Transcript for:
Memahami Self-Harm dan Cara Mengatasinya

Nggak semua masalah bisa kita kontrol. Dan nggak semua masalah itu bisa cepat selesai, atau selesai dengan sendirinya. Dan kadang untuk merasa tetap in control, lo mungkin sampai harus melakukan tindakan berbahaya.

Beberapa orang yang merasa gagal, tersakiti, dan bahkan benci sama dirinya sendiri, ada yang berusaha untuk mengontrol rasa sakitnya mental mereka dengan cara merubah bentuknya. Dari yang awalnya rasa sakit itu terasa secara psikis, jadi sakit secara fisik. Mungkin itu bisa terjadi sama diri lo. Mungkin lo udah pernah mengalami ini.

Mungkin lo sekarang sedang mengalami ini. Dan mungkin aja itu terjadi sama orang-orang di sekitar lo. Dan hari ini, kita akan bahas gimana caranya kita merubah itu.

Hari ini kita akan belajar soal self-harm. Kenapa orang-orang bisa melakukan itu? Kenapa lo beresiko untuk melakukan itu?

Dan gimana kita bisa menanggapinya secara baik? Konten di video ini akan ngebahas tingkah laku self-harm, menyakiti diri sendiri. Kalau kalian merasa terganggu dengan konten video ini, kalian bisa stop nonton sewaktu-waktu. Kalau misalnya kalian merasa akan tertrigger, lebih baik kalian tidak menonton video ini. Kalau kalian punya kecenderungan ini, gue sarankan kalian menghubungi profesional.

Oke, let's get started. Ketika seseorang melakukan tindakan... apapun secara disengaja untuk menimbulkan rasa sakit dan kerusakan di tubuhnya sendiri itu udah bisa dikatakan sebagai self-harm atau self-injury. Biasanya bentuknya yang mungkin kalian cukup tahu adalah menggores kulit dengan benda tajam, menyundut kulit dengan bara api dengan rokok misalnya, dan mengorek-ngorek kulit sampai terluka.

Akan tetapi self-harm ini juga nggak selalu menimbulkan luka yang terlihat. Bentuk self-harm lain itu bisa menimbulkan luka internal. Misalnya apa?

Konsumsi alkohol, obat-obatan berbahaya, atau misalnya berhubungan seks tanpa perlindungan. Itu juga bisa dikategorikan sebagai self-harm kalau motifnya adalah peluapan emosi negatif. Kenapa seseorang bisa melakukan self-harm?

Tapi sebenarnya, penyebab utama dari self-harm adalah stres emosional yang parah. Stres emosional ini penyebabnya bisa banyak banget, pastinya. Masalah di rumah, tuntutan sekolah, tekanan adaptasi, nggak pede, sampai gangguan psikologis khusus. Semua orang emang punya masalahnya sendiri.

Tapi orang-orang dengan stres emosional yang tinggi, yang parah, yang udah nggak bisa dihadapin, mungkin dia nggak bisa atau nggak enak untuk mengungkapkan masalahnya ke orang lain, ke orang tua, pokoknya nggak enak. Dan semua stresor ini harus diluapin cepat atau lambat dengan satu atau cara lainnya. Dan makanya ketika nggak bisa keluar ke orang lain ketika bingung harus ngeluarin ke siapa, self-harm akhirnya jadi opsi.

Tapi pertanyaannya kenapa kan? Bukannya bikin sakit diri sendiri itu malah bikin masalah tambahan. Kenapa yang nggak mungkin makan es krim gitu misalnya?

It's not that simple. Hal dasar yang lo perlu tahu, bagian otak yang berperan dirasa sakit fisik dan sakit hati atau sakit psikologis itu sama. Dan oleh karena itu, hilangnya salah satu jenis rasa sakit, itu akan menghilangkan rasa sakit yang lain. Dan gini, buat lo yang pernah patah hati, pasti tau kalau misalnya rasa sakit emosional itu susah banget dikontrol.

Lebih susah bahkan dari rasa sakit fisik. Nah, biasanya orang udah ngeh nih, arahnya kemana. Yaudah, jadi akhirnya rasa sakit fisik ini coba dihilangin. Harapannya rasa sakit emosionalnya juga hilang. Tapi perlu diketahuin juga bahwa nggak semua orang yang melakukan self-harm itu tahu soal apa yang tadi gue jelasin.

Jadi banyak orang yang melakukan self-harm itu atas dasar observasi, atas dasar belajar, atas dasar ngeliat, mungkin di TV, mungkin di berita, di mana-mana. Dan ternyata mereka ngerasa perasaan yang mereka mau ilangin itu tergantikan. Jadi apakah self-harm itu beneficial untuk kesehatan mental? Ya nggak.

Malahan secara mental ini nambahin masalah. Hal buruk kayak gini pasti ada konsekuensinya. Konsekuensinya rasa bersalah, penyesalan, rasa jijik ke diri sendiri, bahkan sampai benar-benar rasa benci ke diri sendiri, hilangnya rasa empati ke diri.

Emosi negatif yang kembali dirasain, ini kemudian bisa mendorong seseorang untuk melakuin self-harm lagi. Karena dia butuh untuk menghilangkan rasa negatif itu. Akhirnya orang dapat terus-menerus menyakiti dirinya sendiri, self-harm lagi, self-harm lagi, karena mereka udah terlanjur terjebak di dalam siklus.

Siklus self-harm. Dan masalah yang lebih dalam lagi, kalau misalnya udah terjadi siklus, takutnya terjadi eskalasi. Karena bisa jadi, dari siklus ke siklus, lo butuh untuk menyakiti diri lo sendiri dengan lebih sakit, dengan lebih dalam, untuk menghilangkan emosi yang lama-kelamaan intensitasnya naik. Ujungnya apa? Bisa jadi kecacatan.

Jadi pastinya gue nggak usah berargumen lagi. Ini udah basically nggak mungkin ada positifnya. Susah banget gue cari positifnya.

Oke, terus pertanyaannya gimana caranya buat kita bisa stop siklus self-harm ini? Langkah utama yang perlu dilakukan kalau misalnya lo mengalami ini adalah speak up. Speak up.

Ngomong. Cerita. Curhat sama profesional.

Gue nggak tau lagi apa hal perbaik yang bisa gue kasih tau selain ini. Speak up. It's obvious, kalau lo udah menyakiti diri sendiri, saatnya ketemu profesional. Kalau udah kayak gini, bahkan lo akan diprioritasin. Biasanya lo akan lebih cepat dilayanin dibandingin masalah-masalah yang lain.

Kalau misalnya lo cukup percaya sama 1%, kita punya layanan counseling. Lo bisa cek di link di description. Tapi pokoknya gunain pelayanan yang lo percaya dan aksesnya mudah untuk lo. Kalau lo nggak pake 1%, lo kurang percaya misalnya sama 1%, ya nggak apa-apa. Yang penting lo bener dulu.

Yang penting ini ditangani dulu. Yang penting action dulu. Itu yang pertama.

Yang kedua, kenali situasi dan kondisi yang memicu lo untuk melakukan self-harm. Biasanya self-harm itu ada polanya. Ada barang tertentu yang biasa dipake, ada waktu tertentu, ada tempat tertentu buat lo melakukannya.

Ada trigger-nya. Kalau lo udah mengenali hal-hal yang memicu self-harm, Ketika dorongan-dorongan itu mulai muncul, lo bisa langsung menghindari hal itu. Misalnya, situasi kondisi di mana biasanya self-harm dilakukan adalah setelah keingetan mantan pacar, misalnya nih. Misalnya triggernya adalah lagu yang lo puter di Spotify.

Dulu lo seneng banget sama lagu itu, lo dulu dengerin selalu sama pacar lo, sama mantan lo, sorry. Terus ternyata putus, masih ada trauma, dan itu jadi trigger. Kalau misalnya ternyata...

autoplay, masuk lagi ke lagu itu, cepet-cepet matiin, cepet-cepet keluar kamar. Itu yang kedua. Yang ketiga, ekspresiin emosi negatif yang lo rasain.

Kalau perlu nangis, nangis. Kalau perlu teriak, teriak. Lampiasin aja.

Jangan lo pendem. Asal caranya nggak nyampe ngelukain diri sendiri, nggak ngelukain orang lain. Kalau nggak, di dua itu aman.

Lebih bagus lagi kalau misalnya lo bisa identifikasi emosi negatif apa yang lo rasain, terus lo tulis. Tulis sespesifik mungkin. Misalnya lo ngerasa dada lo sesek, mata mulai berair.

Biasanya kayak gitu kan? Mungkin itu sedih. Mungkin. Tapi mungkin ada perasaan lain yang mendasarinya.

Ketakutan ditinggalkan misalnya. Rasa insecure misalnya. Dari situ coba deskripsiin apa yang lo rasain sama tulisan.

Dan yang keempat, sibukin tangan lo. Buat tangan lo bergerak. Genggam sesuatu. Pokoknya alih.

Sekarang kita bahas gimana caranya untuk menghindari dorongan itu sendiri. Caranya adalah mempraktekkan self-compassion. Self-compassion ini topik yang akan berguna banget untuk dibahas di satu video khusus. Di sini gue akan jelasin basicnya aja, sama best practice-nya gimana.

Pada intinya, self-compassion itu artinya memperbolehkan diri untuk jadi orang yang nggak sempurna. Kita memperbolehkan diri kita untuk melakukan kesalahan, punya kekurangan. Merasa sensitif dengan catatan tanpa mendefinisikan atau ngelabelin diri kita dengan hal-hal tersebut. Cara paling gampangnya, cara paling no-brainernya, coba lihat diri lo, itu kayak sahabat lo membandang lo.

Apa sahabat lo akan marah-marahin lo, bilang, tuh kan lo payah sih. Kalau misalnya, lo salah, I really hope not. Biasanya enggak, tuh kan?

Masa lo membiarkan diri lo sendiri unnecessarily kejam sama diri lo sendiri sih? Lo punya sahabat yang sayang sama lo. Lo punya keluarga yang deep down sayang sama lo.

What's your excuse? Kenapa orang lain bisa sayang sama lo, tapi lo nggak sayang sama diri sendiri? Diri lo sendiri itu, work it kok buat diperjuangin. Lo udah sampai sini, dan gue yakin, pasti ada seenggaknya satu orang di dunia ini yang pasti mau untuk memperjuangkan lo. Senggaknya nih, kalau misalnya lo nggak bisa menyayangi diri lo buat lo, lakuin buat mereka.

Lo berharga kok. Dan gue bangga sama lo. Oke, gue kira cukup untuk videonya sekarang.

Cukup heavy, tapi ini penting. Setiap orang itu pasti punya badainya sendiri. Nggak ada salahnya, walaupun kita nggak tahu badai apa yang menerpa orang, buat kita saling menguatkan aja. Pastinya jangan stop di lo. Jangan biarin benefit video ini stop di lo.

Selalu ada orang yang akan butuh penguatan. Mungkin orang yang cuma beberapa klik dari lo, ternyata mereka mungkin butuh. Kenapa kita nggak coba ngasih kebaikan ke mereka?

Siapa tahu kita menyelamatkan seseorang hari ini. Oke, gue Vicky. See you in the next video.