Coconote
AI notes
AI voice & video notes
Export note
Try for free
Konservasi dan Perjuangan Desa Sumberjo
Sep 5, 2024
Perjuangan Masyarakat Desa Sumberjo
Peribahasa Jowo
"Sa pejo pejone wong seng lali, ise pejo wong kang eling lan waspodo."
Menggambarkan perjuangan masyarakat dalam menjaga kelestarian alam dan mata air.
Sejarah Nama Sumberjo
Asal Nama:
"Sumber" (mata air) dan "Rejo" (ramai).
Di desa terdapat 13 sumber mata air.
Suasana desa: asri dan hijau dengan obyek wisata air seperti Telaga Rowo.
Pentingnya Konservasi Alam
Keberadaan mata air bukanlah hasil kebetulan, melainkan hasil penanaman yang dimulai setengah abad lalu.
Sebelum 1977, desa Sumberjo kritis, gundul, dan mengalami kekeringan.
Peranan Bapak Sutanto
Menjadi saksi dan pelaku sejarah penanaman pohon untuk konservasi.
Tahun 1975, gerakan Karangkitri diinisiasi oleh Kepala Desa Bapak Sugito.
Karangkitri:
"Karang" (batuan), "kitri" (tanaman kayu).
Pembangunan lahan kritis dilakukan dengan menanam tanaman kayu.
Keberhasilan Program Konservasi
Berhasil menghijaukan lahan kritis yang sebelumnya hanya batu dan semak-semak.
Dampak positif dari segi ekologi dan sosial ekonomi.
Ekologi:
Debit mata air bertambah, dari yang awalnya kecil.
Kesadaran Masyarakat
Warga rutin melakukan penanaman untuk mempertahankan sumber air.
Memanfaatkan bibit gratis dari BP Das HL Solo dan bibit tanaman produktif.
Pengelolaan Sumber Air
Sumber air dikelola dengan bijak melalui PAM Desa.
Air bersih tercukupi, dan hasil keuntungan digunakan untuk konservasi alam.
Air mendukung usaha masyarakat di bidang pertanian dan peternakan.
Telogorowo
Menjadi ikon desa, berpotensi sebagai tempat wisata.
Kerja sama dengan BP Dasolo untuk usulan bantuan tanaman produktif.
Warisan untuk Generasi Mendatang
Masyarakat berkomitmen menjaga keberadaan sumber air.
Agar anak cucu tidak mewarisi "air mata" tetapi "mata air" yang melimpah.
📄
Full transcript