. Untuk bagian transportasi sendiri, Bapak Walter Kristaller bilang, transportasi yang maksimal yang optimum itu hanya bisa menjangkau setengah wilayah saja. Sedang. Tapi oleh karenanya, teman-teman, daerah-daerah pinggiran itu akan sulit untuk dijangkau. Tapi kalau daerah-daerah pusat kota itu mudah untuk dijangkau. Untuk administrasi, nah ini nggak bisa setengah, seperempat, sepertiga ya. Kalau administrasi itu udah satu wilayah, ya satu administrasi. Kayak DKI Jakarta, kamu di ujung DKI Jakarta aja. Kamu di ujung DKI Jakarta, kamu pasti akan pergi ke satu pusat administrasi. Oke. Kita perang di kesimpulan satu. Apa itu? Jawabannya teman-teman. Banyak yang mau perang ya. Oke. Bagus banyak jawab D ya teman-teman. Yes. Ini bukan wilayah heterogen. Sesimpel gini, kalau kamu ketemu studi kasus, Dalam mengidentifikasi jenis wilayah, kamu tanya ke diri kamu sendiri, apakah di sini ada interaksi yang diceritakan? Interaksi yang dijelaskan ada? Gak ada. Yang diceritakan hanya rawan terhadap bencana kebakaran hutan. Bukankah ini salah satu ciri wilayah formal? Yaitu homogenitas. Tidak ada interaksi antara wilayah di situ. Sip, Faisal Reza. Thank you, Nadia. Thank you, Sofia, Frederick, Juan, Maria. Misi kita hari ini sudah terselesaikan, teman-teman. Dalam mengintentifikasi jenis wilayah, jangan lupa nodal sama formal itu beda karakteristiknya. Nanti latihan soal lagi ya, studi kasus. Yang kedua, tujuan dari pembangunan wilayah itu pemerataan. Dan faktornya jangan lupa tadi ada lokasi sama aksesibilitas. Dan yang terakhir tiga teori pertumbuhan yang paling sering keluar di ujian-ujian itu teori tempat sentral untuk pertumbuhan. Kalian boleh belajar lagi di bab konsep wilayah dan tata ruang. Ini ada konsep kilatnya teman-teman. Bolehlah dari 24 jam waktu kalian. Kalian sisikan 15-20 menit untuk nonton konsep kilat. Tidak akan merugikan tapi akan menguntungkanmu. Percayalah. Untuk minggu depan kita bakal belajar konsep wilayah dan tata ruang 2. Oh apa tuh? Nah ini tentang perencanaan tata ruang. Oke? Kayaknya gak bisa rating juga ya. Kalau gitu aku disini Nindya, Rianita dan disana ada Dinda. Kita pamit undur diri. Sebelumnya aku minta maaf karena ada kesalahan teknis ini. Tapi semoga tidak mengurangi nilai atau manfaat dari pembelajaran kita hari ini ya. Terima kasih semuanya. Senang bertemu kalian. Babay Muhammad, Babay Ayesha, Galantika, Syahrani, Lady Naila. Bye-bye. Terima kasih telah menonton! Terima kasih telah menonton