Transcript for:
Panggilan Hidup Membiara dan Kaul

Terima kasih. Halo, bertemu lagi di pendidikan agama katolik kelas 12. Kita akan membahas tentang panggilan hidup membiara. Untuk itu, simaklah penjelasan berikut ini. Baik, pada kesempatan ini kita akan membahas tentang panggilan hidup membiara.

Kita juga harus tahu bahwa selain hidup berkeluarga atau menikah, juga ada orang-orang yang secara khusus untuk memilih panggilan hidup membiara. Tanggilan hidup membiara merupakan sebuah bentuk hidup seribat bagi orang-orang yang ditanggil secara khusus untuk mengikuti Kristus secara total. Kita juga harus tahu bahwa tanggilan hidup membiara merupakan sebuah corak hidup, bukan sebuah fungsi gerejawi, bukan fungsi untuk menjadi imam, atau uskub, atau kardinal.

Tetapi panggilan hidup membiara adalah corak hidup. Dan biasanya orang yang menjalani hidup membiara akan mengucapkan tiga kaul. Yang pertama ada kaul kemiskinan, lalu ada kaul ketaatan, dan yang ketiga adalah kaul kemurnian.

Dengan hidup membiara, manusia dapat menemukan dimensi roh ini dalam hidupnya. Hal ini karena manusia tersebut dapat menyerahkan diri secara total, secara mutlak, secara meneluru kepada rencana Allah. Nah, selanjutnya kita akan membahas tentang makna hidup panggilan membiara. Panggilan hidup membiara merupakan panggilan khusus untuk mengikuti Kristus dengan mengikrarkan nasihat Injil dalam hidup membiara atau tarekat. hidup kerasulan.

Hidup membiara juga merupakan sebuah ungkapan hidup bakti manusia kepada Allah karena manusia tersebut menyadari bahwa hidupnya berada di hadirat Allah. Oleh karena itu agar hidup di hadirat Allah bisa diimbasan secara padat dan menyeluruh, orang harus melepaskan diri dari segala urusan sebagaimana hidup dalam berkeluarga. Dalam hidup berkeluarga, tentu kita akan dibatasi untuk melakukan sebuah tindakan-tindakan. Nah, hal ini dilakukan mengingat kesibukan hidup berkeluarga, sedemikian membatasi kemungkinan untuk mengungkapkan hidup dihadirat alah secara menyeluruh dan padat. Lalu dalam hidup membiara juga, kita dituntut sebuah penyerahan diri yang total.

Kita menyerahkan seluruh hidup kita untuk Kerajaan Allah, lalu apakah dasar panggilan hidup membiara? Di sini kita akan melihat dua bagian atau dua kutipan dari Injil dan Surat Paulus. Dasar yang pertama adalah Injil Matius, bab 19 ayat 22. Hal yang kedua adalah surat Paulus yang pertama kepada jemaah di Korintus, bab 7 ayat 32-35.

Nah, dari dua bacaan tersebut, kita bisa melihat bahwa orang yang menjalani panggilan hidup membiara adalah orang-orang yang mengembang panggilan guru Allah. Dalam hal ini, orang tersebut bisa menyerahkan diri secara totalitas. Lalu, hidup membiara juga memiliki amanat untuk menunjukkan dimensi rohani bahwa manusia hidup dalam hadirat Allah. Lalu apakah inti dari hidup membiara? Di sini ada tiga inti hidup membiara.

Yang pertama adalah penyerahan diri secara total. Atau bisa juga dikatakan persahabatan yang akrab dan persatuan erat dengan Kristus melalui penyerahan diri secara total. Hal ini ditekankan dalam Lumen Gentium artikel 42 dan artikel 44. Lalu yang kedua, seorang yang hidup umbiara harus bisa menerima pola hidup Yesus.

yang radikal. Dan yang ketiga, orang yang membiara harus memiliki perjumpaan dengan doa, dengan kitab suci, dan dengan misteri akan Kristus. Seorang biarawan yang baik harus sering tenggelam dalam doa, sebab doa merupakan suatu daya atau kekuatan untuk meneladani dan bersatu dengan Kristus. Nah, sekarang kita akan membahas tentang kaul-kaul dalam hidup membiara.

Jadi, sudah kita ketahui ada tiga kaul. Kita bahas yang pertama adalah kaul kemiskinan. Dengan kaul kemiskinan, atau ketika seseorang mengucapkan kaul kemiskinan, berarti orang tersebut hendak menjadi seperti Kristus, yang rela melepaskan, lepaskan haknya untuk... memiliki harta benda. Lalu yang kedua, dengan kawal kemiskinan, orang tersebut dituntut sebuah sikap batin yang rela untuk menjadi miskin.

Nah, dalam kawal kemiskinan ada dua aspek. Yang pertama adalah aspek asketik. Bisa kita artikan, dengan kawal kemiskinan, seseorang mau untuk hidup secara sederhana. Aspek yang kedua adalah aspek apostolis. Di sini bisa diartikan bahwa dengan keukalanskinan, orang tersebut memiliki kerelaan untuk menyumbang apa saja demi kerasulan.

Di sini dikatakan menyumbang apa saja berarti bukan hanya menyumbang harta benda, melainkan juga tenaga, waktu, keahlian, keterampilan, Bahkan segala kemampuan dan seluruh hidupnya. Kaul yang kedua adalah kaul ketaatan. Dengan kaul ketaatan, orang memutuskan untuk taat seperti Kristus. Orang tersebut juga harus melepaskan kemerdekaan, melepaskan kebebasan, dan taat kepada pembesar demi kerajaan Allah.

Dalam kaul ketaatan juga ada dua aspek. Yang pertama adalah aspek asketiknya. Ketaatan religius dimengerti sebagai kepatuhan kepada pembesar. Atau bisa dikatakan juga harus patuh kepada guru rohaninya.

Lalu yang kedua, aspek apostolis. Ketaatan religius dimengerti sebagai kerelaan untuk membaktikan diri kepada hidup. dan terutama untuk kerasulan bersama.

Lalu kaul yang ketiga adalah kaul kemurnian, atau juga bisa disebut sebagai kaul keperawanan. Nah, kaul ini mengungkapkan kesediaan untuk mengikuti dan mengeladan Kristus secara penuh, dan membaktikan diri secara total demi kerajaan Allah. Kita tahu bahwa setiap orang memiliki hak, untuk hidup berkeluarga dan memiliki keturunan.

Namun dengan kaul keperawanan, seorang tersebut memiliki sikap penyerahan diri, seorang Kristen yang dinyatakan dalam seluruh hidup dan setiap segi kehidupan. Inti dari kaul kemurnian atau keperawanan bukanlah tidak kawin atau tidak menikah, tetapi penyerahan secara menyeluruh kepada Kristus. yang dinyatakan dengan meninggalkan segalanya demi Kristus dan terus-menerus berusaha mengarahkan diri kepada Kristus, terutama melalui hidup buah. Lalu bagaimana dengan seorang awam atau orang-orang yang tidak membiara tapi hidupnya selipat?

Nah, kita juga harus mengetahui bahwa ada orang-orang yang memang sengaja tidak menikah. atau kita katakan hidup selibat, tetapi mereka tidak tinggal di dalam. Sebuah biara Atau kita kenal dengan sebutan awam selibat Nah awam selibat adalah bentuk pengabdian diri kepada sesama dan kepada Tuhan Kita harus melihat bahwa awam yang selibat atau orang-orang yang tidak menikah Ini bukan berarti tidak memiliki cinta Justru malah sebaliknya Awam selibat Itu memiliki cinta yang besar, memiliki kasih yang besar kepada Allah dan kepada bersama.

Maka mereka memutuskan untuk tidak menikah, supaya bisa membagikan cintanya kepada banyak orang. Tidak hanya kepada satu orang saja, tapi kepada banyak orang. Kita bisa mengambil contoh, misalnya, ada seorang perawat yang tidak menikah, karena tujuannya adalah untuk mengabdikan dirinya. supaya perawat tersebut bisa merawat pasien dengan total. Lalu misal yang lain, ada seorang guru yang tidak menikah karena ingin mengabdikan diri kepada anak didik.

Itu berbeda cerita ketika perawat atau guru tadi menikah, maka akan dibatasi pada segi-segi keluarga, di mana tidak bisa secara total untuk mengabdikan diri. Nah, kita juga harus melihat bahwa kaul yang diucapkan tadi, ada kaul kemurnian, ada kaul ketaatan, ada kaul kemiskinan, adalah sebuah tanda dari kerajaan Allah yang sudah mulai tampak. Nah, para biarawan-biarawati yang hidup membiara, yang mengucapkan kaul-kaul tadi, merupakan tanda atau bisa disebut juga sebagai pengingat. Bagi kita, yang pertama, biarawan-biarawati yang mengucapkan kaul itu menjadi tanda yang memperingatkan kita supaya tidak terlalu terpukau kepada kekayaan dan harta, kepada kuasa dan kedudukan.

Kenapa? Karena para biarawan-biarawan kuatiradi sudah memiliki sikap hidup sederhana. Kekayaan atau harta itu bukan sesuatu lagi yang dicari.

Nah, ketika seorang mempunyai harta, mempunyai kekayaan, itu justru harus dibagikan kepada orang lain. Lalu yang kedua, sebagai tanda yang mengarahkan kita kepada kerajaan Allah yang sudah mulai terungkap. Artinya kita tidak lagi terikat oleh duniawi semata. Kita harus... juga mengarahkan diri kita pada perancana Allah, terutama untuk mendukung, mengujudkan nilai-nilai kerajaan Allah.

Nah, kita tahu bahwa para biarawan-biarawan tadi membutuhkan sebuah suasana, membutuhkan sebuah situasi yang mendukung, atau semangat persaudaraan yang mendukung untuk bisa menghayati kaul-kaul yang mereka ucapkan. Maka mereka-mereka ini membutuhkan sebuah tempat, sebuah ruang yang disebut sebagai komunitas. Atau secara fisiknya kita menyebutnya sebagai biara, rumah. Nah, dalam komunitas itu akan terbentuk sebuah atmosfer yang saling mendukung untuk menghayati kaul-kaul yang sudah mereka ucapkan. Komunitas-komunitas ini dalam belajar katolik nantinya disebut sebagai tarekat.

Tarekat-tarekat yang ada di dunia ini sangatlah banyak. Di depan ini bisa kalian lihat, ini adalah hanya sebagian contoh yang ada di dunia. Masih ada banyak yang lain. Nah tarekat itu dibagi menjadi dua. Ada ordo dan juga ada kongregasi.

Contohnya disini ada Ordo Franciscan, yang pendirinya adalah Franciscus Assisi, dengan semangat kemiskinan, semangat kesederhanaan. Lalu ada juga Ordo Jesuit, atau kita kenal sebagai SG, yang terkenal dengan ketaatannya, bahkan memiliki sebuah kaum khusus untuk Serikat Yesus. Kalau para biarawan-biarawan yang lain tadi hanya mengucapkan 3 kau Sedangkan untuk Orgulisuit atau Exi itu masih ditambah satu lagi yaitu ketaatan kepada Paus Kau dimanggil menjadi gembala Jaga damanya agar tak bersesat Semata-Mu, Rata-Mu